Trio Detektif - Misteri Kelompok Penyihir(2)

Bab 10
KUTUKAN SANG PENYIHIR

KETIGA penyelidik muda itu ternyata berhasil menemui Elliot Farber dengan mudah. Begitu masuk ke bengkel kecil miliknya, mereka langsung berhadapan dengan bekas juru kamera itu. Elliot Farber adalah seorang pria kurus dengan kulit yang berwarna kekuning-kuningan.
Jupiter memperkenalkan diri, dan segera menyatakan maksud kedatangan mereka.
"Anda bekas juru kamera favorit Madeline Bainbridge, bukan?" tanyanya kemudian.
Farber menghembuskan asap rokoknya dan menatap ketiga anak muda itu.
"Kalian tentu penggemar film-film kuno," katanya kemudian sambil tersenyum.
"Kami memang tertarik pada film-film semacam itu," jawab Jupe dengan jujur.
"Saya dulu memang sering bekerja sama dengan Miss Bainbridge," ujar Farber. "Ia luar biasa pada masajayanya."
Pria itu membuang rokoknya ke lantai dan mematikannya dengan injakan kaki. "Ia juga sangat cantik. Banyak di antara aktris terkenal sekarang sangat tergantung pada kemampuan tukang rias mereka. Dan jika tata cahayanya tidak cocok, maka kecantikan mereka akan segera lenyap. Mereka beranggapan bahwa para juru kamera hanya bertugas untuk menonjolkan kecantikan mereka. Karena itulah saya kemudian berhenti bekerja sebagai juru kamera. Saya bosan dipersalahkan terus kalau hasil pengambilan gambar ternyata tidak seperti yang mereka bayangkan. Tapi, hal seperti itu tidak pernah saya alami dengan Madeline Bainbridge. Ia memang betul-betul cantik."
"Apakah Anda pernah mengalami kesulitan ketika bekerja sama dengannya?" tanya Jupe.
"Ia memang agak berubah setelah berhasil meraih ketenaran. Semua kemauannya harus dituruti. Karena itulah kami semua kemudian terlibat dalam pembuatan sebuah film tentang penyihir dan ilmu gaib," Farber menjelaskan. "The Salem Story?" Jupe menebak.
"Betul," jawab Farber. "Pada masa itu Bainbridge sedang jatuh cinta pada seorang aktor bernama Ramon Desparto. Ketika Desparto mengemukakan ide untuk membuat sebuah film tentang dukun sihir, Madeline langsung menyetujuinya. Sebenarnya ketika itu kami semua mengkhawatirkan karir Bainbridge-Desparto itu hanya ingin membonceng ketenarannya."
"Akhirnya ia memang berhasil menghancurkan karir Bainbridge, bukan?" tanya Pete yang selama ini hanya memperhatikan pembicaraan antara Jupe dan Farber. "Maksudku, setelah Desparto meninggal, Madeline Bainbridge tidak pernah main film lagi."
"Ya, kelihatannya ia merasa bersalah atas kematian tunangannya itu," kata Farber. "Ia bertengkar hebat dengan Desparto, tepat sebelum kecelakaan itu terjadi. Dalam kesempatan itu Bainbridge memaki-maki dan menyumpahinya. Saya tidak menyalahkannya, sebab ketika itu ia baru saja mengetahui bahwa tunangannya itu ada main dengan Estelle DuBerry, seorang aktris lain. Tentu saja ia cemburu.
"Tapi kalau kalian bermaksud mendirikan perkumpulan penggemar Madeline Bainbridge, sebaiknya kalian lupakan saja cerita yang baru saja kalian dengar. Tidak ada gunanya mengungkit-ungkit masalah masa lampau."
"Apakah Anda masih sering bertemu dengan Miss Bainbridge?" tanya Jupiter.
"Tidak. Setahu saya tidak ada kawan lama yang masih berhubungan dengannya. Malahan saya dengar bahwa ia sengaja mengucilkan diri di kediamannya."
