Pendekar Romantis 7 - Dendam Dalang Setan(1)



PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
 1
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
2
HATI siapa yang nggak sedih melihat seorang 
teman digantung mirip kentongan? Cuma hati 
robot yang nggak sedih, sebab hati robot terbuat dari besi baja. 
Tapi hatinya Pandu Puber nggak seperti robot. Waktu ia 
mendengar kabar dari mulut orang dalam kedai tentang hal itu 
saja hatinya langsung teriris menjadi beberapa bagian. Perih 
sekali. 
  “Hei, apa kalian tak ingin lihat orang mati digantung?” 
ujar lelaki kurus yang baru masuk kedai itu. 
  “Siapa yang mati digantung itu?” 
“Ken Warok, cucunya almarhum Ki Mangut Pedas!” 
“Hahh…?!” beberapa orang kedai kaget secara spontan. 
Demikian pula halnya dengan Pandu Puber yang hendak 
mencaplok ketan bakar. Ketan bakar itu sempat pula lompat 
dari  depan mulut gara-gara kuping si tampan Pandu Puber 
mendengar kabar itu. 
“Di mana anak itu digantungnya?” tanya seseorang, 
entah siapa, Pandu nggak kenal. 
Si pembawa berita menjawab, “Di hutan tepi desa!” 
“Ah, masa’ sih? Kedengarannya nggak masuk akal deh, 
soalnya kemarin sore aku baru saja bercanda dengannya di 
kedai ini pula, kok hari ini dia sudah mati sih?” 
“Lebih aneh lagi kalau kemarin sore dia sudah mati dan 
hari ini kau bercanda dengannya!” kata si pembawa cerita 
merasa tersinggung ucapannya disangsikan. “Kalau pada 
nggak percaya, lihat aja sendiri di hutan sana! Mumpung 
mayatnya belum diturunkan. Masih tunggu pemeriksaan pihak 
yang berwajib!” 

SATU 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
3
“Kenapa harus tunggu pihak yang berwajib? 
Memangnya dia nggak bisa turun sendiri?” celetuk yang lain. 
Yang satunya lagi nyeletuk juga, “Mungkin lagi nggak 
enak badan, jadi malas turun sendiri!” 
Pandu Puber yang dikenal sebagai Pendekar Romantis 
berwajah ganteng itu nggak sempat mengikuti celoteh konyol 
mereka lagi. Ia bergegas pergi dari kedai. Sang pemilik kedari 
berseru mengejarnya. 
“Anak muda! Hoi… Anak muda!” 
Pandu Puber berhenti dan nengok ke belakang. 
Seettt…! 
“Jangan pergi dulu, Anak muda!” 
“Aku harus membuktikan kabar kematian Ken Warok 
itu, Paman!” 
“Sabar dulu!” 
“Tidak bisa! Ken Warok sahabatku. Dia baik padaku. 
Aku harus memeriksa mayat itu, kalau memang benar ia mati 
digantung orang. Aku akan tangkap orang itu, Paman!” 
“Boleh, boleh saja, tapi… tapi bayar dulu ongkos 
makanmu tadi.” 
“O, iya… maaf aku sampai lupa, Paman!” 
Pemiik kedai menggerutu sambil menunggu uang, 
“Mentang-mentang sahabatnya mati digantung orang mau 
ngacir aja?  Memangnya dagangan gue punya nenek moyang 
lu?” 
Kejadian itu merupakan hal yang nggak disengaja. 
Sumpah mampus apapun Pandu berani, dia nggak sengaja 
culas. Karena tegang mendengar  kabar tersebut, ia jadi lupa 
bayar biaya makan minumnya. Tapi soal kematian Ken Warok 
itu apakah juga kematian nggak sengaja? Apakah ada orang 
yang nggak sengaja menggantung Ken Warok? Atau, apakah 
Ken Warok nggak sengaja mati tergantung? 
Nggak mungkin, Ah! menurut hasil pemeriksaan 
Pendekar Romantis yang dalam waktu singkat sudah sampai di 
TKP (Tergantungnya Kolega Pandu), ternyata Ken Warok 
memang mati digantung orang dengan sengaja. Korban 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
4
digantung di sebuah pohon asem dalam keadaan terjungkir, 
kaki di atas kepala di bawah. Kedua tangan lurus menyatu 
dengan badan dalam keadaan diikat. 
Di antara yang nonton mayat ada yang bilang, “Kasihan 
sekali, ya? Gara-gara kakinya digantung saja bisa mati?” 
“Iya, ya? Padahal umumnya kalau lehernya digantung 
baru bisa mati, tapi ini kakinya digantung kok masih bisa 
mati? Sial amat si korban itu, ya?” 
“Gimana nggak mati? Memang sih, yang digantung 
kakinya, tapi lihat dong bagian dadanya, ada lima lubang 
tusukan senjata tajam! Dua di antaranya tepat kenai bagian 
jatungnya. Kurasa jatungnya pecah juga tuh!” 
Pandu Puber tertegun bengong di depan mayat Ken 
Warok yang tergantung itu. Mulutnya hampir nggak bisa 
bergerak sedikit pun kalau ia nggak cepat-cepat kuasai diri, 
lepas dari keterpukauannya. Tarikan napas panjang dilakukan. 
Getar tarikan napasnya mengandung unsur kemarahan. 
Darahnya terasa panas melihat Ken Warok digantung dan 
ditikam orang. Hampir saja Pandu Puber berteriak lepaskan 
emosi kemarahannya kalau saja nggak ada yang cepat-cepat 
menegurnya dari samping. 
“Apa yang ada dalam benakmu melihat nasib Ken 
Warok itu, Nak?” tanya seorang lelaki tua yang menjadi 
tetangganya almarhum Ken Warok, hanya beda RW saja 
dengannya. Tapi karena Pandu diam saja, orang itu menegur 
dengan pertanyaan yang sama dan suara agar dikeraskan. 
“Apa yang ada dalam benakmu melihat kematian Ken 
Warok itu, Nak?” 
“Entahlah, Pak,” jawab Pandu pelan karena lemas. 
“Yang sedang kupikirkan adalah: sebenarnya dia dibunuh dulu 
baru digantung, atau digantung dulu batu dibunuh?” 
“Mungkin keduanya benar.” 
“Ah, sudahlah. Aku tak jadi memikirkannya, Pak! 
Keduanya toh sama-sama membuat Ken Warok mati.” 
