Dewi Ular - Disini Ada Iblis(2)


Andrew dan Fifien adalah pasangan pengantin baru.
Mereka menikah tiga minggu yang lalu. Bahkan belum genap
tiga minggu persis. Siang itu Andrew senga meliburkan diri
dari kantornya, karena ia baru pulang dari tugas ke luar kota
tadi pagi. Mungkin kerinduan asmara telah membuat
keduanya menuntut pelampiasannya, sehingga tak peduli
siang atau malam, kamar pengantin terkunci dan kemesraan
pun berlangsung dengan hangat
Ketika kemesraan itu baru mencapai separoh perjalanan,
tiba-tiba Andrew yang ganteng mirip bule lenyap dalam
pelukan istrinya. Fifien tahu-tahu kehilangan, pelukannya
menjadi kosong, tidak ada beban apapun. Ia segera bangkit
dan mencari Andrew. Namun, pria berbadan atletis itu 
benar-benar lenyap dari pelukannya. Yang tersisa hanya pakaian
Andrew, berserakan di sekitar ranjang.
Fifien menjerit histeris menyadari hal itu, sampai akhirnya
ia terkulai lemas dan pingsan. Pihak keluarga mendobrak pintu
kamar pengantin, dan menemukan Fifien, kemudian
menyadarkannya. Mereka menjadi kalang kabut sete lah
rnendengar cerita F ifien yang semula tidak bisa diterima oleh
akal sehat mereka. Namun, pada akhirnya mereka
mempercayai setelah menghubungkan peristiwa mistikyang
terjadi di rumah Tante Wow.
Cecen dan Jimmy meyakinkan keluarga Fifien tentang siapa
Audy. Lalu, mereka mengizinkan Audy memeriksa kamar
pengantin itu. Lagi-lagi Audy kehilangan jejak gaib yang
seharusnya bisa menjadi bahan pelacakannya: Tapi di kamar
itu ia juga mencium bau keringat iblis yang sangat dikenalinya.
Gelombang energi gaib tak berhasil dipantau melalui sinyal
"Hmmrn, di s ini juga ada iblis" Tapi dia sudah kabur, dan...
oooh,ya... aku yakin ia pasti bersembunyi di lapisan dimensi
gaib sekitar sini!" ujarnya seperti bicara pada Jimmy. tapi
wajahnya tak memandang kearah Jimmy.
"Akan kulacak ke sana !" tegasnya, membuat Jimmy
berpaling memandangnya. Tapi ketika Jimmy me- natapnya,
saat itulah Audy lenyap bagaikan ditelan udara kamar
penqantin. "Haahh..."!" Jimmy terpekik kaget dan tegang. Cecen dan
dua orang anggota keluarga Fifien juga menyaksikan raibnya
Audy dari tempatnya bediri tadi. Mereka berlarian keluar
kamar dalam keadaan takut. Lalu, mengabarkan peristiwa
yang sangat sulit diterima akal sehat siapa pun.
Audy memasuki dimensi alam gaib yang masih berdekatan
dengan alam nyata di sekitar rumah Fifien. Akhirnya ia
menemukan jejak gaib yang diharapkan. Jejak gaib itu diawali
dengan munculnva suara yang tertangkap oleh pendengaran
gaibnya. Suara itu adalah suara seorang wanita yang sedang
menikmati indahnya bercinta.
Di antara celah batu besar dan panjang seperti lorong
tebing, Audy melihat seorang wanita berperawakan tinggi,
besar, sedang berpacaran dengan pria muda berwajah seperti
bule. Pria muda itu tak lain adalah Andrew. Dan, perempuan
itu adalah Tante Wow yang telah berhasil menculik Andrew
dari dekapan istrinya, lalu dibawa ke situ dan dijadikan budak
cintanya. Andrew tampak patuh kepada semua perintah T ante
Wow, tanpa punya kemampuan untuk menolak atau
membangkang sedikit pun. Tentu saja, kondisi tersebut
disebabkan oleh kekuatan magis dari roh iblis yang merasuki
raga Tante Wow pada saat itu.
"Rupanya kan bersembunyi di sini, Jahaaanaaam...!!"
geram suara Audy sambil berkelebat cepat menerjang Tante
Wuuuut...! Terjangan yang dilakukan dari belakang Tante
Wow itu ternyata tidak berhasil mengenai punggungnva,
karena dengan cepat tangan tante Wow dikibaskan ke
belakang. Wuuuuung...! Kibasan itu menimbulkan angin 
badai yang amat besar dan  kuat, sehingga Audy pun 
terpental ke arah belakang. Wuuuusss ..!! 
Audy terhempas kuat membentur dinding batu besar.
Dadanya didekap dengan kedua tangan; karena merasa
sangat sakit. Dada itu ternyata menjadi hangus akibat
hembusan angin dahsyat dari kibasan! tangan Tante Wow.
Audy segera. menetralisir rasa sakitnya dengan menyalurkan
hawa sejuk ke dada.
"Lepaskan dia, Jahanaaam...!!" teriak Audy tanpa rasa jera
sedikit pun. Kemudian, ia lepaskan pukulan saktinya berupa
cahaya merah api dari telapak tangannya. Zlaaap...! Cahaya
merah yang harusnya menghantam punggung Tante Wow
tiba-tiba meledak di pertengahan jarak, karena punggung
Tante Wow seperti mengeluarkan cahaya perak yang
menyebar membentuk perisai dan berbenturan denga cahaya
merah apinya Audy.
Jegaaaarrr .... !
"Hebat sekali dia!'' gumam hati Audy saat melambung
cepat ke atas dan berjungkir balik di udara. Serangan
berikutnya tetap dilepaskan oleh Audy yang pada akhirnya
Audy berhasil membuat Tante Wow terlempar sejauh 300
meter dari tempat Andrew berbaring.
Wuuuusss. wuuut..." Audy berkelebat rrenyambar tubuh
Andrew. Lalu dengan kekuatan energi gaibnya pria muda itu
dilemparkan hingga menembus lapisan dimensi, dan akhirnya
jatuh terhempas di atap teras rumah tatangga.
Gubraaaak...!! Braaaanggg...!"
"Aaahhhkk...!!"
Suara gaduh dan erangan Andrew didengar oleh mereka.
Maka, merekapun buru-buru memberi pertolongan pada
Andrew. Tentu saja Andrew tak dapat bercerita tentang apa
yang sedang terjadi di alam sana, karena Andrew segera
dilarikan ke rumah sakit. Tulang punggung tampaknya patah,
dan kepalanya berdarah.
Pertarungan di alam gaib itu tetap berlangsung tanpa
memikirkan apa yang terjadi pada diri Andrew. Audy tampak
terdesak berkali-kali oleh serangan lawannya yang dirasakan
cukup tangguh dan ganas. Audy merasa kalah ilmu dengan
lawannya. la sempat babak belur dihajar Tante Wow yang
kedua bola matanya telah menjadi merah, menandakan mata
itu adalah mata iblis berbahaya.
Kini keduanya hinggap di atas dua bongkah batu besi
warna hitam, berjarak sekitar 50 meter. Mereka adu cahaya
kesaktian hingga berkali-kali menimbulkan dentuman besar
yang menggetarkan alam gaib beserta isinya.
"Kau tak akan mampu mengungguli kesaktianku,
Kembangdara" seru tante Wow dengan menyebutkan nama
asli Audy sebagai Nyimas Kembangdara. Audy tidak beran,
karena yang berseru pasti iblis yang menggunakan tubuh
besarnya Tante Wow, dan iblis itu pasti mengenali dirinya.
Namun, Audy masih belum bisa mengenali siapa iblis yang
bersemayam di dalarn raga Tante Wow itu.
"Keluarlah kau dari raga itu kalau kau memang merasa
mampu mengungguli kesaktianku, Keparaaat.!!" teriak Audy,
memancing emosi lawannya.
"Dasar anak biadaaab...!!" teriak Tante Wow kemuudian
tangannya melemparkan petir biru yang segera menyambar
tubuh Audy. Jegaaaarrr, bleeeegeeerr....!
Audy menangkisnya dengan serbuk cahaya emas dari
kedua tangannya, sehingga terjadilah dentuman dahsyat tadi.
Tubuh Audy memang terlempar keudara. Namun kesaktiannya
dikerahkan kembali sehingga dalam waktu singkat ia sudah
bisa berdiri diatas gugusan batu coklat menyerupai cadartapi
jerasnya sama dengan bongkahan besi baja.
"Kau iblis pengecut!" seru Audy. "Kau tahu siapa diriku, bukan" Mari kita
bertarung dalam sosok asli kita, sesama
iblis!" "Hhgggirr...! Kau benar-beriar terkutuk, Kembangdara. .!"
Tante Wow rnenggeram dengan suara besar dan menggema,
membuat semua bebatuan sekeras apapun bergetar dan
mengalami keretakan pada salah satu sisinya.
Audy berkerut dahi. Ia curiga dengan keadaan itu. Suara
rnenggeram besar yang dapat meretakkan bebatuan besar
sepertinya pernah ia kenal. Audy mulai was-was menghadapi
lawannya. Namun rasa penasaran sebelum mendapatkan
kepastian jati diri lawannya, telah membuat Audy berusaha
untuk tetap tegar dalam pertartmgan itu.
"Siapa kau sebenarnya, hahh...?"! Keluar kau dari raga
manusia!!" bentak Audy dengan suara lantang. Gelombang
suaranya juga dialiri energi saktinya yang seharusnya bisa
mendatangkan badai. Tapi, dengan mengangkat satu tangan
ke atas, lawannya dapat menahan energi itu sehingga arus
badai tak dapat keluar dari gelombang suara Audy.
"Gawat..."!" keluh hati Audy semakin cemas.