Bob menunjukkan fotokopi foto kuno yang ia temukan di perpustakaan pada Elliot Farber. "Bukankah Estelle DuBerry itu salah seorang kawan dekat Madeline Bainbridge?" tanyanya. "Kalau tidak salah ia juga terlihat pada foto ini."
"Oh, foto lama ini," kata Farber sambil menatap foto tadi. "Ya, semuanya hadir. Ketigabelasnya ada di foto ini." "Bukankah angka tiga belas itu angka sial?"
Farber tersenyum. "Bagi kebanyakan orang memang, tetapi tidak bagi seorang penyihir," katanya. "Kalau begitu kelompok penyihir itu memang pernah ada!" seru Bob.
Farber tertawa. "Tentu saja, mengapa tidak? Madeline adalah seorang penyihir, setidak-tidaknya pada masa mudanya ia beranggapan demikian. Ia menamakan gerakannya The Old Religion. Tidak ada hubungannya dengan penyihir seperti yang sering kalian lihat di film-film atau di TV. Madeline percaya bahwa ia memiliki kekuatan gaib. Yang lain hanya mengikuti kemauannya. Bagaimanapun juga, Madeline merupakan seorang bintang film terkenal. Seandainya ia dulu menyuruh kami untuk berteriak-teriak sampai serak di jalan raya, maka tak seorang pun di antara kami yang akan menolak. Karena itu, kami akhirnya menjadi anggota perkumpulannya. Estelle DuBerry dan Lurine Hazel serta Janet Pierce, bahkan Clara Adams-semuanya penyihir."
"Bagaimana dengan Jefferson Long?" tanya Jupe.
"Sama saja," kata Farber. "Tapi saya yakin bahwa Long tidak akan gembira jika hal itu diketahui masyarakat sekarang. Kedudukannya cukup mapan sebagai tokoh pemberantas kejahatan. Tapi dulu ia juga anggota kelompok penyihir itu."
Jupiter tersenyum. "Apakah Anda masih berhubungan dengan orang-orang itu?"
"Dengan beberapa orang masih," jawab Farber. "Jefferson Long kini hanya berhubungan dengan para penegak hukum, jadi tidak ada yang mempedulikannya lagi.
"Estelle, yang dulu menyebabkan keributan antara Madeline dan Desparto, sekarang mempunyai sebuah motel di Hollywood. Kasihan sebenarnya, Estelle begitu ingin menjadi bintang film terkenal, tetapi sayang ia kurang berbakat. Ia tidak pernah berhasil di dunia perfilman."
"Apakah ia akan bersedia menerima kedatangan kami?" tanya Jupe.
"Tentu, ia pasti senang kalau ada orang yang memperhatikannya," jawab Farber. "Eh, ngomong-ngomong, apa sih tujuan kalian? Saya kira anak-anak muda zaman sekarang sudah tidak mengenal orang-orang macam kami." "Sebenarnya, saya berminat pada dunia perfilman," Jupe menerangkan, "dan..."
"Oh, begitu." Farber mengambil foto kuno tadi dan mengamatinya dengan cermat. "Saya bisa memberikan alamat Estelle DuBerry," katanya kemudian. "Dan saya juga punya nomor telepon Ted Finley. Wah, orang itu hebat betul! Ia masih aktif dalam dunia perfilman walaupun umurnya sudah sekitar delapan puluh tahun. Katakan bahwa sayalah yang menyuruh kalian menghubunginya."
"Bagaimana dengan yang lain?" tanya Bob.
"Hmm, Ramon Desparto sudah meninggal," kata Farber. "Saya juga tidak tahu bagaimana caranya menghubungi Clara Adams. Ia tinggal bersama Madeline, dan kalian tentu sudah tahu bahwa mereka tidak pernah terima tamu. Nicholas Fowler, si penulis skenario, juga sudah meninggal karena serangan jantung beberapa tahun lalu.
"Janet Pierce tidak perlu kalian harapkan. Kalau tidak salah ia menikah dengan seorang bangsawan dari Eropa dan tinggal di sana sekarang. Lurine Hazel juga tidak tinggal di sini lagi. Ia kembali ke kota asalnya di Montana dan menurut kabar yang saya terima, ia sudah berkeluarga sekarang."