Pendekar Romantis melangkah menjauhi kerumunan 
massa. Petugas yang berwajib telah datang dan segera 

PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
5
mengurus mayat tersebut. Langkah penuh lamunan membuat 
Pandu tak sadar membawa kakinya ke tepi pantai. Padahal 
jaraknya jauh juga dair tempa kejadian perkara. Kalau bukan 
karena hanytu dalam lamunan dukanya, nggak mungkin Pandu 
Puber sampai ke pantai itu, karena memang nggak punya 
tujuan mau mancing atau santai di situ. 
Bahkan sekarang ia ada di tepi tebing karang. Matanya 
memandang jauh ke cakrawala yang mulai menampakkan 
cahaya merah tembaga, pertanda sore mau tiba. Angin pantai 
berhembus kalem-kalem saja, tapi menggerakkan rambut 
belakang Pandu yang panjang sepundak lewat dikit, sedangkan 
rambut depannya cepak. Berdiri sebagian. Angin pantai itu 
hanya menggerakkan rambutnya, tapi tak bisa menggerakkan 
tato bunga mawar merah yang ada di dadanya. Tebing tanpa 
pohon membuat Pandu Puber tampak dari berbagai sisi, 
seperti tonggak kokoh. Karena baju tanpa lengan dan 
celananya berwarna ungu, maka dari kejauhan ia tampak 
seperti terong tanpa daun. 
“Aku yakin orang yang membunuhnya tentu mengenal 
siapa diri Ken Warok. Pasti kasus ini ada sangkut-pautnya 
dengan masalah pribadi Ken Warok,” batin Pendekar 
Romantis yang berkecamuk tanpa diperintah itu. 
“Dendam seseorang dapat bikin Ken Warok harus mati 
digantung seperti itu. Kalau bukan karena dendam mendalam, 
tentunya Ken Warok hanya cukup ditikam jantungnya, tak 
perlu digantung terjungkir begitu. Dendam itu pasti timbul 
dari orang yang sangat dikecewakan oleh Ken Warok. Orang 
itu pasti benci sekali dengan Ken Warok. Hmm…. lalu siapa 
orang yang sebenci itu terhadapnya?  Setahuku, Ken Warok 
itu bukan orang jahat. Ilmu silatnya pun pas-pasan. Lalu, 
persoalan apa sebenarnya yang bisa membuat seseorang 
sampai hati membunuhnya dengan cara begitu? Persoalan 
cinta? Oh, ya…. Mungkin saja. Setahuku Ken Warok memang 
rada-rada mata keranjang. Nggak boleh lihat perempuan 
montok sedikit, bawaannya pengin nyodok aja! Jangan-jangan 
dia serong sama istri orang, atau istri orang yang serong sama 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
6
dia? Mana yang benar?” 
Ken Warok dikenal Pandu sebagai cucu Ki Mangut 
Pedas. Tokoh tua itu sudah mati. Waktu mau mati dipergoki 
Pandu. Sang tokoh tua kasih amanat pada Pandu untuk temui 
cucunya yang bernama Ken Warok. Rupanya sang cucu 
diingatkan agar segera sembunyi dari incaran Ratu Cadar 
Jenazah. 
Selidik punya selidik ternyata Ratu Cadar Jenazah 
menghendaki kitab pusaka Ki Mangut Pedas. Hanya sang cucu 
yang mengetahui tempat penyimpanan kitab itu. akhirnya 
kitab itu berhasil dibawa lagi oleh anak buah Ratu Cadar 
Jenazah, tapi kitab itu adalah kitab yang palsu. Ken Warok 
ketika dipaksa menyerahkan kitab itu tak punya pilihan lain 
kecuali menyerahkan kitab palsu. 
Tentu saja Ken Warok nggak mau ngomong kalau kitab 
itu palsu. Tapi kepada Pandu Puber ia ngomong juga tentang 
kepalsuan kitab tersebut. Jadi hanya Pandu Puber yang tahu 
kalau kitab di tangan Ratu Cadar Jenazah itu palsu. Sedangkan 
kitab yang asli segera dihancurkan oleh Pandu Puber atas 
seizin Ken Warok. Kalau tidak dihancurkan, kitab itu akan 
membimbing orang ke jalan sesat. Memang ilmunya tinggi, 
tapi bisa jadi tokoh sesat karena memuat jurus ‘Lima Setan 
Bingung’, yang menyesatkan orang, (Kalau nggak mau 
bingung seperti lima setan, baca aja serial Pendekar Romantis 
yang judulnya: “Kitab Panca Longok”, pasti longak-longok 
deh). 
Pendekar Romantis juga ingat tentang Dalang Setan. 
Nah, ada lagi tokoh aneh yang namanya konyol: Dalang Setan. 
Dikatakan begitu karena ilmunya sering ‘menyambat’ alias 
memanggil kekuatan ilmu para tokoh pewayangan. Dalang 
Setan adalah orang yang ngebet banget kepingin jadi suaminya 
Ratu Cadar Jenazah. Gara-gaar kepingin unjuk cinta dengan 
menyerahkan Kitab Panca Longok kepada sang ratu, maka 
Dalang Setan yang statusnya ketua Perguruan Tanduk Singa 
itu jadi ikut campur dalam rebutan kitab dengan Pandu. 
Akibatnya keluarlah tantangan dari mulut si Dalang Setan. Ia 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
7
menantang pertarungan dengan Pandu di Jurang Karang 
Kerenda. Tantangan itu tak begitu dihiraukan oleh Pendekar 
Romantis. pedomannya, “Kalau sempat datang ya tarung, 
kalau nggak sempat datang ya sudah. Nggak tarung sama dia 
nggak nyesel kok.” 

Menjelang sore di pantai itu yang dipikirkan Pandu 
Puber si anak dewa itu memang bukan soal tantangan Dalang 
Setan. Tapi dia punya dugaan, barangkali saja si Dalang Setan 
itulah yang membunuh Ken Warok. Alasannya, karena Dalang 
Setan menyangka kalau Ken Warok masih menyimpan kitab 
tersebut. Pembunuhnya kalau bukan Dalang Setan, ya anak 
buahnya si  Dalang Setan sendiri. Tapi dalangnya memang 
dia; Dalang Setan. 
“Namanya saja Dalang Setan, pasti kerjanya 
mendalangi perbuatan yang bersifat setanisme!” pikir Pandu 
Puber masih dalam lamunan sorenya. 