"Kembangdara..., iblis murtad biadab sepertimu sudah
seharusnya kuhancurkan tanpa ampun lagi! Terimalah aji
Samudra Bara-ku ini, haaaagggrrrr...!!"
"Hahh, Samudra Bara...?"!" Audy tersentak sangat kaget,
Tanpa berpikir lagi ia segera melesat melarikan diri dari
lawannya. Zlaaapp...!
"Jangan lari kau, Kembangdaraaaa...!!"
Lawannya mengejar, dan Audy tetap terus berlari. Ia
sangat ketakutan. Panik sekali. Ia tahu siapa pemilik aji
Samudera Bara yang ditakuti para iblis itu. Oleh karenanya,
tak ada tempat lain bagi Audy untuk berlindung kecuali di balik
kesaktiannya Dewi U lar.
Mendengar cerita itu, Dewi Ular berkerut dahi dengan
heran. "Apakah kau yakin nggak akan bisa menandingi aji
Samudera Bara itu"! Bukankah kau belum mencobanya?"
"Kumala, aku nggak akan menang melawan dia. Karena
aku tahu, siapa dia sebenarnya."
"Siapa dia?"
"Dia adalah ibuku sendiri; Nyimas Arumpati..." Audy
membungkukkan badan hingga wajahnya hampir menyentuh
lantai pendapa. ?"k lama kemudian terdengar suara isak
samar-samar. Dewi Ular menarik napas mengetahui Audy
menangis di depannya.
TERLEPAS dari skandal gelapnya T ante Hestin dengan Boy,
dalam kasus kematian Boy sebenarnya Tante Hestin bukan
berada di pihak yang salah. Hastin bukan pelakunya. Tetapi,
secara hukum yang berlaku di negeri ini, Hestin tetap tertibat
dan bisa dikenai sangsi hukuman tersendiri. Apalagi pihak
keluarga Boy menuntut pada Hestin atas kematian pemuda
tersebut. Atas permohonan Audy yang ingin menyelamatkan kliennya
dari kejahatan gaib itu, Kumala Dewi akhirnya datang juga ke
rumah keluarga Boy. Hal itu dilakukan setelah mendengar
kabar bahwa jenazah Boy akan dimakamkan setelah
kedatangen mamanya dari Singapore. Sebab, pada waktu itu
mamanya sedang berada di rumah kakak sulung Boy yang
tinggal di Singapore.
"Masih ada kesempatan untuk merubah keadaan. Kau
dapat gunakan kesaktianmu, Kumala. Karena, Boy tewas
bukan karena kodrat atau bunuh diri," bujuk Audy
mengingatkan kesaktian Kumala Dewi yang tidak dimiliki oleh
kesaktian para penghuni alam lain.
Kumala Dewi pun mengerti maksud bujukan Audy itu.
?"k", ia tak keberatan dibawa oleh Audy ke rumah Boy. Tentu
saja setelah mereka mendapatkan alamat rumah tersebut
melalui relasinya Kumala yang dinas di kepolisian, yaitu Sersan
Burhan. Karena, tempat kejadian perkara kasus kematian Boy
itu berada dalam wilayah hukumnya Sersan Burhan. Sersan
muda yang ganteng itu, bukan orang asing bagi Kumala,
karena ia sering terlibat dalam kasus misteri, dan mendapat
bantuan dari kesaktiannya Kumala Dewi.
Wajarlah jika Sersan Burhan tidak keberatan diminta
bantuannya untuk mendampingi Kumala dan Audy menemui
pihak keluarga Boy. Kumala Dewi pun diizinkan menengok
kondisi jenazah Boy yang waktu Itu sudah dimasukkan dalam
?"ti mati.Bahkan sudah ditutup rapat, karena aroma busuk
mulai menyebar dari jenazah tersebut. Tapi atas perintah
Sersan Burhan, mewakili pihak kepolisian, peti mati itu dibuka
kembali, dan Kumala Dewi dipersilakan memeriksa jenazah Boy.
Mereka heran, bau busuk dari jenazah Boy ternyata tidak
tercium sama sekali walau pun tutup peti mati dibuka lebarlebar. 
Yang mereka cium adalah aroma wangi yang lembut,
nyaman, dan seolah-olah menyejukkan hati mereka. Aroma
wangi itu datang dan tubuh gadis cantik berlesung pipit yang
menjadi putri tunggalnya Dewa Permana. Wangi bunga
cendanagiri adalah ciri khas bau badannya Dewi Ular, yang
dapat mengalahkan bau sebusuk apapun.
Kumala dewi menyentuhkan punggung jari tangannya ke
pipi jenazah tersebut, setelah itu berkata kepada Sersan
Burhan dan beberapa sanak keluarga Boy yang ada di sekitar
peti mati. "Dia tewas karena kehilangan energi kehidupan. Energi itu
diserap oleh kekuatan gaib melalui... melalui cara yang kurang
layak dijelaskan di depan umum begini."
Kumala Dewi dan Audy segera meninggalkan peti mati.
Mereka ingin bicara dengan kakak keduanya Boy yang sudah
berurnah tangga, dan yang selama ini bertanggung jawab
merawat Boy. Tetapi ketika peti mati itu ingin ditutup kembali,
Kumala buru-buru mencegah hal itu agar jangan dilakukan,
"Jangan tutup peti matinya."
"Kenapa nggak boleh ditutup?"
"Siapa tahu ada yang ingin me lihat Boy untuk terakhir
kalinya," jawab Kumala Dewi dengan ramah dan menyenangkan hati lawan bicaranya. Tentu saja lawan
bicaranya tidak tahu alasan yang sebenarnya, sehingga ia
mencoba mengajukan alasannya supaya peti mati boleh
ditutup rapat-rapat seperti tadi.
"Bukan apa-apa, Nona. Kalau nggak ditutup ke...."
"Jangan khawatir," sahut Audy. "Bau busuk itu akan
muncul beberapa hari lagi. Apakah sekarang Anda mencium
bau busuk?"
"Hmmm; nggak sih."
"Padahal peti mati belum ditutup, bukan" Nah, karena itu
Anda jangan khawatir, jenazah ini nggak akan menyebarkan
bau busuk seperti tadi, kecuali jika sampai empat hari belum
dikuburkan juga."
Sebenarnya larangan menutup peti mati itu punya alasan
tersendiri. Hanya Audy, Kumala dan Sersan Burhan yang
mengetahui alasan sebenarnya. Kumala memang sudah
berpesan sebelumnya agar alasan tersebut tidak diberitahukan
kepada siapa pun. Kumala tak ingin terkesan arogan atau
pamer kesaktian untuk dapatkan pujian. Oleh karena itulah,
Sersan Burhan juga ikut menyarankan pihak keluarga jenazah
agar peti mati jangan ditutup kembali seperti tadi.
Beberapa saat kemudian, ketika Kumala Dewi bicara
dengan kakaknya Boy di teras, didampingi oleh Audy dan
Sersan Burhan, tiba-tiba suasana di ruang dalam mulai gaduh.
Beberapa orang yang semula ada di ruang tengah
berhamburan keluar dengan wajah ketakutan.
"Ada ?"" sih"! Ada ?""..."!" tanya mereka yang di
halaman. "Mayatnya Boy hidup lagi...! Mayatnya bangkit lagi tuh...!!"
Tentu saja hal itu membuat gempar suasana di rumah
duka. Jenazah Boy memang benar-benar hidup lagi. Bahkan
berusaha keluar dari dalam peti mati. Orang yang tadinya
ngotot ingin menutup peti mati dengan baut penutup kuatkuat, 
kini mulai menyadari mengapa tadi ia disarankan untuk
tidak menutup peti mati.
"Gadis cantik itu tadi kayaknya udah tahu kalau Boy mau
hidup lagi. Pantas aku dilarang menutup peti mati. Coba kalau
tadi aku nekat menutupnya, waktu Boy hidup lagi, dia akan
kehabisan oksigen dan akhirnya mati lagi," ujar orang itu
kepada sanak keluarga lainnya.
Audy dan Sersan Burhan tidak tampak heran menanggapi
situasi yang menurut orang-orang sangat ajaib itu. Karena,
memang sudah terprogram sebelumnya, bahwa kedatangan
Kumala Dewi ke situ; hanya untuk menghidupkan kembali
jenazah Boy. Mayat orang yang mati tak bersalah, yang bukan mati
karena kodrat, dan yang tidak mati karena bunuh diri, maka ia
akan hidup kembali jika tangan Kumala Dewi menyentuhnya.
Sejak dalam diri Kumala Dewi tersimpan pedang pusaka tua
yang bernama Pedang Equador, maka energi kesaktian dari
pedang pusaka itu dapat dipakai untuk menghidupkan orang
mati, selama tidak me langgar tiga ketentuan tadi. Terutama
bagi mereka yang mati karena kekuatan gaib, sebelum
jenazahnya bersentuhan dengan bumi, masih bisa ditolong
oleh energi gaib dari pedang pusaka tersebut, (Baca serial
Dewi Ular dalam episode: "Misteri Rona Asmara)
Sebelum sanak saudara Boy mengetahui bahwa sentuhan
tangan Dewi Ular adalah penyebab bangkitnya jenazah Boy
dari kematian, rombongan Audy sudah mohon pamit pulang
lebih dulu dari rumah duka.
Memang tak ada ucapan terima kasih dari pihak keluarga
Boy, karena memang mereka tidak tahu harus berterima kasih
kepada siapa. Dan, karena Kumala Dewi sendiri tidak
menginginkan pujian dari mereka, maka ia merasa tak perlu
berlama-lama di tempat tersebut.
Tujuan Kumala hanya menghidupkan kembali Boy. Dengan
begitu maka Tante Hestin bebas dari tuntutan pihak keluarga
Boy, dan bebas dari keterlibatannya atas kasus kematian Boy.