"Dan siapa wanita cantik berambut panjang itu?" tanya Pete sambil menunjuk foto kuno itu. "Di mana dia sekarang?"
"Namanya Marie Alexander, ia tenggelam ketika sedang berenang di pantai Malibu."
"Astaga!" seru Pete terkejut. "Berarti ada tiga anggota kelompok itu yang sudah meninggal dunia."
"Jangan lupa, foto itu sudah berumur 30 tahun. Dan yang lain masih segar-bugar," ujar Farber. "Nah, ini Gloria Gibbs," katanya kemudian sambil menunjuk ke arah seorang gadis berpenampilan sederhana pada foto itu. "Gloria adalah bekas sekretaris Ramon Desparto. Ia sekarang bekerja di sebuah perusahaan swasta. Kadang-kadang saya mengajaknya makan malam."
Jupe mengambil foto itu dan mengamatinya. Ia menunjuk seorang pria kurus berambut gelap.
"Rasanya saya sudah pernah melihat orang ini," kata Jupe. "Apakah ia masih aktif di dunia perfilman?"
"Siapa, Charles Goodfellow?" tanya Farber sambil mengerutkan dahi. "Saya hampir melupakannya. Ia seorang pemain figuran. Saya tidak tahu di mana ia tinggal sekarang. Ia termasuk jenis orang yang mudah dilupakan. Saya hanya ingat bahwa ia berkebangsaan Amerika, tetapi dibesarkan di Belanda."
"Jadi anggota-anggota perkumpulan penyihir itu sebenarnya hanya main-main?" tanya Jupiter.
"Ya, kecuali Madeline Bainbridge," jawab Farber. "Namun setelah kecelakaan yang menewaskan Ramon Desparto, orang-orang mulai bertanya-tanya apakah mungkin bahwa Madeline memang mempunyai kekuatan gaib seperti yang dikatakannya."
"Apakah ia mengutuk Desparto?" tanya Jupiter.
Farber mengeluh. "Seharusnya saya tidak menceritakan hal ini pada kalian. Madeline marah sekali ketika itu. Dan ia mengeluarkan kata-kata yang... yang lazim dikemukakan orang dalam keadaan marah. Ia mengatakan bahwa hidup Desparto akan berakhir di tiang gantungan. Ucapannya itu hanya sebuah ungkapan untuk mengemukakan kekesalannya pada Desparto. Segera setelah Madeline mengeluarkan kata-kata itu, Ramon Desparto pergi naik mobil. Ia melarikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Ternyata remnya blong, dan ia menabrak pohon. Ramon terlempar dari mobil. Ketika kami menemukannya, ia tergantung pada sebuah pohon dengan leher terjepit di antara dua dahan pohon. Ia meninggal seketika!"
"Astaga!" Pete kembali berseru.
"Setelah peristiwa itu, Madeline menarik diri dari keramaian, dan kelompoknya itu akhirnya bubar," ujar Farber menyelesaikan ceritanya.
"Bagaimana dengan manajer Miss Bainbridge. Kata orang ia bekas sopir Madeline Bainbridge," kata Jupe.
"Saya tidak begitu mengenalnya," jawab Farber. Ia mengambil secarik kertas dan menyalin alamat Estelle DuBerry. Kemudian ia menambahkan nomor telepon Ted Finley dan alamat kantor Gloria Gibbs. Setelah memperoleh kertas itu, ketiga penyelidik berterima kasih dan segera meninggalkan bengkel elektronik itu.

Bab 11
KAWAN DAN LAWAN

MOTEL milik Estelle DuBerry terletak di suatu jalan kecil yang sejajar dengan Hollywood Boulevard. Ketika Bob memencet bel, seorang wanita setengah baya datang dan membuka pintu. Rambut wanita itu berombak dan berwarna pirang.
"Miss DuBerry?" tanya Bob. "Ya, betul."
"Elliot Farber memberi tahu bahwa Anda mungkin bisa membantu memberikan informasi yang kami perlukan," kata Bob. "Kami sedang menyiapkan sebuah karya tulis tentang sejarah perkembangan film sebagai salah satu tugas mata pelajaran bahasa."
