PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
1
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
2
HATI siapa yang nggak sedih melihat seorang
teman digantung mirip kentongan? Cuma hati
robot yang nggak sedih, sebab hati robot terbuat dari besi baja.
Tapi hatinya Pandu Puber nggak seperti robot. Waktu ia
mendengar kabar dari mulut orang dalam kedai tentang hal itu
saja hatinya langsung teriris menjadi beberapa bagian. Perih
sekali.
“Hei, apa kalian tak ingin lihat orang mati digantung?”
ujar lelaki kurus yang baru masuk kedai itu.
“Siapa yang mati digantung itu?”
“Ken Warok, cucunya almarhum Ki Mangut Pedas!”
“Hahh…?!” beberapa orang kedai kaget secara spontan.
Demikian pula halnya dengan Pandu Puber yang hendak
mencaplok ketan bakar. Ketan bakar itu sempat pula lompat
dari depan mulut gara-gara kuping si tampan Pandu Puber
mendengar kabar itu.
“Di mana anak itu digantungnya?” tanya seseorang,
entah siapa, Pandu nggak kenal.
Si pembawa berita menjawab, “Di hutan tepi desa!”
“Ah, masa’ sih? Kedengarannya nggak masuk akal deh,
soalnya kemarin sore aku baru saja bercanda dengannya di
kedai ini pula, kok hari ini dia sudah mati sih?”
“Lebih aneh lagi kalau kemarin sore dia sudah mati dan
hari ini kau bercanda dengannya!” kata si pembawa cerita
merasa tersinggung ucapannya disangsikan. “Kalau pada
nggak percaya, lihat aja sendiri di hutan sana! Mumpung
mayatnya belum diturunkan. Masih tunggu pemeriksaan pihak
yang berwajib!”
SATU
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
3
“Kenapa harus tunggu pihak yang berwajib?
Memangnya dia nggak bisa turun sendiri?” celetuk yang lain.
Yang satunya lagi nyeletuk juga, “Mungkin lagi nggak
enak badan, jadi malas turun sendiri!”
Pandu Puber yang dikenal sebagai Pendekar Romantis
berwajah ganteng itu nggak sempat mengikuti celoteh konyol
mereka lagi. Ia bergegas pergi dari kedai. Sang pemilik kedari
berseru mengejarnya.
“Anak muda! Hoi… Anak muda!”
Pandu Puber berhenti dan nengok ke belakang.
Seettt…!
“Jangan pergi dulu, Anak muda!”
“Aku harus membuktikan kabar kematian Ken Warok
itu, Paman!”
“Sabar dulu!”
“Tidak bisa! Ken Warok sahabatku. Dia baik padaku.
Aku harus memeriksa mayat itu, kalau memang benar ia mati
digantung orang. Aku akan tangkap orang itu, Paman!”
“Boleh, boleh saja, tapi… tapi bayar dulu ongkos
makanmu tadi.”
“O, iya… maaf aku sampai lupa, Paman!”
Pemiik kedai menggerutu sambil menunggu uang,
“Mentang-mentang sahabatnya mati digantung orang mau
ngacir aja? Memangnya dagangan gue punya nenek moyang
lu?”
Kejadian itu merupakan hal yang nggak disengaja.
Sumpah mampus apapun Pandu berani, dia nggak sengaja
culas. Karena tegang mendengar kabar tersebut, ia jadi lupa
bayar biaya makan minumnya. Tapi soal kematian Ken Warok
itu apakah juga kematian nggak sengaja? Apakah ada orang
yang nggak sengaja menggantung Ken Warok? Atau, apakah
Ken Warok nggak sengaja mati tergantung?
Nggak mungkin, Ah! menurut hasil pemeriksaan
Pendekar Romantis yang dalam waktu singkat sudah sampai di
TKP (Tergantungnya Kolega Pandu), ternyata Ken Warok
memang mati digantung orang dengan sengaja. Korban
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
4
digantung di sebuah pohon asem dalam keadaan terjungkir,
kaki di atas kepala di bawah. Kedua tangan lurus menyatu
dengan badan dalam keadaan diikat.
Di antara yang nonton mayat ada yang bilang, “Kasihan
sekali, ya? Gara-gara kakinya digantung saja bisa mati?”
“Iya, ya? Padahal umumnya kalau lehernya digantung
baru bisa mati, tapi ini kakinya digantung kok masih bisa
mati? Sial amat si korban itu, ya?”
“Gimana nggak mati? Memang sih, yang digantung
kakinya, tapi lihat dong bagian dadanya, ada lima lubang
tusukan senjata tajam! Dua di antaranya tepat kenai bagian
jatungnya. Kurasa jatungnya pecah juga tuh!”
Pandu Puber tertegun bengong di depan mayat Ken
Warok yang tergantung itu. Mulutnya hampir nggak bisa
bergerak sedikit pun kalau ia nggak cepat-cepat kuasai diri,
lepas dari keterpukauannya. Tarikan napas panjang dilakukan.
Getar tarikan napasnya mengandung unsur kemarahan.
Darahnya terasa panas melihat Ken Warok digantung dan
ditikam orang. Hampir saja Pandu Puber berteriak lepaskan
emosi kemarahannya kalau saja nggak ada yang cepat-cepat
menegurnya dari samping.
“Apa yang ada dalam benakmu melihat nasib Ken
Warok itu, Nak?” tanya seorang lelaki tua yang menjadi
tetangganya almarhum Ken Warok, hanya beda RW saja
dengannya. Tapi karena Pandu diam saja, orang itu menegur
dengan pertanyaan yang sama dan suara agar dikeraskan.
“Apa yang ada dalam benakmu melihat kematian Ken
Warok itu, Nak?”
“Entahlah, Pak,” jawab Pandu pelan karena lemas.
“Yang sedang kupikirkan adalah: sebenarnya dia dibunuh dulu
baru digantung, atau digantung dulu batu dibunuh?”
“Mungkin keduanya benar.”
“Ah, sudahlah. Aku tak jadi memikirkannya, Pak!
Keduanya toh sama-sama membuat Ken Warok mati.”