Hal ini sengaja dilakukan Kumala semata-mata untuk
membantu Audy dalam mempertahankan citranya di mata
klien. Bahwa, bagaimana pun caranya Audy ternyata tetap
berhasil membantu kliennya keluar dari gangguan gaib yang
nyaris mencelakakan hidup mereka.
Tante Hestin tidak tahu bahwa Kumala Dewilah yang
berperan menyelamatkan dirinya dari kasus itu. Tante Hestin
hanya tahu, bahwa Audy berhasil menyelamatkan dirinya dari
jerat hukum dan kasus misteri yang sulit dipahami. Sedikit pun
Dewi Ular tak merasa iri ketika ucapan terima kasih itu
ditujukan oleh Tante Hestin kepada Audy seorang. Karena
bagi anak tunggalnya Dewa Permana itu, kasus yang paling
berbahaya dan harus segera ditangani bukan membangkitkan
jenazah Boy dan menyelamatkan Hestin dari jeratan hukum,
tapi menyelamatkan umat manusia dari ancarnan gaib Ny imas
Arumpati. Dalam hal ini, keselamatan jiwa Audy pun merupakan
tanggung jawab Kuma la Dewi sebagaimana perjanjian mereka
dulu, bahwa Audy akan berpihak pada Kumala, ikut membantu
menyelamatkan kehidupan manusia, jika ia mendapat
periindungan penuh dari Kumala Dewi. Oleh karenanya
kewaspadaan Kumala pun sekarahg diprioritaskan untuk
membayang-bayangi keselamatan Audy, sebab jelmaan iblis
itu kini sedang terancam kemarahan ibunya sendiri. Nyimas
Arumpati. "Jangan kembali ke apartemenmu dulu. Tinggallah di
rumahku untuk beberapa saat, sampai situasimu benar-benar
aman," kata Kumala Dewi kepada Audy.
"Ya, akan kuturuti saranmu."
"Buron...," sapa Kumala kepada asistennya untuk urusan
gaib. "Berjaga-jagalah selama 24 jam, karena Audy dalam
keadaan terancam oleh murka ibunya, yaitu Nyimas
Arumpati."
"Ya, ya... aku sudah tahu soal itu," Buron manggutmanggut 
dengan kalem. Tentu saja ia mengetahui masalah
tersebut, karena ia sempat mencuri dengar penuturan Audy
kepada Kumala pada malam itu.
?"?" yang kamu tahu tentang kelemahan ibumu, Audy"
Bisa kau jelaskan padaku?"
Wajah ?"ntik jelmaan Nyimas Kembangdara itu terselimuti
duka yang cukup dalam. Ternyata kesedihan hati Kumala Dewi
atas kepergian Barbie alias Athila Darapura masih belum bisa
mengungguli kesedihan di hati Audy. Karena, ia sangat tidak
menduga bahwa ibunya akan turun ke bumi untuk melacak
keberadaannya dan menghancurkan dirinya yang dianggap
sebagai anak iblis murtad itu. Meski pun ia merasa aman
dalam perlindungan Dewi Ular, namun sebagian kecil hatinya
masih merasa tak rela jika ibunya dihancurkan oleh
kesaktiannya Dewi U lar.
"Bagaimana pun kejamnya Nyimas Arumpati, ia tetaplah
ibuku. Ia yang menurunkan kesaktian padaku. Ia yang
mengajarkan padaku bagaimana harus mempertahankan diri
dari serangan musuh. Dan... tak ubahnya seperti peradaban
manusia, di antara bangsaku pun mengenai prilaku hormat
kepada orang tua. Inilah yang membuatku sangat sedih dan
terpaksa harus menangis di depanmu, Kumala."
"Ya, aku paham sekali," jawab Kumala pelan, seakan ikut
merasa prihatin dan bersedih atas situasi buruk yang harus
dihadapi Audy. Ketika Audy masih menjadi Nyimas Kembangdara, dia
mendapat jabatan kehormatan yang membuatnya dihormati
oleh para iblis sebangsanya, yaitu sebagai Pelindung Para Selir
bagi semua selirnya Dewa Kegelapan. Tapi jabatan itu masih
kalah tinggi dari jabatan yang disandang oleh ibunya sendiri.
Sampai sekarang Nyimas Arumpati masih tetap menyandang
gelar: Pelindung Para Iblis. Posisi itu berada satu tingkat di
bawah kedudukan si Raja Iblis: Damasscus. Seluruh bangsa
iblis tetap tunduk dan patuh di bawah perintah Dewa
Kegelapan, alias Lokapura.
Dalam keadaan darurat, Nyimas Arumpati akan mengerahkan 
kesaktiannya demi melindungi bangsa iblis.
Tetapi sekarang keadaan menjadi sangat ironis. Sebagai sang
Pelindung Para Iblis, Nyimas Arumpati justru mengejar-ngejar
iblis untuk dihancurkan, dan iblis yang diburunya itu adalah
anaknya sendiri. Aksi mesumnya itu rupanya untuk
memancing kemunculan Ny imas Kembangdara dari kedok
penyamaran manusianya.
Setidaknya, begitulah analisa yang diperoleh Audy pada
saat ia dan Kumala membicarakan kemunculan ibunya ke
bumi. Tapi sebagai jelmaan Jin Layon, Buron mempunyai
pendapat sendiri.
"Belum tentu kemunculan ibumu semata-mata untuk
memburu anaknya dan menghancurkan dirimu. Mungkin ada
missi lain yang dirahasiakan dari kemunculannya di alam
kehidupan manusia ini."
"Nggak ada," Audy gelengkan kepala dengan tatapan mata
melamun. "Missi utama ibuku sebenarnya adalah melindungi
para iblis dari ancaman yang diperkirakan dapat memusnahkan 
separoh dari jumlah para iblis yang ada. Itu
tugas ibuku Ron! Mungkin sekarang ada tugas tambahan dari
Damasscus, yaitu menghancurkan iblis yang memboikot dan
menjadi pengikutnya Dewi Ular. Maka, ia datang ke bumi
mencariku untuk..."
Kata-kata itu terputus mendadak. Kumala Dewi dan Buron
menatap Audy dengan heran. Audy menahan napas.
Wajahnya tegang.
"Ada ?""..."!" tanya Buron dengan dahi berkerut.
"Uhhk...!" Audy mengejang dengan badan sedikit
terbungkuk. Wajah tegangnya menjadi kaku. Pucat pasi.
Mulutnya terkatup rapat karena giginya menggeletuk kuatkuat. 
Dewi Ular yang duduk di depannya segera menyentakkan
dua jari tangan ke arah Audy
Wuusst .... ! Tenaga intinya menotok tepat di bawah tulang
belikatnya Audy.
Deeeb,.! "Aahh...!" Audy tersentak tegak, melepaskan napas dari
mulut. Kumala Dewi berseru kepada Buron, "Periksa sekitar kita,
Ron!" Tanpa menjawab lagi Buron langsung melesat ke atas.
Wuuut, blaaab...!
Dalam sekejap saja ia telah berubah menjadi seberkas sinar
kuning kecil, berbentuk seperti meteor. Sinar itu berkelebat
menembus atap pendapa.
Slaaap .....! Dewi Ular berpindah posisi dengan sekali sentakan tenaga
ke tulang ekornya, wuut...! Kurang dari sedetik ia sudah
berada di belakang Audy. Kemudian mengarahkan telapak
tangannya ke punggung Audy.
Telapak tangan itu memancarkan cahaya hijau bening
berpendar-pendar. Cahaya tersebut menembus masuk ke
punggung Audy. Tubuh yang masih mengejang dengan dada 
tegak membusung itu kini bergetar tanpa bisa bersuara. Mulutnya
memang terbuka tapi tak mampu bicara sepatab kata pun.
Yang keluar dari mulut Audy hanya suara desah napas berat,
seperti suara binatang mendesis panjang.
Napas yang dikeluarkan dari mulut Audy mulai tampak
seperti kabur merah bara. Makin lama semakin banyak kabut
yang keluar bersama napasnya. Aroma amis tak sedap pun
tercium dari kabut merah membara itu. Dan, Kumala Dewi
tetap mengerahkan tenaga inti saktinya hingga telapak tangan
itu menghentak rapat ke punggung Audy.
Deeb...! "Hoaaakkhh....!!"
Audy muntah. Menyemburkan butiran benda keras
menyerupai serpihan besi panas.
Brrruuwwll...! Pyoookk...!
Benda seperti serpihan besi panas itu bercampur lumpur
yang mendidih dan berwarna bara. Kumala Dewi mengenali
betul jenis lumpur membara itu sebagai bagian dari unsur
lahar gunung berapi. Terbukti ketika ?"" yang dimuntahkan
Audy itu jatuh berhamburan di lantai pendapa yang terbuat
dari kayu, maka lantai tersebut segera berasap.
Dewi Ular buru-buru mengibaskan tangannya, mendatangkan 
angin salju yang membuat lahar panas itu
padam seketika. Lantai kayu tak sempat terbakar total, Hanya
membekas hitam karena sempat hangus saat menahan lahar
yang panasnya lebih dari dua ratus derajat Celsius. Dan,
setelah memuntahkan lumpur serta batuan lahar panas, Audy
terkulai lemas dan terengah-engah.
"Berbaringlah," kata Kumala Dewi.
Audy menuruti perintah itu. Ia berbaring dalam posisi
telentang, kedua tangan merentang ke samping. Dewi Ular
segera melepaskan sinar hijau kecil dari ujung jarinya. Sinar
itu sangat bening, besarnya hanya seukuran lidi. Tapi s inar itu
mampu menembus ulu hati Audy, dan membuat tubuh Audy
menyala hijau bening dari kepala hingga kaki.
Hanya sebentar, kemudian tubuh Audy normal kembali.
