LIMA
"Hik hik hik..!" Tawa terkikik yang begitu nyaring menyakitkan telinga itu
terus terdengar menggema, membuat darah di tubuh mereka semua jadi bergolak.
Tampak Setan Kembar Jubah Merah sudah merapatkan kedua telapak tangan di
depan dada. Sementara, Rangga masih tetap berdiri tegak tanpa bergeming
sedikit pun.
"Nisanak! Keluarlah...! Tidak ada gunanya bermain-main seperti itu...!"
Terdengar keras sekali suara Rangga, karena dikeluarkan lewat pengerahan
tenaga dalam sempurna. Dan seketika itu juga, suara tawa terkikik itu lenyap
dari pendengaran. Tapi tidak berapa lama kemudian, terlihat sebuah bayangan
hijau berkelebat begitu cepat di depan Rangga.
Wusss...!
"Heh...?!" Rangga jadi tersentak kaget, karena bayangan hijau itu
berkelebat begitu cepat menyambar dua orang laki-laki tua di depannya yang
berjuluk Setan Kembar Jubah Merah. Begitu cepat kelebatannya, sehingga dua
orang tua berjubah merah itu tidak sempat lagi menyadari. Dan....
Bet!
Wuk!
"Akh!"
"Aaa...!"
Saat itu juga terdengar jeritan panjang melengking tinggi yang begitu
menyayat. Saat itu, kelopak mata Rangga jadi terbeliak lebar, begitu melihat
dua orang laki-laki tua berjubah merah ini sudah ambruk menggelepar di
tanah. Tampak leher mereka menyemburkan darah segar dari luka yang seperti
terbabat pedang. Hanya sebentar saja Setan Kembar Jubah Merah itu
menggelepar sambil mengerang, kemudian mengejang kaku. Dan kini, mereka diam
tidak bergerak-gerak lagi.
"Edan...!" dengus Rangga terkejut.
"Hik hik hik...!"
"Okh...?!" Kembali Pendekar Rajawali Sakti tersentak kaget, ketika
terdengar lagi tawa mengikik yang menyakitkan telinga. Tapi begitu tawa itu
terhenti, kembali terlihat satu bayangan hijau berkelebat begitu cepat di
depan pemuda berbaju rompi putih ini.
"Hup!" Cepat-cepat Rangga melompat ke belakang, tidak ingin bernasib sama
dengan si Setan Kembar Jubah Merah. Tapi, rupanya bayangan hijau itu tidak
menyambar ke arahnya, dan hanya berkelebat di depan tubuhnya saja. Dan tepat
di saat Rangga menjejakkan kakinya, tahu-tahu sekitar satu batang tombak di
depannya sudah berdiri seorang perempuan muda berwajah cantik bagai
bidadari.
Wanita itu berbaju ketat dan agak tipis berwarna hijau. Sehingga, bentuk
tubuhnya yang indah dan ramping menggiurkan membayang jelas. Tampak di balik
punggungnya tersembul sebilah pedang, yang pada bagian ujungnya berbentuk
sekuntum bunga mawar berwarna putih keperakan. Bibirnya yang merah, terlihat
menyunggingkan senyum manis sekali.
Sesaat Rangga sempat terpana memandanginya. Dia merasa, seakan-akan tengah
berhadapan dengan bidadari yang baru turun dari kayangan. Sungguh kecantikan
wanita itu tiada bandingnya. Dan sepertinya, baru kali ini Rangga melihat
wanita cantik yang sangat sempurna, sehingga membuat matanya tidak berkedip
memandangi beberapa saat.
"Seharusnya kau tidak perlu melayani tikus-tikus tidak berguna seperti
mereka, Pendekar Rajawali Sakti. Kau sudah menerima undangan kami. Dan kami
semua sangat mengharapkan kedatanganmu," terdengar sangat lembut nada suara
wanita cantik berbaju hijau itu.
"Maaf, aku belum mengenalmu, Nisanak. Kalau boleh tahu, siapa kau ini...?"
tanya Rangga tanpa menghiraukan kata-kata wanita bagai bidadari itu.
"Oh, ya. Maaf.... Aku sampai lupa memperkenalkan diri," ucap wanita
itu.
Dia melangkah beberapa tindak ke depan, hingga jaraknya dengan Pendekar
Rajawali Sakti tinggal sekitar lima langkah lagi. Saat itu juga, Rangga bisa
merasakan aroma yang sangat harum menyebar dari tubuh ramping wanita
berwajah cantik dan berkulit putih ha-lus menggiurkan ini.
"Aku Ratu Dewi Pelangi. Tapi biasanya disebut Ratu Lembang Kambang. Dan ada
juga yang memanggilku Pelangi Lembah Kambang. Terserah, kau mau memanggilku
yang mana...," ujar wanita cantik berbaju hijau ini memperkenalkan diri
dengan suara lembut sekali.
Rangga melirik sedikit pada dua tubuh laki-laki tua yang tergeletak tidak
bernyawa lagi, dengan leher terbabat hampir buntung. Kemudian matanya
melirik Rahmita yang duduk bersandar di bawah pohon. Tampaknya gadis itu
mengalami luka yang cukup parah, hingga tidak bisa lagi mengangkat tubuhnya
berdiri. Dan pada saat yang sama, Ratu Lembah Kambang yang juga dikenal
sebagai Ratu Dewi Pelangi atau Pelangi Lembah Kambang itu mengarahkan
pandangan pada gadis manis berbaju kuning muda ini. Tapi sebentar kemudian,
kembali ditatapnya Pendekar Rajawali Sakti.
"Tidak perlu kau cemaskan dia, Pendekar Rajawali Sakti," kata Ratu Lembah
Kambang, masih terdengar lembut sekali suaranya terdengar.
"Kelihatannya dia terluka," ujar Rangga pelan.
"Hanya luka ringan. Tidak lama lagi, dia juga sudah pulih," jelas Ratu
Lembah Kambang. Rangga menatap wanita di depannya ini dalam-dalam.
"Tadi aku sempat memeriksanya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Percayalah, dia tidak mengalami luka parah," kata Ratu Lembah Kambang lagi,
berusaha meyakinkan Pendekar Rajawali Sakti. Rangga hanya diam saja.
Sebentar dipandangnya wanita di depannya ini, dan sebentar kemudian beralih
pada Rahmita yang masih tetap duduk bersandar pada sebatang pohon yang cukup
rimbun daunnya dengan kedua kaki menjulur ke depan. Tapi sebentar kemudian
pandangan Pendekar Rajawali Sakti kembali terarah pada Ratu Lembah Kambang,
yang juga dikenal sebagai Ratu Dewi Pelangi.
"Aku kira, tidak ada waktu lagi, Pendekar Rajawali Sakti. Kita harus
secepatnya sampai di Lembah Kambang," kata Ratu Lembang Kambang
mengingatkan.
"Tunggu dulu...," sentak Rangga, mencegah ayunan langkah kaki wanita cantik
ini.
"Ada apa lagi?" tanya Ratu Lembah Kambang.
"Aku tidak bisa pergi tanpa Pandan Wangi. Dia sedang menuju ke sini," sahut
Rangga, langsung teringat pada si Kipas Maut.
"Kekasihmu sudah menunggu di sana," jelas Ratu Lembah Kambang kalem.
"Apa maksudmu, Nisanak...?" Rangga kelihatannya agak terkejut juga
mendengar kata-kata wanita itu. Langsung ditatapnya Ratu Lembah Kambang
dengan sinar mata yang sangat tajam.
Tapi Ratu Lembah Kambang malah tersenyum manis. "Jangan khawatir,
Rangga...," terdengar terputus nada suara Ratu Lembah Kambang. Rangga masih
tetap diam, menatap dengan sinar mata sangat tajam. "Boleh aku memanggil
dengan namamu saja...?" pinta Ratu Lembang Kambang.
"Tampaknya kau sudah tahu banyak tentang diriku, Nisanak," agak mendesis
kecil nada suara Pendekar Rajawali Sakti.
"Ya, aku tahu banyak tentang dirimu," sahut Ratu Lembah Kambang
mengakui.
"Hmmm...."
"Pandan Wangi sudah dijemput di tengah perjalanan oleh dua orang abdiku.
Jangan khawatir, dia tidak apa-apa. Dan lagi, kedua abdiku tidak memaksanya.
Pandan Wangi mengikuti, setelah salah seorang abdiku mengatakan kau sudah
menunggu di sana," jelas Ratu Lembah Kambang.
"Heh...?! Apa katamu...?!" Rangga jadi terperanjat setengah mati.
"Maaf, Rangga. Kalau tidak begitu, aku tahu Pandan Wangi tidak akan mau
mengikuti," kata Ratu Lembah Kambang.
"Katakan terus-terang, apa maksudmu sebenarnya, Nisanak?" terdengar agak
mendesis nada suara Rangga.
"Sayang sekali, aku tidak bisa mengatakannya di sini. Sebaiknya, ikutlah
saja denganku ke Lembah Kambang," sahut Ratu Lembah Kambang.
Rangga jadi terdiam beberapa saat. Sebentar matanya melirik Rahmita yang
masih tetap duduk menjulurkan kakinya bersandar pada sebatang pohon.
"Cepatlah, Rangga. Tidak ada waktu lagi...," desak Ratu Lembah
Kambang.
Rangga memandangi wanita cantik itu beberapa saat, kemudian melangkah
mendekati Rahmita yang masih tetap duduk bersandar di bawah pohon. Sebentar
diperiksanya keadaan gadis itu. Tapi begitu hendak bangkit berdiri, Rahmita
sudah mencekal tangannya.
"Hati-hati, Rangga. Aku tahu, siapa dia. Perempuan itu bukan wanita
baik-baik," bisik Rahmita perlahan.
"Adikku ada di tangannya," kata Rangga juga berbisik pelan.
"Sudah kuduga...," desis Rahmita.
Rangga memandangi gadis itu beberapa saat, kemudian melirik sedikit pada
Ratu Lembah Kambang yang masih menunggu dengan sikap tidak sabar.
"Kau tidak apa-apa, Rahmita?" tanya Rangga.
"Tenanglah. Aku sengaja berbuat begini, supaya dia tidak membunuhku," sahut
Rahmita seraya tersenyum sedikit.