Angin sore berhembus dari belakang Pandu ke arah 
laut. Sang angin tetap berhembus kalem-kalem. Justru 
kalemnya sang angin itu maka suara pelan di belakang Pandu 
pun sampai di telinganya yang memakai anting-anting separo 
pasang itu. anting-anting itu dulu punya ibunya. Pandu pernah 
dihajar ibunya semasa kecil gara-gara menghilangkan anting-
anting. Karena yang ketemu cuma satu, ibunya marah, anting-
anting dibuang. Pandu merasa sayang, biar cuma sebelah kalau 
dikembalikan ke penjualnya bisa dapat ganti rugi, maka 
anting-anting itu diambil dan dikenakan sendiri ditelinga kiri. 
Anting-anting itu merupakan tanda kenang-kenangan kepada 
sang Ibu. Anting-anting itu membuat Pandu Puber selalu ingat 
akan kasih sayang ibunya yang cantik meski keturunan anak 
jin itu. 
Suara teguran pelan dari arah belakang Pandu Puber 
berkesan dingin, sinis dan ketus. 
“Kalau mau mati jangan ragu-ragu. Nyebur aja ke 
jurang bawahmu itu, pasti mati!” 
Pandu Puber segera palingkan wajah. Sedikit kaget, tapi 
tidak sampai membuat jantungnya melorot sampai ke dengkul. 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
8
Masih dengan tenang Pendekar Romantis pandangi tokoh 
yang muncul di belakangnya dalam jarak lima tombak itu. 
Senyum tipis yang selalu menghias bibir masih dipamerkan 
dengan sorot pandangan mata yang penuh ketenangan. 
“Apakah kau bicara padaku, Nona?” kata Pandu sok 
intelek. Maklum, yang dihadapi cewek cantik sih, jadi lagak si 
pendekar tampan memang dikeren-kerenkan. 
“Kurasa di sini tak ada orang lain kecuali kita berdua. 
Jadi jelas aku bicara padamu.” 
“Eh, siapa tahu kau bicara sama batu karang di 
sampingmu itu,” ujar Pandu seenaknya saja. Gadis itu makin 
ketus dalam bersikap. 
Mata si gadis bening kayak mata boneka pajangan 
etalase toko. Bodinya juga oke banget. Selain sintal, padat 
berisi, nggak kurus nggak gemuk, dadanya pun menonjol 
penuh. Karena sesaknya sampai sebagian belahan dadanya pun 
menonjol keluar sedikit, menampakkan kulit kuningnya yang 
mulus dna lembut itu. Gadis berusia sekitar dua puluh satu 
tahun itu memakai pakaian ketat dari bahan satin hijau muda. 
Justru karena pakaiannya ketat maka bentuk tubuhnya tampak 
meliuk dengan pantat menonjol padat mengundang gairah 
untuk digigit, terutama digigit macan. Sabuknya putih berhias 
emas tiruan. Pedangnya di pinggang, terbuat dari sarung peraj 
berukir dengan hiasan bebatuan merah. Gagang pedangnya 
juga dari logam perak berukir dengan ujung gagang berhias 
batuan merah juga. Bagus deh. Enak untuk digadaikan. 
Wajahnya so pasti cantik jelita. Hidungnya mancung, 
bibirnya sedikit tebal bagian bawah, alis matanya tebal namun 
berbentuk indah, bulu matanya termasuk lentik dan sedikit 
tebal, rambut kepalanya cepak seperti lelaki, tapi terawat rapi. 
Wajah cantiknya yang berkesan cantik galak dan galak 
menggairahkan itu, membuat gadis tersebut layak dikatakan 
sebagai gadis tomboy. Tanpa giwang, tanpa gelang, tapi pakai 
kalung dari tali hitam berliontin batuan ungu tua, ketat leher. 
“Mantap juga nih cewek?” pikir Pandu Puber sambil 
melangkah pelan mendekatinya, sepertinya ia melangkah 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
9
dengan ogah-ogahan. Langkah itu berhenti setelah mencapai 
jarak tiga tindak di depan si gadis tomboy tersebut. 
“Jika ingin bicara padaku, mohon perkenalkan dulu 
namamu. Jika ingin kenal diriku, mohon sunggingkan 
senyummu,” kata Pandu secara tak sengaja telah beRembulan 
Pantaintun sendiri. 
“Kau tidak perlu tahu siapa aku, tapi aku sudah tahu 
siapa kau sebenarnya, Pandu Puber,” kata si gadis dengan 
sinis. “Kehadiranku menemuimu di sini bukan untuk pamer 
nama di depanmu, tapi untuk mencabut nyawamu dengan cara 
apa pun!” 
“Eit, galak juga nih cewek?! Nyalinya cukup besar, 
sesuai dengan bentuk dadanya.” 
Karena Pandu Puber hanya tersenyum kalem, maka si 
gadis jadi agak dongkol. Namun ia masih  bisa menahan 
kedongkolan itu di dalam hati. Ia hanya berkata dengan ketus 
lagi. 
“Kalau kau nggak berani melawanku, kuberi waktu 
untuk melarikan diri. Setelah lima puluh hitungan kau akan 
kukejar dan kukubur sendiri di dasar laut!” 
Tawa si ganteng bermata kebiruan-biruan mirip bule itu 
sempat membuat tubuh bergerak-gerak. Suara tawanya 
memang tak terdengar jelas, tapi cukup membuat si gadis 
makin dongkol lagi karena merasa disepelekan. 
“Kayaknya nafsu banget mau bunuh aku, ya? Salahku 
apa sih?” 
Si gadis tersenyum sinis. Tapi malah tambah manis dan 
membangkitkan khayalan mesra di benak Pandu. Atau, 
mungkin memang otak Pandu isinya cuma hal-hal yang 
bersifat mesra jadi senyum sinis pun dapat memancing hasrat 
kemesraannya. Yang jelas, si gadis berkata dengan tajam. 
“Hutan nyawa harus dibayar dengan nyawa!” 
“Kalau mau bayar dibayar pakai beras juga boleh,” ujar 
Pandu masih menganggap sepele pada keberangan gadis itu. 
“Tapi masalahnya apa dulu dong. Jelaskan, Nona cantik. 
Jangan hanya marah-marah begitu. Kalau memang aku punya 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
10
hutang padamu soal nyawa, nanti akan kupertimbangkan 
dengan nyawa siapa aku harus membayar hutangku itu. entah 
nyawa ayam, nyawa tikus, atau nyawa nyamuk. Kan gitu?!” 
Gadis itu geleng-geleng kepala samar-samar sekali. Ia 
bicara seperti orang baru bangun tidur langsung menggumam. 