"Dengan senang hati," balas wanita tadi. "Silakan masuk."
Anak-anak itu memasuki suatu ruangan kecil yang berfungsi sebagai kantor sekaligus ruang tamu. Setelah mereka mengambil tempat duduk, bekas aktris itu langsung saja mulai berceloteh tentang karir filmnya. Ia bercerita bahwa ia datang ke Hollywood ketika masih muda. Karena memang berminat menjadi bintang film, kemudian ia mengikuti seleksi bakat yang diadakan oleh salah satu studio film besar. Wanita itu mengemukakan bahwa ia telah bermain dalam sejumlah film, tetapi terutama dalam film-film yang kurang berhasil. Ia jarang mendapat peran dalam film-film yang terkenal. Karena karirnya memang tidak panjang, maka dalam waktu singkat ia telah kehabisan bahan pembicaraan.
Jupiter lalu menyinggung nama Madeline Bainbridge. Suasana di dalam ruangan kecil itu langsung berubah secara mendadak.
"Jangan sebut nama itu!" Estelle DuBerry memekik. "Wanita tak tahu diri! Ia membenciku! Sejak dulu ia selalu membenciku. Ia iri karena aku lebih cantik. Seandainya ia tidak mengganggu kami, maka aku dan Ramon telah lama menikah. Kalau bukan karena dia, maka aku tentu tidak perlu mengurus motel brengsek ini. Seharusnya aku bisa tinggal di sebuah rumah mewah di daerah Bel Air bersama Ramon!"
Ketiga anak itu terdiam. DuBerry menatap tajam ke arah Jupe, tetapi anak itu menghindar.
"Mr. Farber bercerita mengenai suatu kelompok penyihir," kata penyelidik pertama itu akhirnya. "Apakah Anda dapat memberikan keterangan mengenai kelompok itu?" Wajah wanita itu menjadi pucat.
"Kami... kami hanya main-main ketika itu," bisiknya dengan suara nyaris tak terdengar. "Kami sama sekali tidak mempercayai segala tetek-bengek itu. Kecuali Madeline, ia memang betul-betul meyakini kepercayaan itu." "Jadi sejak dulu sampai sekarang Anda tidak percaya bahwa Madeline Bainbridge memiliki kekuatan gaib?" "Tentu saja tidak!" seru bekas aktris itu.
"Anda tadi mengemukakan suatu hal yang menarik," kata Jupe. "Anda mengatakan bahwa Madeline Bainbridge yang menyebabkan Anda tidak bisa tinggal di Bel Air bersama Ramon Desparto sekarang. Apa maksud Anda? Bukankah Ramon Desparto meninggal dalam suatu kecelakaan mobil?"
"Peristiwa itu bukan suatu kecelakaan," wanita itu kembali memekik. "Peristiwa itu terjadi karena... karena..." Ia tidak menyelesaikan kalimat itu.
Ketiga penyelidik muda itu merasa kikuk. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa pembicaraan mereka dengan Estelle DuBerry akan berlangsung seperti itu.
"Kami sangat berterima kasih atas kesediaan Anda untuk berbincang-bincang dengan kami," kata Bob akhirnya setelah semuanya terdiam untuk beberapa saat. "Apakah Anda kenal seseorang yang dapat kami hubungi lagi? Seorang kawan Madeline Bainbridge yang sampai sekarang masih berhubungan dengannya? Atau dengan Clara Adams, mungkin?"
"Tidak," jawab wanita itu singkat.
"Elliot Farber bercerita mengenai seorang pria bernama Charles Goodfellow," ujar Jupe kemudian. "Apakah Anda tahu di mana orang itu sekarang?"
"Ia menghilang begitu saja," jawab DuBerry sambil mengangkat bahu. "Saya tidak pernah mendengar berita mengenainya setelah itu."
Trio Detektif mengakhiri kunjungan mereka dan kembali ke Hollywood Boulevard, di mana Beefy telah menunggu.
"Ia tidak memberikan keterangan yang bisa membantu kita," kata Bob.