"Membunuhmu...? Kenapa?"
"Nanti juga kau akan tahu, Rangga. Sebaiknya kau memang ikut dengannya saja
dulu. Nanti kita bertemu di sana," kata Rahmita lagi. Entalah kenapa,
Pendekar Rajawali Sakti jadi menganggukkan kepalanya.
"Ingat Rangga. Hati-hati...," pesan Rahmita. Setelah tangannya dilepaskan,
Rangga baru bangkit berdiri. Kemudian kakinya melangkah menghampiri Ratu
Lembah Kambang. Sedikit matanya melirik Rahmita yang masih duduk bersandar
di bawah pohon, kemudian terus melangkah diiringi wanita cantik berbaju
hijau ini.
***
Sempat juga Rangga berdecak kagum melihat keindahan Lembah Kambang. Baru
kali ini dia datang ke lembah ini, walaupun sudah sering kali mendengarnya.
Dan yang lebih mengherankan lagi, di tengah-tengah lembah itu berdiri sebuah
bangunan besar bagai istana yang sangat indah. Seluruh bangunan itu
memancarkan cahaya bagai pelangi, menyebar ke seluruh lembah ini. Tidak
heran kalau lembah ini juga dikenal sebagai Lembah Pelangi.
Sepanjang hari, dari lembah ini memancar cahaya bagai pelangi di angkasa.
Dan wanita yang berada di sebelahnya juga bernama Ratu Dewi Pelangi. Rangga
tahu, wanita ini yang menguasai menjadi ratu di Lembah Pelangi. Mereka terus
berjalan menuju bangunan istana itu. Tampak dua orang gadis cantik, berdiri
di depan tangga beranda istana ini.
Memang, bangunan ini tidak memiliki benteng pembatas, seperti pada umumnya
istana-istana yang pernah dilihatnya. Dua orang gadis itu membungkuk ketika
Rangga dan Ratu Lembah Kambang melewatinya. Mereka terus berjalan meniti
anak-anak tangga yang terbuat dari batu pualam, bercahaya warna-warni bagai
pelangi.
"Silakan masuk, Rangga. Kau kini menjadi tamu agungku," ucap Ratu Lembah
Kambang ramah.
Rangga hanya menggumam saja sedikit sambil terus mengayunkan kakinya
memasuki bagian ruangan depan istana ini. Kembali mulutnya berdecak kagum
begitu sampai di dalam. Ruangan ini sangat indah. Dan sepertinya, Pendekar
Rajawali Sakti berada dalam sebuah lembah yang sunyi dan terpencil ini ada
sebuah bangunan istana yang sangat indah dan menakjubkan. Dan Rangga tidak
bisa melukiskan dengan kata-kata.
"Sepi sekali istanamu. Kulihat, hanya ada beberapa orang saja. Dan semuanya
juga wanita," kata Rangga seperti bicara pada diri sendiri.
"Memang begini keadaannya. Kau tidak akan bisa menemukan laki-laki seorang
pun di sini. Semua yang menghuni istana ini memang wanita," sahut Ratu
Lembah Kambang.
"Kau tidak punya rakyat?" tanya Rangga jadi ingin tahu.
"Banyak," sahut Ratu Lembah Kambang singkat.
Mereka kini sudah berada di bagian tengah ruangan istana. Tampak sebuah
tahta yang sangat indah bentuknya, memancarkan cahaya kuning keemasan. Tapi
Rangga juga tidak melihat adanya seorang pun di dalam ruangan yang sangat
besar dan indah ini. Ratu Lembah Kambang langsung naik ke atas
singgasananya, dan duduk di kursi yang berlapiskan emas.
Sementara, Rangga hanya berdiri saja di ujung bawah undakan singgasana yang
berjumlah tujuh buah. Sebentar pandangannya beredar ke sekeliling. Begitu
sunyi, hingga tarikan nafasnya sendiri terdengar jelas sekali.
"Duduklah...," ucap Ratu Lembah Kambang mempersilakan, sambil merentangkan
tangannya ke depan.
Rangga jadi kebingungan sendiri, karena tidak melihat ada satu kursi pun di
dekatnya. Tapi mendadak saja dari lantai di sebelah kirinya mengepul asap
kemerahan. Dan begitu asap itu menghilang, tahu-tahu di sebelah kiri
Pendekar Rajawali Sakti sudah ada sebuah kursi yang sepertinya terbuat dari
emas.
"Silakan, Rangga...," ucap Ratu Lembah Kambang mempersilakan lagi dengan
ramah.
Rangga agak ragu-ragu, tapi akhirnya duduk juga di kursi yang tiba-tiba
saja muncul dari dalam lantai istana ini. Namun baru saja duduk, tiba-tiba
saja jadi teringat Pandan Wangi.
"Maaf, Nisanak. Bisa aku bertemu Pandan Wangi...?" pinta Rangga
langsung.
"Sebentar lagi kau akan bertemu dengannya, Rangga. Percayalah padaku. Dia
tidak apa-apa," sahut Ratu Lembah Kambang, menenangkan.
"Kalau begitu, katakan saja apa maksudmu membawaku ke sini...?"
"Kenapa begitu terburu-buru, Rangga? Istirahatlah dulu. Masih ada waktu
beberapa saat lagi," sahut Ratu Lembah Kambang, dengan senyuman merekah di
bibir.
Rangga jadi teringat kata-kata Rahmita yang memperingatinya agar hati-hati
pada wanita ini. Saat itu juga kecurigaannya mulai tumbuh dalam hatinya.
Sikap yang diperlihatkan Ratu Lembah Kambang memang sangat ramah dan manis.
Tapi itu justru membuat Rangga semakin curiga. Dugaannya, pasti ada maksud
tertentu dari kebaikan dan keramahan yang ditunjukkan wanita ini.
"Kau pasti lelah. Sebaiknya, istirahatlah dulu. Aku sudah menyiapkan kamar
untukmu beristirahat selama di sini," kata Ratu Lembah Kambang lagi.
Plok! Plok! Plok!
Ratu Lembah Kambang menepuk tangannya tiga kali. Dan saat itu juga, dari
balik sebuah pintu yang ada di sebelah kanan singgasana keluar empat orang
gadis cantik berbaju hijau muda. Tampak pada bagian perut dan sebagian dada
mereka dibiarkan terbuka, sehingga menampakkan kulit yang putih dan halus.
Keempat gadis itu langsung membungkuk dengan sikap sangat hormat pada Ratu
Lembah Kambang.
"Tunjukkan tamuku ini kamarnya," perintah Ratu Lembah Kambang.
"Baik, Gusti Ratu," sahut keempat gadis itu serempak.
"Layani sebaik-baiknya. Turuti segala yang diinginkannya," perintah Ratu
Lembah Kambang lagi.
Setelah membungkuk memberi hormat, keempat gadis itu menghampiri Rangga.
Saat itu, Rangga sudah bangkit berdiri dari kursinya lalu melangkah setelah
dipersilakan mengikuti empat orang gadis berwajah cantik ini. Sementara,
Ratu Lembah Kambang masih tetap duduk di atas kursi singgasananya yang
megah.
Rangga menempati sebuah kamar yang sangat luas dan indah sekali. Empat
orang gadis terus menemaninya, padahal Pendekar Rajawali Sakti sudah meminta
agar ditinggalkan seorang diri. Tapi, rupanya keempat gadis itu tidak berani
keluar dari dalam kamar ini. Dan mereka mengatakan kalau sudah diperintah
untuk terus menemani, serta melayani segala kebutuhan pemuda ini. Rangga
tidak bisa lagi berbuat apa-apa, tapi juga tidak mengajukan permohonan apa
pun. Sehingga, empat orang gadis itu hanya diam saja. Dan mereka duduk
berjajar di sebuah kursi panjang, tidak jauh dari pintu.
"Ada beberapa orang tamu Ratu Lembah Kambang sekarang selain aku...?" tanya
Rangga memecah kebisuan yang cukup lama terjadi di dalam kamar ini.
"Enam orang," sahut salah seorang gadis itu.
"Mereka semua laki-laki?" tanya Rangga lagi.
Serempak keempat gadis itu mengangguk. Dan anggukan itu membuat Rangga jadi
berpikir. Kata Ratu Lembah Kambang, tidak ada seorang laki-laki pun, yang
ada di sini. Tapi nyatanya, ada enam orang. Jelas, pasti ini ada
apa-apanya.
"Kalian tahu, untuk apa ratumu mengundangku datang ke sini?" tanya Rangga
ingin tahu.
"Gusti Ratu saat ini tengah mencari pendamping yang cocok untuknya. Sengaja
yang dipilihnya adalah para pendekar berkepandaian tinggi. Dan penentuannya
akan dilakukan malam nanti. Beruntunglah Raden, kalau bisa mengalahkan yang
lain. Raden sangat tampan dan gagah, pasti sangat cocok bila mendampingi
Gusti Ratu di istana ini," sahut gadis itu lagi. Sedangkan tiga orang gadis
yang lainnya hanya diam saja.
Seketika itu juga, Rangga jadi tersentak kaget. Sungguh tidak disangka akan
seperti ini jadinya. Saat itu juga, dia melompat ke pintu dan hendak
membukanya. Tapi baru saja tangannya menyentuh pintu, mendadak
saja....
"Akh...!"
Rangga jadi terpekik. Seketika itu, tubuhnya terpental ke belakang dan
jatuh bergulingan beberapa kali di lantai. Tapi, Pendekar Rajawali Sakti
cepat bisa bangkit berdiri lagi. Hampir tidak dipercaya, pintu yang
kelihatannya hanya terbuat dari kayu jati biasa ini bisa memiliki tenaga
yang sangat luar biasa. Rangga merasakan seperti dihantam sebuah pukulan
yang begitu kuat, hingga tangannya jadi terasa bergetar dan nyeri.
Perhatian Pendekar Rajawali Sakti langsung terarah pada empat gadis yang
masih tetap duduk berjajar di kursi panjang, dengan sikap begitu tenang dan
datar. Seakan-akan, mereka tidak pernah melihat kalau telah terjadi sesuatu
pada diri pemuda ini tadi.
"Maaf, Raden. Gusti Ratu sudah memagari seluruh istana ini dengan ilmunya.