Pendekar Romantis melangkah menjauhi kerumunan
massa. Petugas yang berwajib telah datang dan segera
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
5
mengurus mayat tersebut. Langkah penuh lamunan membuat
Pandu tak sadar membawa kakinya ke tepi pantai. Padahal
jaraknya jauh juga dair tempa kejadian perkara. Kalau bukan
karena hanytu dalam lamunan dukanya, nggak mungkin Pandu
Puber sampai ke pantai itu, karena memang nggak punya
tujuan mau mancing atau santai di situ.
Bahkan sekarang ia ada di tepi tebing karang. Matanya
memandang jauh ke cakrawala yang mulai menampakkan
cahaya merah tembaga, pertanda sore mau tiba. Angin pantai
berhembus kalem-kalem saja, tapi menggerakkan rambut
belakang Pandu yang panjang sepundak lewat dikit, sedangkan
rambut depannya cepak. Berdiri sebagian. Angin pantai itu
hanya menggerakkan rambutnya, tapi tak bisa menggerakkan
tato bunga mawar merah yang ada di dadanya. Tebing tanpa
pohon membuat Pandu Puber tampak dari berbagai sisi,
seperti tonggak kokoh. Karena baju tanpa lengan dan
celananya berwarna ungu, maka dari kejauhan ia tampak
seperti terong tanpa daun.
“Aku yakin orang yang membunuhnya tentu mengenal
siapa diri Ken Warok. Pasti kasus ini ada sangkut-pautnya
dengan masalah pribadi Ken Warok,” batin Pendekar
Romantis yang berkecamuk tanpa diperintah itu.
“Dendam seseorang dapat bikin Ken Warok harus mati
digantung seperti itu. Kalau bukan karena dendam mendalam,
tentunya Ken Warok hanya cukup ditikam jantungnya, tak
perlu digantung terjungkir begitu. Dendam itu pasti timbul
dari orang yang sangat dikecewakan oleh Ken Warok. Orang
itu pasti benci sekali dengan Ken Warok. Hmm…. lalu siapa
orang yang sebenci itu terhadapnya? Setahuku, Ken Warok
itu bukan orang jahat. Ilmu silatnya pun pas-pasan. Lalu,
persoalan apa sebenarnya yang bisa membuat seseorang
sampai hati membunuhnya dengan cara begitu? Persoalan
cinta? Oh, ya…. Mungkin saja. Setahuku Ken Warok memang
rada-rada mata keranjang. Nggak boleh lihat perempuan
montok sedikit, bawaannya pengin nyodok aja! Jangan-jangan
dia serong sama istri orang, atau istri orang yang serong sama
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
6
dia? Mana yang benar?”
Ken Warok dikenal Pandu sebagai cucu Ki Mangut
Pedas. Tokoh tua itu sudah mati. Waktu mau mati dipergoki
Pandu. Sang tokoh tua kasih amanat pada Pandu untuk temui
cucunya yang bernama Ken Warok. Rupanya sang cucu
diingatkan agar segera sembunyi dari incaran Ratu Cadar
Jenazah.
Selidik punya selidik ternyata Ratu Cadar Jenazah
menghendaki kitab pusaka Ki Mangut Pedas. Hanya sang cucu
yang mengetahui tempat penyimpanan kitab itu. akhirnya
kitab itu berhasil dibawa lagi oleh anak buah Ratu Cadar
Jenazah, tapi kitab itu adalah kitab yang palsu. Ken Warok
ketika dipaksa menyerahkan kitab itu tak punya pilihan lain
kecuali menyerahkan kitab palsu.
Tentu saja Ken Warok nggak mau ngomong kalau kitab
itu palsu. Tapi kepada Pandu Puber ia ngomong juga tentang
kepalsuan kitab tersebut. Jadi hanya Pandu Puber yang tahu
kalau kitab di tangan Ratu Cadar Jenazah itu palsu. Sedangkan
kitab yang asli segera dihancurkan oleh Pandu Puber atas
seizin Ken Warok. Kalau tidak dihancurkan, kitab itu akan
membimbing orang ke jalan sesat. Memang ilmunya tinggi,
tapi bisa jadi tokoh sesat karena memuat jurus ‘Lima Setan
Bingung’, yang menyesatkan orang, (Kalau nggak mau
bingung seperti lima setan, baca aja serial Pendekar Romantis
yang judulnya: “Kitab Panca Longok”, pasti longak-longok
deh).
Pendekar Romantis juga ingat tentang Dalang Setan.
Nah, ada lagi tokoh aneh yang namanya konyol: Dalang Setan.
Dikatakan begitu karena ilmunya sering ‘menyambat’ alias
memanggil kekuatan ilmu para tokoh pewayangan. Dalang
Setan adalah orang yang ngebet banget kepingin jadi suaminya
Ratu Cadar Jenazah. Gara-gaar kepingin unjuk cinta dengan
menyerahkan Kitab Panca Longok kepada sang ratu, maka
Dalang Setan yang statusnya ketua Perguruan Tanduk Singa
itu jadi ikut campur dalam rebutan kitab dengan Pandu.
Akibatnya keluarlah tantangan dari mulut si Dalang Setan. Ia
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
7
menantang pertarungan dengan Pandu di Jurang Karang
Kerenda. Tantangan itu tak begitu dihiraukan oleh Pendekar
Romantis. pedomannya, “Kalau sempat datang ya tarung,
kalau nggak sempat datang ya sudah. Nggak tarung sama dia
nggak nyesel kok.”
Menjelang sore di pantai itu yang dipikirkan Pandu
Puber si anak dewa itu memang bukan soal tantangan Dalang
Setan. Tapi dia punya dugaan, barangkali saja si Dalang Setan
itulah yang membunuh Ken Warok. Alasannya, karena Dalang
Setan menyangka kalau Ken Warok masih menyimpan kitab
tersebut. Pembunuhnya kalau bukan Dalang Setan, ya anak
buahnya si Dalang Setan sendiri. Tapi dalangnya memang
dia; Dalang Setan.
“Namanya saja Dalang Setan, pasti kerjanya
mendalangi perbuatan yang bersifat setanisme!” pikir Pandu
Puber masih dalam lamunan sorenya.