"Estelle DuBerry menuduh bahwa Madeline Bainbridge membunuh Ramon Desparto," tambah Pete. "Aku mendapat kesan bahwa ia sangat mendendam terhadap bekas rekannya itu."
"Elliot Farber juga mengemukakan hal serupa ketika ia bercerita mengenai sebab kematian Desparto," kata Jupiter. "Mudah-mudahan saja Ted Finley bisa memberikan keterangan yang kita perlukan."
"Belum tentu ia mau menemui kita," kata Bob dengan cemas.
"Aku yakin ia tidak akan keberatan," jawab Jupe. "Madeline Bainbridge menjadi buah bibir semua orang akhir-akhir ini. Ted Finley tidak akan keberatan bila namanya disebut-sebut sehubungan dengan bekas pemain film itu."
Dugaan Jupe tidak meleset. Setelah mereka makan siang, ia menelepon Ted Finley dari apartemen Beefy. Orang tua itu ternyata bersedia membantu mereka. Ia langsung saja mengakui bahwa kelompok penyihir itu memang pernah ada, dan bahwa ia dulu salah seorang anggotanya. Namun sama dengan DuBerry, Ted Finley juga mengatakan bahwa sudah lama ia tidak pernah berhubungan lagi dengan Miss Bainbridge.
"Tak seorang pun di antara teman-teman lamanya pernah berjumpa atau berbicara dengan Madeline sesudah ia mengundurkan diri dari dunia perfilman. Sejak itu, sopirnya yang mengurus segala keperluannya. Sopirnya itu-Gray
namanya kalau tidak salah-yang selalu menerima telepon. Ia selalu mengatakan bahwa Madeline tidak ingin berbicara dengan siapa pun juga.
"Untuk beberapa saat setelah kematian Desparto, aku berusaha agar Madeline tidak menutup diri dari lingkungan, tetapi aku tidak berhasil. Akhirnya aku tidak pernah mencoba menghubunginya lagi.
"Baru-baru ini aku mendengar bahwa film-filmnya dijual pada TV. Mungkin hal itu akan menyebabkan ia kembali mau tampil di tengah-tengah masyarakat."
"Tapi film-film itu telah dicuri," kata Jupiter mengingatkan lawan bicaranya. "Para pencuri itu minta uang tebusan."
"Dan mereka pasti memperolehnya," jawab Finley meramalkan. "Film-film itu tidak dapat dinilai dengan uang."
"Masih ada satu pertanyaan lagi," kata Jupe. "Apakah Anda tahu apa yang terjadi dengan seseorang bernama Charles Goodfellow? Ia satu-satunya bekas teman dekat Madeline Bainbridge yang belum berhasil kami temukan."
"Goodfellow? Aku sendiri tidak tahu di mana ia berada sekarang. Mungkin ia pulang ke tempat asalnya-entah di mana."
Jupiter segera berterima kasih dan mendengar Ted Finley meletakkan gagang teleponnya.
"Tidak ada tambahan informasi," kata Jupe pada teman-temannya. "Ia tidak tahu apa-apa dan sudah lama tidak berhubungan dengan Miss Bainbridge."
"Kita belum menghubungi Gloria Gibbs." Bob mengingatkan Jupe. "Elliot Farber telah memberikan alamat kantornya tadi."
Jupiter mengangguk. "Aku akan meneleponnya, tapi aku rasa bahwa kita hanya buang-buang waktu."
Dengan tidak bersemangat Jupiter memutar nomor telepon kantor Gloria Gibbs. Wanita yang mengangkat telepon ternyata Gloria Gibbs sendiri. Ia ternyata tidak berminat membantu dan menjawab semua pertanyaan dengan kasar.
"Peristiwa-peristiwa itu telah lama berlalu," katanya dengan dingin, "dan saya keberatan kalau terpaksa mengingat-ingat masa itu lagi."
"Anda dulu seorang anggota dari kelompok Madeline Bainbridge?" tanya Jupe.
"Ya, tetapi hanya karena terpaksa."