Jadi, Raden tidak bisa keluar tanpa seizinnya lebih dahulu," jelas gadis itu
lagi.
"Hhh! Kenapa dia berbuat begitu padaku...?" dengus Rangga merasa tidak
senang.
Pendekar Rajawali Sakti merasa kalau dirinya sudah tertipu dan masuk ke
dalam perangkap. Rangga jadi teringat ucapan Rahmita yang diakui mengandung
kebenaran. Ratu Lembah Kambang memang bukan wanita baik-baik. Dan jelas, dia
menyimpan maksud tertentu dengan mengundangnya ke istana ini. Sebuah maksud
yang sudah diketahuinya dari salah seorang pelayan ratu cantik itu.
"Maaf, Raden. Gusti Ratu tidak ingin calon-calon pendampingnya melarikan
diri. Mereka yang diundang ke istana ini, sudah melalui pengamatan dan
ujian. Dan Raden salah satu yang terpilih. Jadi, sebaiknya Raden jangan
berbuat sesuatu sampai nanti malam. Percayalah, Raden.... Gusti Ratu tidak
akan mencelakakan siapa pun juga. Beliau hanya ingin memilih yang terbaik
dari calon-calon yang ada," jelas gadis itu lagi.
"Huh!" Rangga hanya mendengus kesal saja. Dia tahu, Pandan Wangi tidak ada
di istana ini. Dan semua itu hanya tipu daya Ratu Lembah Kambang. Tapi...
Rangga jadi tersentak. Kini baru disadari kalau seharusnya Pandan Wangi
sudah datang saat Rangga bertarung dengan Setan Kembar Jubah Merah tadi.
Tapi gadis yang berjuluk si Kipas Maut itu sama sekali tidak kelihatan. Apa
yang terjadi pada Pandan Wangi...? Apakah Ratu Lembah Kambang sudah....
"Ah...!"
Rangga menggeleng-gelengkan kepala, berusaha mengusir bayang-bayangan buruk
yang melintas di dalam kepala tadi. Jelas, dia tidak ingin terjadi sesuatu
pada Pandan Wangi. Rangga jadi teringat Rahmita lagi. Sementara, Ratu Lembah
Kambang juga tidak melakukan apa pun terhadap gadis itu. Padahal, Rahmita
mengatakan kalau tidak berpura-pura menderita luka, pasti sudah
dibunuhnya.
Benarkah Ratu Lembah Kambang sekejam itu, hanya untuk meluluskan
keinginannya yang gila ini...? Begitu banyak pertanyaan mengalir dalam
kepala Rangga. Tapi semuanya memang belum bisa terjawab saat ini. Dan Rangga
juga tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya dapat menunggu sampai malam
nanti. Dia jadi ingin tahu, apa yang akan dilakukan Ratu Lembah Kambang
malam nanti pada calon-calon pilihannya, termasuk dirinya.
***
ENAM
Rangga bergegas bangkit dari pembaringan, begitu mendengar pintu kamar
tempatnya beristirahat di dalam Istana Lembah Kambang ini terbuka. Saat itu
juga, empat orang gadis yang sejak siang tadi menemani sudah bangkit
berdiri. Rangga juga melihat dua orang gadis lain berada di depan
pintu.
"Raden..., silakan. Gusti Ratu sudah menunggu," ujar salah seorang gadis di
depan pintu itu.
Sedikit Rangga melirik empat orang gadis yang terus-menerus menemaninya di
dalam kamar ini. Dan mereka menganggukkan kepala bersamaan. Kemudian, Rangga
melangkah keluar dari dalam kamar ini. Sementara, dua orang gadis yang
membuka pintu kamar berjalan di depan. Sedangkan empat orang gadis lainnya
berjalan di belakang Pendekar Rajawali Sakti.
Mereka terus berjalan tanpa bicara sedikit pun juga, menyusuri lorong yang
cukup panjang. Beberapa buah pintu dilewati, hingga akhirnya mereka tiba di
sebuah ruangan yang sangat luas. Di dalam ruangan itu sudah dipenuhi gadis
cantik yang berpakaian sama, baik warna maupun potongan.
Rangga diantarkan sampai pada sebuah kursi yang masih kosong yang memang
disediakan untuknya. Sementara kursi-kursi lain sudah terisi penuh. Pendekar
Rajawali Sakti duduk di kursi, sejajar dengan enam orang laki-laki yang
tidak dikenalnya sama sekali. Tapi dari pakaian dan senjata yang disandang,
jelas kalau mereka dari kalangan persilatan.
"Gusti Ratu akan hadir. Harap semua berdiri untuk memberi
penghormatan...!"
Tiba-tiba saja terdengar seruan yang cukup keras menggema di dalam ruangan
ini. Dan semua gadis yang tadi duduk, langsung berdiri. Rangga juga ikut
berdiri begitu melihat enam orang laki-laki yang duduk sebaris dengannya
sudah berdiri. Saat itu, sebuah pintu berukuran besar dan memancarkan cahaya
pelangi bergerak terbuka.
Dari balik pintu itu juga memancarkan cahaya terang yang sangat
menyilaukan. Tampak semua gadis yang memenuhi ruangan ini membungkuk
dalam-dalam. Hanya Rangga dan enam orang laki-laki lainnya yang tidak
membungkuk. Tak berapa lama kemudian, terlihat seorang wanita bertubuh
ramping keluar dari bias cahaya terang di pintu itu.
Tampak Ratu Lembah Kambang melangkah anggun. Pakaiannya sangat indah, namun
dari bahan yang sangat tipis. Sehingga lekuk-lekuk tubuhnya begitu jelas
terlihat. Wanita itu duduk di atas singgasananya. Dan pintu tempat dia
keluar tadi, kembali tertutup dengan sendirinya.
"Duduklah kalian semua...!" seru Ratu Lembah Kambang sambil mengangkat
tangan kanan sedikit.
Semua gadis yang memadati ruangan ini langsung duduk kembali tanpa menunggu
perintah dua kali. Begitu tertib sikap mereka, bahkan tidak seorang pun yang
memperdengarkan suaranya. Sehingga suasana dalam ruangan ini jadi sunyi.
Beberapa saat suasana di dalam ruangan itu tetap sunyi, tanpa ada seorang
pun yang membuka suara.
Sementara, Rangga terus memperhatikan keadaan sekeliling lewat sudut ekor
matanya. Hatinya terus-menerus berbicara. Entah, apa yang ada dalam hati dan
kepalanya saat ini. Tapi dari sudut ekor matanya, jelas sekali kalau
Pendekar Rajawali Sakti tengah mengatur sebuah rencana.
"Sebelumnya, kuucapkan selamat datang pada kalian semua para pendekar gagah
dan perkasa...," ucap Ratu Lembah Kambang memecah kesunyian.
Semua mata langsung tertuju pada wanita cantik yang duduk di atas
singgasana merah itu. Tidak ada seorang pun yang berbicara. Dan semuanya
menunggu, apa yang akan diucapkan Ratu Lembah Kambang.
"Aku merasa, malam ini merupakan malam yang sangat bersejarah, bagi diriku
sebagai ratu di sini...," lanjut Ratu Lembah Kambang. "Mungkin kalian semua
sudah tahu, kenapa aku mengundang kalian para pendekar gagah datang ke sini.
Malam ini, aku akan mencari calon pendampingku. Dan yang kuinginkan sebagai
mendampingku nanti adalah seorang pendekar gagah yang memiliki kepandaian
sangat tinggi. Nah! Dari kalian semua yang berjumlah tujuh orang, aku ingin
diperlihatkan kepandaian yang kalian miliki. Dan ingat kalian harus saling
mengalahkan satu sama lain. Cara apa pun yang digunakan tidak ku larang.
Tidak ada belas kasihan, juga tidak ada saling memaafkan. Jika kalian tidak
suka dan ingin mengalah, kupersilakan untuk menikam diri sendiri."
Bukan hanya Rangga yang terkejut. Tapi keenam pendekar itu juga tersentak
kaget setengah mati mendengar kata-kata wanita cantik penguasa Lembah
Kambang itu. Sungguh tidak diduga kalau Ratu Lembah Kambang mempunyai
peraturan seperti itu.
"Nini Ratu...!" selak salah seorang pemuda berbaju merah muda, dengan
sebuah golok berwarna hitam legam yang tergenggam di tangan kanannya.
"Ya.... Ada apa, Pendekar Golok Ireng?" tanya Ratu Lembah Kambang
lembut.
Pemuda berusia sekitar dua puluh delapan tahun yang cukup tampan itu
bangkit berdiri dari duduknya. Sementara, yang lain memandangi dengan sinar
mata sulit diartikan. Hanya Rangga saja yang menatap dengan sorot mata biasa
saja, tapi keningnya terlihat sedikit berkerut.
"Aku tidak ingin bertarung tanpa alasan pasti. Dan aku juga tidak ingin
mati sia-sia di sini. Dengar, Nini Ratu.... Kalau kau tidak mengijinkan aku
dan yang lain keluar dari istanamu ini, aku tidak akan menjamin kehancuran
istanamu!" lantang sekali suara Pendekar Golok Ireng.
Mendengar kata-kata pemuda tampan bernama Pendekar Golok Ireng itu, semua
pendekar yang duduk berjajar di kursi langsung bangkit berdiri. Bahkan
Rangga juga ikut bangkit berdiri. Kini, Pendekar Rajawali Sakti baru tahu
kalau enam orang laki-laki yang ada di dalam ruangan ini adalah para
pendekar muda yang berada pada jalan lurus.
Dan rupanya, mereka semua juga tidak senang mendapat undangan Ratu Lembah
Kambang yang cukup aneh ini. Mengundang tujuh orang pendekar, hanya untuk
mencari teman pendamping hidupnya di dalam istananya yang megah ini. Bahkan
lewat pertarungan hidup dan mati!
"Aku peringatkan sekali lagi, tidak ada jalan untuk keluar dari istana ini
tanpa seizinku. Dengar...! Kalian berada di dalam istanaku. Dan, hanya aku
yang berkuasa di sini. Jadi, jangan berharap punya hak apa pun juga di sini.
