PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
25
SESUATU yang meragukan tapi nekat dikerjakan,
jelas akan membawa kekecewaan. Siapa yang
goblok sebenarnya: Pandu atau Rembulan Pantai?
Yang jelas ketika Pandu Puber memulihkan kekuatan
Rembulan Pantai, gadis cantik itu menghantam dada Pandu
dengan telapak tangan berasap hitam. Hantaman itu sangat
cepat dan di luar dugaan. Pandu Puber bukan hanya jatuh,
namun juga mengerang panjang karena kesakitan.
Senyum sinis tersungging di bibir gadis licik itu.
suaranya sempat terdengar oleh Pandu.
“Dendam tetap dendam! Sayang sekali kebodohanmu
terlalu besar sehingga tak dapat memandang segumpal
dendam di mataku, Pandu Puber. Bagaimana pun juga kau
akan mati menebus nyawa pamanku. Aku memang tak tega
melihatmu mati, jadi cukup dengan meninggalkan racun
‘Tapak Kubur’ dalam dirimu.”
“Uuhhg…! Keji kau… licik!” suara Pandu begitu
beratnya karena ia harus menahan rasa sakit di sekujur tubuh.
Ia menggeliat-geliat di tanah mirip cacaing kepanasan. Kulit
tubunya menjadi merah matang. Bintik-bintik hitam mulai
tumbuh dari tiap pori-pori kulitnya. Bintik hitam itu adalah
cairan pembusuk yang sebentar lagi akan membuat sekujur
tubuh Pandu menjadi bangkai bernyawa. Aroma bau busuk
pun mulai menyebar ke mana-mana.
“Kau tak akan sempat mengobati dirimu sendiri, karena
racun ‘Tapak Kubur’ tidak bisa dikalahkan dengan obat
penawar apa pun. Hanya beberapa orang saja yang mampu
kalahkan racunku, itu pun jika ia tahu betul di mana sumber
racun ‘Tapak Kubur’. Jika tidak, ia tak akan mampu
sembuhkan dirimu dari keganasan racunku, Pandu. Cepat atau
S
TIGA
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
26
lambat akhirnya kau akan mati dalam keadaan busuk dan
menjijikkan. Nah, sampai di sini perjumpaan kita, Pandu
bodoh! Barangkali kita bisa bertemu lagi jika dunia sudah
kiamat!”
Gadis cantik itu ternyata ‘raja tega’ juga. Sekali pun
hatinya mengangumi ketampanan Pandu, sekali pun batinnya
mengakui kehebatab Pandu, sekali pun ia sudah diselamatkan
oleh Pandu dari ancaman maut Dew Lemakwati, tapi ia
ternyata tega melukai Pandu dengan racun ganasnya itu.
Pandu ditinggalkan dalam keadaan menyedihkan. Tubuh
pendekat tampan itu semakin merah, noda-noda hitam
semakin banyak, aroma busuk kian menyengat hidung,
menyuburkan bulu di dalam lubang hidung siapa pun. Rasa
sakit yang mirip orang disayat-sayat semakin terasa dan
membuat Pandu Puber hanya bsa menggeliat sambil
mengerang dengan napas memberat. Kadang napas itu pun
tersentak-sentak, seakan jantung mulai ikut membusuk dan
ingin pecah secepatnya.
Rembulan Pantai aganya merasa puas. Walau ia tidak
melihat kematian Pandu Puber, namun ia cukup yakin bahwa
Pandu Puber berhasil dibunuhnya dengan racun itu. dengan
begitu maka impaslah hutang nyawa sang Pendekar Romantis
atas kematian Tengkorak Tobat tempo hari itu. Hanya untuk
urusan itulah Rembulan Pantai keluar dari istana sang Ratu
Cadar Jenazah. Karena urusannya sudah diselesaikan, maka ia
punkembali ke Bukit Gulana, tempat Ratu Cadar Jenazah
memerintah sekelompok manusia yang mendukung
rencananya untuk menjadi penguasa tertinggi dunia persilatan.
Semakin merah sang matahari di cakrawala, semakin
merah pula kulit Pandu yang mulai banyak dilumuri cairan
hitam busuk itu. tak ada lagi tenaga untuk bergerak kecuali
hanya mengerang menunggu ajal datang.
Namun ternyaa ajal yang ditunggu itu belum datang
pula walau matahari sudah separo bagian terbenam di
cakrawala. Justru yang tidak disangka-sangka akan datang
ternyata muncul di tempat itu.
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
27
Orang yan gmuncul di tempat itu secara tidak sengaja
adalah seorang gadis berdada besar, super montok. Begitu
besar dan montoknya sehingga dulu Pandu pernah menjuluki
gadis tengil itu sebagai gadis pabrik. Maksudnya pabrik susu.
Dan gadis berusia sekitar dua pulu dua tahun itu mempunyai
kalung hijau bentuk naga menari, sebagai tanda bahwa ia
adalah murid dari Perguruan Naga Jilu yang diketuai oleh
tokoh tua bernama Resi Pancal Sukma.
Gadis itu punya wajah cantik bermata sayu seksi.
Pinjung penutup dadanya berwarna biru, sama dengan
celananya. Jubahnya tipis warna kuning gading. Rambutnya
disanggul sebagian sisanya turun meriap dengan gemulai.