Sinar hijau kecil yang diarahkan Kumala ke ulu hati ternyata
sinar penambah energi gaib dan energi fisik, yang membuat
seluruh luka atau kerapuhan menjadi netral kembali. Bahkan,
membuat Audy merasa lebih segar dari kondisi sebelum
mengalami kejadian aneh tadi.
Wuuusss, blaaaub...!
Cahaya kuning seperti meteor tadi telah kembali dan
segera merubah wujudnya menjadi pemuda berambut kucai
dengan tubuh agak kurus. Buron telah berdiri di depan Audy
yang kini dalam posisi duduk melonjor di lantai pendapa.
Buron berkata kepada Kumala Dewi setelah menghela napas
panjang. "Nggak ada getaran gaib asing yang kutemukan di sekitar
sini. Energi panas pun nggak ada, kecuali energi panas yang
datang dari tempat ini."
Audy menyahut, "Kamu nggak akan bisa menemukan
getaran energi yang menyerangku tadi, karena dia berada di
tempat yang cukup jauh dari sini. Namun sangat mudah untuk
melukaiku."
"Kau tahu siapa yang tiba-tiba menyerangmu tadi?" tanya
Kumala dengan suara pelan. Penampilan yang tenang sekali.
"Ya. Tentu saja aku tahu siapa yang menyerangku, karena
aku mengenali jenis energi saktinya. Kalau bukan karena
kesigapanmu tadi, mungkin aku sudah hancur terbakar Panah
Lahar, terutama bagian dalam tubuhku yang lebih dulu
hancur." "Panah Lahar..."!" gumam Buron setelah memperhatikan
lantai kayu yang membekas hangus itu.
"Hanya ibuku yang memiliki kesaktian Panah Lahar."
"Hmm, sudah kuduga" gumam lirih Kumala Dewi. Ia
membiarkan Audy menjelaskan kepada Buron.
"Panah Lahar yang dilepaskan oleh ibuku selalu tepat
mengenai sasarannya, karena kekuatan itu menggunakan
jejak gaib lawan sebagai penunjuk arah. Jadi, meski pun aku
berada di liang kubur, tetap akan terkena Panah Lahar selama
jejak gaibku ditemukan oleh ibuku."
"Hebat juga ibumu, ya?"
"Jauh lebih hebat dari ibumu," kata Audy kepada Buron.
Wajah pemuda jelmaan Jin Layon itu sempat mengeras
tegang merasa tersinggung atas pernyataan Audy. Namun,
rasa tersinggungnya segera surut setelah Audy menambahkan
kata-katanya. "Tapi jauh lebih mulia ibumu dibandingkan ibuku. Karena
ibuku tega menghukum mati anaknya sendiri, sementara
sebrengsek-brengseknya kamu, ibumu nggak akan tega
menghukum mati dirimu! Bersyukurtah kau punya ibu yang
baik, dan nggak pernah mau mengganggu kehidupan manusia
atau bangsa lain."
"Ya. Ibuku memang nggak suka mengumbar birahi," kata
Buron pelan, semacam komentar yang ditujukan untuk dirinya
sendiri. Audy tampak menahan rasa malu dan sangat prihatin sekali
atas ?"" yang diperbuat Nyimas Arumpati, yaitu menggunakan raganya Tante Wow untuk dapatkan kepuasan
bercumbu dengan lawan jenisnya. Berbeda dengan ibunya Jin
Layon, yaitu Nini Ganjarlangu. Sepanjang sejarah kehidupan
alam gaib, belum pemah terdengar berita bahwa Nini
Ganjarlangu manggunakan raga manusia untuk mengumbar
napsu birahi kepada lawan jenisnya.
Sejak awal sebelum mereka berangkat ke rumah Boy untuk
membangkitkan mayat Boy, Audy sudah berpesan kepada
Kumala agar jangan ceroboh dalam menghadapi keganasan
ibunya. "Kuharap jangan gegabah jika menghadapi ibuku. Dia
bukan iblis yang bodoh. Dia cerdik dan penuh perhitungan
dalam setiap gerakan."
Itulah sebabnya Dewi U lar tidak mau langsung mencari dan
menyerang Nyimas Arumpati. Yang diperhitungkan Kumala
adalah raga yang digunakan Nyimas Arumpati adalah raga
orang tak bersalah. Memukul hancur raga Tante Wow sama
saja membunuh perempuan itu secara sia-sia. Karena dengan
menghancurkan raga Tante Wow belum tentu dapat
melumpuhkan kekuatan Nyimas Arumpati. Kumala masih perlu
beberapa masukan dari Audy mengenai kekuatan dan
kelemahan Nyimas Arumpati.
"Kekuatannya cukup berbahaya. Jangan meremehkan dia
sekali pun dia sudah tampak lemah dalam suatu pertarungan.
Karena ia masih punya banyak kesaktian simpanan yang
digunakan dalam kondisi lemah, atau dalam keadaan lawan
tertipu karena menyangkanya sudah tidak berdaya lagi. Dia
punya banyak trick untuk menjebak lawannya."
Audy berbenti sesaat. Ia melirik Buron. Lirikan mata itu
memiliki makna tersendiri yang segera dipahami Kumala Dewi.
Maka, dengan bahasa isyarat Kumala Dewi menyuruh Buron
meninggalkan mereka berdua. Audy tidak ingin rahasia ibunya
didengar oleh pihak lain, kecuali hanya Dewi Ular yang
mendengamya. Buron pun menghormati kode etik tersebut, 
sehingga ia bergegas pergi meninggalkan pendapa. Buron masuk ke
kamar mandi pelayan, yang biasanya digunakan oleh ?"k
Bariah. Sebenarnya ia ingin masuk ke kamar tidurnya, tapi di
kamar tidurnya ada Sandhi. Ia butuh tempat sepi yang aman
dari pantauan siapa pun. Di dalam kamar mandi Buron
menciptakan lorong gaib yang dapat tembus sampai ke
pendapa, sehingga percakapan Audy dengan Kumala dapat
didengarnya dari kamar mandi.
"Kuharap, kau hanya melumpuhkan ibuku saja, Kumala.
Jangan membinasakannya. Sebab..."
"Tunggu sebentar" potong Kumala Dewi. Tiba-tiba tangan
kirinya menyentil udara di sampingnya.
Tess..! "Aaoow...!!" Buron memekik kesakitan di kamar mandi.
Telinganya seperti disodok dengan kawat baja cukup keras.az 
Tubuhnya sampai terpental dan jatuh ke dalam bak mandi.
Jebuuurrr:..! Ia gelagapan sesaat, kemudian mengerang
kesakitan seraya memegangi telinga kanannya.
"Sialan! Kali ini Kumala tahu kalau aku nguping. Oouhh,
sakit sekali gendang telingaku ini..."!" rintihnya dengan tetap
berada di dalam kamar mandi. Ia tak berani keluar dari kamar
mandi karena suara ?"k Bariah berseru menegurnya.
"Rooon...! Elu jangan ngerendam badan dalam bak mandi
gue, ya! Amisnya nggak ilang-ilang selama seminggu, tahu"!
Awas lu kalau nyemplung dalam bak mandi!"
"Engg... enggak "o"...!" Buron menjawab dengan
ketakutan dan kesakitan. Sedangkan di tempatnya, Dewi Ular
tetap tenang menyimak kata-kata Audy yang dirasakan aman
dari penyadapan seperti tadi.
"Sama seperti diriku" kata Audy. "..semakin sering
mendapatkan puncak kepuasan bercinta-semakin bertambah
kekuatan ku, dan ibuku pun demikian. Hanya saja, dia lebih
sadis lagi. Belum mau melepas pasangan kencannya sebelum
inti tenaganya terserap habis dan pasangan kencannya mati
tak berdaya lagi. Kesempatan memasuki alam dimensi
manusia ini merupakan peluang emas baginya, sebab inti
tenaga kenikmatan pada manusia memiliki kadar energi
kesaktian lebih tinggi daripada yang ada di alam lain. Oleh
karena itu. .. "
Beberapa saat kemudian pembicaraan mereka terputus
oleh suara dering telepon dari ruang tengah, disusul suara
Sandhi yang segera muncul lewat ruang makan.
"Telepon dari kantornya Rayo!"
"Hmm, ya, ya... aku terima dari s ini aja, San " seru Kumala
Dewi, lalu ia memejamkan mata . Menerima telepon, hanya
menggunakan jalur gaib yang dapat membuatnya seperti
menempelkan telinganya pada gagang telepon.
"Ya, betul. Ooh, Profesor Atmaja, ya... selamat malam Prof"
sapaan Kumala Dewi sangat ramah dan terkesan hormat,
karena Profesor Atmaja adalah atasannya Rayo Pasca di
Lembaga Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, sebagai
Direktur Bidang RisetX-Project Bidang ini melakukan banyak
penelitian khususnya yang berkaitan dengan fenomena gaib,
yang selama ini belum teruraikan secara ilmiah.
"Ya, ya benar, Prof... Rayo..."!" wajah Kumala Dewi tampak
tegang walau mata tetap terpejam.
"0, ya . "! Kapan kejadiannya, Prof..."! Sepuluh menit yang
lalu"! Oh, ya..." Anda serius, Prof" Hmmm, eeh", iya, ya..
baik, baik... Terima kasih atas informasinya, Prof!"
Nada bicara yang semakin meninggi itu memancing rasa
ingin tahu bagi Sandhi. Bahkan dengan terpaksa Buron nekat
keluar dari kamar mandi karena mendengar suara Kumala
bernada tinggi. Audy yang ada di depannya terpaku
kebingungan me lihat wajah Dewi Ular memancarkan rona
merah, sebagai rona kemarahan dan kepanikannya.
"Ad... ada apa..." ?"" yang terjadi, Kumala"!" Audy
memaksakan diri untuk bisa bersuara walau pun tenggorokkannya 
tadi sempat menjadi kering dan lengket
mendadak begitu melihat pancaran rona merah dari wajah
Dewi Ular. "Ada ?"", Kumala"!" Sandhi juga mendesak.
