Gerbang Kematian Laila Al-Hulwa



Kisah ini  adalah kisah seorang wanita bernama Laila Al-Hulwa asal Maroko yang larut dengan kehidupan dunia dan lupa dengan Sang Maha Pencipta Allah SWT. Suatu ketika wanita yang mulai larut dengan kehidupan duniawi ini mendapatkan sapaan manis dari Allah berupa  ponis  dari dokter  bahwa ia mengidap  kanker payudara.

Diponis oleh  dokter menderita penyakit yang mengerikan tersebut sempat membuat Laila  merasa putus asa dan berpikir untuk  mengakhiri  penderitaannya dengan bunuh diri, namun bayangan siksaan atas segala kesalahan yang dulu  pernah ia perbuat selama ia  masih sehat membuat ia tersadar dari  niat yang bisa menjerumuskannya ke  lembah kehinaan yang lebih dalam. Titik balik kehidupan manusia terkadang memang harus sedikit menyakitkan,  dan itulah yang dialami oleh Laila Al-Hulwa. Ponis dokter bahwa ia menderita penyakit yang banyak merenggut nyawa wanita di  seluruh dunia itu membuatnya tersadar bahwa kecantikan dan kesehatan itu adalah nikmat Allah yang begitu sangat besar. Ia mulai menyadari  kekeliruannya selama ini yang banyak melalaikan perintah Allah SWT dan justru banyak melakukan pelanggaran atas larangan-larangan-Nya.

Setelah memeriksakan kondisinya kepada dokter pribadinya, Laila mendapatkan rujukan untuk memeriksakan penyakitnya kepada dokter di Belgia. Tanpa pikir panjang lagi Laila bersama suaminya terbang ke salah satu negeri  di  benua Eropa  tersebut. Hasil pemeriksaan  dokter  di Belgia terhadap  Laila menyimpulkan bahwa payudara Laila harus dipotong dan Laila harus mengkomsumsi obat-obatan dengan dosis tinggi yang punya efek samping merontokkan rambut, bulu mata, alis, kuku bahkan gigi.

Menghadapi kenyataan yang cukup berat, Laila tidak terima dengan apa yang disarankan dokter yang memeriksanya di Belgia tersebut, ia beranggapan lebih baik mati daripada harus kehilangan anggota tubuh yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya. Akhirnya setelah melalui diskusi yang cukup a lot, dokter memberikan alternative pilihan yang mau tidak mau harus diterima Laila jika ia ingin tetap hidup.  Laila harus selalu mengkomsumsi obat-obatan yang telah diresepkan dokter kepadanya namun dengan dosis yang tidak terlalu  tinggi untuk menghindari efek samping yang ditakutkan Laila.

6 bulan mengkomsumsi obat-obatan yang diresepkan  dokter kepadanya membuat kondisi Laila justru semakin memburuk, berat badannya semakin menurun, kulit tubuhnya mulai mengusam, benjolan di tubuhnya semakin besar dan mulai mengeluarkan nanah dan darah. Menyadari kondisi tubuhnya tersebut, Laila dan suaminya kembali berangkat ke Belgia untuk mengecek perkembangan penyakitnya.

Dari hasil  pemeriksaan  tim dokter di Belgia, Laila dan suaminya bagaikan tersambar petir  di siang hari yang cerah, langit seolah runtuh ketika Laila dan suaminya mendengar pernyataan dokter yang mengatakan bahwa penyakit Laila telah menyebar ke anggota tubuhnya yang lain, bahkan penyakit tersebut juga telah menyebar ke paru-parunya. Tak hanya berhenti sampai  disitu saja, suami Laila  seakan tiada berdaya ketika mendengar saran dokter untuk memulangkan istrinya ke Maroko dan menghitung hari ajal menjemput istri tercintanya.

Tidak ingin percaya begitu saja dengan ponis dokter di Belgia, Laila  bersama suaminya kembali terbang ke Francis untuk menemui dokkter lain di negeri  yang terkenal dengan menara Eifelnya itu. Namun  seolah tiada guna, hasil pemeriksaan dokter di  Francis menunjukkan hasil yang sama dengan hasil pemeriksaan yang ia terima dari dokter di  Belgia.  Akhirnya dengan berat hati Laila  bersedia untuk melakukan operasi pengangkatan payudara di salah satu rumah sakit di Paris Francis.