“Nggak bagus itu, Nak! Kau harus bayar dengan 
nyawamu sendiri!” 
“Lha iya, yang harus kubayar dengan nyawaku itu 
nyawanya siapa?” 
“Nyawa pamanku!” bentak si gadis mengagetkan. 
Pandu sempat terlonjak sedikit dan nyengir malu sambil usap-
usap dadanya sendiri, bukan dada lawannya yang diusap. 
Setelah kekagetan itu agak reda, suara lembut Pandu Puber 
terdengar lagi untuk sang gadis. 
“Siapa nama pamanmu itu, Sayang?!” 
“Orang sakti yang berjuluk Tengkorak Tobat!” 
“E, alaaa… jadi Tengkorak Tobat itu pamanmu toh?! 
Kok bedanya kayak bumi sama langit, ya? Keponakannya 
cantiknya kayak gini tapi pamannya berwajah amburadul dan 
simpang siur.” 
“Tutup mulutmu!” sentaknya keras. Matanya mendelik. 
“Kau tahu daru siapa kalau aku yang membunuh 
Tengkorak Tobat?” 
“Paman Ranting Kumis menceritakan pertarunganmu 
dengan Paman Tengkorak Tobat gara-gara rebutan Kitab 
Panca Longok di pantai wetan. Setelah kususul ke tempat itu, 
ternyata tubuh pamanku sudah tinggal secuil-secuil. Tapi sisa 
senjatanya sangat kukenali. Tak sulit bagiku untuk 
menyimpulkan siapa yang membunuh pamanku sekeji itu. 
kaulah orangnya!” 
Pendekar Romantis tarik napas panjang-panjang, 
setelah itu berkata, “Alasanku sangat kuat mengapa hal itu 
kulakukan. Di samping itu aku juga sangat terdesak. Kalau 
aku nggak cepat-cepat lumpuhkan pamanmu itu, pasti 
nyawaku yang akan melayang kala itu.” 
“Itu lebih baik bagi orang yang sok sakti macam kau!” 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
11
sentak si gadis. 
Pandu angkat bahu tanda ‘terserah’ apa mau sang gadis. 
Tapi Pandu juga bilang, “Sebelum kau balas dendam 
kepadaku, sebaiknya katakan terus terang siapa namamu dan 
apakah kau adalah orangnya Ratu Cadar Jenazah juga?” 
“Ya. Memang aku salah satu pengawal Gusti Ratu 
Cadar Jenazah. Aku sudah mendapat izin untuk membalas 
dendam kepada pembunuh pamanku. Sebab pamanku itu 
punya andil besar dlaam membekali ilmu silat padaku. Ia 
kurasakan bukan saja sebagai paman tapi juga sebagai guru, 
dan sebagai pengganti kedua orang tuaku yang telah tiada itu. 
Kematiannya merupakan bara dendam dalam hatiku!” 
“Apakah ini ada hubungannya dengan kematian 
sahabatku Ken Warok?!” pancing Pandu. 
“Tak perlu banyak bicara lagi, sekarang terima saja 
pembalasanku ini! Heaaah…!” 
Wuuutt…! 
“Gila! Gerakannya cepat sekali. Hampir saja wajahku 
disambar pakai kedua tangannya kalau aku nggak buru-buru 
merunduk,” pikir Pandu Puber sedikit kagum melihat 
lompatan cepat tubuh gadis itu yang terjadi secara tiba-tiba. 
Lolos dari sambaran kedua tangan gadis itu, Pandu 
Puber segera berbalik arah, karena kedudukan lawannya 
sekarang ada di belakangnya. Dengan membalik arah maka 
Pandu menjadi berhadapan kembali dengan lawannya. 
Sraang…! Pedang dicabut dari sarungnya. Kilat 
ketajaman mata pedang sempat berkerilap memantulkan sinar 
matahari sore. 
“Sekaranglah saatmu untuk mati, Pandu Puber! 
Hiaaaah…!” 
Wut, wut, wut, wut,wut,wut…! 
“Edan benar nih cewek?!” pikir Pandu yang mulai 
ngos-ngosan karena kelabakan menghindari tebasan jurus 
pedang yang kecepatannya sukar diikuti oleh pandangan mata. 
Rupanya gadis itu punya jurus pedang andalan yang dapat 
membuat lawannya mati terbelah atau terpancung olehnya. 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
12
“Hiaaat…!” gadis itu bersalto satu kali, melintasi 
kepala Pandu, dan tebasan pedangnya segera mengarah ke 
bawah. Tujuannya ingin membelah kepala Pandu seperti 
membelah semangka tanpa biji. Wuuusstt…! Hampis saja 
kepala Pandu benar-benar terbelah. Untung Pandu punya 
kegesitan dalam menghindari serangan lawan. Akibatnya 
pedang itu tak bisa kenai tubuh Pandu sedikitpun, kecuali 
hawa panas yang dirasakan kulit Pandu saat mata pedang 
melintasi dirinya. 
Tapi sebagai akibatnya, gadis itu akhirnya tumbang 
oleh juru totok darah yang dinamakan Pandu sebagai jurus 
‘Cocor Bebek’. 
Kedua tangan yang menguncup segera dihantamkan 
menotok ke bagian betis, paha dan pinggul belakangnya 
dengan kekuatan tenaga dalam yang berfungsi sebagai 
mengunci gerakan. 
Des, des, des, des…! 
Brrukk…! 
Gadis itu langsung jatuh terkulai lemas tanpa tenaga 
sedikit pun. Ia berusaha bernapas, tapi tampak sesak dan 
kerepotan sekali. Akhirnya Pandu Puber hanya sunggingkan 
senyum ironis ketika gadis itu terkulai tak berdaya dalam 
keadaan terkapar. 
“Masih nekat ingin melawanku?” tanya Pandu 
membuat si gadis hanya bisa tersengal-sengal mirip orang 
sakit bengek. 
 PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
13
GADIS bergaya tomboy itu baru mau sebutkan 
namanya setelah dilumpuhkan dengan jurus 
‘Cocor Bebek’-nya sang Pendekar Romantis. 
Keadaannya yang lemas terkulai bagai kehilangan seluruh 
tenaganya itu membuat Pandu Puber punya kesempatan untuk 
mengancam. 
  “Kalau kau tak mau sebutkan namamu, aku tak akan 
pulihkan keadaanmu!” 
Dengan hati dongkolnya bukan kepalang, apalagi 
melihat senym Pandu berkesan mengejek kekalahannya, maka 
gadis centik itu terpaksa sebutkan nama dengan nada ketus 
dan dingin. 