Sebilah pedang perak diselipkan di pinggangnya yang
berpinggul meliuk elok.
Dia putri kedua dari Sultan Danuwija yang bertahta di
kesultanan Sangir. Dulu ia dikenal oleh keluarganya sebagai
‘gadis mbalelo’ yang keluar dari adat-istiadat Dalem
Kesultanan. Tapi sejak ia bisa menangkap seorang musuh
pribadi sang Ayah, maka ia diterima kembali sebagai keluarga
kesultanan.
Gadis itu tak lain adalah Rani Adinda, yang dulu pernah
diselamatkan Pandu ketika hendak bunuh diri. Penyelamatan
Pandu itulah yang menjadi jembatan perkenalannya dengan si
cantik, sampai akhirnya Pandu terlibat masalah dengan
seorang wanita cantik penuh gairah cinta berjuluk Janda
Keramat, (Kalau mau tahu, baca serial Pendekar Romantis
dalam kisah: “Skandal Hantu Putih”- seru deh)
“Pandu…?!” Rani Adinda terkejut melihat keadaan
Pandu semenderita itu. Padahal tujuannya hendak menuju ke
perguruan untuk menemui gurunya; Rsi Pancal Sukma. Tapi
karena mendengar suara orang mengerang menyedihkan, Rani
Adinda terpaksa belok arah untuk melihat siapa yang
mendeerita. Tentu saja ia sangat kaget setelah tahu orang yang
mengerang menyedihkan itu adalah pendekar tampan yang
pernah menolongnya dari maut sang Janda Keramat.
“Pandu, apa yang terjadi?! Mengapa kau jadi sebusuk
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
28
ini?” Rani Adinda menyeringai untuk menahan bau busuk
yang hampir membuatnya muntah itu.
“Ra... Racun…Ta… pak… Kubur…” Pandu berusaha
mengatakan penyebab penderitaannya dengan susah payah.
Matanya terbeliak-beliak bagai tak mampu lagi untuk terbuka.
Tapi ia masih sempat mengenali seraut wajah cantik itu.
Hatinya sempat merasa lega sedikit, karena ia berharap Rani
Adinda segera melakukan sesuatu untuk menolongnya.
“Racun ‘Tapak Kubur’?! oh, celaka…! Setahuku racun
itu sangat berbahaya dan sulit dilumpuhkan,” pikir Rani
Adinda. “Sebaiknya aku segera membawanya ke perguruan
dan meminta bantuan Guru untuk menawarkan racun itu.
Tapi… apakah Guru bisa melumpuhkan racun ‘Tapak Kubur’?
setahuku Guru pernah bercerita tentang racun itu dan merasa
tidak mengerti obat penawarnya.”
Tetapi Rani Adinda yang merasa berhutang budi kepada
Pandu itu segera nekat membawanya ke Perguruan Naga Jilu.
Dengan menahan rasa mual karena bau busuk, gadis itu
memanggul tubuh Pandu menggunakan tenaga dalamnya,
sehingga tubuh itu terasa seperti sarung kumal yang
disampirkan di pundak. Ia membawa lari Pandu Puber dengan
pergunakan ilmu peringan tubuhnya, sehingga dalam waktu
singkat sudah sampai di tempat yang jauh dari pantai. Namun
gerakan itu terpaksa berhenti karena tiba-tiba seberkas sinar
merah melesat dari balik kerimbunan pohon sebelah kanan
menghantam sebatang pohon di depan langkah Rani Adinda.
Duarr…!
Pohon itu pecah dan tumbang melintangi jalanan. Gadis
itu berpaling ke arah datangnya sinar itu.
Rani Adinda memandang heran dan penuh curiga
kepada serut wajah bundar dan lebar itu. gadis berbadan
gembrot itu ak lain adalah Dewi Lemakwati yang rupanya
mengentahui siapa yang dipanggil Rani Adinda. Gadis
gembrot itu ternyata sengaja menghilang dari Pandu dan
kembali ke tempat semula, namun di perjalanan ia pergoki
keadaan pemuda berpakaian ungu itu cukup mencemaskan
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
29
hati. Lemakwati bermaksud ingin mengambil alih Pandu. Tapi
Rani Adinda mempertahankan karena masih asing dengan si
gembrot berwajah lebar itu.
“Dia dalam keadaan terkena racun ‘Tapak Kubur’! aku
harus segera membawanya dan meminta bantuan guruku!”
“Percayalah padaku, tinggalkan saja pemuda itu di sini,
karena aku akan mengobatinya dengan caraku sendiri!”
“Nggak bisa! Aku belum kenal siapa dirimu, bagaimana
aku bisa percaya dengan maksud baikmu itu?!”
“Aku saudara sepupunya, namaku Dewi Lemakwati!”
“Jika kau saudara sepupunya, mengapa kau
menghentikan langkahku dengan cara kasar seperti tadi?”
Lemakwati sunggingkan senyum berkesan nyengir.
“Hanya untuk bikin kejutan saja. Aku tak bermaksud kasar
padamu. Tapi jika kau ngotot, aku terpaksa benar-benar
bersikap kasar padamu, Rani Adinda!”