Angin sore berhembus dari belakang Pandu ke arah
laut. Sang angin tetap berhembus kalem-kalem. Justru
kalemnya sang angin itu maka suara pelan di belakang Pandu
pun sampai di telinganya yang memakai anting-anting separo
pasang itu. anting-anting itu dulu punya ibunya. Pandu pernah
dihajar ibunya semasa kecil gara-gara menghilangkan anting-
anting. Karena yang ketemu cuma satu, ibunya marah, anting-
anting dibuang. Pandu merasa sayang, biar cuma sebelah kalau
dikembalikan ke penjualnya bisa dapat ganti rugi, maka
anting-anting itu diambil dan dikenakan sendiri ditelinga kiri.
Anting-anting itu merupakan tanda kenang-kenangan kepada
sang Ibu. Anting-anting itu membuat Pandu Puber selalu ingat
akan kasih sayang ibunya yang cantik meski keturunan anak
jin itu.
Suara teguran pelan dari arah belakang Pandu Puber
berkesan dingin, sinis dan ketus.
“Kalau mau mati jangan ragu-ragu. Nyebur aja ke
jurang bawahmu itu, pasti mati!”
Pandu Puber segera palingkan wajah. Sedikit kaget, tapi
tidak sampai membuat jantungnya melorot sampai ke dengkul.
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
8
Masih dengan tenang Pendekar Romantis pandangi tokoh
yang muncul di belakangnya dalam jarak lima tombak itu.
Senyum tipis yang selalu menghias bibir masih dipamerkan
dengan sorot pandangan mata yang penuh ketenangan.
“Apakah kau bicara padaku, Nona?” kata Pandu sok
intelek. Maklum, yang dihadapi cewek cantik sih, jadi lagak si
pendekar tampan memang dikeren-kerenkan.
“Kurasa di sini tak ada orang lain kecuali kita berdua.
Jadi jelas aku bicara padamu.”
“Eh, siapa tahu kau bicara sama batu karang di
sampingmu itu,” ujar Pandu seenaknya saja. Gadis itu makin
ketus dalam bersikap.
Mata si gadis bening kayak mata boneka pajangan
etalase toko. Bodinya juga oke banget. Selain sintal, padat
berisi, nggak kurus nggak gemuk, dadanya pun menonjol
penuh. Karena sesaknya sampai sebagian belahan dadanya pun
menonjol keluar sedikit, menampakkan kulit kuningnya yang
mulus dna lembut itu. Gadis berusia sekitar dua puluh satu
tahun itu memakai pakaian ketat dari bahan satin hijau muda.
Justru karena pakaiannya ketat maka bentuk tubuhnya tampak
meliuk dengan pantat menonjol padat mengundang gairah
untuk digigit, terutama digigit macan. Sabuknya putih berhias
emas tiruan. Pedangnya di pinggang, terbuat dari sarung peraj
berukir dengan hiasan bebatuan merah. Gagang pedangnya
juga dari logam perak berukir dengan ujung gagang berhias
batuan merah juga. Bagus deh. Enak untuk digadaikan.
Wajahnya so pasti cantik jelita. Hidungnya mancung,
bibirnya sedikit tebal bagian bawah, alis matanya tebal namun
berbentuk indah, bulu matanya termasuk lentik dan sedikit
tebal, rambut kepalanya cepak seperti lelaki, tapi terawat rapi.
Wajah cantiknya yang berkesan cantik galak dan galak
menggairahkan itu, membuat gadis tersebut layak dikatakan
sebagai gadis tomboy. Tanpa giwang, tanpa gelang, tapi pakai
kalung dari tali hitam berliontin batuan ungu tua, ketat leher.
“Mantap juga nih cewek?” pikir Pandu Puber sambil
melangkah pelan mendekatinya, sepertinya ia melangkah
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
9
dengan ogah-ogahan. Langkah itu berhenti setelah mencapai
jarak tiga tindak di depan si gadis tomboy tersebut.
“Jika ingin bicara padaku, mohon perkenalkan dulu
namamu. Jika ingin kenal diriku, mohon sunggingkan
senyummu,” kata Pandu secara tak sengaja telah beRembulan
Pantaintun sendiri.
“Kau tidak perlu tahu siapa aku, tapi aku sudah tahu
siapa kau sebenarnya, Pandu Puber,” kata si gadis dengan
sinis. “Kehadiranku menemuimu di sini bukan untuk pamer
nama di depanmu, tapi untuk mencabut nyawamu dengan cara
apa pun!”
“Eit, galak juga nih cewek?! Nyalinya cukup besar,
sesuai dengan bentuk dadanya.”
Karena Pandu Puber hanya tersenyum kalem, maka si
gadis jadi agak dongkol. Namun ia masih bisa menahan
kedongkolan itu di dalam hati. Ia hanya berkata dengan ketus
lagi.
“Kalau kau nggak berani melawanku, kuberi waktu
untuk melarikan diri. Setelah lima puluh hitungan kau akan
kukejar dan kukubur sendiri di dasar laut!”
Tawa si ganteng bermata kebiruan-biruan mirip bule itu
sempat membuat tubuh bergerak-gerak. Suara tawanya
memang tak terdengar jelas, tapi cukup membuat si gadis
makin dongkol lagi karena merasa disepelekan.
“Kayaknya nafsu banget mau bunuh aku, ya? Salahku
apa sih?”
Si gadis tersenyum sinis. Tapi malah tambah manis dan
membangkitkan khayalan mesra di benak Pandu. Atau,
mungkin memang otak Pandu isinya cuma hal-hal yang
bersifat mesra jadi senyum sinis pun dapat memancing hasrat
kemesraannya. Yang jelas, si gadis berkata dengan tajam.
“Hutan nyawa harus dibayar dengan nyawa!”
“Kalau mau bayar dibayar pakai beras juga boleh,” ujar
Pandu masih menganggap sepele pada keberangan gadis itu.
“Tapi masalahnya apa dulu dong. Jelaskan, Nona cantik.
Jangan hanya marah-marah begitu. Kalau memang aku punya
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
10
hutang padamu soal nyawa, nanti akan kupertimbangkan
dengan nyawa siapa aku harus membayar hutangku itu. entah
nyawa ayam, nyawa tikus, atau nyawa nyamuk. Kan gitu?!”
Gadis itu geleng-geleng kepala samar-samar sekali. Ia
bicara seperti orang baru bangun tidur langsung menggumam.
“Nggak bagus itu, Nak! Kau harus bayar dengan
nyawamu sendiri!”