“Rembulan Pantai!” 
Pandu mendongak memandang ke langit. “Mana…? 
Nggak ada rembulan di pantai ini kok?!” 
“Namaku Rembulan Pantai, tolol!” 
Pandu tertawa. Gadis itu berusaha mengalihkan 
pandangannya dari Pandu. Tengsin, alias malu-malu jengkel. 
Hatinya sempat membatin kata, “Sayang aku dengan begitu 
mudah dibuatnya begini, kalau tidak, uuh…! Benar-benar 
kubelah-belah kepalanya yang kayak semangka tanpa biji itu! 
mudah-mudahan saja dia mau pulikan keadaanku. Gawatnya 
kalau aku ditingal kabur dalam keadaan masih begini, wah… 
kacau deh! Aku bisa mampus di sini kalau ditinggal kabur 
sama si kutu kupret itu!” 
Pandu Puber sendiri sempat berpikir aneh, “Jangan-
jangan dia bukan pengawalnya Ratu Cadar Jenazah, bukan 
keponakannya si Tengkorak Tobat?! Aku jadi curiga. Jangan-
jangan dia jelmaan Dian Ayu Dayen, calon jodohku itu?” 
Pandu ingat tentang Dian Ayu Dayen, sang bidadari 
DUA 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
14
penguasa kecantikan yang dikatakan oleh para dewa sebagai 
calon jodohnya Pandu. Jika pendekar tampan itu bisa menikah 
dengan bidadari Dian Ayu Dayen, maka ia dapat hidup 
bersama istrinya di kayangan, di antara para dewa lainnya. 
Tapi jika ia menikah dengan perempuan secantik apa pun yang 
bukan bidadari, maka hak kedewaannya akan hilang dan 
selamanya tak akan bisa hidup di kayangan. 
Sedangkan Dian Ayu Dayen itu bidadari yang agak 
nyentrik. Nggak mudah mau menyerah pada lelaki, kecuali 
lelaki itu bisa kalahkan kebekuan hatinya. Dian Ayu Dayen 
menantang Pandu, seakan memberi kesempatan kepada Pandu 
Puber untuk menaklukkan hatinya. Ia sering muncul dalam 
bentuk wanita berwajah macam-macam. Jika  Pandu bisa 
merubah wujud perempuan itu menjadi wujud asli Dian Ayu 
Dayen, dan bisa mencabut bunga mawar asli yang tumbuh di 
sela-sela kedua bukit dadanya yang moi itu, maka saat itulah 
Pandu dinyatakan bisa menundukkan Dian Ayu Dayen, (Kalau 
mau lihat kayak apa kecantikannya,baca aja serial Pendekar 
Romantis episode: “Hancurnya Samurai Cabul” benar-benar 
hot deh) 
Sedangkan untuk memudarkan penyamaran Dian Ayu 
Dayen, Pandu Puber harus bisa mengecup kening perempuan 
yang diduga samaran sang bidadari. Maka tak heran jika 
Pandu memandang Rembulan Pantai dengan hati berdebar-
debar. 
“Enaknya kukecup dulu keningnya dalam keadaan dia 
masih begini,” pikir Pandu sambil tersenyum-senyum tipis. 
“Aku sudah sebutkan namaku. Lekas bebaskan aku dari 
pengaruh totokanmu ini!” kata Rembulan Pantai dengan sorot 
pandangan mata penuh dendam pembalasan. 
Pandu Puber jongkok di samping gadis itu. tiba-tiba 
kepala gadis itu diraihnya, disangga dengan satu tangan. 
“Hei, hei… apa-apaan kau? Mau apa nih?” si gadis mau 
meronta tapi tak punya daya. Ia menjadi tegang ketika Pandu 
Puber dekatkan wajahnya. 
“Hei, yang benar kau! Ayo, lekas penuhi janjimu tadi! 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
15
Hei, apa-apaan nih kok makin mendekat. Hei, ah… jangan 
gitu. Sopan dikit dong. Ah…jangan…!” 
Cuup…! Kening pun berhasil dikecup Pandu dengan 
lembut. 
“Ahhh… kamuuu…” keluh Rembulan Pantai dengan 
wajah menjadi merah menahan malu yang tak tertahankan. 
Matanya segera dipejamkan, karena Pandu ada di dekat 
matanya, memandang dengan penuh kelembutan. 
“Ah, kamu…! Jangan gitu dong. Aku kan 
musuhmu…!” ucap Rembulan Pantai masih dengan pejamkan 
mata. 
Karena ditunggu beberapa saat wajah sang gadis belum 
berubah juga menjadi wajah Dian Ayu Dayen, maka Pandu 
Puber pun akhirnya meletakkan kepala Rembulan Pantai di 
tanah sambil menggerutu dalam hati. 
“Sial! Rupanya gadis ini benar-benar manusia, bukan 
jelmaan bidadari kekasihku. Ih, malu juga aku jadinya.” 
Sang gadis membatin, “Brengsek! Setan cabul dia itu! 
sama musuhnya kok main kecup sembarangan. Berani-
beraninya dia berbuat begitu padaku. Kalau sampai aku 
menuntut lebih hangat lagi apa dia mampu melayani 
tuntutanku?! Dasar lelaki lancang! Untung dia punya wajah 
tampan dan gagah, sehingga aku terpaksa rela menerima 
kecupan kening tadi. Ah…sial! Hatiku jadi kacau kalau begini 
nih! Monyet binal juga dia itu!” 
Untuk menutupi batinnya, Rembulan Pantai berkata 
dengan suara tak bisa keras seperti biasanya, “Hei, mana 
janjimu! Jangan bikin aku makin benci padamu, ya?! Ayo 
pulihkan keadaanku. Bebaskan aku dari pengaruh totokanmu, 
Pandu Puber!” 
Pandu menjawab, “Akan kubebaskan, tapi kau harus 
berjanji tak akan memusuhiku lagi. Kau sudah kalah, seperti 
pamanmu juga. Kalau aku mau, aku bisa membunuhmu 
sekarang juga dan kamu bisa susul pamanmu itu. tapi aku 
nggak mau lakukan hal itu karena aku bukan tukang jagal 
tanpa otak. Aku membunuh karena punya alasan kuat.” 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
16
“Jangan banyak bicara! Lakukan saja, penuhi janjimu 
tadi!” 
“Kau sendiri harus ucapkan janji, bahwa kau 
sebenarnya sudah mati saat ini pula. Tapi anggap saja kau 
telah kuhidupkan kembali dari kematianmu, sehingga kau tak 
pantas membunuh orang yang memberi kehidupan baru 
padamu! Berjanjilah!” 