Hati putri sultan itu membatin. “Dia mengetahui
namaku?! Hmmm… aneh sekali. Padahal aku tak
mengenalnya. Orang dari mana sebenarnya si gembrot ini?
aku masih belum yakin kalau ia saudara sepupu Pandu.
Setahuku Pandu pernah bercerita bahwa ia tak mempunyai
saudara.”
Kemudian putri Sultan Danuwija itu berkata, “Jika
benar kau saudaranya Pandu, coba jelaskan silsilah Pandu
Puber!”
Senyum sinis meremehkan tampak mekar di bibir tebal
si Dewi Lemakwati. Lalu dengan sikap sedikit sombong
Lemakwati berkata,
“Pandu Puber adalah keturunan dari dewa yang
bernama Batara Kama. Dewa itu kawin dengan anak raja jin
yang bernama Murti Kumala.”
“Benar juga,” gumam Rani Adinda. Apa yang pernah
diceritakan Pandu kepadanya terngiang kembali di telinga,
sehingga ia tahu persis apa yang dikatakan Lemakwati
memang benar. Bahkan Lemakwati mengatakan sesuatu yang
belum pernah dikatakan Pandu kepadanya.
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
30
“Kelak jika ia menemukan jodohnya yang benar, maka
ia akan menjadi dewa, hidup di kayangan bersama istrinya dan
bernama Dewa Indo. Tapi jika Pandu salah memilih calon
istri, ia tidak akan bisa hidup di kayangan dan akan tetap hidup
sebagai manusia di bumi.”
“Siapa jodoh Pandu yang benar itu?”
“Bidadari penguasa kecantikan yang juga dikenal
dengan nama Ratu Ayu Sejagat, nama aslinya Dian Ayu
Dayen.”
“Dari mana kau tahu hal itu?!” tanya Rani Adinda
setelah tertegun bengong mendengar hal itu.
“Karena aku adik sepupunya, jadi aku tahu hal itu.”
“Adik sepupunya? Bukankah kau sendiri bilang bahwa
ayah Pandu adalah Dewa Batara Kama? Apakah kau anak dari
kakak Batara Kama?”
“Aku adalah…. Adalah anak dari adiknya Bibi Murti
Kumala.”
“O, kalau begitu kau keturunan jin pula?”
“Hmm… yah, kira-kira begitulah!” jawab Lemakwati
dengan kesan cuek. “Nah, sekarang kau percaya bukan? Apa
lagi yang ingin kau tanyakan padaku tentang Pandu Puber?”
“Hmmm… hmmm… nggak ada!”
“Kalau begitu, letakkan dia dan tinggalkan dengan
segera. Aku akan menawarkan racun ‘Tapak Kubur’ itu.
Teruskan perjalananmu dan tak perlu mencemaskan dirinya
lagi. Aku tahu kau ingin menyelesaikan masalahmu dalam
kasus Skandal Hantu Putih itu.”
“Oh, rupanya kau banyak tahu tentang diriku, ya?”
“Karena aku saudara sepupu Pandu jadi aku tahu
sgalanya yang ada hubungan dengannya. Aku pun tahu bahwa
janda Keramat yang menjadi Hantu Putih itu telah lepas dari
tawanannya dan kau ditugaskan oleh ayahmu untuk memburu
si Janda Keramat itu, bukan?”
“Apakah kau seorang peramal sakti?”
“Yah, kira-kira begitu,” jawab Lemakwati seenaknya.
“Kuingatkan pula padamu, perginya Janda Keramat dari
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
31
kamar tahanan adalah hal yan gbaik bagi pihak kesultanan.
Sebab kalau ia tetap ada dalam tawanan, maka ibumu yang
sudah terlanjur jatuh cinta dengan kaum sejenis itu akan
menjadi semakin parah dan akan berusaha melepaskan Hantu
Putih dari tawanan. Ibumu punya rencana lari bersama Hantu
Putih atau si Janda Keramat itu, karena ia sudah tertular
kelainan bercinta yang datang dari kemesraan si Janda
Keramat itu. Jadi jika Janda Keramat pergi, itu adalah hal
yang menguntungkan pihak kesultanan. Ia tak perlu dicari lagi
untuk ditangkap. Biarkan dia pergi dan ibumu lambat laun
akan sembuh dari kelainan cintanya itu.”
Rani Adinda sebenarnya merasa malu. Kelainan cinta
yang diderita ibunya diketahui gadis segembrot Lemakwati.
Namun agaknya Rani Adinda memang tak bisa menutupi hal
itu, sehingga akhirnya ia hanya bisa menarik napas dan
menyerahkan Pandu Puber ke tangan Lemakwati. Ia menjadi
percaya kepada Lemakwati dan segera meneruskan
perjalanannya ke Perguruan Naga Jilu dengan kata-kata
terakhir.
“Selamatkan Pandu dari racun ‘Tapak Kubur’. Kau
yang bertanggung jawab atas keselamatannya. Jika sampai
terjadi apa-apa pada dirinya, aku akan menuntutmu!”
Keadaan Pendekar Romantis semakin parah. Ia nyaris
tak bisa keluarkan suara erangan lagi. Kebusukan kian merata.
Kulitnya mulai menghitam dan mengadung air. Tentu saja
sangat menjijikkan jika sampai tersentuh tangan seseroang.