Gloria Gibbs lalu dengan ketus menolak bahwa ia masih berhubungan dengan Madeline Bainbridge, ataupun dengan Charles Goodfellow-bekas anggota kelompok itu yang menghilang tanpa jejak. Tanpa berkata apa-apa lagi ia kemudian menutup pesawat teleponnya.
"Brengsek!" Jupiter berkomentar. "Tapi setidak-tidaknya ia memperkuat keterangan yang telah kita peroleh dari yang lain. Kelompok penyihir itu memang pernah ada, tapi nampaknya bukan itu yang membuat seseorang ingin mencegah penerbitan buku otobiografi Miss Bainbridge. Kita belum memperoleh keterangan apa-apa dari Charles Goodfellow. Tetapi bagi semua anggota lain, kelompok penyihir itu hanya sekadar kenangan masa lalu yang tidak merisaukan hati. Jadi bukan itu penyebabnya, kecuali..." Jupe berhenti dan mengerutkan dahi. "Jefferson Long!" katanya kemudian. "Hanya Long yang tidak mengaku bahwa ia pernah menjadi anggota kelompok itu. Tapi kita bisa memastikan bahwa bukan Long yang mencuri naskah itu. Ia berada bersama Marvin Gray ketika naskah itu hilang."
"Mungkin ia menyuruh orang lain," Pete mengemukakan pendapatnya.
"Memang ada kemungkinan, tetapi aku rasa kecil sekali," kata Jupe. "Long tidak punya waktu untuk mengatur pencurian itu, karena sedang mengadakan wawancara. Tetapi ada sesuatu yang mencurigakan pada orang itu. Aku jadi ingin tahu bagaimana pendapat para penegak hukum tentangnya."
"Kau berpendapat bahwa ia hanya berpura-pura menjadi tokoh pemberantas kejahatan?" tanya Pete.
"Aku mendapat kesan bahwa ia hanya bersandiwara," kata Jupe. "Kelihatannya Long mengenal setiap anggota polisi di California bagian selatan. Kalau hal itu benar, maka ia seharusnya mengenal Chief Reynolds di Rocky Beach. Mungkin Chief Reynolds dapat memberikan keterangan mengenai Jefferson Long. Bagaimanapun juga aku lebih mempercayai ucapan seorang petugas polisi daripada setumpuk medali dan piagam penghargaan yang dipajang di ruang kerja Long."

Edit by: zhe (zheraf.wapamp.com)
http://www.zheraf.net

Bab 12
CELAKA ATAU SENGAJA?

"JEFFERSON Long?" tanya Chief Reynolds yang ditemui Trio Detektif di ruang kerjanya. "Tentu aku mengenalnya. Ia selalu muncul pada setiap pertemuan yang diadakan oleh para penegak hukum di negara bagian California."
Kepala dinas kepolisian Rocky Beach menatap ketiga penyelidik dengan pandangan curiga. Anak-anak itu duduk berhadapan dengannya. "Kenapa kalian menanyakan Jefferson Long?" tanyanya akhirnya. "Maaf, tapi aku tidak dapat mengatakannya tanpa membuka rahasia," jawab Jupe.
"Hmm," gumam petugas polisi itu. "Kalau kau sudah bicara seperti itu, maka itu berarti bahwa tenaga kalian sedang disewa oleh seseorang. Baiklah, tetapi cobalah untuk tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang berbahaya.
"Aku pernah bertemu dengan Long pada sejumlah pertemuan, dan kadang-kadang aku melihatnya di TV. Long berusaha memberikan laporan-laporan yang jelas dan apa adanya tentang kejahatan dan para penjahat. Namun usahanya itu tidak didasarkan atas hasil penyelidikannya sendiri. Long hanya menyampaikan informasi yang ia peroleh dari para petugas polisi yang telah memeras keringat untuk menyelidiki kasus-kasus kejahatan itu.
"Kadang-kadang aku mendapat kesan bahwa tujuan Long sebenarnya bukan memberantas kejahatan secara tuntas seperti yang sering dikumandangkannya. Aku rasa alasan itu hanya merupakan kedok agar ia bisa sering muncul di TV dan menjadi terkenal dengan acara pemberantasan kejahatannya itu."