Kalian kuminta bertarung, dan menunjukkan kepandaian masing-masing. Dan
salah satu di antara kalian yang terbaik, akan menjadi pendampingku seumur
hidup...!" kata Ratu Lembah Kambang. Terdengar lembut, dan merdu suaranya,
namun begitu lantang.
"Gila...! Peraturan macam apa ini...?" dengus salah seorang yang berbaju
biru tua, dengan sebuah pedang tersampir di punggung. Pemuda yang wajahnya
cukup tampan itu dikenal sebagai Pendekar Pedang Perak. Karena memang pedang
yang disandang seluruhnya berwarna putih keperakan.
"Huh! Dasar ratu edan...!" dengus seorang pemuda lagi yang berbaju hijau.
Dia membawa senjata berupa tombak pendek yang bermata dua pada kedua
ujungnya, dan dikenal berjuluk Pendekar Sawung Geledek.
Gerutu-gerutuan terus terdengar dari para pendekar-pendekar muda itu. Hanya
Pendekar Rajawali Sakti saja yang kelihatan diam dan tenang. Tapi, matanya
terus beredar ke sekeliling, seakan tidak mempedulikan pendekar-pendekar
muda lain yang merasa tertipu oleh undangan Ratu Lembah Kambang ini. Mereka
benar-benar tidak tahu, kalau sebenarnya undangan Ratu Lembah Kambang ingin
mencari jodoh.
Dan tentu saja membuat mereka jadi tidak senang. Mereka adalah pendekar
muda yang tentu saja memiliki kepandaian tidak rendah. Di antara mereka
semua tentu saja sudah pernah mendengar nama satu sama lain, di pelataran
rimba persilatan. Hanya saja, belum ada yang saling mengenal. Ratu Lembah
Kambang memang memilih mereka, karena terkenal di daerah masing-masing
dengan kedigdayaan serta sukar dicari tandingannya.
"Sudah cukup malam. Kalian boleh mulai...!" seru Ratu Lembah Kambang.
Tapi, tidak ada seorang pun dari ke tujuh pendekar muda itu yang menuruti
keinginan ratu cantik ini. Mereka hanya diam saja, dan justru dengan sikap
menantang Ratu Penguasa Lembah Kambang itu. sorot mata mereka terlihat
begitu tajam, memancarkan kebencian yang amat sangat Hanya Rangga saja yang
masih kelihatan tenang.
Melihat ketujuh pendekar muda pilihannya tidak beranjak sedikit pun, Ratu
Lembah Kambang bukannya marah, tapi malah tersenyum manis sekali. Lalu,
tangannya bergerak ke depan. Ditunjuknya barisan tujuh orang gadis berbaju
hijau yang bagian perut dan sebagian dadanya terbuka.
"Hup!" "Hiyaaa...!"
Tujuh orang gadis berwajah cantik dan bertubuh ramping indah menggiurkan
itu langsung saja berlompatan ke depan tujuh pendekar muda pilihan Ratu
Lembah Kambang ini. Di tangan mereka semua tergenggam sebilah tombak
berukuran cukup panjang. Mereka membelakangi para pendekar muda itu, dan
membungkuk memberi hormat pada Ratu Lembah Kambang. Lalu cepat mereka
berbalik, menghadapi tujuh orang pendekar ini.
"Hiyaaa...!"
"Yeaaah...!"
"Heh...?!"
"Gilaaa...?!"
"Upts!"
Pendekar-pendekar muda itu jadi tersentak kaget setengah mati, begitu
tiba-tiba saja tujuh orang gadis cantik ini berlompatan menyerang tanpa
berkata-kata sedikit pun. Cepat-cepat mereka berlompatan menyebar,
menghindari serangan tujuh orang gadis ini. Dan kini, mereka masing-masing
mendapat satu lawan.
"Hiyaaa...!" "Yeaaah...!"
Ketujuh gadis cantik itu bagaikan singa betina yang menyerang tanpa henti.
Akibatnya tujuh orang pendekar muda itu jadi geram juga. Dan mereka tidak
lagi sungkan-sungkan, begitu menyadari kalau serangan gadis-gadis ini
sungguh cepat dan berbahaya. Ujung-ujung tombak mereka berkelebatan begitu
cepat, mengarah ke bagian-bagian tubuh yang mematikan.
"Hup! Yeaaah...!"
Saat itu terlihat Rangga melenting tinggi-tinggi ke udara meninggalkannya.
Lalu cepat bagai kilat, Pendekar Rajawali Sakti meluruk deras ke arah Ratu
Lembah Kambang yang berada di singgasananya.
"Hup! Yeaaah...!"
Rangga meluruk cepat ke arah Ratu Lembah Kambang di singgasananya.
"Hih...!"
Wanita berbaju hijau muda itu segera menghentakkan tongkatnya. Maka, dari
kepala tongkat yang berbentuk bulat itu memancar cahaya merah bagai api ke
arah Pendekar Rajawali Sakti.
"Upts! Yeaaah...!"
Rangga cepat menghindar. Melihat Rangga meluncur bagai kilat ke arahnya,
Ratu Lembah Kambang jadi terbeliak kaget tidak menyangka.
"Hih...!" Secepat kilat pula, wanita cantik berbaju hijau muda itu
menghentakkan tongkat di tangan kanannya. Maka dari kepala tongkat yang
berbentuk bulat berwarna merah itu memancar cahaya merah bagai api ke arah
Pendekar Rajawali Sakti.
"Upts! Yeaaah...!"
Cepat-cepat Rangga memutar tubuhnya di udara, menghindari serangan Ratu
Lembah Kambang itu. Maka sinar merah yang memancar dari kepala tongkat ratu
cantik itu lewat di antara putaran tubuh Pendekar Rajawali Sakti.
"Hap!"
Manis sekali Rangga menjejakkan kakinya kembali di lantai. Tapi pada saat
itu, gadis yang tadi menjadi lawannya sudah melompat cepat menyerangnya.
Tombak di tangan kanannya meluncur begitu cepat ke arah dada Pendekar
Rajawali Sakti.
"Hap!"
Namun dengan gerakan indah sekali, Rangga menarik tubuhnya sedikit ke kiri.
Dan pada saat ujung mata tombak gadis itu lewat di depan dadanya yang
miring, cepat tangan kanannya dihentakkan untuk memapak batang tombak
itu.
"Yeaaah...!"
Plak!
Trak!
"Heh...?!"
Bukan hanya gadis itu yang terkejut melihat tombaknya dengan mudah dapat
dipatahkan. Tapi, Ratu Lembah Kambang yang sejak tadi perhatiannya pada
Pendekar Rajawali Sakti juga tersentak kaget. Dan belum lagi hilang rasa
keterkejutan mereka, tiba-tiba saja Rangga sudah menarik tubuhnya ke depan.
Lalu dengan kecepatan bagai kilat, diberikannya satu tendangan keras,
disertai pengerahan tenaga dalam tinggi.
"Hiyaaa...!"
Begitu cepatnya tendangan yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga
gadis cantik ini tidak sempat lagi menghindarinya. Dan....
Des!
"Akh...!"
Gadis itu memekik keras agak tertahan, begitu tendangan kaki kanan Rangga
tepat menghantam dadanya yang agak terbuka. Seketika itu juga, tubuhnya
terpental ke belakang sejauh dua batang tombak. Keras sekali tubuhnya
menghantam lantai, dan bergulingan beberapa kali sebelum menghantam dinding
dengan keras. Hanya sedikit saja gadis itu menggeliat, kemudian diam tidak
bergerak gerak lagi. Mati. Dari mulutnya terlihat darah agak kental mengalir
keluar.
Sementara, pendekar lain yang berjumlah enam orang masih menghadapi lawan
masing-masing. Dan tampaknya, lawan mereka juga bukan gadis sembarangan
dengan tingkat kepandaian yang tidak bisa dikatakan rendah. Akibatnya enam
orang pendekar muda itu jadi geram.
Dan saat itu, Rangga berdiri tegak dengan sikap menantang Ratu Lembah
Kambang. Sorot matanya terlihat begitu tajam, tertuju lurus pada bola mata
wanita berwajah cantik bagai bidadari ini.
"Ratu Lembah Kambang...! Aku akan menantangmu dengan satu syarat!"
terdengar lantang sekali suara Rangga.
"Hm.... Apa syaratmu, Pendekar Rajawali Sakti? Katakan...," sambut Ratu
Lembah Kambang.
"Kalau aku bisa mengalahkanmu, kau harus membebaskan kami semua. Dan kalau
kau bisa mengalahkanku, tentu aku rela menjadi pendampingmu. Tapi, kau juga
harus membebaskan mereka semua," kata Rangga mengajukan syaratnya.
"Ha ha ha...!"
Ratu Lembah Kambang jadi tertawa terbahak-bahak mendengar syarat yang
diajukan Pendekar Rajawali Sakti. Kata-kata Rangga yang lantang, dan suara
tawa Ratu Lembah Kambang yang keras menggelegar, rupanya menarik perhatian
yang lain. Hingga dalam seketika saja, pertarungan yang sedang berlangsung
jadi berhenti. Dan mereka sama-sama berlompatan mundur menjauh.
Sementara, Rangga masih tetap berdiri tegak bersikap menantang Ratu Lembah
Kambang yang cantik itu. Sedangkan enam orang pendekar muda lainnya, jadi
saling berpandangan. Jelas sekali, mereka tadi mendengar kata-kata Rangga
yang mengajukan permintaan. Dan mereka benar-benar tidak mengerti sikap
Pendekar Rajawali Sakti yang berani menantang Ratu Lembah Kambang. Bahkan
rela mengorbankan dirinya untuk kebebasan yang lain.
"Baiklah, Pendekar Rajawali Sakti. Tantanganmu kuterima," sambut Ratu
Lembah Kambang, diiringi senyum manis tersungging di bibir yang selalu merah
menawan.
"Tunggu...!" Baru saja Ratu Lembah Kambang bangkit berdiri dari singgasana,
tiba-tiba saja Pendekar Pedang Perak berteriak lantang sambil melompat ke
samping kanan Pendekar Rajawali Sakti.
"Kisanak! Kau jangan mengorbankan dirimu sendiri saja. Aku dan yang lain
tentu tidak akan tinggal diam begitu saja. Kita akan menghadapi mereka semua
bersama-sama," kata Pendekar Pedang Perak tegas.