Kumala memejamkan matanya. Menahan ledakan emosi
yang hampir mengguncangkan tanah dan bangunan
sekitarnya. Ia mengatur pernapasannya agar tak mengalirkan
hawa gaib dari kemarahannya. Setelah beberapa saat berhasil
menguasai emosi, baru ia menjawab pertanyaan mereka
dengan suara sangat lemah.
"Rayo... hilang dari laboratorium tempatnya kerja..."
"Hah..."! Rayo hilang... hilang, bagaimana maksudmu"!"
Diam beberapa saat, menekan arus gaib yang bergolak
akibat kemarahan dalam hatinya. Setelah beberapa saat, baru
terdengar lagi suaranya menjawab pertanyaan tadi.
"Di depan mata Profesor Atmaja.... Rayo tiba-tiba lenyap
setelah dihampiri bayangan... bayangan perempuan berperawakan 
tinggi, besar, berambut pendek..."
"Ciri-cirinya Tante Wow...," desis suara Audy yang mulai
tegang juga. Ia merasakan hawa panas menyengat kulit
wajahnya. Buru-buru ia mundur setelah disadari hawa panas yang
menyengat itu adalah hembusan napas Kumala Dewi yang
keluar dari hidung mancungnya. Napas kemarahan sang Dewi
Ular cukup membayakan jika tidak segera dihindari. Karena
napas itu dapat berubah menjadi napas naga raksasa
sebagaimana kesaktian Kumala Dewi jika menjelma menjadi
seekor ular naga hijau bersisik emas dan bermahkota.
"Sekarang sudah tiba waktunya aku harus berhadapan
dengan ibumu, Audy! Apapun resiko yang harus diterimanya
atau yang harus kuterima, tidak akan merubah keputusanku
ini!" "Ku... Kumala... aku harap ka... kamu..."
"Ibumu telah menculik kekasihku!"
Suara tegas bernada geram itu memiliki getaran hawa sakti
yang membuat tiang dan atap pendapa bergetar. Bahkan
berderak seperti heridak mau patah.
Bahkan beberapa lapis kayu lantai tersentak naik , terlepas
dari pakunya akibat getaran yang mengguncangkan .
SEPULUH menit yang lalu, kata Profesor Atmaja.
Keterangan itu sedikit melegakan Dewi U lar. Setidaknya dalam
tempo sepuluh menit belum tentu Nyimas Arumpati berhasil
memacari Rayo. Mungkin saja mempengaruhi Rayo dengan
ilmu pelet pembangkit gairah memang mudah dilakukan. Bisa
jadi saat ini Rayo sudah berada dalam pengaruhnya. Siap
dinikmati kepatuhannya.
Tapi setidaknya perempuan itu akan mencari tempat yang
nyaman untuk menikmati kehangatan cinta pemuda gagah
yang menjadi kekasih Dewi Ular Ny imas Arumpati tidak akan
tergesa-gesa menyantap hidangannya selama hidangan itu
adalah sesuatu yang istimewa baginya. Perhitungan ini pun
diperoleh Kumala Dewi dari Audy yang ikut menembus lapisan
dimensi alam gaib untuk mencegat langkah ibunya. Buron
juga ikut serta, karena ia ikut tak rela jika Rayo Pasca yang
kalem dan romantis itu menjadi santapan lezat asmara Si
Pelindung Para Iblis.
"Tunggu ... !" sergah Audy yang dalam perjalanan itu
berada paling depan. Ia mengangkat satu tangannya dan
Kumala serta Buron pun berhenti seketika.
"Aku kehilangan jejak iblisnya," lanjut Audy. "Aroma
keringat iblis hilang sampai di sini. Pasti dia menggunakan
'perisai gaib' yang membuat getaran gelombang gaibnya
nggak dilacak oleh siapa pun."
"Aku sendiri yang akan melacaknya," kata Kumala Dewi
segera melanjutkan perjalanan lebih dulu.
"Benar, dia bisa menembus 'perisai gaib'-nya ibuku, apa?"
bisik Audy kepada Buron.
"Bukan ibumu yang dilacak gaibnya, tapi Rayo..!"
Hal yang mudah bagi Kumala Dewi untuk rnelacak energi
gaib kehidupan yang dimiliki setiap orang, termasuk yang
dimiliki oleh Rayo Dengan panduan getaran gaib kehidupan
Rayo itulah langkah Kumala Dewi mulai menuju perbukitan
alam gaib, di mana setiap batu mempunyai kesamaan bentuk,
yaitu sama-sama seperti bentuk tengkorak manusia. Audy dan
Buron hanya bisa mengikuti dari belakang tanpa berani
mengajaknya bicara, kecuali memang ada sesuatu yang amat
penting untuk dibicarakan.
Hanya kepada Buron saja Audy berani berbisik.
"Hmmm, ya... di sini ada iblis...! Aku mencium baunya."
"Kamu itu iblisnya," gumam Buron sambil bersungutsungut. 
Di atas perbukitan tanpa tanaman itu tampak semacam
bangunan piramida bertengger. Warnanya hitam kelam. Sinyal
gaibnya Dewi Ular menangkap jejak gaib kehidupannya Rayo
semakin jelas. Jejak gaib itu tampaknya mengarah ke
bangunan menyerupai piramida itu. Ketika Dewi Ular
berkelebat menuju ke arah piramida, tangan Audy berkelebat
mencekal lengannya.
"Tahan dulu. Ada yang perlu kau pelajari dulu tentang
bangunan di atas sana. Jangan gegabah. Ingat pesanku dari
awal, jangan gegabah melawan ibuku!"
Dewi Ular menenangkan gemuruh hatinya yang tak sabar
ingin segera menyelesaikan perkara itu. Setelah merasa lebih
tenang, ia pun bicara dengan suara pelan dan lembut.
"Ya, aku ingat pesanmu. Apa yang harus kupelajari tentang
bangunan di atas bukit itu?"
"Itu jebakan. Bukan bangunan sebenarnya.Biasanya, ibuku
menempatkan jebakan maut di seberang tempat persembunyiannya
dari tempatnya ia dapat melihat kehancuran musuh-musuhnya 
akibat termakan jebakannya "
"Tapi aku menemukan jejak gaibnya Rayo di sana "
"Kumala, mungkin kau belum tahu, bahwa lapisan udara di
sini dapat berubah fungsinya menjadi cermin, terutama pada
saat udara gaib telah dilepaskan oleh ibuku untuk merubah
kondisi udara di sekitarnya Jadi, ketika udara sudah berubah
menjadi cermin, maka kekuatan gaib apapun dapat
dipantulkan ke arah lain, yang membuat lawan terjebak oleh
pantulan itu "
Dewi Ular diam tertegun memikirkan penjelasan Audy.
"Kau lihat bukit di seberang sana?" Audy menunjukkan arah
bersebrangan dengan bukit yang atasnya ada piramidanya.
Kumala dewi dan Buron menatap ke arah yang dimaksud
Audy. "Di sana ada perbukitan juga, namun puncaknya menjulang
tinggi. Dan, dilereng sana. perhatikan baik- baik.. aku melihat
ada goa tertutup bongkahan batu separoh bagian."
" Ya, aku melihatnya juga," sahut Buron "Aku yakin ibuku
ada di sana bersama kekasihmu. Dari sanalah la memantulkan
energi gaib kekasihmu melalui cermin udara."
Hati kecil Kumala langsung berkata, "Audy tidak mungkin
mencelakakan diriku."
Zlaaap...! Kumala Dewi langsung saja melesat menuju goa
yang ditunjukkan Audy. Keyakinannya atas kebenaran
petunjuk Audy yang membuat Dewi Ular tak berpikir dua kali
lagi. Ia tak mau membuang waktu lebih lama, khawatir
kekasihnya telah menjadi santapan hangat gairah Ny imas
Arumpati. "Kalau Audy menipu Kumala, kuhajar dia dan belakang!"
geram hati Buron seraya menutup jalur gaibnya sesaat supaya
kata hatinya tak terdengar oteh telinga gaib Audy.
Goa di lereng bukit hitam, ternyata goa berdinding batu
granit. Memiliki pintu besar yang separoh bagian terhalang
bongkahan batu menyerupai kepala besar berbaring. Di bagian
depan goa terdapat tempat yang datar, sepertinya sengaja
dibangun seukuran lapangan basket. Tak ada tanamanapapun
di sekitamya, kecuali tonjolan batu-batu granit berbagai
macam ukuran dan bentuk.
"Benar kata Audy," pikir Kumala. "Energi gaibnya Rayo
lebih kuat di s ini daripada di seberang sana tadi."
Semakin mendekati goa itu semakin terbukti ?"" yang
dikatakan Audy tadi. Tiga sosok yang melayang menghampiri
goa tersebut tiba-tiba terhempas kuat akibat hembusan angin
badai panas yang muncul secara mendadak dari dalam goa.
Mulut goa seperti mulut singa raksasa yang menyemburkan
uap panas dan daya dorong yang cukup kuat.
Wwuuuuuuuuuusssss...!! Wuuuuuussss...!!
Mereka terhempas walau pun mengerahkan kekuatan
untuk menahan tekanan angin badai yang sangat dahsyat itu.
Kulit tubuh mereka seperti mau lepas dari badan saking
kuatnya hembusan yang menerpa diri mereka. Tapi pada saat
itu Kumala Dewi sempat berseru dalam kedaan melayanglayang di udara.
"Rubah cahaya...!?"
Claaap....! Dewi Ular lebih dulu merubah dirinya menjadi
seberkas sinar hijau kecil berbentuk seperti seekor naga. Audy
pun segera mengikuti seruan tersebut dengan merubah
dirinya menjadi cahaya merah kebiru-biruan menyerupai bola
pingpong berserabut, sementara Buron merubah dirinya
menjadi seberkas sinar kuning mirip meteor kecil. Ketiga sinar
itu bergerak maju kembali dengan kecepatan tinggi.