Rembulan Pantai diam cukup lama. Baginya 
mengucapkan janji seperti itu sangat berat. Akhirnya ia 
putuskan suatu siasat baru dalam benaknya. 
“Ah, apa sulitnya kalau keadaan sudah pulih, janji itu 
kulanggar juga! Bagi seorang pembunuh seperti dia tak 
membutuhkan kemurnian sebuah janji! Walau dia telah 
pulihkan aku nantinya, aku masih bisa membunuhnya dari 
belakang!” 
Maka terdengarlah pula suara Rembulan Pantai 
mengucapkan janji palsunya, “Baiklah, aku berjanji tidak akan 
mendendam lagi padamu!” 
“Kau mau bersahabat denganku?” 
“Ya, mau!” jawabnya cepat, pokoknya asal cepat 
dipulihkan, Rembulan Pantai tak keberatan memberi jawaban 
apa saja. 
“Baik. Kalau kau sudah berjanji mau bersahabat 
denganku, kau akan kupulihkan sekarang juga!” 
Pandu Puber baru saja berhenti mengucapkan kata-kata 
seperti itu, tiba-tiba seberkas cahaya putih keperakan melesat 
dari atas pohon. Sinar itu berbentuk seperti ekor meteor. 
Hampir saka tak terlihat karena keputihan sinarnya. 
Wuuuttt…! 
Tujuannya menghantam tubuh Rembulan Pantai. Tapi 
baru tiba di pertengahan jarak sinar itu sudah dihantam lebih 
dulu oleh jurus ‘Naga Bangkis’-nya Pendekar Romantis. Jurus 
itu berupa semburan api dari kedua tangan yang dirapatkan 
dan disodokkan dengan ujung membuka seperti mulut naga. 
Wooosss…! 
Blaaarr…! 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
17
Bunga api memercik bersama ledakan yang lumayan 
kerasnya itu. Ledakan tersebut tidak membuat Pandu Puber 
terpental, tapi membuat Rembulan Pantai terpekik kaget dan 
ketakutan, sebab dia tahu sinar itu ditujukan padanya. Padahal 
ia dalam keadaan selemah itu. 
Pandu Puber segera pandangi pohon tempat datangnya 
sinar putih perak, lalu ia berseru kepada seseorang yang 
bersembunyi di balik kerimbunan daun pohon tersebut. 
“Turunlah! Kalau memang kau punya urusan dengan 
Rembulan Pantai, jangan begitu caranya. Selesaikan secara 
ksatria!” 
Wuutt…! Jleg…! 
Orang yang ngumpet di atas pohon itu benar-benar 
turun. Cuma anehnya, saat ia turun tak terdengar suara daun 
bergemerisik sedikit pun. Bahkan dahan dan ranting pun tak 
bergerak, selembar daun pun tak ada yang rontok, padahal 
lompatan orang tersebut cukup kuat. Pasti ia punya ilmu 
peringan tubuh dan ilmu gerakan yang cukup tinggi. Buktinya 
dalam waktu singkat ia sudah berada dalam jarak tujuh 
langkah di depan Pandu. 
Sesaat Pandu terkesiap begitu mengetahui bahwa tokoh 
tersebut adalah seorang perempuan gemuk berwajah lebar. 
Diperkirakan usianya sekitar dua puluh empat tahun. Memakai 
pakaian coklat dengan belahan baju di bagian dada tersingkap 
lebar. Tak heran jika kedua gumpalannya terlihat sebagian, 
besar dan menyesakkan napas orang yang memandangnya. 
Model bajunya yang tanpa lengan namun panjang sampai ke 
lutut itu menampakkan betul lengannya yang besar mirip 
pentungan maling. Perempuan gemuk yang nyaris sulit dicari 
perbdaannya dengan sebuah gentong itu, mempunyai rambul 
disanggul seenaknya. Rambut itu agak keriting dan berwarna 
merah jagung, tampak tak pernah terawat atau kekurangan 
vitamin. Matanya bundar hidangnya lebar. Pipinya montok, 
bibirnya melambai-lambai. Ia mempunyai senjata sebuah 
trisula perak yang terselip di sela ikat pinggang kain yang 
berwarna merah. 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
18
“Ini manusia apa raja martabak?” pikir Pandu geli 
sendiri. “Mukanya yang mana sih? Bingung juga membedakan 
yang mana bagian mukanya dan mana bagian belakangnya. 
Tapi… agaknya ia punya ilmu yang nggak boleh diremehkan. 
Gerakannya saat turun dari pohon membuatku yakin bahwa 
dia berilmu lumayan tinggi.” 
“Pandu, cepat pulihkan keadaanku. Dia sejak kemarin 
kengejar-ngejarku!” ucap Rembulan Pantai dengan suara 
berbisik samar-samar sekali, tapi masih mampu didengar 
kuping si tampan itu. hanya saja, si tampan pura-pura budek, 
ia justru menyapa si gendut berawajah lebar itu. 
“Apa maksudmu melepaskan pukulan dari atas pohon, 
Nona langsing?” 
“Aku cuma mau membunuhnya!” jawab si gemuk yang 
ternyata bersuara cecmpreng itu. “Kau pendekar ganteng, 
nggak perlu ikut campur urusanku dengannya. Kau jadi 
penonton saja, supaya kau tahu bagaimana aku membuat gadis 
itu tercabik-cabik tubuhnya.” 
“Keadannya masih lemah. Rasa-rasanya nggak adil 
kalau kau menyerangnya dalam keadaan dia tak berdaya.” 
“Masa bodo!” ucap si gendut dengan ketus, lalu ia 
menghampiri Pandu dan berhenti dalam jarak tiga langkah di 
depan Pandu. 
“Kau pacarnya, ya?” 
“Bukan,” jawab Pandu tetap tenang. Ia biarkan si 
gendur memperhatikan wajahnya dengan tak berkedip. Setelah 
puas memandang, si gendut pun manggut-manggut. 
“Bagus, bagus… berarti kau punya otak yang cerdas.” 
“Apa maksudmu?” 
“Hanya orang dungu yang mau menjadi kekasihnya, 
karena gadis itu adalah titisan iblis” 
“Titisan iblis?!” Pandu heran mendengar kalimat itu. 
“Maksud ‘titisan iblis’ itu bagaimana?” 