"Benar...! Kami akan menghadapi mereka semua," sambut Pendekar Golok
Ireng.
Dan pendekar yang Iain juga langsung menyambut gegap-gempita. Sehingga di
dalam ruangan ini jadi gaduh. Pendekar-pendekar muda itu kini sudah berdiri
berjajar, mengapit Pendekar Rajawali Sakti.
Sementara, Ratu Lembah Kambang jadi kelihatan berang melihat sikap
pendekar-pendekar muda pilihannya. Keputusan yang diambil pendekar-pendekar
muda itu membuat Rangga jadi tersenyum. Kini, dia tidak lagi merasa seorang
diri. Ternyata, mereka yang juga mendapat undangan, tidak menyukai cara ratu
cantik itu dalam memilih teman hidupnya.
"Manusia-manusia busuk! Kalian rupanya tidak mau diajak senang, heh...?!"
dengus Ratu Lembah Kambang murka.
"Kami semua sudah merasa senang, sebelum kau membawa ke sini, Ratu Lembah
Kambang," sahut Pendekar Golok Ireng tegas.
"Phuih...! Percuma kalian kubawa ke sini. Sebaiknya kalian mampus. Huh...!"
dengus Ratu Lembah Kambang semakin berang.
Setelah berkata begitu, Ratu Lembah Kambang menghentakkan tongkatnya yang
berwarna kuning keemasan ke lantai, tepat di ujung jari kakinya. Dan
seketika itu juga, gadis-gadis cantik yang berjumlah puluhan dan memadati
bagian pinggir ruangan ini, langsung berlompatan maju. Dan mereka langsung
mengepung ke tujuh pendekar muda ini.
Namun tidak semua gadis itu menggenggam senjata tombak. Ada yang menghunus
pedang, ada juga yang menggunakan senjata rantai, yang berbandul bulat
berduri. Bahkan pada bagian atas dinding ruangan ini, terlihat puluhan gadis
cantik siap dengan anak panah terpasang di busurnya. Rupanya, Ratu Lembah
Kambang memang sudah mempersiapkan kalau peristiwa ini akan terjadi.
Maka gadis-gadis cantik yang merupakan bala tentaranya sudah
disiap-siagakan, dan tinggal menunggu perintah. Keadaan yang tidak
menguntungkan ini membuat ketujuh pendekar muda itu jadi kecut juga hatinya.
Tapi sorot mata mereka tidak menampakkan kegentaran, walaupun kedudukan saat
ini sama sekali tidak menguntungkan.
"Kalian lihat..! Sedikit pun tidak ada tempat untuk kalian hidup di sini.
Kalau aku menginginkan kalian mati, semudah membalikkan telapak tangan!"
terdengar dingin sekali nada suara Ratu Lembah Kambang.
Tujuh orang pendekar tangguh ini jadi saling melemparkan pandangan satu
sama lain. Mereka sama-sama menyadari keadaan yang tidak menguntungkan ini.
Cukup disadari kalau tidak mungkin bisa mengalahkan gadis-gadis yang
berjumlah sedikitnya seratus orang ini. Dan lagi, gadis-gadis itu juga
memiliki kepandaian yang tidak rendah. Lalu, apa yang bisa
dilakukan...?
***
TUJUH
"Bunuh mereka semua...!" seru Ratu Lembah Kambang lantang
menggelegar.
"Tunggu...!" Rangga cepat-cepat berteriak keras, sehingga membuat
gadis-gadis yang sudah siap menyerang jadi menghentikan gerakannya.
Cepat-cepat Pendekar Rajawali Sakti melangkah maju ke depan beberapa
tindak.
Sementara, enam orang pendekar muda yang tadi berdiri sejajar dengannya
jadi saling berpandangan.
"Aku masih tetap menawarkan persyaratanku tadi, Nini Ratu. Biarkan mereka
pergi. Dan aku akan bertarung denganmu," kata Rangga agak lantang
suaranya.
Ratu Lembah Kambang terdiam. Sementara, enam pendekar lainnya juga terdiam.
Memang tidak ada pilihan lain lagi bagi mereka semua, kecuali salah satu
memang harus bisa mengorbankan diri. Ratu Lembah Kambang masih terdiam
memandangi Pendekar Rajawali Sakti.
Tapi tidak berapa lama kemudian, pandangannya beralih ke arah enam pendekar
muda lain yang masih tetap berdiri berjajar, bersikap siap bertarung.
Pandangannya lalu kembali ter-tuju pada Pendekar Rajawali Sakti yang masih
berdiri tegap paling depan.
Bet!
Ratu Lembah Kambang mengebutkan tangan kanannya yang menggenggam tongkat
berwarna kuning keemasan yang bagian kepalanya berbentuk bulat dan berwarna
merah menyala seperti api. Maka seketika, gadis-gadis yang sudah mengepung
rapat-rapat pendekar muda itu bergerak mundur menjauh.
Perlahan Ratu Lembah Kambang melangkah turun dari singgasananya. Dan
langkahnya baru berhenti setelah jaraknya tinggal sekitar lima langkah lagi
di depan Rangga. Sorot matanya masih terlihat cukup tajam, menembus langsung
ke bola mata Pendekar Rajawali Sakti. Seakan-akan, dia hendak mengukur
tingkat kepandaian yang dimiliki pemuda berbaju rompi putih ini.
"Aku terima tawaranmu, Pendekar Rajawali Sakti. Tapi mereka harus tetap
berada di sini, sampai salah satu di antara kita ada yang kalah. Mereka
harus menjadi saksi...," tegas Ratu Lembah Kambang.
"Baik. Tapi, kau harus berjanji akan membebaskan mereka setelah pertarungan
ini selesai," sambut Rangga.
"Tentu saja, Pendekar Rajawali Sakti. Aku tidak akan pernah mengingkari
janji. Mereka akan bebas, kalau kau bisa mengalahkan aku. Tapi mereka akan
mati kalau kau kalah," sambut Ratu Lembah Kambang, seraya tersenyum
lebar.
Rangga jadi terdiam. Kepalanya berpaling sedikit memandangi enam orang yang
berada di belakangnya. Kini dia tahu, keselamatan mereka semua sekarang
berada dalam genggaman tangannya. Dan ratu cantik ini harus bisa
dikalahkannya, agar mereka semua bisa bebas. Sedangkan Rangga tahu,
kepandaian yang dimiliki Ratu Lembah Kambang tidak bisa dipandang
ringan.
"Baik. Tawaranmu kuterima, Nini Ratu," sambut Rangga akhirnya
memutuskan.
"Bagus...." Ratu Lembah Kambang tersenyum lebar menerima sambutan Pendekar
Rajawali Sakti.
Sebentar kemudian, kakinya sudah bergeser ke kanan dua langkah. Sementara,
tongkat emasnya diangkat sampai sejajar melintang di depan dada. Sedangkan
Rangga masih tetap berdiri tegak, memperhatikan setiap gerak ratu cantik
ini. Saat itu, enam orang pendekar muda yang berada di belakang Rangga sudah
bergerak menyingkir, menjauhi arena pertarungan.
"Sebagai tamu, kau kupersilakan menyerang lebih dulu, Pendekar Rajawali
Sakti," ujar Ratu Lembah Kambang.
"Silakan, kau yang memulai, Nini Ratu," balas Rangga kalem.
"Hm..., baiklah. Tahan seranganku, Pendekar Rajawali Sakti.
Yeaaah...!"
Begitu cepat Ratu Lembah Kambang mengebutkan tangan kanannya yang
menggenggam tongkat berwarna kuning keemasan. Maka ujung bagian bawah
tongkat yang berbentuk runcing langsung melayang ke arah dada Rangga.
Kecepatannya bagai kilat, dan disertai deru angin bagai topan. Sesaat
Pendekar Rajawali Sakti terkesiap. Lalu....
"Hup! Yeaaah...!"
Sedikit saja ujung tongkat Ratu Lembah Kambang lewat di depan dada, ketika
Pendekar Rajawali Sakti cepat-cepat menarik kakinya ke belakang dua langkah.
Tapi pada saat itu juga, Ratu Lembah Kambang sudah melesat cepat bagai kilat
ke atas sampai melewati kepala pemuda itu. Dan seketika tongkatnya
dikebutkan ke arah kepala Pendekar Rajawali Sakti.
Bet!
"Upts...!"
Untung saja Rangga cepat-cepat merunduk, sehingga sabetan tongkat itu tidak
sampai menghantam kepalanya. Tapi, angin pukulan tongkat itu sempat juga
membuatnya jadi limbung. Untung keseimbangan tubuhnya cepat bisa terkuasai,
tepat di saat Ratu Lembah Kambang menjejakkan kakinya di belakang.
"Hih!"
Begitu cepat pula ratu cantik itu mengibaskan tongkatnya ke tubuh Pendekar
Rajawali Sakti ini.
"Haiiit..!"
Hanya dengan meliukkan tubuh sedikit saja, Rangga bisa menghindari sabetan
tongkat dari belakangnya. Lalu cepat-cepat tubuhnya melenting ke atas. Dan
bagaikan kilat tubuhnya menukik deras dengan kedua kaki bergerak berputaran
cepat, mengarah ke kepala wanita cantik penguasa Lembah Kambang ini.
"Hiyaaa...!"
"Aikh...!"
Wuk!
Ratu Lembah Kambang jadi tersentak kaget, menerima serangan dari jurus
'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Bergegas tongkatnya diputar ke atas
kepala. Tapi tanpa diduga sama sekali, Rangga sudah cepat menarik kakinya.
Dan secepat itu pula, tubuhnya berbalik. Lalu, langsung dilepaskannya satu
pukulan keras bertenaga dalam sempurna dari jurus 'Pukulan Maut Paruh
Rajawali'.
"Yeaaah...!"
"Ikh...!"
Kembali Ratu Lembah Kambang jadi terbeliak menghadapi serangan-serangan
cepat dan tidak terduga dari Pendekar Rajawali Sakti. Maka cepat-cepat
kakinya ditarik ke belakang Namun, ternyata Rangga sudah merubah jurusnya
menjadi 'Sayap Rajawali Mem-belah Mega'
Wuk!
Tangan kiri Pendekar Rajawali Sakti mengibas cepat luar biasa, hingga Ratu
Lembah Kambang tidak dapat lagi menghindari. Dan...