“Lha iya, yang harus kubayar dengan nyawaku itu
nyawanya siapa?”
“Nyawa pamanku!” bentak si gadis mengagetkan.
Pandu sempat terlonjak sedikit dan nyengir malu sambil usap-
usap dadanya sendiri, bukan dada lawannya yang diusap.
Setelah kekagetan itu agak reda, suara lembut Pandu Puber
terdengar lagi untuk sang gadis.
“Siapa nama pamanmu itu, Sayang?!”
“Orang sakti yang berjuluk Tengkorak Tobat!”
“E, alaaa… jadi Tengkorak Tobat itu pamanmu toh?!
Kok bedanya kayak bumi sama langit, ya? Keponakannya
cantiknya kayak gini tapi pamannya berwajah amburadul dan
simpang siur.”
“Tutup mulutmu!” sentaknya keras. Matanya mendelik.
“Kau tahu daru siapa kalau aku yang membunuh
Tengkorak Tobat?”
“Paman Ranting Kumis menceritakan pertarunganmu
dengan Paman Tengkorak Tobat gara-gara rebutan Kitab
Panca Longok di pantai wetan. Setelah kususul ke tempat itu,
ternyata tubuh pamanku sudah tinggal secuil-secuil. Tapi sisa
senjatanya sangat kukenali. Tak sulit bagiku untuk
menyimpulkan siapa yang membunuh pamanku sekeji itu.
kaulah orangnya!”
Pendekar Romantis tarik napas panjang-panjang,
setelah itu berkata, “Alasanku sangat kuat mengapa hal itu
kulakukan. Di samping itu aku juga sangat terdesak. Kalau
aku nggak cepat-cepat lumpuhkan pamanmu itu, pasti
nyawaku yang akan melayang kala itu.”
“Itu lebih baik bagi orang yang sok sakti macam kau!”
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
11
sentak si gadis.
Pandu angkat bahu tanda ‘terserah’ apa mau sang gadis.
Tapi Pandu juga bilang, “Sebelum kau balas dendam
kepadaku, sebaiknya katakan terus terang siapa namamu dan
apakah kau adalah orangnya Ratu Cadar Jenazah juga?”
“Ya. Memang aku salah satu pengawal Gusti Ratu
Cadar Jenazah. Aku sudah mendapat izin untuk membalas
dendam kepada pembunuh pamanku. Sebab pamanku itu
punya andil besar dlaam membekali ilmu silat padaku. Ia
kurasakan bukan saja sebagai paman tapi juga sebagai guru,
dan sebagai pengganti kedua orang tuaku yang telah tiada itu.
Kematiannya merupakan bara dendam dalam hatiku!”
“Apakah ini ada hubungannya dengan kematian
sahabatku Ken Warok?!” pancing Pandu.
“Tak perlu banyak bicara lagi, sekarang terima saja
pembalasanku ini! Heaaah…!”
Wuuutt…!
“Gila! Gerakannya cepat sekali. Hampir saja wajahku
disambar pakai kedua tangannya kalau aku nggak buru-buru
merunduk,” pikir Pandu Puber sedikit kagum melihat
lompatan cepat tubuh gadis itu yang terjadi secara tiba-tiba.
Lolos dari sambaran kedua tangan gadis itu, Pandu
Puber segera berbalik arah, karena kedudukan lawannya
sekarang ada di belakangnya. Dengan membalik arah maka
Pandu menjadi berhadapan kembali dengan lawannya.
Sraang…! Pedang dicabut dari sarungnya. Kilat
ketajaman mata pedang sempat berkerilap memantulkan sinar
matahari sore.
“Sekaranglah saatmu untuk mati, Pandu Puber!
Hiaaaah…!”
Wut, wut, wut, wut,wut,wut…!
“Edan benar nih cewek?!” pikir Pandu yang mulai
ngos-ngosan karena kelabakan menghindari tebasan jurus
pedang yang kecepatannya sukar diikuti oleh pandangan mata.
Rupanya gadis itu punya jurus pedang andalan yang dapat
membuat lawannya mati terbelah atau terpancung olehnya.
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
12
“Hiaaat…!” gadis itu bersalto satu kali, melintasi
kepala Pandu, dan tebasan pedangnya segera mengarah ke
bawah. Tujuannya ingin membelah kepala Pandu seperti
membelah semangka tanpa biji. Wuuusstt…! Hampis saja
kepala Pandu benar-benar terbelah. Untung Pandu punya
kegesitan dalam menghindari serangan lawan. Akibatnya
pedang itu tak bisa kenai tubuh Pandu sedikitpun, kecuali
hawa panas yang dirasakan kulit Pandu saat mata pedang
melintasi dirinya.
Tapi sebagai akibatnya, gadis itu akhirnya tumbang
oleh juru totok darah yang dinamakan Pandu sebagai jurus
‘Cocor Bebek’.
Kedua tangan yang menguncup segera dihantamkan
menotok ke bagian betis, paha dan pinggul belakangnya
dengan kekuatan tenaga dalam yang berfungsi sebagai
mengunci gerakan.
Des, des, des, des…!
Brrukk…!
Gadis itu langsung jatuh terkulai lemas tanpa tenaga
sedikit pun. Ia berusaha bernapas, tapi tampak sesak dan
kerepotan sekali. Akhirnya Pandu Puber hanya sunggingkan
senyum ironis ketika gadis itu terkulai tak berdaya dalam
keadaan terkapar.
“Masih nekat ingin melawanku?” tanya Pandu
membuat si gadis hanya bisa tersengal-sengal mirip orang
sakit bengek.
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
13
GADIS bergaya tomboy itu baru mau sebutkan
namanya setelah dilumpuhkan dengan jurus
‘Cocor Bebek’-nya sang Pendekar Romantis.
Keadaannya yang lemas terkulai bagai kehilangan seluruh
tenaganya itu membuat Pandu Puber punya kesempatan untuk
mengancam.
“Kalau kau tak mau sebutkan namamu, aku tak akan
pulihkan keadaanmu!”
Dengan hati dongkolnya bukan kepalang, apalagi
melihat senym Pandu berkesan mengejek kekalahannya, maka
gadis centik itu terpaksa sebutkan nama dengan nada ketus
dan dingin.
“Rembulan Pantai!”