“Keturunan setan!” jawabnya tajam. “Untuk itulah 
maka gadis itu layak untuk dimusnahkan. Kalau kau kawin 
sama dia, lalu kau punya keturunan, maka anakmu itu adalah 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
19
anak iblis.” 
“Dusta!” bentak Rembulan Pantai, tapi tak bisa keras. 
Hanya saja, Pandu Puber masih bisa mendengar ucapan itu. 
“Kusarankan, kalau kau mau selamat, jauhi perempuan 
‘titisan bilis’ itu dan biarkan aku membereskannya!” 
“Bagaimana aku bisa mempercayai kata-katamu, aku 
toh belum kenal siapa kamu?” 
“Aku dari Lembah Tinggi, namaku Dewi Lemakwati.” 
“Di mana itu Lembah Tinggi? Aku baru mendengarnya 
sekarang ini?” 
“Kau tak perlu tahu, karena yang penting adalah kau 
menyingkir dari perempuan itu sebelum aku melibatkan 
dirimu sebagai sekutu iblis!” 

Pandu Puber dalam kebimbangan. Pada dasarnya, kalau 
memang Rembulan Pantai adalah ‘titisan iblis’ yang akan 
menimbulkan bencana bagi manusia, Pandu berhak 
melenyapkannya pula. Tapi apakah benar begitu? Jangan-
jangan itu hanya fitnah si Lemakwati saja? 
Pandu mendekati Rembulan Pantai, jongkok di samping 
gadis yang masih terkapar itu. sebelum Pandu menanyakan hal 
itu, Rembulan Pantai sudah bicara lebih dulu. 
“Jangan percaya! Aku bukan titisan iblis! Tolong 
pulihkan keadaanku ini, biar kutangani sendiri setan gembrot 
itu.” 
“Apa kau sanggup mengalahkannya?” 
“Akan kucoba walah usdah dua kali aku hampir mati 
oleh serangannya. sejak beberapa hari yang lalu ia mengejar-
ngejarku, padahal aku tidak kenal dengannya. Aku juga nggak 
tahu di mana letak Lembah Tinggi itu. aku merasa nggak 
punya urusan dengan orang Lembah Tinggi dan…, oh 
tolonglah, lekas pulihkan keadaanku. Lepaskan totokanmu, 
Pandu!” 
“Baiklah,” kata Pandu pelan. 
Tapi ketika Pandu tampak mau lepaskan totokan 
Rembulan Pantai, tiba-tiba Lemakwati lepaskan pukulan 
tenaga dalamnya ke arah tangan Pandu. Wuuuttt…! Tenaga 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
20
dalam itu terasa seperti tongkat tanpa sinar yang menghantam 
pergelangan tangan Pandu. Dess…! 
“Uh…!” Pandu terpekik kaget dan segera mendekap 
pergelangan tangannya. 
“Gila! Sakit sekali! Tulangku terasa patah!” pikir Pandu 
yang segera bangkit memandangi Lemakwati. 
Gadis gendut itu berkata, “Tak perlu kau pulihkan 
keadaannya! Menyingkirlah sekarang juga, Pandu Puber!” 
“Oh, dia sudah mengenalku rupanya?” gumam Pandu 
dalam hati. “Ancamannya itu kayaknya nggak main-main. 
Kurasa ia memang perlu diberi pelajaran sedikit, biar nggak 
bersikap seenaknya padaku.” 
Rasa sakit itu hilang setelah Pandu salurkan hawa 
murninya ke pergelangan tangan. Hawa dingin itu semakin 
mengepul di telapak tangan dan akhirnya dilepakan Pandu 
dengan satu sentakan cepat ke arah Lemakwati. 
Wuuuttt…! 
Buuhg! Bruuss…! 
Lemakwati terpelanting jatuh. Tubuhnya yang mirip 
kuda nil itu jatuh berdebam di tanah dalam keadaan terlentang. 
Rupanya ia tidak menyangka kalau akan mendapat serangan 
dari Pandu Puber. Sedangkan pendekar tampan itu sendiri juga 
sedikit kaget saat mengetahui ada kekuatan dari hawa dingin 
yang bisa dilepaskan dari telapak tangannya. Pukulan yang 
mengenai dada Lemakwati ternyata membuat tubuh gendut itu 
segera dilapisi busa-busa salju. Warna putih mirip bedak 
terdapat di sekujur tubuh dan pakaian Lemakwati. 
“Jurus apa yang kugunakan tadi?” pikir Pandu dengan 
heran, sebab semua jurus yang dimiliki adalah warisan dari 
orangtuanya: bkm yang dikenal sebagai manusia tampan 
bernama Yuda Lelana itu. “Lemakwati jadi kedinginan dan 
menggigil begitu? Oh, rupanya hawa dinginku bisa 
dikumpulkan dan dipakai menyerang lawan sampai seperti 
itu? Hmm… sebaiknya jurus itu tadi kunamakan pukulan 
‘Salju Kaget’, habis… aku sendiri sampai kaget melihat 
lawanku jadi menggigil seperti itu,” 

PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
21
Lemakwati menggerang panjang dengan mengerahkan 
tenaga hawa panasnya. Tangannya bergerak-gerak dengan 
lambat seperti mengangkat beban berat. Tubuhnya yang sudah 
berdiri itu menjadi gemetar bersama mulutnya yang menganga 
lebar serukan suara perlawanan. 
“Heaaahh…! Hiiiaaah…! Hoooaah…! Hiihh!” 
Wuuut…! 
Sebuah pukulan bertenaga dalam cukup tinggi 
dilepaskan dengan cara menyentakkan kedua tangan ke depan. 
Pandu Puber yang tadi terbengong melihat gerakan Dewi 
Lemakwati kini menjadi terjungkal ke belakang. Pukulan yang 
dilepaskan Lemakwati bukan saja mengandung tenaga dorong 
sangat kuat, tapi juga mempunyai hawa panas yang membuat 
tubuh Pandu tersengat dalam satu kejutan kuat. 
Brrukk…! Pandu jatuh dengan posisi miring. Tulang 
sikunya membentur batu yang ditikam tubuhnya. Batu itu 
pecah, tapi wajah Pandu menyeringai kesakitan. Tulang 
sikunya bagai ikut pecah juga. 
“Wow…! Panasnya! Badanku seperti disetrika. 
Uuuh…! Gawat!” Pandu Puber memperhatikan dadanya, 
ternyata gambar tato bunga mawar di dada itu mengalami 
perubahan. Bunga mawar merah yang mekar menjadi 
tertunduk lemas dan layu. 