Begkh!
"Akh...!"
Ratu Lembah Kambang terpental cukup jauh ke belakang, begitu dadanya
terkena kibasan tangan kiri Pendekar Rajawali Sakti yang menggunakan jurus
'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Begitu keras kibasan tangannya, sehingga
punggung Ratu Lembah Kambang sampai menghantam dinding. Dan dia kembali
terpekik, bersamaan dengan hancurnya dinding istana ini.
Saat itu juga, tanpa sadar enam orang pendekar lainnya jadi bersorak
melihat Ratu Lembah Kambang terkapar di antara reruntuhan dinding istananya
sendiri. Namun kegembiraan mereka hanya sebentar saja, karena Ratu Lembah
Kambang sudah bisa cepat bangkit lagi. Dan dia melangkah agak
terhuyung-huyung menghampiri Rangga yang berdiri tegak menantinya. Tampak
dari sudut bibir wanita itu mengalir darah kental berwarna agak kehitaman.
Sambil mendengus berang, disekanya darah di bibirnya.
"Phuih! Kau belum menang, Pendekar Rajawali Sakti...!" dengus Ratu Lembah
Kambang geram.
"Hmmm...!" Rangga hanya tersenyum saja sambil menggumam pelan. Begitu tipis
senyumnya, sehingga hampir tidak terlihat. Sementara Ratu Lembah Kambang
sudah bisa menguasai pernafasannya yang tadi mendadak jadi terasa sesak,
akibat dadanya terkena kibasan tangan kiri Pendekar Rajawali Sakti.
"Hih!"
Bet!
Ratu Lembah Kambang mengebutkan tongkatnya ke depan, sambil mendengus
berat. Dan seketika itu juga, dari ujung tongkatnya yang berbentuk bulat
merah meluncur sinar merah bagai api ke arah Rangga dengan begitu
cepat.
"Hup!"
Dan hanya sedikit saja tubuh Pendekar Rajawali Sakti miring ke kanan, sinar
merah itu lewat di sampingnya. Tapi tanpa diduga sama sekali, Ratu Lembah
Kambang mengibaskan tongkatnya ke samping. Sehingga, cahaya merah yang
memancar dari kepala tongkatnya bergerak cepat, mengikuti gerakan tubuh
Pendekar Rajawali Sakti.
"Upts! Gilaaa...!"
Untung saja Rangga cepat melihat. Maka langsung dia menjatuhkan diri dan
beberapa kali bergulingan di lantai yang keras dan licin berkilat ini. Lalu
dengan gerakan manis sekali, Pendekar Rajawali Sakti bangkit berdiri. Namun
baru saja kakinya menjejak tanah, Ratu Lembah Kambang sudah menyerang lagi
dengan cepat.
"Hih!
Yeaaah...!"
"Hup! Hiyaaa...!"
Kembali Rangga harus berjumpalitan di udara, menghindari sinar-sinar merah
yang memancar dari kepala tongkat Ratu Lembah Kambang. Begitu dahsyat
sinar-sinar merah itu, sehingga dinding-dinding istana yang kokoh sampai
hancur terhantam. Sementara, Rangga terus berjumpalitan menghindari tanpa
sedikit pun memiliki kesempatan untuk balas menyerang.
Tampaknya, Ratu Lembah Kambang benar-benar ingin membinasakan pemuda
berbaju rompi putih yang dikenal berjuluk Pendekar Rajawali Sakti.
Pertarungan antara Ratu Lembah Kambang dan Pendekar Rajawali Sakti terus
berlangsung semakin sengit. Entah, sudah berapa jurus yang digelar. Tapi,
belum juga ada tanda-tanda kalau pertarungan bakal berakhir.
Bahkan kini pertarungan meningkat bukan hanya menggunakan jurus-jurus olah
kanuragan, tapi sudah menggunakan ilmu-ilmu kedigdayaan yang dahsyat.
Sehingga, seluruh istana ini jadi bergetar bagaikan diguncang gempa. Ruangan
tempat pertarungan pun sudah tidak lagi berbentuk. Tapi pertarungan terus
berlanjut, seperti tidak akan pernah berakhir.
Sementara, bukan hanya enam pendekar undangan Ratu Lembah Kambang saja yang
cemas. Tapi semua gadis abdi ratu cantik itu juga jadi deg-degan. Sedangkan
keadaan istana ini semakin bertambah rusak saja. Mereka cemas kalau-kalau
istana ini runtuh, akibat pertarungan yang semakin meningkat menggunakan
aji-aji kesaktian.
"Keluar kalian semua! Yeaaah...!" Tiba-tiba saja Rangga berseru keras
menggelegar, membuat seluruh dinding ruangan ini jadi bergetar.
Seruan Pendekar Rajawali Sakti memang sangat mengejutkan. Dan tiba-tiba
saja pemuda berbaju rompi putih itu melesat tinggi sekali ke udara. Lalu
cepat bagai kilat, tubuhnya meluruk deras sambil menghentakkan tangannya ke
depan dada. Kemudian dengan kecepatan penuh, kedua tangannya direntangkan ke
samping. Dan begitu kakinya menjejak lantai....
"Aji Bayu Bajra! Yeaaah...!"
Belum lagi teriakan Pendekar Rajawali Sakti menghilang dari pendengaran,
tiba-tiba saja di ruangan ini terjadi badai topan yang begitu dahsyat.
Akibatnya, mereka yang berada di dalam ruangan istana itu jadi tersentak
kaget setengah mati. Tapi belum sempat berbuat sesuatu, angin badai ciptaan
Pendekar Rajawali Sakti sudah menghantam, sehingga membuat tubuh-tubuh
mereka bagaikan kapas terhempas angin.
Jerit pekik melengking tinggi seketika itu juga terdengar saling sambut
memenuhi ruangan berukuran sangat luas ini, bercampur baur deru angin topan.
Bukan hanya tubuh-tubuh mereka yang terlempar, tapi juga batu-batu pecahan
dinding pun ikut beterbangan, terhempas hembusan angin badai ini.
Sementara itu, terlihat Ratu Lembah Kambang berdiri tegak dengan tongkat
tertanam dalam ke lantai. Sedangkan enam orang pendekar itu berusaha menahan
gempuran angin badai, dengan mengerahkan tenaga dalam. Namun, pijakan mereka
terus bergeser, tidak sanggup menahan gempuran angin badai topan ciptaan
Pendekar Rajawali Sakti.
"Hap!"
Tiba-tiba Rangga mencabut aji kesaktiannya yang sangat dahsyat itu. Dan
sebelum ada yang sempat menyadari, tubuhnya sudah melesat begitu cepat
menerjang ke arah Ratu Lembah Kambang.
"Hiyaaat...!"
"Heh...?! Upts!"
Bet!
Cepat-cepat Ratu Lembah Kambang mencabut tongkatnya yang tadi sampai
terbenam ke dalam lantai. Lalu secepat itu pula dikebutkannya ke depan. Tapi
tanpa diduga sama sekali, Rangga sudah melenting ke udara, dan berputaran
dua kali. Lalu saat itu juga, tubuhnya meluruk deras sambil mengerahkan
jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'.
"Edan! Hih...!"
Ratu Lembah Kambang jadi gusar mendapatkan serangan Rangga yang beruntun
dan sangat cepat luar biasa. Cepat-cepat wanita itu melompat ke belakang,
sambil mengebutkan tongkatnya ke atas kepala.
"Hap!"
Tapi Rangga sudah kembali memutar tubuhnya dan menjejakkan kakinya di
lantai dengan indah sekali. Begitu sempurna ilmu meringankan tubuhnya
sehingga sedikit pun tidak terdengar suara saat kedua kakinya menjejak
lantai tadi.
"Cepat kalian keluar...!" seru Rangga sambil berpaling sedikit kepada enam
orang pendekar muda yang masih tetap berada di dalam ruangan itu.
"Yeaaah...!"
Namun pada saat yang sama, Ratu Lembah Kambang sudah mengebutkan tongkatnya
sambil melompat ke arah Pendekar Rajawali Sakti.
"Haiiit..!"
Cepat sekali gerakan Rangga dalam menghindari kebutan tongkat ratu cantik
ini. Dan pada saat kepala tongkat berwarna merah itu lewat di depan dada,
cepat bagai kilat dilepaskannya satu pukulan keras disertai pengerahan
tenaga sempurna.
"Yeaaah...!"
"Heh...?!"
Ratu Lembah Kambang jadi tersentak kaget. Sungguh tidak disangka kalau
Rangga dapat melakukan serangan, di saat dirinya tengah terserang. Dan
begitu terkejutnya, sehingga....
Diegkh!
"Akh...!"
Ratu Lembah Kambang tidak sempat lagi berkelit menghindar, ketika pukulan
Pendekar Rajawali Sakti tepat menghantam dadanya. Akibatnya, wanita cantik
penguasa Lembah Kambang itu jadi terpental ke belakang sejauh dua batang
tombak. Lalu keras sekali tubuhnya menghantam dinding, hingga jebol
berantakan.
Begitu kerasnya pukulan Pendekar Rajawali Sakti tadi, membuat tubuh ratu
cantik itu terus meluncur deras walaupun sudah menghancurkan dinding istana
yang terbuat dari batu ini. Saat itu, Rangga masih sempat berpaling.
Ditatapnya enam orang pendekar muda yang belum juga beranjak dari
tempatnya.
Kelihatannya, mereka seperti tidak ingin tertinggal untuk menyaksikan
pertarungan dahsyat ini, yang mungkin tidak bisa disaksikan lagi untuk yang
kedua kali. Maka tak heran kalau mereka seperti tidak mempedulikan
permintaan Rangga untuk meninggalkan istana ini.
"Kenapa kalian masih tetap di sini?! Cepat tinggalkan istana ini!" agak
keras suara Rangga. Namun belum juga keenam pendekar muda itu bisa membuka
suara, tiba-tiba saja....
Glarrr...!
"Heh...?!"
"Hah...?!"
Mereka semua jadi tersentak kaget, begitu tiba-tiba terdengar ledakan yang
begitu dahsyat. Maka seketika seluruh dinding bangunan istana ini jadi
bergetar hebat, bagai diguncang gempa. Bahkan langit-langit ruangan ini pun
sempat runtuh sedikit.