Tetapi Lemakwati agaknya tak kenal rasa jijik. Bahkan bau
busuk menyerupai bangkai itu tak dihiraukan lagi. Pendekar
Romantis diangkat dan dipanggul ke pundak berlengan kekar
dan besar itu, kemudian gadis gembrot itu pun melesat pergi
meninggalkan tempat itu dengan senyum ceria.
Sebuah gua menjadi sasaran utama Lemakwati.
Pendekar Romantis dibawa masuk ke dalam gua itu. langit
petang mulai meremang. Tentu saja suasana di dalam gua
cukup gelap. Tapi Lemakwati mampu membuat cahaya di
dalam gua seperti disinari oleh puluhan obor hingga menjadi
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
32
terang.
Telunjuknya menuding ke arah salah satu gugusan batu
yang letaknya merapat di dinding gua. Clapp…! Sinar putih
perak berbintik-bintik menghantam batu tersebut, dan batu itu
menjadi menyala seperti bara putih, menyerupai neon. Semua
batu yang ada di situ diperlakukan sama, sampai akhirnya gua
itu menjadi terang benderang penuh dengan batu bercahaya
putih terang. Bahkan langit-langit gua pun dituding dengan
telunjuknya dan kejap berikut langit-langit gua menjadi terang
seperti lampu neon.
Pandu Puber saat itu dalam keadaan antara sadar dan
tidak. Ia masih ingat suara Lemakwati bicara dengan Rani
Adinda. Ia juga melihat cara Lemakwati menerangi gua
tersebut. Tapi mulutnya tak bisa mengucapkan kata apa-apa
melihat keajaiban itu. hanya hatinya yang membatin lemah,
“Sakti juga si gembrot itu rupanya. Tapi mengapa ia mengaku
saudara sepupuku. Apakah benar ia saudara sepupuku?”
Terdengar pula suara Lemakwati berkata, “Sebentar
lagi kau akan sembuh, Sayang! Sabar dulu, ya?”
Tubuh pendekar tampan itu dibaringkan dalam keadaan
rapi; kaki lurus dan kedau tangan merapat lurus di samping
tubuh.
“Pejamkan matamu,” kata Lemakwati, dan Pandu
hanya bisa mengikuti perintah itu, matanya terpejam pelan-
pelan.
Gadis gembrot bergincu tebal ada di samping kir Pandu,
berlutut dan mengangkat kedua tangannya setinggi dada.
Kedua tangan itu bergerak pelan-pelan dalam keadaan mata
terpejam.
Tiba-tiba dari kedua telapak tangan itu memancar sinar
putih perak berasap tipis. Sinar itu jatuh ke tubuh Pandu
Puber. Di mana tangan itu bergerak di situlah sinar tersebut
menyapu tubuh Pandu yang membusuk dan menjijikkan.
Tetapi setiap bagian yang terkena semburan sinar putih
menjadi cepat kering. Kulit yang mengelupas atau berkerut
bergerak menutup seeprti semula. Warna hitam berubah
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
33
menjadi merah samar-samar, lalu dalam kejap berikutnya
warna kulit itu berbah menjadi seperti warna aslinya.
“Hebat juga dia!” batin Pandu berkata demikian. “Rasa
sakitnya cepat sirna. Rasa perih pun hilang, dan bau busuk
tidak menyebar lagi dari tubuhku. Ternyata ia punya sistem
pengobatan yang tergolong tinggi. Barangkali ilmunya pun
lebih tinggi dari dugaanku.”
Memang begitu kenyataannya sih. Lemakwati berilmu
tinggi. Entah siapa gurunya, yang jelas Pandu Puber sangat
mengakui ketinggian ilmu Lemakwati baik secara diam-diam,
maupun secara terang-terangan ketika ia menjadi sehat
kembali. Keadaan Pandu menjadi benar-benar seperti semula,
bahkan ia mirip manusia yang baru lahir ke bumi, tanpa luka
atau cacat sedikit pun.
“Luar biasa?!” gumam Pandu dengan nada ceria ketika
ia selesai memeriksa keadaan tubuhnya.
“Racun ‘Tapak Kubur’ telah lenyap, tak tersisa sedikit
pun pada dirimu.”
“Oh, Lemakwati… ternyata kau bukan orang jahat. Kau
sudah menyelamatkan nyawaku dari kekejaman racun ‘Tapak
Kubur’.”
Lemakwati tersenyum lebar, tak ada manisnya sedikit
pun. Ia berkata, “Ini hanya sebagian kecil dari ilmuku.”
“Aku sangat mengangumimu. Kuakui kau cukup hebat.
Tapi kalau boeh kutahu, siapa gurumu sebenarnya?”
“Kau tak perlu tahu, katena guruku bukan orang penting
bagimu. Yang penting kau ingat, aku telah menolongmu dan
selayaknya kalau aku minta upah.”
“Akan kuberikan. Upah apa maksdumu?”
“Cumbulah aku walau sekejap.”
“Hahh…?!” Pandu terbelalak. “Apa nggak sebaiknya
tunggu kalau kau kurus duluan?”
“Aaah… kamu!” Lemakwati merengek manja, tak ada
kesan indah seikit pun dalam rengekannya itu. “Kalau kau tak
mau memberikan kemeraan, aku akan datangkan lagi racun
‘Tapak Kubur’ itu agar membusukkan tubuhmu kembali. Aku
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
34
bisa mengembalikan racun itu tanpa menyentuh atau
memandangmu.”