Claap claap, zlaaaap...!
Ketika tiga cahaya itu hampir mendekati mulut goa, tibatiba 
dari dalam goa muncul hujan cahaya warna- warni seperti
disemburkan dengan derasnya. Cahaya warna-warni itu
berlarik-larik menyerupai ribuan batang lidi berukuran dua
jengkal. Wuuurrrsss...!!
"Hindariii...!!" teriak Audy yang agaknya lebih mengetahui
kondisi berbahaya itu. Suara Audy yang menggema ke mana-mana 
membuat sinar kuningnya Buron menukik balik dan
melambung lurus ke atas.
Sementara sinar hijaunya Dewi Ular tak mau menghindar.
Justru sinar hijau itu menyebarkan bunga api yang memecah
ke berbagai penjuru tanpa henti-hentinya. Menyerupai air
mancur tapi menyebar ke seluruh tempat.
Zzrraaaarrrtt...!
Zzrrrraaaarrrnrtt....!!
Percikan cahayanya Dewi Ular beradu dengan hujan cahaya
wama-warni dari dalam goa. Maka, tiap satu percikan yang
beradu menimbulkan ledakan yang cukup kuat. Jika, seribu
percikan beradu terus menerus maka yang terjadi adalah
dentuman menggelegar yang beruntun dan makin lama
semakin menggetarkan bukit batu granit itu.
Gleggeeermr, gleeerr, gleeeggeerrrr, glluuuurrr...!
"Gila si Kumala..."!" gumam suara gaibnya Audy dalam
keadaan masih berbentuk cahaya merah kebiru-biruan.
Audy tak menyangka kalau Dewi Ular ternyata sanggup
hadapi Aji Sembur Petaka milik Ibunya. Biasanya kesaktian
tingkat tiga itu sulit dibendung oleh lawan. Tapi kali ini Audy
melihat dengan mata kepalanya sendiri, Dewi Ular mampu
membendung Aji Sembur Petaka, walau harus membuat
sebagian perbukitan menjadi hancur, runtuh dan terbelahbelah 
akibat gelombang getaran ledakan beruntun tadi.
Dewi Ular kini telah berubah menjadi gadis cantik yang
dikenal dengan nama Kumala Dewi. Ia berdiri ditengah
lempengan batu yang luasnya seukuran lapangan basket itu.
Ia sendirian berdiri disana,menunggu lawannya muncul dari
dalam goa. Sementara itu Audy dan Buron juga sudah
merubah diri menjadi jelmaan masing-masing seperti biasa.
Mereka bertengger di salah satu batu tebing. Terpisah jauh
jaraknya. Namun, pandangan mata mereka memperhatikan
keadaan Dewi Ular berdiri dengan penuh waspada.
"Nyimas Arumpati, kalau kau tak ingin bikin permusuhan
denganku, lepaskan pemuda yang kau sembunyikan dalam
goa itu! Kalau kau memang Pelindung Para Iblis, keluarlah dan
hadapi aku!"
?"k ada jawaban dari dalam goa. ?"k juga tampak
kemunculan Ny imas Arumpati. Hanya saja, beberapa saat
setelah itu Kumala Dewi me lihat seberkas sinar putih perak
berbentuk bintang melesat ke arahnya.
Sinar perak itu segera diadu dengan cahaya hijau dari sorot
matanya. Dua berkas sinar hijau melesat dari sepasang mata
indah, dan menyatu di depan sana, lalu menghantam sinar
perak yang bergerak sama cepatnya.
Claaap, calaap...! Blegaaaarrrrr..!! Sinar merah api
membias sangat lebar. Benturan dua cahaya itu menghasilkan
bias sinar api yang sempat masuk ke dalam goa. Bias cahaya
api lainnya menghantam tubuh Dewi Ular seperti sapuan
topan berhawa panas cukup tinggi.
Tetapi agaknya Dewi Ular sudah s iap dengan kemungkinan
seperti itu. Ia memang terhempas ke belakang, namun tak
terlalu jauh dan tubuhnya tidak terbakar sedikit pun. Hawa
salju dari kesaktiannya yang bernama Aji Cakra Salju telah
menyelamatkan tubuh sexynya hingga tak termakan api
sedikit pun. "Kalau kuserang ke dalam goa dengan Aji Nagapaksa,
aku yakiri dia akan tumbang. Tetapi di dalam goa ada Rayo. 
Salah-salah dia juga akan jadi korban seranganku. Hmmm,
sebaiknya kupancing saja Nyimas Arumpati untuk keluar dari
goa." Dialog batin itu terjadi ketika Dewi Ular mulai
menggerakkan kedua tangannya seperti menari dengan lemah
gemulai. Makin cepat gerakan tangannya makin menimbulkan
angin aneh yang menghembus ke dalam goa.. Angin itu
adalah energi gaib yang tidak disukai oleh beberapa iblis,
karena mengandung aroma wangi yang amat tajam baunya.
Menyengat sekali. Membuat mual siapa pun yang
kebanyakan menghirupnya. Terutama bangsa iblis.
"Ibuku...dan bangsa iblis pada umumnya... nggak
menyukai aroma wangi yang amat menyengat, seperti wangi
buah cempedak bercampur wanginya buah durian. Kalau
dijadikan satu, itu akan membuat wewangian yang amat
memualkan bagi bangsa iblis. Termasuk aku juga.nggak suka
aroma seperti itu..." kata Audy ketika bicara empat mata
dengan Kumala Dewi di pendapa belakang rumah.
Ingat kata-kata itulah, maka Dewi Ular rnengerahkan
kesaktian daya ciptanya, sehingga ia mampu mengeluarkan
hembusan angin beraroma wangi memualkan. Aroma wangi
itu sebagian besar masuk ke dalam goa, tapi sebagian lagi
menyebar ke mana-mana, sehingga dari tempatnya berdiri
Audy terdengar menyentakkan suara muntahnya.
"Hoooeeek, hoooeeek...!"
"Uhk, uuhk...!" Buron ikut menutup hidung, dan mau
muntah juga karena merasa mual mencium bau wangi ciptaan
Dewi Ular. Dari dalam goa juga terdengar suara besar menyentak dan
menggema. Suara itu jelas suaranya Nyimas Arumpati yang
jnasih inenggunakan raganya Tante Wow.
"Hoaaaggh.... Hoooaaaggh...! Huuuoooaaagh."
Wuuuhhtt...! Sekelebat bayangan melesat dari dalam goa.
Begitu cepatnya bayangan itu sehingga hanya tampak seperti
kabut biru tipis, karena pada waktu meninggalkan rumahnya
Tante Wow mengenakan kaos gombrong warna biru dan
celana pendek dari bahan jeans.
Dewi Ular sudah siap menghadapi keadaan seperti itu,
sehingga ketika bayangan itu menerjangnya dengan kekuatan
energi sakti penuh, Dewi U lar tidak menghindar, namun justru
menyongsongnya dengan kekuatan energi sakti penuh juga.
Wezzzt ......! Jegaaarrr...! Tabrakan kedua kekuatan sakti itu 
menimbulkan ledakan
dari pancaran cahaya pink yang indah dipandang mata,
namun berbahaya bag! keselamatan jiwa mereka berdua.
Cahaya pink itu mengandung hawa racun yang dapa
menghanguskan benda apapun dalam sekejap. Ketika
keduanya sama-Sama terpental, Dewi Ular jatuh berlutut satu
kaki dan segera mengerahkan hawa inti saktinya untuk
menangkal racun, sedangkan lawannya tampak terbanting dan
menderita luka bakar tingkat dua.
"Aduuh, celaka.! Tubuh itu bukan miliknya. Kasihan kalau
sampai terluka atau bahkan rusak akibat pertarunganku ini,"
pikir Kumala Dewi yang sudah lebih dulu mampu berdiri
dengan sigap. "Tapi di mana Rayo..."!" tiba-tiba ia teringat kekasihnya.
Maka, secepatnya ia mengirim suara melalui jalur gaibnya
kepada Buron dan Audy yang menyaksikan pertarungan itu
dari atas sana.
"Rayo ditinggalkan dalam goa. Cepat cari dan bawa pergi
Rayo, sementara aku akan mengaburkan perhatiannya!"
Zlaaap .... ! Dewi Ular me lesat menuju lawannya yang
berusaha untuk bangkit dengan sempoyongan. Ia tidak
menerjang lawannya, karena khawatir me lukai tubuh Tante
Wow. Gerakan cepat Dewi Ular justru menyiramkan cahaya
hijau dari kedua telapak tangannya. Cahaya hijau yang
menyiram tubuh Tante Wow itu meresap dengan cepat, dan
memulihkan luka bakar yang dideritanya.
Cahaya itu memang sempat membutakan mata lawan. Dan,
pada saat itulah dua kelebat bayangan melesat masuk ke
dalam goa. Audy dan Buron berusaha menemukan Rayo!
Ternyata pemuda itu dalam keadaan terpatri rapat dengan
dinding batu goa. Tubuhnya terbenam sebagian ke dalam batu
dan sulit dikeluarkan. Rayo yang dalam keadaan pingsan
dengan pakaian sudah berantakan, berusaha ditarik tubuhnya
oleh Buron dengan mencengkeram sisa bajunya yang sudah
compang-camping. Tapi rupanya hal itu tidak mudah
dilakukan. Buron hanya bisa membuat baju itu semakin robek
dan dada bidang Rayo terbuka bebas.
"Jangan dengan cara begitu!" sentak Audy. "Dia bukan
sekedar ditempelkan pada dinding batu, tapi juga dipatri
hingga sebagian darah dan serat dagingnya menyatu dengan
dinding batu! Ini namanya Aji Rekat raga jiwa. Cuma ibuku
yang punya ajian seperti ini ".