Pandu mendongak memandang ke langit. “Mana…?
Nggak ada rembulan di pantai ini kok?!”
“Namaku Rembulan Pantai, tolol!”
Pandu tertawa. Gadis itu berusaha mengalihkan
pandangannya dari Pandu. Tengsin, alias malu-malu jengkel.
Hatinya sempat membatin kata, “Sayang aku dengan begitu
mudah dibuatnya begini, kalau tidak, uuh…! Benar-benar
kubelah-belah kepalanya yang kayak semangka tanpa biji itu!
mudah-mudahan saja dia mau pulikan keadaanku. Gawatnya
kalau aku ditingal kabur dalam keadaan masih begini, wah…
kacau deh! Aku bisa mampus di sini kalau ditinggal kabur
sama si kutu kupret itu!”
Pandu Puber sendiri sempat berpikir aneh, “Jangan-
jangan dia bukan pengawalnya Ratu Cadar Jenazah, bukan
keponakannya si Tengkorak Tobat?! Aku jadi curiga. Jangan-
jangan dia jelmaan Dian Ayu Dayen, calon jodohku itu?”
Pandu ingat tentang Dian Ayu Dayen, sang bidadari
G
DUA
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
14
penguasa kecantikan yang dikatakan oleh para dewa sebagai
calon jodohnya Pandu. Jika pendekar tampan itu bisa menikah
dengan bidadari Dian Ayu Dayen, maka ia dapat hidup
bersama istrinya di kayangan, di antara para dewa lainnya.
Tapi jika ia menikah dengan perempuan secantik apa pun yang
bukan bidadari, maka hak kedewaannya akan hilang dan
selamanya tak akan bisa hidup di kayangan.
Sedangkan Dian Ayu Dayen itu bidadari yang agak
nyentrik. Nggak mudah mau menyerah pada lelaki, kecuali
lelaki itu bisa kalahkan kebekuan hatinya. Dian Ayu Dayen
menantang Pandu, seakan memberi kesempatan kepada Pandu
Puber untuk menaklukkan hatinya. Ia sering muncul dalam
bentuk wanita berwajah macam-macam. Jika Pandu bisa
merubah wujud perempuan itu menjadi wujud asli Dian Ayu
Dayen, dan bisa mencabut bunga mawar asli yang tumbuh di
sela-sela kedua bukit dadanya yang moi itu, maka saat itulah
Pandu dinyatakan bisa menundukkan Dian Ayu Dayen, (Kalau
mau lihat kayak apa kecantikannya,baca aja serial Pendekar
Romantis episode: “Hancurnya Samurai Cabul” benar-benar
hot deh)
Sedangkan untuk memudarkan penyamaran Dian Ayu
Dayen, Pandu Puber harus bisa mengecup kening perempuan
yang diduga samaran sang bidadari. Maka tak heran jika
Pandu memandang Rembulan Pantai dengan hati berdebar-
debar.
“Enaknya kukecup dulu keningnya dalam keadaan dia
masih begini,” pikir Pandu sambil tersenyum-senyum tipis.
“Aku sudah sebutkan namaku. Lekas bebaskan aku dari
pengaruh totokanmu ini!” kata Rembulan Pantai dengan sorot
pandangan mata penuh dendam pembalasan.
Pandu Puber jongkok di samping gadis itu. tiba-tiba
kepala gadis itu diraihnya, disangga dengan satu tangan.
“Hei, hei… apa-apaan kau? Mau apa nih?” si gadis mau
meronta tapi tak punya daya. Ia menjadi tegang ketika Pandu
Puber dekatkan wajahnya.
“Hei, yang benar kau! Ayo, lekas penuhi janjimu tadi!
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
15
Hei, apa-apaan nih kok makin mendekat. Hei, ah… jangan
gitu. Sopan dikit dong. Ah…jangan…!”
Cuup…! Kening pun berhasil dikecup Pandu dengan
lembut.
“Ahhh… kamuuu…” keluh Rembulan Pantai dengan
wajah menjadi merah menahan malu yang tak tertahankan.
Matanya segera dipejamkan, karena Pandu ada di dekat
matanya, memandang dengan penuh kelembutan.
“Ah, kamu…! Jangan gitu dong. Aku kan
musuhmu…!” ucap Rembulan Pantai masih dengan pejamkan
mata.
Karena ditunggu beberapa saat wajah sang gadis belum
berubah juga menjadi wajah Dian Ayu Dayen, maka Pandu
Puber pun akhirnya meletakkan kepala Rembulan Pantai di
tanah sambil menggerutu dalam hati.
“Sial! Rupanya gadis ini benar-benar manusia, bukan
jelmaan bidadari kekasihku. Ih, malu juga aku jadinya.”
Sang gadis membatin, “Brengsek! Setan cabul dia itu!
sama musuhnya kok main kecup sembarangan. Berani-
beraninya dia berbuat begitu padaku. Kalau sampai aku
menuntut lebih hangat lagi apa dia mampu melayani
tuntutanku?! Dasar lelaki lancang! Untung dia punya wajah
tampan dan gagah, sehingga aku terpaksa rela menerima
kecupan kening tadi. Ah…sial! Hatiku jadi kacau kalau begini
nih! Monyet binal juga dia itu!”
Untuk menutupi batinnya, Rembulan Pantai berkata
dengan suara tak bisa keras seperti biasanya, “Hei, mana
janjimu! Jangan bikin aku makin benci padamu, ya?! Ayo
pulihkan keadaanku. Bebaskan aku dari pengaruh totokanmu,
Pandu Puber!”
Pandu menjawab, “Akan kubebaskan, tapi kau harus
berjanji tak akan memusuhiku lagi. Kau sudah kalah, seperti
pamanmu juga. Kalau aku mau, aku bisa membunuhmu
sekarang juga dan kamu bisa susul pamanmu itu. tapi aku
nggak mau lakukan hal itu karena aku bukan tukang jagal
tanpa otak. Aku membunuh karena punya alasan kuat.”
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
16
“Jangan banyak bicara! Lakukan saja, penuhi janjimu
tadi!”
“Kau sendiri harus ucapkan janji, bahwa kau
sebenarnya sudah mati saat ini pula. Tapi anggap saja kau
telah kuhidupkan kembali dari kematianmu, sehingga kau tak
pantas membunuh orang yang memberi kehidupan baru
padamu! Berjanjilah!”