Sambil  menunggu jadwal operasi  istrinya,  suami Laila  mengutarakan niat sucinya mengajak Laila untuk  berziarah ke Baitullah Masjidil Haram yang dengan antusias diiyakan oleh Laila. Melalui  Bandara di Paris Francis, Laila dan suaminya berangkat menuju ke  Mekkah.




Setibanya di hadapan Ka’bah, air mata Laila mulai jatuh membasahi pipinya mengingat segala kesalahan yang dulu pernah ia perbuat. Di depan kiblat shalat kaum muslimin seluruh dunia tersebut Laila memanjatkan do’anya kepada Allah :

“Wahai Rabb-ku, para dokter yang ku temui sudah tak berdaya untuk mengobati pennyakitku ini  Ya Allah, dan aku sadar bahwa segala penyakit itu datangnya dari Engkau dan hanya Engkau pulalah yang kuasa untuk menyembuhkannya, hanya pintu rahmat-Mu yang kini Nampak terbuka  dihadapanku, aku mohon jangan Engkau tutup pula pintu rahmat itu untukku Ya Allah…!”

Selama berada di Masjidil  Haram Laila  banyak melakukann sholat, thowaf dan membaca Al-Qur’an. Ia sangat berharap kepada Allah agar Allah mengijabah doa yang dipanjatkannya.
Jika sebelumnnya Laila mengkonsultasikan penyakit nya kepada dokter di Maroko, Belgia dan Francis, saat berada  di Mekkah Al-Mukarramah Laila mengkonsultasikan segala permasalahan hidupnya kepada beberapa ulama di kota suci itu. Para ulama yang ditemuinya menyarankan Laila agar memperbanyak membaca Al-Qur’an, berdzikir kepada Allah, bersholawat kepada Rasulullah SAW,  dan meminum air zam-zam sebanyak-banyaknya.



Merasakan ketenangan jiwa yang begitu luar biasa selama berada dalam Masjidil Haram,  Laila memohon izin kepada suaminya untuk tinggal beberapa lama di Masjidil  Haram untuk beribadah kepada Allah yang kemudian disetujui oleh suaminya. Saat berada di Masjidil Haram Laila  bertemu dengan 2 orang muslimah asal Mesir dan Turki yang penasaran melihat ia  selalu menangis. Lailapun menceritakan perihal penyakitnya  dan keharuan yang menyelimuti jiwanya atas rasa cinta yang mulai  tumbuh terhadap Baitullah .

Tersentuh dengan cerita Laila, 2 orang muslimah asal Turki dan Mesir tersebut memutuskan untuk menemani Laila bermunajat kepada Allah di hadapan Ka’bah. Selama mereka tenggelam dalam kekhusyuan memohon rahmat dan pertolongan Allah, mereka betul-betul memfokuskan diri untuk berdzikir kepada-Nya, bahkan mereka hanya meminum  air zam-zam untuk menghilangkan lapar dan dahaga mereka.
Ditengah kekhusyuan mereka bermunajat kepada Allah, salah satu sahabat dari 2 sahabat Laila menyarankan kepadanya unntuk membasuh benjolan di tubuhnya dengan air zam-zam, namun rasa ragu dan perasaan takut masih menyelimuti relung hati  Laila sehingga membuatnya hanya memercikkan air zam-zam ke  tubuhnya.
Tak terasa 5 hari berlalu mereka masih asik mendekatkan diri kepada Sang Maha Penyayang, kedua sahabat yang setia menemani Laila mendesak Laila untuk kembali membasuh air zam-zam ke tubuhnya. Awalnya Laila masih merasa ragu dengan  saran  sahabat-sahabatnya, namun ada sebuah dorongan kuat dari dalam hatinya yang membbuat Laila tanpa sadar mulai mengambil air zam-zam dan membasuhkan ke  tubuhnya.
Allah kembali menganugerahkan keajaiban-Nya kepada Laila. Benjolan, bintik-bintik, darah dan nanah yang terdapat  di tubuhnya secara ajaib menghilang dan rasa sakit yang begitu menyiksa tubuhnya kini ia tidak rasakan lagi. SUBHANALLAH…!
Merasa tidak percaya dengan peristiwa yang sedang  ia alami, Laila mencoba memeriksa tubuhnya apakah benjolan dan bintik-bintik itu telah benar-benar hilang , dan SUBHANALLAH bulu kuduknya berdiri menerima anugerah yang sedang ia rasakan, dalam relung hatinya ia menucap rasa syukur dan ia menyadari betapa besar kuasa yang dimiliki oleh Allah SWT. Sekali lagi Laila ingin memastikan bahwa apa yang sedang ia alami bukan mimpi, ia meminta sahabatnya untuk memeriksa  tubuhnya apakah bintik-bintik dan benjolan itu ada atau tidak, dan serentak kedua sahabatnya berucap ALLAAHU AKBAR saat mendapati bintik-bintik dan benjolan yang terdapat di  tubuh Laila telah menghilang.