"Iya, iya... kamu nggak usah membanggakan ibumu terus!
Tapi gimana caranya mencabut tubuh Rayo dari dinding batu
ini! Buruaaan...! Nanti emak kau tahu, dia dapat serang kita,
mampuslah kita!" sentak Buron yang masih sempatsempatnya 
menggunakan dialektikal Batak di akhir katakatanya. 
"Gue tau, ah!" bentak Audy juga. "Gue lagi cari kunci
pembebas ajian ini. Dasar jin bego!"
"Ada kuncinya"! Macarn gembok aja"!"
"Cari seutas rambut yang melekat di sekitar dinding batu
ini!" "Rambut"! Rambut panjang ?"" rambut pendek"!"
"Pokoknya rambut!" bentak Audy dengan kesal. Buron tidak
membalas bentakan itu. Ia sadar, bukan saatnya untuk saling
berdebat atau unjuk kekuatan antara bangsa jin dengan
"Ini dia...! Ada rambut me;ekat di kaki Rayo!" kata Buron.
Audy segera memeriksanya. Sehelai rambut panjang
berwama abu-abu tampak merekat pada kaki Rayo sampai ke
samping kanannya. Sekitar 30 centimeter panjangnya. Audy
membenarkan, bahwa itulah kunci untuk melepaskan Aji Rekat
Ragajiwa. "Cabut rambut itu!"
"Rambut ?"" ini sebenarnya" Licinnya bukan main"!"
"Rambut joroknya ibuku, nggak usah ditanyakan! Udah,
buruan cabut!" desak Audy sambil sebentar- sebentar melirik
ke arah pintu masuk. Di luar sana dentuman terjadi berkalikali. 
Menandakan pertarungan ibunya dengan Dewi U lar masih
berlangsung cukup seru.
Buron mencoba mencabutnya dengan mengerahkan tenaga
gaib yang ada padanya. Tetapi usahanya sia-sia. Buron justru
merasa terkuras seluruh kekuatannya. Ia terkulai terengahengah. 
Lemas. "Dasar jin koplo..!" geram Audy. Ia menyingkirkan tubuh
Buron dengan samparan kaki seenaknya.
Buron hampir marah, namun tenaga yang terkuras habis
rnembuatnya merasa tak perlu bikin perhitungan saat ini. Ia
hanya pandangi bagaimana Audy melepaskan rambut itu.
Ternyata cukup menggunakan satu jari. Tapi jari itu
sebelumnya sudah memancarkan warna merah bara. Jari itu
seperti besi yang terbakar, siap ditempat dijadikan senjata.
Dengan selcali gaet rambut itu pun putus.
Teess...! Jeddaaaaarrrr .!
Putusnya rambut menimbulkan ledakan cukup kuat.
Audy sempat terpental, begitu pula Buron. Dan, tubuh yang
terpatri pada dinding batu itu pun perlahan-lahan terkulai ke
depan. Terlepas dari keadaannya yang tadi separoh terbenam
dalam posisi tegak lurus. Tubuh Rayo jatuh ke depan,
brruussk...! Ia masih dalam keadaan tak sadarkan diri.
"Cepat bawa dia keluar dari alam ini! Kau sanggup"!"
"Sanggup!"jawab Buron.
"Bagus. Aku akan membantu Dewi Ular kalau dia
kewalahan menghadapi ibuku."
"Membantu Dewi Ular atau membantu ibumu agar selamat
dari kemarahan Kumala Dewi"!"
"Hey, jaga mulut elu, Jin koplo! Kurobek, baru tahu rasa
lu...!" Buron memang pernah dihajar Audy ketika Audy masih
menjadi sosok iblis Pelindung Para Selir. tapi bukan berarti
Buron jera dan takut pada Audy. Hanya saja, sekali lagi, Buron
masih bisa punya kesadaran dan pertimbangan, bahwa
sekarang bukan saatnya unjuk keberanian di depan jelmaan
iblis itu. Ia harus segera membawa kabur Rayo Pasca, dan
bisa selamat sampai rumah Kumala. Itu yang terpenting
baginya. "Hey, bagaimana cara lu mau bawa dia"! Kalau ibuku tahu
kau bisa diuber sampai ke liang semut sekali pun!''
"Jangan panggil gue Jin Layon kalau nggak punya cara
buat selamatkan barang berharganya Dewi Ular ini!" kemudian
Buron menepuk dadanya. Sengaja menyombongkan diri di
depan jelmaan iblis.
Dari kedua tangan yang disentakkan, Buron bisa
mengeluarkan kabut kuning yang dalam waktu singkat
menjadi tebal dan membungkus sekujur tubuh Rayo Pasca.
Kabut kuning itu bergerak makin mengecil. Kedua tangan
Buron seperti sedang memadatkan kabut itu, sampai akhirnya
hanya menjadi satu genggaman. Seeet, seet" seet, seeegh...!
Rayo Pasca berada dalam kabut satu genggaman itu.
Dengan cara itulah Buron segera pergi dalam bentuk cahaya
kuning mirip meteor Cahaya kuning itu seolah-olah
menunggang gumpalan kabut kuning satu genggaman, dan
melesat cepat keluar goa. Meninggalkan pertarungan Dewi
Ular dengan Nyimas Arumpati.
Blaaasss, Claaap...!
Audy pun keluar dari goa ketika terjadi dentuman sangat
dahsyat. Blegaaaaaanrr...!! Bliooouuummmng...!
Bukit batu granit itu bergetar hebat. Serpihan dari langitlangit 
goa mulai berhamburan. Goa itu akan tertimbun
reruntuhan bukit. Oleh karenanya, Audy segera melesat keluar
meninggalkan goa. Selain tak ingin tertimbun reruntuhan
bukit, ia juga ingin tahu ?"" yang terjadi dalam pertarungan
Dewi Ular dan ibunya, sehingga sampai menimbulkan ledakan
yang luar biasa dahsyatnya.
"Oh, my God..."!" sentak Audy menirukan gaya anak gaul
jika sedang melihat sesuatu yang mengejutkan dan
mencengangkan. Audy melihat tubuh Tante Wow sudah 
tergeletak di salah satu sisi arena pertarungan. Tubuh itu 
terpuruk dalam keadaan pingsan. Dewi Ular masih tampil sebagai Kumala
Dewi yang cantik jelita, namun kali ini keadaan pakaiannya
sudah compang-camping dan tampak hitam akibat habis
terbakar. Rupanya telah terjadi pertarungan cukup seru yang
membuat Dewi Ular dalam keadaan amburadul.
Mungkin hal itu terjadi karena Dewi Ular tak ingin melukai
atau menghancurkan tubuh Tante Wow, sehingga kesaktian
yang digunakan bukan jeriis kesaktian tingkat tinggi.
Sementara itu, di seberang Dewi Ular tampak Nyimas
Arumpati menggunakan sosok wujud aslinya, yang sudah tidak
asing lagi bagi Audy. Bertubuh tinggi, kurus, berkulit hitam
licin. Wajahnya runcing dan mulutnya agak menjorok ke
depan memiliki sepasang taring. Nyimas Arumpati juga
memiliki sepasang sayap yang menyerupai sayap kelelawar
dengan bulu-bulu mirip duri di sekujur helai sayapnya.
Payudaranya besar menggantung hampir sampai batas
pusamya. Ia hanya mengenakan semacam span longgar dari
kulit hewan berwarna abu-abu yang menutupi bagian
bawahnya. Pada saat Audy tiba di luar goa, keadaan Nyimas
Arumpati.cukup menyedihkan. Mengalami beberapa luka
koyak seperti sabetan pedang yang mengucurkan darah hitam
kemerah-merahan. Sorot mata merahnya yang biasanya
memaacar terang, berkobar-kobar, sekarang dalam keadaan
redup. Ia berlutut satu kaki dengan tangan menopang di
tanah berbatu datar itu. Suaranya rnenggeram-geram. Itu
suara napas yang menahan rasa sakit luar biasa.
"Ooh, sayap kirinya patah..."!" Audy meratap dalam hati.
Bagaimana pun ia masih punya rasa belas kasihan kepada
ibunya. Dan, agaknya sang ibu benar-benar dilumpuhkan oleh
Dewi U lar, sehingga nyaris tak dapat berbuat apa-apa lagi. Itu
menurut dugaan Audy.
"Ggrrrhhmmm...!" Nyimas Arumpati rnenggeram dengan
wajah mulai diangkat memandang lawannya.
"Meski pun kau bisa menandingi Aji Samudera Baraku, tapi
jangan merasa bangga dulu kau di depanku, Dewi keparaaat"
Aku bukan lawan yang lemah bagimu. Aku masih punya
segudang ilmu kesaktian yang akan membuatmu lebur
menjadi bubur bangkai, haaagggrrrr:..!"
"Sebenarnya aku tidak merasa bangga dapat mengalahkan
Aji Samudera Baramu, karena memang aku tidak bermaksud
mengadu ilmu denganmu, Nyimas Arumpati."
Nyimas Arumpati berusaha berdiri, tapi limbung dan hampir
tumbang, sehingga ia berlutut satu kaki lagi. Audy melihat ada
luka parah di betis ibunya. Ia tak tega melihat ibunya selemah
itu. Namun ia juga tak baik jika tahu-tahu menyerang Kumala
Dewi, karena gadis cantik itu telah menyelamatkan nyawanya
dari Panah Lahar kiriman sang ibu yang ingin membinasakan
dirinya. "Aku datang kemari karena kau telah menculik kekasihku,
Nyimas Arumpati. Aku melawanmu karena kau datang ke bumi
hanya untuk mengganggu kehidupan manusia, dan untuk
berburu dendam pribadimu, yang ingin membunuh anakmu
sendiri, yaitu Nyimas Kembangdara."