"Kalau Long hanya berpura-pura," kata Pete, "maka dari mana ia memperoleh semua tanda penghargaannya?"
Chief Reynolds angkat bahu. "Kami, sebagai aparat penegak hukum, membutuhkan kepercayaan masyarakat. Long memberikan informasi mengenai cara dinas kepolisian menangani masalah penipuan, perampokan, dan kejahatan-kejahatan lain. Ia meyakinkan masyarakat agar tidak segan-segan menghubungi polisi apabila terjadi hal-hal yang aneh di sekitar rumah mereka. Secara tidak langsung Long membantu meringankan pekerjaan kami."
"Ternyata Long tidaklah sehebat kesan yang ia timbulkan melalui acara TV," kata Jupiter. Ia nampak puas. "Sejak pertama kali bertemu dengannya aku sudah merasa bahwa ia hanya bersandiwara."
Ketiga pemuda itu berterima kasih pada Chief Reynolds, kemudian meninggalkan kantor polisi.
"Buntu lagi!" keluh Jupiter. "Kita sudah tahu siapa Long sebenarnya, tapi kini aku juga telah yakin bahwa ia tidak terlibat dalam pencurian naskah Miss Bainbridge itu."
"Dari mana kau tahu?" tanya Bob.
"Dari keterangan Chief Reynolds, aku menarik kesimpulan bahwa Long berusaha keras untuk menjaga hubungan baik dengan dinas kepolisian. Karirnya sangat tergantung pada hubungan baik itu. Long takkan mempertaruhkan karirnya dengan mencuri sebuah naskah yang sebenarnya tidak dapat merugikannya."
"Kalau begitu, mengapa ia berbohong mengenai perkumpulan penyihir itu?" tanya Pete.
"Wajar saja kalau ia berbohong mengenai hal itu," jawab Jupe. "Orang dengan posisi seperti Long tentu tidak akan menceritakan suatu kejadian konyol di masa lampaunya pada seorang anak muda yang sama sekali tidak dikenalnya. Seandainya pun ia mengetahui bahwa naskah Bainbridge dibawa pulang oleh Beefy, ia toh tidak mempunyai kesempatan untuk mencurinya."
Dengan wajah muram ketiga penyelidik muda itu akhirnya berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Jupe tidak mengeluarkan sepatah kata pun ketika makan malam bersama Bibi Mathilda dan Paman Titus. Setelah selesai makan ia segera mencuci piring dan pergi ke kamarnya.
Dengan perasaan letih Jupe membaringkan badannya di tempat tidur dan menatap langit-langit. Ia merasa putus asa. Nampaknya tidak ada hubungan antara kawan-kawan lama Miss Bainbridge dengan pencurian naskahnya itu. Tetapi siapakah pelaku pencurian itu bila tak seorang pun di antara teman-teman lama bekas pemain film itu terlibat?
Jupe mencoba untuk mengingat kembali urutan kejadian pada malam Amigos Adobe terbakar. Ia membayangkan gemuruh api yang berkobar dengan hebat. Setelah ia bersama Bob dan Pete berhasil diselamatkan, mereka lalu menyaksikan kebakaran itu dari seberang jalan. Mr. Grear juga bersama mereka, kemudian Beefy dan pamannya datang. Mr. Thomas dan Mrs. Paulson juga berada di tempat itu. Hanya orang-orang itu yang tahu bahwa naskah Madeline Bainbridge berada di apartemen Beefy. Namun kemungkinannya kecil sekali bahwa salah seorang dari mereka yang mengambil naskah itu.
Setelah merenung untuk beberapa saat, Jupiter akhirnya tertidur. Ketika terbangun kembali, matahari sudah terbit. Dengan masih diliputi perasaan letih dan tak bersemangat, Jupe bangun, kemudian mandi dan berpakaian. Ia lalu menelepon Bob dan Pete dan meminta mereka untuk menemuinya di halte bis dekat rumahnya setelah sarapan.