"Sebentar lagi, istana ini akan runtuh. Sebaiknya kalian cepat keluar dari
sini," kata Rangga meminta keenam pendekar muda itu keluar.
"Tapi, bagaimana denganmu, Pendekar Rajawali Sakti?" tanya Pendekar Golok
Ireng.
"Aku akan membereskan Ratu Lembah Kambang dulu," sahut Rangga. "Cepatlah
kalian keluar, sebelum istana ini benar-benar runtuh."
Enam pemuda itu saling berpandangan sejenak, kemudian bergegas keluar dari
dalam ruangan ini, melalui pintu yang sudah hancur berkeping-keping.
Sementara, Rangga masih tetap berdiri tegak beberapa saat. Dan kakinya baru
melangkah menghampiri dinding yang jebol akibat terlanda tubuh Ratu Lembah
Kambang tadi, setelah melihat enam pendekar muda itu sudah keluar dari dalam
istana ini.
Namun baru saja Pendekar Rajawali Sakti menjejakkan kakinya di ruangan
lain, mendadak kedua bola matanya jadi terbeliak. Bahkan mulutnya sampai
ternganga lebar.
"Heh...?!"
***
DELAPAN
Hampir-hampir Rangga tidak percaya dengan penglihatannya sendiri. Di dalam
ruangan yang juga berukuran besar, Ratu Lembah Kambang terlihat berdiri
tegak di belakang seorang gadis cantik berbaju biru muda. Sebilah pedang
berwarna merah menyala yang tergenggam erat di tangan kanan Ratu Lembah
Kambang tampak menempel di tenggorokan gadis itu.
Sedangkan tangan kirinya yang menggenggam sebuah kipas putih berada di
perut gadis itu. Yang membuat Rangga jadi terbeliak, gadis itu adalah Pandan
Wangi. Dan tampaknya gadis berjuluk si Kipas Maut itu benar-benar tidak
berdaya, terbelenggu rantai pada tangan, kaki, dan tubuhnya.
"Sebaiknya menyerahlah, kalau tidak ingin kepala kekasihmu terpisah dari
lehernya, Pendekar Rajawali Sakti," dingin sekali suara Ratu Lembah Kambang
mengancam.
"Pengecut..!" desis Rangga menggeram.
"Hik hik hik...! Kau tidak punya pilihan lain lagi, Pendekar Rajawali
Sakti. Hanya ada satu pilihan buatmu. Menyerang, atau kekasihmu terbang ke
neraka."
"Jangan pedulikan dia, Kakang. Jangan menyerah...!" sentak Pandan
Wangi.
"Diam! Hih...!"
Diegkh!
"Akh...!"
Pandan Wangi jadi terpekik, begitu ujung gagang pedangnya sendiri yang kini
dikuasai Ratu Lembah Kambang, menghantam keras pelipisnya. Seketika, darah
mengucur keluar dari pelipis yang sobek.
"Jahanam...!" bentak Pendekar Rajawali Sakti. Rangga semakin geram melihat
tindakan wanita cantik penguasa Lembah Kambang ini. Kedua tangannya sudah
terkepal, dan matanya berapi-api menahan kemarahan. Tampaknya Ratu Lembah
Kambang memang menguasai keadaan.
Pendekar Rajawali Sakti itu kini benar-benar terjepit, dan benar-benar
sukar menentukan pilihan lagi. Namun di saat Rangga tengah kebingungan,
tiba-tiba saja....
Wusss...!
"Heh...?!"
Ratu Lembah Kambang jadi tersentak kaget, begitu tiba-tiba saja sebatang
anak panah meluncur deras kearahnya dari sebelah kanan. Begitu terkejutnya,
sehingga langsung mendorong Pandan Wangi sambil melompat ke belakang.
Sementara, panah itu terus meluncur, hingga....
Crab!
"Akh...!"
"Pandan..!"
Rangga cepat-cepat melompat, langsung menyambar tubuh Pandan Wangi yang
menggeletak di lantai. Cepat dibawanya gadis itu ke tempat yang cukup jauh
dari jangkauan Ratu Lembah Kambang. Untung saja anak panah yang melesat tadi
hanya menancap di bahu kanannya, sehingga tidak sempat merenggut nyawa si
Kipas Maut ini.
"Keparat..!" desis Rangga geram setengah mati. Cepat Pendekar Rajawali
Sakti bangkit berdiri, dan melompat hendak menerjang Ratu Lembah
Kambang.
Tapi belum juga sampai, tiba-tiba saja dari atas sudah meluncur sebuah
bayangan kuning ke arah ratu cantik penguasa Lembah Kambang ini. Pada saat
yang sama, Ratu Lembah Kambang sudah mengebutkan Pedang Naga Geni milik
Pandan Wangi yang berada di tangan kanannya, ke arah bayangan kuning
itu.
Wuk!
Cahaya merah langsung berkelebat, begitu Pedang Naga Geni dikebutkan.
Mendapat serangan ini, bayangan kuning itu melesat balik dengan kecepatan
luar biasa sekali. Beberapa kali bayangan kuning itu berputaran di udara,
lalu ringan sekali hinggap di atas tembok yang tinggal setengahnya lagi.
Saat itu, terlihat kalau bayangan kuning tadi adalah seorang gadis cantik
berbaju kuning muda.
"Rahmita...," desis Rangga langsung mengenali gadis itu.
Dan pada saat itu juga, Ratu Lembah Kambang sudah melesat begitu cepat ke
arah gadis berbaju kuning yang dikenali Rangga sebagai Rahmita.
"Hiyaaat..!"
"Rahmita, awasss...!"
"Hup! Yeaaah...!"
Rahmita cepat melenting ke udara, begitu Ratu Lembah Kambang membabatkan
Pedang Naga Geni ke arahnya. Begitu cepat sabetan pedang bercahaya merah
itu, sehingga Ratu Lembah Kambang tidak dapat menguasainya lagi. Dan sabetan
pedang itu langsung menghantam tembok baru yang tinggal setengahnya.
Glarrr...!!!
Ledakan seketika terdengar, bersamaan hancurnya dinding batu yang terhantam
Pedang Naga Geni.
"Hiyaaa...!"
Rangga yang tahu betul akan kedahsyatan Pedang Naga Geni milik Pandan Wangi
itu, tidak bisa lagi tinggal diam. Dia tidak ingin Rahmita celaka, karena
belum mengetahui kedahsyatan Pedang Naga Geni yang kini berada di tangan
Ratu Lembah Kambang. Secepat kilat Pendekar Rajawali Sakti melesat
menerjang, sebelum Ratu Lembah Kambang bisa menyerang Rahmita.
Sret!
Cring!
Bet!
Secepat itu pula Pendekar Rajawali Sakti mencabut pedang pusakanya dari
punggung, dan membabatkannya ke arah dada ratu cantik penguasa Lembah
Kambang ini. Seketika cahaya biru berkelebat begitu cepat, bersamaan
tercabutnya Pedang Pusaka Rajawali Sakti dari warangka di punggung
Rangga.
"Haiiit..!"
Bet!
Ratu Lembah Kambang cepat-cepat menangkis serangan Pendekar Rajawali Sakti
dengan Pedang Naga Geni. Begitu cepat serangan Rangga, sehingga benturan
antara dua pedang berpamor dahsyat itu tidak bisa dihindari. Dan....
Trang!
Glarrr...!
Kembali terdengar ledakan dahsyat menggelegar, begitu dua pedang itu beradu
tepat di depan dada Ratu Lembah Kambang.
"Ikh...!" Ratu Lembah Kambang tampak terperanjat, dan langsung terdorong ke
belakang dua langkah.
Tapi pada saat itu juga, Pendekar Rajawali Sakti sudah kembali melancarkan
serangan menggunakan jurus 'Pedang Pemecah Sukma'. Begitu cepat serangannya,
sehingga membuat Ratu Lembah Kambang terpaksa harus berjumpalitan
menghindarinya. Dan beberapa kali pula pedangnya harus dibabatkan mencoba
menangkis serangan pedang yang memancarkan cahaya biru berkilauan itu.
Namun gerakan-gerakan pedang yang dilakukan Rangga, memang sangat indah dan
cepat luar biasa. Sehingga beberapa kali pula Ratu Lembah Kambang hampir
kecolongan. Untung saja, dia masih bisa menghindarinya.
Setelah beberapa gebrakan berlangsung, Ratu Lembah Kambang mulai terlihat
goyah pertahanannya. Bahkan gerakan-gerakannya jadi tidak beraturan. Rangga
yang tahu, lawannya ini sudah terpengaruh jurus 'Pedang Pemecah Sukma' yang
semakin gencar dikerahkannya.
"Phuihhh...!"
Namun Ratu Lembah Kambang rupanya cepat menyadari ketidakseimbangan gerakan
jurus-jurusnya. Dan secepat itu pula disadari adanya pengaruh dari jurus
yang dimainkan Pendekar Rajawali Sakti. Maka dengan cepat tubuhnya melesat
ke belakang sejauh setengah batang tombak, tepat di saat Rangga mengarahkan
pedangnya ke kaki.
"Hap!"
Tap!
Manis sekali Ratu Lembah Kambang melompat, lalu mendarat kembali di lantai.
Pedangnya langsung disilangkan di depan dada, dan membuang kipas baja putih
milik Pandan Wangi yang sejak tadi berada di tangan kirinya. Tampaknya kipas
itu dianggapnya sama sekali tidak berguna.
Perlahan wanita itu menggeser kakinya ke kanan, menghampiri tongkatnya yang
bersandar di dinding. Tangan kirinya menjulur, lalu mengambil tongkat
berwarna kuning keemasannya. Kemudian Pedang Naga Geni dipindahkan ke tangan
kiri, sementara tongkatnya tergenggam di tangan kanan.
Pada saat yang sama Rangga sudah menyilangkan pedangnya di depan dada.
Terlihat Pendekar Rajawali Sakti menempelkan telapak tangan kirinya pada
mata pedang dekat tangkainya. Sedangkan kedua kakinya sudah merenggang cukup
lebar. Dari sikapnya itu, jelas kalau Rangga tengah mengerahkan aji 'Cakra
Buana Sukma' yang sangat dahsyat dan belum ada tandingannya.