"Bukan itu tujuanku datang ke bumi, Dewi busuk...!!"
potongnya dengan cepat. "Aku datang ke bumi karena
ditugaskan oleh Lokapura untuk mencari anaknya yang hilang,
yaitu Athila Darapura! Hanya kebetulan saja aku bertemu
anakku yang paling murtad dan paling terkutuk itu;
Kembangdara, maka kebencianku pun membara kembali."
Audy mendengar dari tempat yang tak terjangkau oleh
pandangari mata Nyimas Arumpati. Hatinya semakin tergores
perih, namun darah iblisnya pun sempat mendidih. Andai
bukan ibunya yang bicara seperti itu, sudah sejak tadi ia
hancurkan iblis bersayap kelelawar itu dengan seluruh
kekuatan saktinya.
Nyimas Arumpati melanjutkan kata-katanya sambil menghimpun 
tenaga sakti yang tadi terkuras hampir habis,
akibat beberapa kesaktiannya dapat ditahan dan ditangkis
oleh Dewi U lar.
".... Tapi aku juga punya kesemoatan emas untuk
menambah kekuatanku selama berada di bumi, Sehingga tak
kusia-siakan waktuku untuk bercumbu dengan manusia
jantan. Supaya dapat memenuhi hasrat birahiku, aku harus
meminjam raga manusia betina. Tapi aku tidak tahu sama
sekali kalau manusia jantan yang kubawa kabur kemari itu
adalah kekasihmu. Kalau aku tahu dia kekasihmu, dia sudah
kujadikan budak birahiku selama dalam perjalanan mencari
Athila Darapura...!"
Panas hati Kumala Dewi mendengar kata-kata terakhir itu.
Tapi ia harus bisa tetap tenang, agar arus gaibnya mengalir
dengan stabil, sehingga ketajaman naluri gaibnya pun akan
menjadi semakin ?"k". Semua itu demi kewaspadaan
pribadinya terhadap serangan licik yang sewaktu-waktu dapat
muncul menerjangnya.
Sebab, ia masih ingat pula kata-kata Audy, bahwa Nyimas
Arumpati sering berpura-pura lemah dan kalah, padahal ia
menunggu kelengahan lawan untuk melakukan serangan yang
mematikan. "Kalau memang tujuanmu mencari anak Lokapura, maka
jangan lagi datang ke bumi dan mengganggu kehidupan di
sana. Anak itu sudah kembali ke alamnya. Carilah di sini, pasti
kau akan menemukannya!"
"Jika benar katamu, maka pergilah dan jangan kembali lagi
ke alamku ini, Bidadari keparat...!! Heeegggrrr ... !! "
Dewi Ular merasa tak pedu membalas hinaan itu. Yang
penting ia sudah melihat Buron pergi dengan membawa
gumpalan kabut. Pasti ada Rayo di dalamnya. Dan, Audy pun
tampak memperhatikan dari ujung sana, berarti Kumala harus
segera pulang ke alam kehidupan manusia sambil membawa
raga Tante Wow.
Ketika Dewi Ular menghampiri raga Tante Wow, Audy
segera datang delam kecepatan geraknya.
Wuuut...! "Biar aku yang bawa raga ini!" Tanpa menunggu jawaban
dari Kumala, Audy menyambar raga Tante Wow, kemudian
melesat pergi, zzlaaap...!
"Anak murtaaaad...!!" teriak Ny imas Arumpati seperti
mendapat kekuatan baru, kemudian melepaskan cahaya biru
berputar seperti mata bor.
Claaap....! Cahaya itu akan menghantam punggung Audy.
Tapi dengan sigap Dewi Ular menghancurkannya lebih dulu
dengan melepas sinar hijau berbintik-bintik putih dari kibasan
tangannya. Cralllap ... ! Blegaaaarrr...! Biloouuummmng....!
"Biaaadaaab...!! Ggrrraaaoow....!!" Nyimas Arumpati marah
kepada Dewi Ular karena kesempatan emasnya untuk
menghancurkan anaknya sendiri digagalkan. Maka, dengan
sayap terluka sebelah, dan sisa tenaga sakti yang ada, ia
meiompat menerjang Dewi Ular sambil menyemburkari api
dari mulutnya yang bertaring tajam itu. Wuuuurrssss...
Dew Ular bergerak cepat, menggunakan kesaktian
geraknya yang bernama Tapak Dewa. Dalam detik tertentu
tubuhnya melambung tinggi sekali, dan dari sana ia lepaskan
serangan balik yang cukup telak.
Wuuut, zlaaazzt.! Claap, claap, claaap...!
"Aahhggkkrrr...!'" Nyimas Arumpati memekik dengan suara
berat. Tubuhnya mengejang seketika begitu terkena
hantaman sinar hijau tiga kali di beberapa bagian v italnya,
sesuai keterangan Audy mengenai titik kelemahan ibunya,
yaitu: ubun-ubun, payudara kiri, dan pusarnya. Setelah
mengejang sesaat, sosok tinggi sekitar 7 meter itu tumbang
bagaikan tanpa tulang.
Brruuuk, bluumm...!
Nyimas Arumpati benar-benar dilumpuhkan. ?"k dapat
berbuat apa-apa kecuali hanya mengerang- ngerang sebagai
rintihan rasa sakit dan ratapan jiwa yang putus asa. Dewi Ular
hinggap di atas sebongkah batu. Tak seberapa jauh dari
lawannya yang meringkuk tanpa daya.
"Hhggggrrr... hhgggrrr...! Hancurkan akuuu...! Hancurkan
aku sekarang juga, Dewi Ular...!! Lebih baik aku hancur dan
binasa daripada kau buat tak berdaya begini. Hancurkanlah
akuuuu... haaagggrr .... !"
"Pantang bagiku menyerang lawan yang sudah lemah,
Nyimas Arumpati. Maaf, aku tak dapat mengabulkan
permintaanmu."
"Kau harus lakukan! Hgggm... harus lakukan! Lebih baik
aku hancur binasa selamanya dari pada harus menanggung
malu karena kau lumpuhkan begini, Dewi Ular...! Ayo,
lakukan...! Hancurkan akuuu...!!"
Dewi Ular tak ingin memenuhi keinginan itu. Sangat
memalukan jika sang Dewi Ular yang kondang kesaktiannya
sampai harus menyerang lawan yang sudah tidak berdaya.
Alangkah memalukannya tindakan itu. Kumala tak mau
menanggung malu. Tapi Nyimas Arumpati juga tak mau
menanggung malu. Sebagai pelindung para iblis, tak layak ia
masih tetap hidup.di alamnya dalam keadaan tak berdaya
begini. "Ayoo, lakukan...! Tolong, Dewi Ular... tolong kabulkan
keinginanku yang terakhir.... Hancurkan aku dengan
kesaktianmu! Hancurkan sekarang juga, Dewi Ulaaaarrr...
Ggggrrrrrhh...!!"
"Haruskah?" pikir Kumala. "Mungkin menurutnya hidup
dalam keadaan tak berdaya begini lebih menderita daripada
hancur binasa untuk selamanya. ."
Karena dilihatnya Dewi U lar hanya diam saja, maka Nyimas
Arumpati mendesaknya kembali dengan cara lain.
"Ingat, Dewi Ular... kalau kau tak hancurkan aku sekarang
juga, maka kelak jika aku berhasil pulih seperti sediakala, akan
kubeset kulit ibumu: Dewi Nagadini, dan akan kujadikan
budak cinta bapakmu: si Permana yang ganteng itu. Kupaksa
dia untuk menuruti keinginanku sampai akhirnya dia binasa
dalam dekapan cintaku, h?"?"gggrrrr...!"
Mendidih seketika itu darah Dewi Ular mendengar ancaman
yang ditujukan untuk kedua orang tuanya. Maka, akhirnya ia
pun berkata dengan suara geram menahan amarahnya.
"Baiklah...! Kalau memang itu permintaanmu, Nyimas
Arumpati... akan kuhancurkan ancamanmu itu sekarang
juga..." Dewi Ular mengangkat tangan kanannya dengan gemetar.
Tapi tiba-tiba sekelebat bayangan melintas di depan Dewi Ular
dan berhenti tepat di depan tubuh besarnya Nyimas Arumpati.
Zllaaazzzp...! Jleeg.!
"Lakukanlah kalau memang kau berani, Kumala...!"
Suara lantang bernada tengil itu membuat Dewi Ular
terperangah. Diam tak bergerak seperti patung bernapas.
"Barbie..."!" ucapnya sangat pelan, karena suara lantang
yang bersikap melindungi Ny imas Arumpati itu tak lain adalah
suara tengilnya bocah berdarah hitam, hasil perkawinan Auro
dengan Lokapura, yaitu Athila Darapura.
Tapi di mata Kumala dewi, anak itu tetaplah Barbie, bocah
yang ditemukan di alam hampa gaib, yang sudah seperti
adiknya sendiri, yang sangat disayangi dan dicintai, yang
pernah menyelamatkan Rayo Pasca, namun juga yang kini
berdiri sebagai musuh utamanya.
Barbie bertolak pinggang dengan tengilnya. Jika dulu ketika
mereka bersama-sama, lagak itu membuat Kumala Dewi
tertawa geli, tapi kini lagak itu membuat Kumala Dewi
menangis dalam hati, karena batinnya bertanya-tanya pada
"Haruskah kubinasakan juga anak ini..." Atau kubiarkan ia
hidup hingga kelak akan merenggut nyawaku sendiri"! Oooh,
Barbie. .. Kenapa harus kau yang menjadi musuh utamaku
dalam perang besar nanti ....?"
Kumala menatap sayu dengan hati sedih berlinang kasih.
Berbie menatap tajam dengan hati garang berlumur benci.
?"" yang terjadi sesaat kemudian"
Ikuti kisah selanjutnya..!!