Tak berapa lama kemudian Laila kembali ke hotel tempat ia dan suaminya menginap untuk  menyampaikan kabar gembira tersebut kepada suami tercintanya. Sesampainya di kamar ia menceritakan apa yang ia  alami dan memperlihatkan tubuhnya  yang kini  bersih dari bintik-bintik, benjolan, darah dan nanah kepada suaminya. Melihat keajaiban yang dialami  istrinya, suami Laila merasa tak percaya dan justru menangis histeris sambil berkata :

“Tahukah engkau, dokter-dokter yang memeriksamu beberapa hari yang lalu telah memponismu hanya akan bertahan hidup selama 3 minggu”
Mendengar ucapan suaminya Laila spontan menjawab :
“Hanya Allah Ta’ala yang mengetahui ajal seseorang, dan hanya Allah yang Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib”


Setelah peristiwa ajaib tersebut, Laila dan suaminya memutuskan untuk tetap berada di Mekkah Al-Mukarramah selama seminggu lagi. Selama berada di Mekkah Laila tak henti-hentinya mengucap syukur atas anugerah agung yang ia terima dari Allah SWT. Seminggu berlalu Laila melanjutkan ziarahnya ke Madinah Al-Munawwarah untuk mengunjungi Masjid Nabawi dan Makam Rasulullah SAW. Beberapa hari menetap di Madinah, Laila kembali ke Francis untuk menemui dokternya kembali.

Ketika pasangan suami istri tersebut tiba di bandara Paris, mereka bergegas ke rumah sakit memeriksakan kondisi  Laila  kepada tim dokter yang telah siap mengoperasi Laila. Seusai pemeriksaan, tim dokter yang menangani Laila merasa keheranan dan merasa tidak percaya  bahwa wanita yang mereka periksa saat itu adalah  Laila yang beberapa minggu sebelumnya telah mereka ponis  hanya akan bertahan hidup  selama 3 minggu. Merasa aneh bercampur ragu para dokter tersebut kembali meminta izin kepada Laila dan suaminya unntuk melakukan pemeriksaan ulang. Dan SUBHANALLAH hasil pemeriksaan ulang yang para dokter tersebut lakukan ternyata tetap menunjukkan hal yang sama, mereka sama sekali tidak menemukan sel-sel kanker atau gangguan kesehatan pada tubuh wanita asal Maroko  tersebut. SUBHANALAH…!
Setelah dinyatakan sembuh oleh dokter, Laila kembali ke negerinya dan mulai kembali menata hidupnya kea arah yang lebih baik. Ia mulai banyak belajar tentang Islam, belajar tentang sejarah-sejarah Islam, dan tekun melaksanakan ibadah kepada Allah sebagai bentuk syukurnya atas cahaya kehidupan yang telah dianugerahkan kepadanya.
عَنْ جَابِرٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Terjemahnya :
Dari Jabir RA, dari Rasulullah SAW bahwasanya beliau bersabda, "Setiap penyakit pasti ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah Azza wa Jalla" (HR. Muslim)
Tiada yang mustahil ketika Allah menghendaki sesuatu terhadap makhluk-Nya :
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.(QS. Yaasiiin : 82)


a