Pandu Puber tertegun bengong mempertimbangkan
permintaan tersebut.
tangan raksasa.
Demi memenuhi hasratnya yang tak dapat
ditangguhkan lagi itu, Lemakwati rela pergi malam-malam
mencari secangkir arak penggugah gairah Pandu Puber. Tetapi
pada saat gadis gembrot itu pergi, Pandu Puber pun segera
persiapkan diri untuk tinggalkan gua tersebut.
“Sekaranglah saatnya untuk selamatkan diri dari
kemesraan maut itu. Aku harus segera tinggalkan gua ini jauh-
jauh dan kalau bisa jangan sampai bertemu lagi dengan
‘penunggu kuburan tua’ itu. Aku nggak mau mampus dalam
jepitan dua gentong di dadanya itu.”
Zlaapp…! Jurus ‘Angin Jantan’ digunakan Pandu untuk
melarikan diri. Gelapnya malam diterjang begitu saja, tak
peduli ke mana arah tujuan yang penting lari dari gua itu.
Walaupun di perjalanan Pandu Puber sempat berpikir.
“Aduh, kenapa sebelumnya aku nggak bicarakan deulu
soal kematian Ken Warok? Padahal menurutku Lemakwati
tahu masalah tersebut, setidaknya ia juga tahu siapa orang
yang membunuh Ken Warok. Rasa-rasanya aku masih
penasaran jika belum mengetahui siapa pembunuh sahabatku
itu. Tapi… apa iya aku harus kembali ke gua sampai
menunggu kedatangannya?” sambil berpikir begitu langkah
kaki masih menyentak cepat membuat Pendekar Romantis
berkelebat menerabas semak, melintasi pepohonan.
Pikirnya lagi, “Biarin deh, nggak usah balik lagi. Kalau
aku kembali lagi sama saja cari penyakit! Belum tentu ia mau
bicara tentang kematian Ken Warok. Bisa-bisa pertanyaan itu
dimanfaatkan untuk membujukku agar mau melayani
seleranya. Lupakan saja tentang dia deh. Soal jasa baiknya
menolongku dari kematian racun ‘Tapak Kubur’ akan kubayar
di suatu saat nanti, apabila kutemukan dirinya dalam keadaan
bahaya.”
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
40
Mendadak langkah Pendekar Romantis terhenti. Bukan
karena ada yang menghalangi atau ada yang menghadang,
melainkan karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
Saat itu posisi Pandu Puber ada di ketinggian sebuah lereng
bukit. Dari tempat itu ia melihat cahaya merah melintas di
langit bagaikan bintang jatuh dan terbakar. Wwweeesss…!
“Sinar merah apa itu yang tampak muncul dari arah
timur?” pikir Pandu. Matanya masih mengikuti cahaya merah
mirip meteor jatuh tersebut. Arah sinar itu menuju ke barat, ke
kaki bukit kecil yang ada di sana. Munculnya pun dari seuah
bukit kecil yang ada di sebelah timur.
Ketika sinar merah itu bergerak melengkung hendak
jatuh ke suatu tempat, tiba-tiba dari bukit sebelah barat muncul
sinar biru panjang juga mirip meteor jatuh. Sinar biru itu
bagaikan menyambut kedatangan sinar merah yang kemudian
bertabrakan di udara.
Blegaaar…!
Gema sebuah ledakan menggelegar terbawa angin dan
bergelombang-gelombang. Cahaya ungu yang menyebar pecah
dari benturan dua sinar itu segera padam, tapi getaran daya
ledaknya masih terasa menggetarkan bumi. Tanah tempat
Pandu berpijak pun terasa bergetar walau hanya kecil-kecil
saja.
“Dua ilmu bertarung di angkasa! Hmm…! tenaga dalam
siapa yang saling menyerang dari jarak sejauh itu? pasti
pemiliknya adalah tokoh tua berilmu tinggi!” Pandu Puber
sengaja merenungi hal itu beberapa saat. Dan tiba-tiba ia
dikejutkan kembali dengan munculnya sinar merah seperti tadi
dari arah timur. Kali ini ada dua sinar merah yang melesat
menuju ke arah barat. Namun dari arah barat muncul pula dua
sinar biru seperti tadi, berekor panjang dengan bagian depan
seperti bola berapi biru. Keduanya bertabrakan di udara dan
menimbulkan ledakan dahsyat yang membahana,
menggetarkan bumi lebih keras dari yang pertama tadi.
Bleguurr…! Blaarr…!
Langit terang sekejap, lalu warna hitam malam
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
41
menjelma lagi begitu sinar ungu hasil benturan dua tenaga
dalam jarak jauh itu padam tinggalkan gelombang getaran.
Pandu Puber sempat rasakan tanah cadas yang dipijaknya
bagai mau retak ia segera lompat ke tempat lain, walau
sebenarnya tanah cadas itu tidak menjadi retak beneran.
“Penasaran sekali hatiku melihat pertarungan jarak jauh
itu. aku harus segera menuju ke bukit sebelah batar itu.
kayaknya pihak barat yang bertahan dan pihak bukit timur
yang menyerang.”