Rembulan Pantai diam cukup lama. Baginya
mengucapkan janji seperti itu sangat berat. Akhirnya ia
putuskan suatu siasat baru dalam benaknya.
“Ah, apa sulitnya kalau keadaan sudah pulih, janji itu
kulanggar juga! Bagi seorang pembunuh seperti dia tak
membutuhkan kemurnian sebuah janji! Walau dia telah
pulihkan aku nantinya, aku masih bisa membunuhnya dari
belakang!”
Maka terdengarlah pula suara Rembulan Pantai
mengucapkan janji palsunya, “Baiklah, aku berjanji tidak akan
mendendam lagi padamu!”
“Kau mau bersahabat denganku?”
“Ya, mau!” jawabnya cepat, pokoknya asal cepat
dipulihkan, Rembulan Pantai tak keberatan memberi jawaban
apa saja.
“Baik. Kalau kau sudah berjanji mau bersahabat
denganku, kau akan kupulihkan sekarang juga!”
Pandu Puber baru saja berhenti mengucapkan kata-kata
seperti itu, tiba-tiba seberkas cahaya putih keperakan melesat
dari atas pohon. Sinar itu berbentuk seperti ekor meteor.
Hampir saka tak terlihat karena keputihan sinarnya.
Wuuuttt…!
Tujuannya menghantam tubuh Rembulan Pantai. Tapi
baru tiba di pertengahan jarak sinar itu sudah dihantam lebih
dulu oleh jurus ‘Naga Bangkis’-nya Pendekar Romantis. Jurus
itu berupa semburan api dari kedua tangan yang dirapatkan
dan disodokkan dengan ujung membuka seperti mulut naga.
Wooosss…!
Blaaarr…!
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
17
Bunga api memercik bersama ledakan yang lumayan
kerasnya itu. Ledakan tersebut tidak membuat Pandu Puber
terpental, tapi membuat Rembulan Pantai terpekik kaget dan
ketakutan, sebab dia tahu sinar itu ditujukan padanya. Padahal
ia dalam keadaan selemah itu.
Pandu Puber segera pandangi pohon tempat datangnya
sinar putih perak, lalu ia berseru kepada seseorang yang
bersembunyi di balik kerimbunan daun pohon tersebut.
“Turunlah! Kalau memang kau punya urusan dengan
Rembulan Pantai, jangan begitu caranya. Selesaikan secara
ksatria!”
Wuutt…! Jleg…!
Orang yang ngumpet di atas pohon itu benar-benar
turun. Cuma anehnya, saat ia turun tak terdengar suara daun
bergemerisik sedikit pun. Bahkan dahan dan ranting pun tak
bergerak, selembar daun pun tak ada yang rontok, padahal
lompatan orang tersebut cukup kuat. Pasti ia punya ilmu
peringan tubuh dan ilmu gerakan yang cukup tinggi. Buktinya
dalam waktu singkat ia sudah berada dalam jarak tujuh
langkah di depan Pandu.
Sesaat Pandu terkesiap begitu mengetahui bahwa tokoh
tersebut adalah seorang perempuan gemuk berwajah lebar.
Diperkirakan usianya sekitar dua puluh empat tahun. Memakai
pakaian coklat dengan belahan baju di bagian dada tersingkap
lebar. Tak heran jika kedua gumpalannya terlihat sebagian,
besar dan menyesakkan napas orang yang memandangnya.
Model bajunya yang tanpa lengan namun panjang sampai ke
lutut itu menampakkan betul lengannya yang besar mirip
pentungan maling. Perempuan gemuk yang nyaris sulit dicari
perbdaannya dengan sebuah gentong itu, mempunyai rambul
disanggul seenaknya. Rambut itu agak keriting dan berwarna
merah jagung, tampak tak pernah terawat atau kekurangan
vitamin. Matanya bundar hidangnya lebar. Pipinya montok,
bibirnya melambai-lambai. Ia mempunyai senjata sebuah
trisula perak yang terselip di sela ikat pinggang kain yang
berwarna merah.
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
18
“Ini manusia apa raja martabak?” pikir Pandu geli
sendiri. “Mukanya yang mana sih? Bingung juga membedakan
yang mana bagian mukanya dan mana bagian belakangnya.
Tapi… agaknya ia punya ilmu yang nggak boleh diremehkan.
Gerakannya saat turun dari pohon membuatku yakin bahwa
dia berilmu lumayan tinggi.”
“Pandu, cepat pulihkan keadaanku. Dia sejak kemarin
kengejar-ngejarku!” ucap Rembulan Pantai dengan suara
berbisik samar-samar sekali, tapi masih mampu didengar
kuping si tampan itu. hanya saja, si tampan pura-pura budek,
ia justru menyapa si gendut berawajah lebar itu.
“Apa maksudmu melepaskan pukulan dari atas pohon,
Nona langsing?”
“Aku cuma mau membunuhnya!” jawab si gemuk yang
ternyata bersuara cecmpreng itu. “Kau pendekar ganteng,
nggak perlu ikut campur urusanku dengannya. Kau jadi
penonton saja, supaya kau tahu bagaimana aku membuat gadis
itu tercabik-cabik tubuhnya.”
“Keadannya masih lemah. Rasa-rasanya nggak adil
kalau kau menyerangnya dalam keadaan dia tak berdaya.”
“Masa bodo!” ucap si gendut dengan ketus, lalu ia
menghampiri Pandu dan berhenti dalam jarak tiga langkah di
depan Pandu.
“Kau pacarnya, ya?”
“Bukan,” jawab Pandu tetap tenang. Ia biarkan si
gendur memperhatikan wajahnya dengan tak berkedip. Setelah
puas memandang, si gendut pun manggut-manggut.
“Bagus, bagus… berarti kau punya otak yang cerdas.”
“Apa maksudmu?”
“Hanya orang dungu yang mau menjadi kekasihnya,
karena gadis itu adalah titisan iblis”
“Titisan iblis?!” Pandu heran mendengar kalimat itu.
“Maksud ‘titisan iblis’ itu bagaimana?”
“Keturunan setan!” jawabnya tajam. “Untuk itulah
maka gadis itu layak untuk dimusnahkan. Kalau kau kawin
sama dia, lalu kau punya keturunan, maka anakmu itu adalah
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
19
anak iblis.”