“Rupanya tato itu tato hidup?” pikir Rembulan Pantai 
yang sempat melihat gambar tato bunga di dada Pandu 
menjadi layu karena serangan hawa panas dari Lemakwati. 
“Pandu Puber, rupanya kau memang bertekad 
melindungi gadis itu. Jangan salahkan aku jika aku pun harus 
bertindak lebih kasar lagi. Heaah…!” 
Lemakwati melompat mirip singa hendak menerkam 
mangsanya. Biar badannya gemuk, tapi ia mampu melompat 
dengan gerakan cepat. Tahu-tahu sudah ada di depan mata 
Pandu yang baru saja bangkit berdiri dan mengerahkan hawa 
dingin untuk melawan hawa panas yang dideritanya. 
Wuusss…! Plaak…! Buuhg…! 
Pandu Puber sempat menagkis gerakan cakar dari 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
22
lawannya. Tapi kelebatan di kaki si gendut tak disangka-
sangka masuk ke ulu hati Pandu. Akibatnya pemuda tampan 
itu terpental lagi dan jatu terbanting tepat di bibir jurang. 
Hampis saja Pandu jatuh ke jurang kalau tak ada sebongkah 
batu yang menahan gulingan tubuhnya. 
“Betina macam apa dia itu?! gerakannya selalu tak 
terduga-duga dan sangat cepat. Ia sepertinya punya jurus 
semacam jurus ‘Angin Jantan’-ku. Tenaganya pun besar 
sekali! Uuh… perutku mual sekali. Celaka! Pasti bagian dalam 
tubuhku ada yang rusak nih!” 
“Hiaaah…!” serangan Lemakwati datang lagi ketika 
Pandu baru aja berdiri dengan satu lutut. Serangan itu berupa 
tendangan dari sepasang kaki yang datang secara bertubi-tubi. 
Pandu sibuk menangkis tiap tendangan itu sambil pelan-pelan 
berdiri tegak. 
Plak, plak, plak, plak…! 
Tendangan itu cepat sekali, hampir tak bisa dilihat lagi 
ke mana arah tendangan berikutnya. Tapi dengan jurus ‘Angin 
Jantan’ yang juga mampu bergerak dengan cepat itu, 
tendangan itu tak ada yang mengenai sasaran. 
“Heaah!” Pendekar Romantis melompat ke atas, dan 
kakinya ganti menendang beruntun ke arah Lemakwati. Jurus 
‘Tendangan Topan’ dilepaskan, memutar cepat dengan 
tendangan beruntun yang penuh kekuatan tenaga dalam. Wut, 
wut, wut…! 
Lemakwati sempat gelagapan. Tak ada satu pun 
tendangan yang berhasil ditangkisnya. Tendangan itu 
mengenai wajah lebar mirip martabak mentah di wajan. Yang 
terakhir kali tendangan itu membuat tubuh gemuk itu telempar 
ke samping dan mencium tanah berbatu. Bruss…! 
“Aaahg…!” Lemakwati mengerang panjang. Tubuhnya 
yang gemuk berusaha bangkit dengan kesakitan. Ketika 
wajahnya didongakkan, Pandu melihat wajah itu memar 
membiru di beberapa tempat. Gulungan rambutnya terlepas. 
Hidungnya melelehkan darah segar. Lemakwati mundur 
dengan sempoyongan. 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
23
Ia menuding Pandu, “Sayang sekali kau pun punya 
wajah enak dipandangi mata, jadi aku merasa sayang untuk 
membunuhmu! Tapi kali ini aku memang harus mundur dulu. 
Suatu saat kita akan bertemu dalam keadaan yang lebih mesra 
lagi, Pandu Puber! Mungkin kita perlu bicara empat mata 
tentang pembunuh temanmu: Ken Warok itu. Selamat tinggal, 
Ganteng!” 
Slaap…! Lemakwati melompat pergi, tapi segera 
lenyap. Ia bagaikan masuk ke alam gaib yang tak bisa 
ditembus mata manusia. Pandu tertegun bengong memandangi 
lenyapnya tubuh gembrot itu. 
“Nggak salah lagi dugaanku, dia memang punya ilmu 
tinggi. Buktinya dia bisa lompat ke alam lain, atau… mungkin 
mampu bergerak melebihi gerakan ‘Angin Jantan’-ku, 
sehingga tampak seperti menghilang? Tapi mengapa ia tiba-
tiba membicarakan tentang kematian Ken Warok? Apa benar 
dia tahu siapa pembunuh Ken Warok? Kalau begitu, sebaiknya 
kukejar dia dan kudesak untuk mengatakan tentang pembunuh 
sahabatku itu? cuma… mau dikejar ke mana?” Pandu tarik 
napas untuk menutupi kebingungannya. 
Katanya lagi dalam hati, “Hmm… persoalan apa 
sebenarnya antara dia dan Rembulan Pantai? Apa benar gara-
gara Rembulan Pantai dituduh atau dianggap sebagai titisan 
iblis? Atau mungkin malah ada hubungannya dengan kematian 
Ken Warok? Kalau begitu, barangkali aku bisa dapatkan 
keterangan lebih banyak lagi dairi mulur berbibir 
menggemaskan milik Rembulan Pantai itu. aku harus 
memulihkan keadaannya.” 
Pandu Puber segera dekati Rembulan Pantai. Ia ingin 
memulihkan kekuatan gadis itu dengan melepaskan totokan 
jalan darahnya. Tetapi di hati Pandu timbul keraguan yang 
membuatnya menahan niatnya. 

“Jangan-jangan kalau kupulihkan kekuatannya, dia 
akan menyerangku karena dendam di hatinya? Wah, sama saja 
aku cari penyakit lagi dong?” 
Mata gadis itu memandangi Pandu dalam keadaan 
PENDEKAR ROMANTIS 
Dendam Dalang Setan       
   
24
menyedihkan. Terdengar suaranya berucap lirih, “Kau hebat. 
Kau bisa membuatnya lari terbirit-birit begitu.” 
“Tapi dia akan datang lagi dengan kekuatan 
andalannya. Aku yakin dia belum merasa kalah denganku.” 
“Tapi aku sudah merasa kalah olehmu,” sahut 
Rembulan Pantai. 
“Kalau kau lepaskan totokanku, apakah kau masih ingin 
membunuhku demi dendammu itu?” 
“Tidak,” jawab Rembulan Pantai. Sorot matanya penuh 
harap. 
Tapi hati kecil Pandu masih saja menjadi merasa ragu. 
“Jangan-jangan ini siasatnya?”