Rasa penasaran membawa Pandu bergegas menuju ke
arah bukit yang ada di barat. Bukit kecil itu mempunyai lereng
yang landai dan puncak yang gersang. Di puncak bukit tak ada
tanaman jenis pohon tinggi, hanya semak rendah dan bebatuan
yang tingginya tak sampai sebatas pundak manusia dewasa.
Pandu tiba di puncak bukit itu. Entah bukit apa
namanya, ia tak tahu. Tapi di situ ia menghadang munculnya
serangan sinar merah dari arah timur. Namun sampai beberapa
saat lamanya sinar merah itu tidak kunjung muncul. Mungkin
penyerang di bukit timur sedang persiapkan ilmu yang lebih
tinggi, atau mungkin juga penyerang di pihak timur merasa
jera dan hentikan serangannya.
Semilir angin malam menggeraikan rambut Pandu yang
panjang belakang. Sebuah pohon besar bercabang besar
dengan daunnya yang rimbun terdapar di lereng bukit, tak jauh
dari puncak bukit itu. Pandu bermaksud menuju ke pohon itu
untuk mencari tempat merebahkan badan. Toh dari sana ia
masih bisa melihat kilatan cahaya di langit seandainya sinar-
sinar tadi bermunculan kembali. Pohon itulah yang akan
dijadikan tempatnya untuk tidur jika sang kantuk sudah
menyerangnya.
Namun sebelum ia mencapai pohon itu, sekelabat
bayangan melintasi gelapnya malam masih sempat tertangkap
oleh pandangan mata Pandu Puber. Dengan cepat langkah
Pandu Puber membelok ke kiri untuk mengikuti sesosok
bayangan yang berkelebat itu. Ia menyelinap dari pohon yang
satu ke pohon yang lain. Sampai akhirnya Pendekar Romantis
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
42
terpaksa harus berhenti karena melihat sosok bayangan yang
diikutinya itu tahu-tahu terpental ke samping dan menghantam
sebatang pohon jati. Gerakan terpental itu diawali dengan
munculnya sinar hijau seperti bintang yang menghantam dari
arah kiri sosok bayangan tersebut.
“Uuhg…!” terdengar suara pekikan tertahan dari sosok
bayangan yang diikuti Pandu Puber itu. Mendengar suara
pekik tertahan itu, Pandu dapat memastikan bahwa bayangan
yang diikuti itu adalah sosok bayangan seorang perempuan,
karena memang yang terdengar tadi adalah suara perempuan.
“Perempuan itu nggak bangun-bangun lagi? Hmm…
jangan-jangan dia mati dihantam sinar hijau tadi? Coba
kutengok lebih dekat lagi.”
Pandu Puber bergerak tanpa timbulkan suara. Setelah
dekat dengan sosok bayangan yang tad diikutinya, ie manjadi
terkejut dan sedikit tegang. Hatinya menjadi ragu dengan
penglihatannya karena keadaan malam kurang meyakinkan
apa yang dipandangnya. Pandu Puber semakin ingin tahu,
sehingga ia bergerak mendekati pelan-pelan, seperti langkah
maling mendekati rumah gedongan.
“Uuhg…! Aaahg…!” perempuan itu keluarkan suara
erangna tipis, samar-samar. Ia merintih, berarti ia terluka
parah sekali.
Zlaap…! Pandu bergerak cepat kembali bersembunyi.
Karena pada waktu ia ingin melihat korban yang merintih
lebih dekat lagi, tiba-tiba ia mendengar suara percakapan yang
dilakukan oleh dua orang dari arah tempat datangnya sinar
hijau tadi.
“Habisi saja dia! Jangan beri kesempatan untuk hidup
supaya penyusupan kita nggak bocor dulu di pihaknya.”
“Kurasa dia sudah modar! Jurus ‘Bergala Hijau’-ku
nggak ada yang bisa mampu menahannya. Nggak ada orang
yang selamat dari jurus mautku itu, Silabang!”
Pandu melepas dua sosok bayangan biru yang ternyata
adalah dua orang berpakaian serba biru. Kedua orang tersebut
adalah lelaki berperawakan tinggi agak kurus. Yang
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
43
membedakan mereka hanya ikat kepala dan panjangnya
rambut. Yang berikt kepala merah berambut pendek, yang
berikat kepala putih berambut panjang sepundak. Dari jenis
suaranya Pandu dapat perkirakan usia mereka di atas empat
puluh tahun. Wajah mereka tak jelas, tapi gerakan mereka
masih mampu terlihat jelas oleh Pandu Puber dari
persembunyiannya di balik sebantang pohon besar.
“Uuhh…aahhg…!” perempuan yang terkapar itu
merintih kecil.
“Silabang, ternyata dia masih hidup!”
“Ya sudah, habisi saja. Kalau kau nggak tega, biar
kuhabisi dengan golokku, Wisesa!”
Melihat yang bernama Silabang mencabut goloknya,
Pandu Puber segera lepaskan jurus pukulan ‘Salju Kaget’
secara spontan. Wuut…! Gumpalan tenaga bergelombang
dingin lepas dari telapak tangan Pandu. Pukulan tanpa sinar itu
dimaksudkan Pandu hanya untuk mendorong Silabang agar
terpental jauh dari perempuan itu. Tapi di luar dugaan ternyata
hawa salju yang menghantam telak dada Silabang itu bukan
hanya membuat Silabang terpental saja, namun juga membuat
dadanya pecah seketika.