"Hiyaaat...!" Bagaikan kilat, Ratu Lembah Kambang melompat sambil
mengebutkan tongkatnya ke depan. Dan saat itu juga...
"Aji 'Cakra Buana Sukma'! Yeaaah...!"
Wusss!
"Heh...?!" Ratu Lembah Kambang jadi tersentak kaget setengah mati begitu
tiba-tiba Rangga menghentakkan pedangnya ke depan. Seketika dari ujung mata
pedang itu memancar gumpalan cahaya biru berkilauan yang begitu cepat bagai
kilat, hingga Ratu Lembah Kambang tidak sempat lagi menghindar.
Dan....
Slap!
"Akh...!" Ratu Lembah Kambang jadi terpekik, begitu tubuhnya terhantam
cahaya biru yang memancar dari pedang Pendekar Rajawali Sakti. Dan seketika
itu juga, seluruh tubuhnya sudah terselubung sinar biru yang semakin banyak
menggumpal.
"Akh...!" Ratu Lembah Kambang menggeliat-geliat, berusaha melepaskan diri
dari selubung cahaya biru itu. Tapi semakin keras berusaha, semakin banyak
saja tenaganya terkuras. Ratu Lembah Kambang tidak menyadari kalau aji
'Cakra Buana Sukma' yang dilepaskan Rangga mempunyai kekuatan yang mampu
menyedot kekuatan lawan. Sungguh hal itu sama sekali tidak disadari.
Sehingga semakin keras dia berusaha, semakin banyak pula tenaganya yang
terkuras.
"Yeaaah...!" Rangga semakin kuat mengerahkan aji kesaktiannya yang sangat
dahsyat itu. Maka semakin banyak saja kekuatan Ratu Lembah Kambang yang
terkuras. Hingga akhirnya, wanita itu benar-benar tidak dapat menggerakkan
tubuhnya. Seluruh tenaganya sudah terkuras habis. Dan pada saat itu
juga....
"Hiyaaat...!" Sambil berteriak keras menggelegar, Rangga melenting ke
depan. Lalu cepat sekali pedangnya diangkat ke atas. Dan begitu cahaya biru
yang memancar dari pedang itu tertarik, secepat kilat Rangga membabatkan
pedangnya ke leher Ratu Lembah Kambang.
Cras!
"Aaa...!" Jeritan panjang melengking tinggi seketika itu terdengar
menyayat. Tampak Ratu Lembah Kambang berdiri tegak dengan kedua bola mata
terbeliak lebar. Sementara Rangga sudah menjejakkan kakinya kembali di
lantai.
Cring!
Bruk!
Tepat di saat Pendekar Rajawali Sakti memasukkan pedangnya kembali ke dalam
warangka di punggung, tubuh Ratu Lembah Kambang yang juga dikenal bergelar
Pelangi Lembah Kambang atau Dewi Pelangi itu ambruk ke lantai. Sedikit pun
tubuhnya tidak bergerak-gerak lagi, dengan kepala langsung terpisah dari
leher. Darah menyembur deras sekali, keluar dari batang lehernya yang
buntung tak berkepala lagi.
"Hhh...!" Rangga menghembuskan napas panjang-panjang. Sebentar
dipandanginya Ratu Lembah Kambang yang tergeletak tidak bernyawa lagi.
Kemudian dihampirinya Pandan Wangi yang kini ditemani Rahmita. Dan pada saat
itu, terlihat enam orang pendekar muda berdatangan. Mereka menarik napas
lega, begitu melihat Ratu Lembah Kambang sudah terkapar tidak bernyawa
lagi.
"Bagaimana lukamu, Pandan?" tanya Rangga.
"Tidak begitu dalam panahnya menembus bahu ku," sahut Pandan Wangi seraya
bangkit berdiri, diikuti Rahmita.
"Maaf, seharusnya aku tidak meninggalkan mu," ucap Rangga.
"Ah! Sudahlah, Kakang," desah Pandan Wangi.
"Aku memang ditipu ratu setan itu." Rangga mengalihkan pandangan pada
Rahmita. "Terima kasih atas bantuanmu mencabut panah itu, Rahmita," ucap
Rangga.
"Seharusnya aku yang berterima kasih padamu, Rangga. Kau sudah membalaskan
kematian guru dan seluruh saudara-saudara seperguruanku," sahut
Rahmita.
"Hm.... Ratu Lembah Kambang membunuh gurumu...?" tanya Rangga agak
menggumam terkejut.
"Ya! Akulah satu-satunya murid Padepokan Dara Wulung yang bisa lolos dari
kekejaman Ratu Lembah Kambang."
"Oh...," Rangga mendesah, tidak menyangka kalau Rahmita adalah murid
Padepokan Dara Wulung.
"Guruku memang sudah mengetahui akan kedatangan Ratu Lembah Kambang. Itu
sebabnya dia mengirim surat padamu dan memintamu datang ke padepokan,
Rangga," jelas Rahmita lagi.
"Ya! Sayangnya, aku datang terlambat," desah Rangga menyesali.
"Tapi, kau sudah membalasnya, Rangga."
Rangga hanya tersenyum saja. "Rahmita, kenapa Ratu Lembah Kambang
menghancurkan padepokanmu?" tanya Rangga lagi.
"Dia kecewa, karena mengira akan menemukan pemuda-pemuda gagah di sana
untuk dijadikan pendampingnya. Dan kekecewaannya itu dilampiaskan dengan
membantai kami semua. Untung saja, aku bisa selamat, dan bisa keluar dari
padepokan," jelas Rahmita lagi.
"O..., jadi sebenarnya selama ini kau sudah tahu...?"
"Maaf. Aku tidak bisa membuka siapa diriku sebenarnya, karena khawatir Ratu
Lembah Kambang mengenaliku," ujar Rahmita.
"Tapi kenyataannya dia tidak mengenalimu, kan...? Lalu, siapa orang-orang
bertampang kasar yang pernah mengeroyokmu. Dan siapa pula Setan Kembar Jubah
Merah yang juga mengeroyokmu? Apa masalahnya sehingga kau berurusan dengan
mereka?" berondong Pendekar Rajawali Sakti, mengungkapkan ganjalan
hatinya.
"Orang-orang bertampang kasar yang pernah mengeroyokku sebenarnya para
murid Setan Kembar Jubah Merah, yang memang ingin menghancurkan Padepokan
Dara Wulung. Mereka memang mempunyai dendam pribadi pada guruku," jelas
Rahmita.
Rangga hanya manggut-manggut mendengar penjelasan gadis itu. Namun, saat
itu terdengar suara gemuruh yang mengguncangkan seluruh bangunan ista-na di
Lembah Kambang ini. Mereka semua jadi tersentak kaget.
"Cepat keluar. Tempat ini akan segera hancur...!" seru Rangga langsung
menyadari. Secepat kilat, Pendekar Rajawali Sakti menyambar Pandan Wangi
yang masih kelihatan lemah, lalu melesat keluar.
Sedangkan Rahmita dan enam orang pendekar muda undangan Ratu Lembah Kambang
segera mengikuti. Begitu mereka cukup jauh berada di luar bangunan megah
Istana Lembah Kambang, seketika bangunan istana itu hancur, hingga membuat
seluruh lembah ini jadi berguncang. Debu membubung tinggi ke angkasa,
mengiringi kehancuran istana itu, akibat pertarungan dahsyat antara Rangga
melawan Ratu Lembah Kambang tadi.
Sementara, Rangga sudah menurunkan Pandan Wangi perlahan-lahan, kemudian
berbalik. Dipandanginya Istana Lembah Kambang yang sudah hancur, rata dengan
tanah.
"Hhh...! Tamat sudah keangkuhannya...," desah Pendekar Pedang Perak.
Rangga berpaling sedikit pada pendekar muda itu.
"Untung kau bisa mengalahkannya, Pendekar Rajawali Sakti," ujar Pendekar
Golok Ireng
"Ya! Kalau tidak.., entah apa jadinya dunia ini," sambung yang
lainnya.
Rangga hanya tersenyum saja. Sebenarnya diakui kalau tadi hampir saja tidak
sanggup menandingi ketangguhan Ratu Lembah Kambang. Kalau saja tidak
memiliki aji pamungkas yang sangat dahsyat itu, entah apa jadinya.
Barangkali, saat ini dia sudah terkubur bersama istana yang hancur
itu.
Setelah cukup puas memandangi kehancuran Istana Lembah Kambang, enam orang
pendekar muda itu meninggalkan lembah ini. Kini tinggal Rangga, Pandan
Wangi, dan Rahmita yang masih ada.
"Kau akan pergi ke mana, Rahmita?" tanya Rangga.
"Ke Padepokan Melati Putih," sahut Rahmita. "Di sana aku bisa memperdalam
kepandaianku."
"Memang sebaiknya begitu, Rahmita. Kau pasti akan diterima dengan tangan
terbuka, karena guru Padepokan Melati Putih memang adik kandung gurumu,"
sambut Rangga senang.
"Mudah-mudahan saja, Rangga." Rahmita kemudian meninggalkan kedua pendekar
dari Karang Setra itu, setelah berpamitan.
Sementara Pandan Wangi masih tetap duduk di atas batang kayu yang roboh.
Dan Rangga kemudian menghampirinya. "Kau kuat berjalan, Pandan?" tanya
Rangga.
"Aku belum lumpuh, Kakang," sahut Pandan Wangi agak mendengus.
Lagi-lagi Rangga hanya tersenyum saja. Kemudian, mereka melangkah
beriringan meninggalkan Lembah Kambang yang indah ini. Namun baru saja
berjalan sejauh sepuluh batang tombak, Rangga menghentikan ayunan kakinya.
Tubuhnya langsung berbalik kembali menatap ke arah reruntuhan bangunan
Istana Lembah Kambang.
"Ada apa, Kakang?" tanya Pandan Wangi.
"Ah, tidak apa-apa...," sahut Rangga cepat-cepat. Pendekar Rajawali Sakti
kembali berbalik dan melangkah lagi diikuti Pandan Wangi di sebelah kanan.
Mereka terus berjalan tanpa bicara lagi sedikit pun juga.
TAMAT
EPISODE BERIKUTNYA:
Emoticon