“Dusta!” bentak Rembulan Pantai, tapi tak bisa keras.
Hanya saja, Pandu Puber masih bisa mendengar ucapan itu.
“Kusarankan, kalau kau mau selamat, jauhi perempuan
‘titisan bilis’ itu dan biarkan aku membereskannya!”
“Bagaimana aku bisa mempercayai kata-katamu, aku
toh belum kenal siapa kamu?”
“Aku dari Lembah Tinggi, namaku Dewi Lemakwati.”
“Di mana itu Lembah Tinggi? Aku baru mendengarnya
sekarang ini?”
“Kau tak perlu tahu, karena yang penting adalah kau
menyingkir dari perempuan itu sebelum aku melibatkan
dirimu sebagai sekutu iblis!”
Pandu Puber dalam kebimbangan. Pada dasarnya, kalau
memang Rembulan Pantai adalah ‘titisan iblis’ yang akan
menimbulkan bencana bagi manusia, Pandu berhak
melenyapkannya pula. Tapi apakah benar begitu? Jangan-
jangan itu hanya fitnah si Lemakwati saja?
Pandu mendekati Rembulan Pantai, jongkok di samping
gadis yang masih terkapar itu. sebelum Pandu menanyakan hal
itu, Rembulan Pantai sudah bicara lebih dulu.
“Jangan percaya! Aku bukan titisan iblis! Tolong
pulihkan keadaanku ini, biar kutangani sendiri setan gembrot
itu.”
“Apa kau sanggup mengalahkannya?”
“Akan kucoba walah usdah dua kali aku hampir mati
oleh serangannya. sejak beberapa hari yang lalu ia mengejar-
ngejarku, padahal aku tidak kenal dengannya. Aku juga nggak
tahu di mana letak Lembah Tinggi itu. aku merasa nggak
punya urusan dengan orang Lembah Tinggi dan…, oh
tolonglah, lekas pulihkan keadaanku. Lepaskan totokanmu,
Pandu!”
“Baiklah,” kata Pandu pelan.
Tapi ketika Pandu tampak mau lepaskan totokan
Rembulan Pantai, tiba-tiba Lemakwati lepaskan pukulan
tenaga dalamnya ke arah tangan Pandu. Wuuuttt…! Tenaga
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
20
dalam itu terasa seperti tongkat tanpa sinar yang menghantam
pergelangan tangan Pandu. Dess…!
“Uh…!” Pandu terpekik kaget dan segera mendekap
pergelangan tangannya.
“Gila! Sakit sekali! Tulangku terasa patah!” pikir Pandu
yang segera bangkit memandangi Lemakwati.
Gadis gendut itu berkata, “Tak perlu kau pulihkan
keadaannya! Menyingkirlah sekarang juga, Pandu Puber!”
“Oh, dia sudah mengenalku rupanya?” gumam Pandu
dalam hati. “Ancamannya itu kayaknya nggak main-main.
Kurasa ia memang perlu diberi pelajaran sedikit, biar nggak
bersikap seenaknya padaku.”
Rasa sakit itu hilang setelah Pandu salurkan hawa
murninya ke pergelangan tangan. Hawa dingin itu semakin
mengepul di telapak tangan dan akhirnya dilepakan Pandu
dengan satu sentakan cepat ke arah Lemakwati.
Wuuuttt…!
Buuhg! Bruuss…!
Lemakwati terpelanting jatuh. Tubuhnya yang mirip
kuda nil itu jatuh berdebam di tanah dalam keadaan terlentang.
Rupanya ia tidak menyangka kalau akan mendapat serangan
dari Pandu Puber. Sedangkan pendekar tampan itu sendiri juga
sedikit kaget saat mengetahui ada kekuatan dari hawa dingin
yang bisa dilepaskan dari telapak tangannya. Pukulan yang
mengenai dada Lemakwati ternyata membuat tubuh gendut itu
segera dilapisi busa-busa salju. Warna putih mirip bedak
terdapat di sekujur tubuh dan pakaian Lemakwati.
“Jurus apa yang kugunakan tadi?” pikir Pandu dengan
heran, sebab semua jurus yang dimiliki adalah warisan dari
orangtuanya: bkm yang dikenal sebagai manusia tampan
bernama Yuda Lelana itu. “Lemakwati jadi kedinginan dan
menggigil begitu? Oh, rupanya hawa dinginku bisa
dikumpulkan dan dipakai menyerang lawan sampai seperti
itu? Hmm… sebaiknya jurus itu tadi kunamakan pukulan
‘Salju Kaget’, habis… aku sendiri sampai kaget melihat
lawanku jadi menggigil seperti itu,”
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
21
Lemakwati menggerang panjang dengan mengerahkan
tenaga hawa panasnya. Tangannya bergerak-gerak dengan
lambat seperti mengangkat beban berat. Tubuhnya yang sudah
berdiri itu menjadi gemetar bersama mulutnya yang menganga
lebar serukan suara perlawanan.
“Heaaahh…! Hiiiaaah…! Hoooaah…! Hiihh!”
Wuuut…!
Sebuah pukulan bertenaga dalam cukup tinggi
dilepaskan dengan cara menyentakkan kedua tangan ke depan.
Pandu Puber yang tadi terbengong melihat gerakan Dewi
Lemakwati kini menjadi terjungkal ke belakang. Pukulan yang
dilepaskan Lemakwati bukan saja mengandung tenaga dorong
sangat kuat, tapi juga mempunyai hawa panas yang membuat
tubuh Pandu tersengat dalam satu kejutan kuat.
Brrukk…! Pandu jatuh dengan posisi miring. Tulang
sikunya membentur batu yang ditikam tubuhnya. Batu itu
pecah, tapi wajah Pandu menyeringai kesakitan. Tulang
sikunya bagai ikut pecah juga.
“Wow…! Panasnya! Badanku seperti disetrika.
Uuuh…! Gawat!” Pandu Puber memperhatikan dadanya,
ternyata gambar tato bunga mawar di dada itu mengalami
perubahan. Bunga mawar merah yang mekar menjadi
tertunduk lemas dan layu.