Bruuss…!
“Silabang?! Silabang…?!” seru Wisesa dengan kaget,
lalu buru-buru menghampiri temannya. Ternyata temannya
dalam keadaan sekarat, dadanya pecah mengerikan. Untung
saat itu tak ada cahaya seterang siang, sehingga isi dada yang
pecah serta darah yang menyembur ke mana-mana itu tak
terlihat jelas sehingga tak begitu mengerikan. Namun Pandu
Puber tahu bahwa Silabang segera kehilangan nyawanya
beberapa hitungan setelah roboh dalam jarak tujuh langkah
dari perempuan yang terkapar itu.
“Kok bisa jadi begitu?” pikir Pendekar Romantis
bingung sendiri. “Padahal waktu kulepaskan jurus itu kepada
Lemakwati nggak sampai membuat dadanya jebol. Tapi
sekarang kok bisa bikin jebol dada? Jurus apa sih yang
kumiliki ini? Ayah nggak pernah bilang kalau punya jurus
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
44
salju yang bisa jebolkan dada orang sih. Maaf saja deh, aku
nggak tahu kalau akan begini jadinya.”
Pandu Puber tampak menyimpan rasa sesal dalam
hatinya. Ia merenung sesaat hingga temukan kesimpulan
bahwa Silabang ilnya tak setinggi Lemakwati. Tentu saja
Lemakwati hanya menggigil terbungkus busa salju sebab ia
berilmu tinggi, lapisan tenaga dalamnya cukup kuat untuk
menahan hantaman gelombang dingin itu. Tapi Silabang
nggak punya lapisan tenaga dalam tinggi, sehingga dadanya
mudah jebol dan ditaburi busa-busa salju yang memutih.
Di tempat Silabang terkapar tak bernyawa, terdengar
suara geram Wisesa yang mengutuk pernyerang temannya itu.
Pandu Puber merasa akan terjadi pertarungan yang membawa
korban antara dirinya dengan Wisesa, atau Wisesa akan
semakin murka kepada perempuan itu hingga tak segan-segan
membunuhnya.maka, sebelum hal itu terjadi Pandu Puber
segera menyambar perempuan yang terkapar itu dan
membawanya lari dengan gerakan melebihi kecepatan anak
panah. Zlaap…! Tentu saja hilangnya perempuan itu membuat
Wisesa bingung dan semakin murka, sehingga ia berteriak-
teriak sendiri melepas kemarahannya sambil menghantamkan
tenaga dalamnya ke beberapa pohon.
Perempuan yang merintih dan terluka parah karena
serangan sinar hijau tadi ternyata seorang gadis yang memang
sudah dikenal Pandu Puber. Hanya saja, tadi Pandu sempat tak
percaya dengan penglihatannya. Tapi sekarang ia yakin betul
bahwa gadis yang dibawanya lari itu adalah Belati Binal.
Pandu mengenal gadis berdada seperti mangkok bakso
itu ketika terlibat masalah kitab pusaka. Ingatan Pandu masih
segar tentang Belati Binal yang berusia sekitar dua puluh dua
tahun itu, karena perpisahannya dengan Belati Binal baru saja
terjadi sekitar tujuh hari yang lalu. Belati Binal adalah murid
Nyai Camar Langit, penguasa Lembah Nirwana. Sedangkan
Nyai Camar Langit adalah kakak tirinya Ratu Cadar Jenazah.
Mereka menangani bermusuhan karena masalah pribadi.
Selama menangani kasus kitab yang berisi jurus maut bernama
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
45
‘Lima Setan Bingung’ itu, Pandu selalu didampingi oleh
Belati Binal, sehingga Pandu tahu bahwa gadis itu sukar
tersenyum walau tetap cantik. Salah satu kelebihannya ada di
indera penciuman. Ia dapat mengingat bau keringat tiap orang,
sehingga ia dapat kenali siapa pemilik keringat orang yang
menguntitinya atau yang akan datang padanya. Kelebihan
itulah yang membuat Pandu sering menjulukinya sebagai
‘Gadis Pelacak’, (Lacak ada sendiri dalam serial Pendekar
Romantis episode: “Kitab Panca Longok” cukup berkeringat
kok).
Sebuah tebing cadas tinggi mempunyai rongga mirip
gua. Di situlah Pandu membawa Belati Binal dan
mengobatinya. Luka yang diderita gadis pelacak itu cukup
parah. Bagian dalam dadanya nyaris terbakar habis. Hawa
panas yang tertanam dalam tubuhnya adalah hawa panas gaib
yang sukar dipadamkan dengan hawa dingin si penderita.
Tetapi dengan mempergunakan jurus ‘Hawa Bening’ yang
berupa sinar putih bening dari ujung jari Pandu, maka luka
bakar itu dapat segera diredam dan dipulihkan kembali.
Nyala api unggun yang dibuat Pandu membuat wajah
Belati Binal tampak terperanjat ketika mengetahui siapa orang
yang menyelamatkannya.
“Kau…?!”
Pandu sunggingkan senyum keramahan yang menawan.