“Rupanya tato itu tato hidup?” pikir Rembulan Pantai
yang sempat melihat gambar tato bunga di dada Pandu
menjadi layu karena serangan hawa panas dari Lemakwati.
“Pandu Puber, rupanya kau memang bertekad
melindungi gadis itu. Jangan salahkan aku jika aku pun harus
bertindak lebih kasar lagi. Heaah…!”
Lemakwati melompat mirip singa hendak menerkam
mangsanya. Biar badannya gemuk, tapi ia mampu melompat
dengan gerakan cepat. Tahu-tahu sudah ada di depan mata
Pandu yang baru saja bangkit berdiri dan mengerahkan hawa
dingin untuk melawan hawa panas yang dideritanya.
Wuusss…! Plaak…! Buuhg…!
Pandu Puber sempat menagkis gerakan cakar dari
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
22
lawannya. Tapi kelebatan di kaki si gendut tak disangka-
sangka masuk ke ulu hati Pandu. Akibatnya pemuda tampan
itu terpental lagi dan jatu terbanting tepat di bibir jurang.
Hampis saja Pandu jatuh ke jurang kalau tak ada sebongkah
batu yang menahan gulingan tubuhnya.
“Betina macam apa dia itu?! gerakannya selalu tak
terduga-duga dan sangat cepat. Ia sepertinya punya jurus
semacam jurus ‘Angin Jantan’-ku. Tenaganya pun besar
sekali! Uuh… perutku mual sekali. Celaka! Pasti bagian dalam
tubuhku ada yang rusak nih!”
“Hiaaah…!” serangan Lemakwati datang lagi ketika
Pandu baru aja berdiri dengan satu lutut. Serangan itu berupa
tendangan dari sepasang kaki yang datang secara bertubi-tubi.
Pandu sibuk menangkis tiap tendangan itu sambil pelan-pelan
berdiri tegak.
Plak, plak, plak, plak…!
Tendangan itu cepat sekali, hampir tak bisa dilihat lagi
ke mana arah tendangan berikutnya. Tapi dengan jurus ‘Angin
Jantan’ yang juga mampu bergerak dengan cepat itu,
tendangan itu tak ada yang mengenai sasaran.
“Heaah!” Pendekar Romantis melompat ke atas, dan
kakinya ganti menendang beruntun ke arah Lemakwati. Jurus
‘Tendangan Topan’ dilepaskan, memutar cepat dengan
tendangan beruntun yang penuh kekuatan tenaga dalam. Wut,
wut, wut…!
Lemakwati sempat gelagapan. Tak ada satu pun
tendangan yang berhasil ditangkisnya. Tendangan itu
mengenai wajah lebar mirip martabak mentah di wajan. Yang
terakhir kali tendangan itu membuat tubuh gemuk itu telempar
ke samping dan mencium tanah berbatu. Bruss…!
“Aaahg…!” Lemakwati mengerang panjang. Tubuhnya
yang gemuk berusaha bangkit dengan kesakitan. Ketika
wajahnya didongakkan, Pandu melihat wajah itu memar
membiru di beberapa tempat. Gulungan rambutnya terlepas.
Hidungnya melelehkan darah segar. Lemakwati mundur
dengan sempoyongan.
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
23
Ia menuding Pandu, “Sayang sekali kau pun punya
wajah enak dipandangi mata, jadi aku merasa sayang untuk
membunuhmu! Tapi kali ini aku memang harus mundur dulu.
Suatu saat kita akan bertemu dalam keadaan yang lebih mesra
lagi, Pandu Puber! Mungkin kita perlu bicara empat mata
tentang pembunuh temanmu: Ken Warok itu. Selamat tinggal,
Ganteng!”
Slaap…! Lemakwati melompat pergi, tapi segera
lenyap. Ia bagaikan masuk ke alam gaib yang tak bisa
ditembus mata manusia. Pandu tertegun bengong memandangi
lenyapnya tubuh gembrot itu.
“Nggak salah lagi dugaanku, dia memang punya ilmu
tinggi. Buktinya dia bisa lompat ke alam lain, atau… mungkin
mampu bergerak melebihi gerakan ‘Angin Jantan’-ku,
sehingga tampak seperti menghilang? Tapi mengapa ia tiba-
tiba membicarakan tentang kematian Ken Warok? Apa benar
dia tahu siapa pembunuh Ken Warok? Kalau begitu, sebaiknya
kukejar dia dan kudesak untuk mengatakan tentang pembunuh
sahabatku itu? cuma… mau dikejar ke mana?” Pandu tarik
napas untuk menutupi kebingungannya.
Katanya lagi dalam hati, “Hmm… persoalan apa
sebenarnya antara dia dan Rembulan Pantai? Apa benar gara-
gara Rembulan Pantai dituduh atau dianggap sebagai titisan
iblis? Atau mungkin malah ada hubungannya dengan kematian
Ken Warok? Kalau begitu, barangkali aku bisa dapatkan
keterangan lebih banyak lagi dairi mulur berbibir
menggemaskan milik Rembulan Pantai itu. aku harus
memulihkan keadaannya.”
Pandu Puber segera dekati Rembulan Pantai. Ia ingin
memulihkan kekuatan gadis itu dengan melepaskan totokan
jalan darahnya. Tetapi di hati Pandu timbul keraguan yang
membuatnya menahan niatnya.
“Jangan-jangan kalau kupulihkan kekuatannya, dia
akan menyerangku karena dendam di hatinya? Wah, sama saja
aku cari penyakit lagi dong?”
Mata gadis itu memandangi Pandu dalam keadaan
PENDEKAR ROMANTIS
Dendam Dalang Setan
24
menyedihkan. Terdengar suaranya berucap lirih, “Kau hebat.
Kau bisa membuatnya lari terbirit-birit begitu.”
“Tapi dia akan datang lagi dengan kekuatan
andalannya. Aku yakin dia belum merasa kalah denganku.”
“Tapi aku sudah merasa kalah olehmu,” sahut
Rembulan Pantai.
“Kalau kau lepaskan totokanku, apakah kau masih ingin
membunuhku demi dendammu itu?”
“Tidak,” jawab Rembulan Pantai. Sorot matanya penuh
harap.
Tapi hati kecil Pandu masih saja menjadi merasa ragu.
“Jangan-jangan ini siasatnya?”
Emoticon