Tapi gadis itu tetap tak mau tersenyum sedikit pun kecuali
hanya menarik nafas dan menghempaskannya dengan
perasaan lega. Ia duduk di depan Pandu yang jongkok tak jauh
darinya. Matanya yang bundar memandang Pandu tak
berkedip sekitar tiga helaan napas. Lalu ia buang muka dengan
alasan menggerak-gerakkan tangannya yang terasa punya
tenaga lagi, dan menarik-narik napasnya yang terasa begitu
lapang, tidak sepanas dan sesesak tadi.
“Apa yang terjadi Belati Binal?!”
“Kau kan tah kalau aku hampir mati, kok masih tanya?”
jawab Belati Binal dengan lagaknya yang selalu nampak ketus
dan sedikit angkuh, namun sebenarnya hati gadis itu tidak
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
46
seketus dan seangkuh raut wajahnya.
“Kau diserang seseorang. Yang satu bernama Wisesa,
satunya lagi bernama Silabang!”
“Mereka orangnya Dalang Setan!”
“Ooo…” Pandu manggut-manggut tampak serius. “Ada
persoalan apa sehingga mereka bernafsu untuk
membunuhmu?”
“Dalang Setan masih menuntut kematian Dupa Dulang
kepadaku, tapi yang dituntut adalah guruku Nyai Camar
Langit. Guru dipaksa untuk menghukumku seberat mungkin,
tapi Guru nggak mau, bahkan Guru terang-terangan
membelaku sehingga Dalang Setan makin murka. Sudah dua
hari ini kami diganggu.”
“Diganggu bagaimana?” Pandu makin tertarik.
“Dalam dua malam ini sudah empat temanku di lukai
dengan racun ‘Kelabang Mimpi’, dan kami tak bisa
mengalahkan racun itu.”
“Apa bahayanya racun itu?”
“Yang jelas, orang yang terkena racun ‘Kelabang
Mimpi’ selalu dicekam perasaan takut yang amat besar.
Memandang apa saja selalu menakutkan, bahkan memandang
Guru sendiri seperti memandang setan yang mengerikan.
Selama dua malam kami terganggu oleh jeritan-jeritan mereka.
Dan malam ini Dalang Setan kirimkan ilmu teluhnya untuk
membunuh guruku, tapi oleh Guru segera dilawannya dan
berhasil digagalkan. Kalau kau tadi melihat dua sinar di
angkasa saling beradu, itulah pertarungan ilmu teluh Dalang
Setan dan guruku. Lalu, aku bertekad temui Dalang Setan
malam ini juga untuk selesaikan urusan sendiri supaya tidak
timbul korban lain. Tapi agaknya kedua orang yang kau
sebutkan namanya itu kebetulan beRembulan Pantaipasan
denganku dan mereka menyerangku. Tapi kurasa tujuan
utamanya adalah mengganggu pihakku dengan melepaskan
racun ‘Kelabang Mimpi’, padahal racun itu ciptaan Dalang
Setan dan hanya dia yang bisa mengobati orang yang terkena
racun tersebut.”
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
47
Pandu Puber tertawa pendek tanpa suara, lalu geleng-
geleng kepala sambil menggumam, “Ilmu teluh…? Rupanya
Dalang Setan masih suka bermain dengan ilmu teluh”
“Aku harus ke sana menemuinya sekarang juga!”
“Jangan. Aku yakin ilmumu masih di bawah ilmunya.
Kau nggak bakalan bisa kalahkan dia. Biar aku saja yang
hadapi si Dalang Setan itu.”
“Nggak bisa! Kamu nggak boleh campuri urusan ini.
sekarang urusan ini sudah jadi urusan pribadiku mutlak!”
“Hei, ingat… Dalang Setan pernah menantangku
bertarung di Jurang Karang Keranda!”
“Ya, aku ingat. Tapi pertarungan itu akan terjadi kurang
tiga hari lagi.”
“Akan kupercepat. Barangkali juga tak perlu harus ke
Jurang Karang Kerenda.”
Belati Binal tidak bisa bicara lagi. Wajah Pendekar
Romantis memperlihatkan kebulatan tekadnya yang nggak
bisa dicegah lagi. Namun hati Belati Binal diam-diam
menyimpan kecemasa, karena empat hari yang lalu ia
mendengar kabar bahwa Ratu Cadar Jenazah menyatakan
kesediannya membantu pihak Dalang Setan jika musuh
Dalang Setan yang akan dihancurkan adalah Nyai Camar
Langit. Jika sampai Pandu berhadapan dengan Dalang Setan,
tentunya pihak Ratu Cadar Jenazah akan ikut menyerang
Pendekar Romantis. Padahal kesaktian Ratu Cadar Jenazah
jika digabungkan dengan ilmunya si Dalang Setan akan
menjadi suatu kekuatan yang sulit ditumbangkan.
“Kalau kularang, dia pasti akan marah padaku,” pikir
Belati Binal. “Kalau kubiarkan dia dapat mengalami celaka,
bisa-bisa membawa kematiannya tiba. Lalu bagaimana aku
harus mencegah niatnya itu? aku harus menggunakan siasat
agar Pandu tidak berhadapan dengan dua kekuatan yang
membahayakan itu.”
Emoticon