Pukul sembilan kurang seperempat Jupe meninggalkan rumah dan berjalan menuju halte bis tadi. Bob dan Pete sudah menunggunya.
"Apakah kau dapat ilham tadi malam?" tanya Pete.
"Tidak," jawab Jupiter dengan lesu. "Aku rasa kita sebaiknya menghubungi Beefy lagi. Kita terpaksa mulai dari awal lagi."
"Tetapi kita sudah menyelidiki semua orang yang patut dicurigai," Bob mengemukakan.
"Hanya semua orang yang mempunyai alasan jelas untuk mencuri naskah itu," kata Jupiter. "Kita belum menyelidiki orang-orang yang mempunyai kesempatan untuk melakukan pencurian itu." "Maksudmu para pegawai Amigo Press?" tanya Pete. Jupiter mengangguk.
Ketiga anak itu naik bis menuju Los Angeles. Mereka sampai di kediaman Beefy ketika seorang pria berpakaian rapi keluar dari pintu apartemen pengusaha muda itu. Ia tersenyum ketika berpapasan dengan mereka.
Wajah Beefy yang biasanya cerah kali ini nampak pucat. Di belakangnya, William Tremayne berjalan bolak-balik sambil mengomel.
"Mereka semuanya bersekongkol melawanku!" ujarnya dengan ketus. "Mereka membenciku! Sejak dulu mereka membenciku! Dasar brengsek!"
"Tenanglah, Paman Will," kata Beefy memohon.
"Bagaimana aku bisa tenang? Akulah yang dituduh menyebabkan kebakaran Amigos Adobe!" "Apa?" seru Jupe kaget. "Kebakaran itu bukan suatu kecelakaan?"
"Kelihatannya begitu," jawab Beefy. "Pria yang baru saja keluar adalah petugas polisi. Ia datang untuk melaporkan hasil penyelidikan pemadam kebakaran, lalu minta daftar nama semua pegawai Amigo Press dan juga nama semua orang yang datang ke kantor pada hari itu. Ia akan menghubungi mereka satu per satu."
"Ia juga bertanya kepada siapa asuransi akan membayar ganti rugi," kata Will Tremayne. "Aku tahu apa yang ia maksudkan ketika mengajukan pertanyaan itu. Secara tidak langsung ia menuduh bahwa akulah yang sengaja membakar gedung itu agar memperoleh uang ganti rugi itu! Tapi aku tidak membutuhkan uang itu, walaupun sebenarnya keadaan keuanganku sedang tidak menggembirakan, dan..."
"Paman Will, apakah Paman sedang mengalami kesulitan?" tanya Beefy.
"Ah, tidak, aku hanya agak kekurangan uang tunai," jawab William Tremayne. "Tapi itu soal mudah, tidak ada yang perlu dirisaukan. Dan jangan kau coba-coba untuk menghubung-hubungkan masalah itu dengan kebakaran Amigos Adobe! Aku tidak berada di dekat gedung itu ketika api mulai berkobar. Aku berada di sini bersama kau!"
"Siapa pun yang bertanggung jawab atas kebakaran itu tidak perlu berada di dekat-dekat Amigos Adobe ketika api mulai berkobar," kata Beefy. "Paman dengar sendiri tadi, kebakaran itu disebabkan oleh suatu alat pengatur waktu yang menggunakan magnesium dan sebuah jam bertenaga baterai-semacam bom waktu! Alat itu dipasang dalam lemari di bawah tangga."
"Dan kau berpendapat bahwa aku yang melakukannya!" seru Will Tremayne.
"Aku tidak berkata demikian," ujar Beefy membela diri. "Aku hanya berpendapat bahwa dalam kasus ini tidak ada gunanya untuk mencari-cari alibi. Kemungkinan besar orang yang bertanggung jawab atas kebakaran itu berada jauh dari tempat kejadian ketika kebakaran itu terjadi."
"Grear!" kata Will Tremayne. "Pasti dia yang melakukannya. Ia memang membenciku. Dasar picik, ia membenci siapa saja yang tampil dengan bergaya. Atau Thomas! Kita tidak tahu apa-apa mengenai dia! Lagi pula ia baru bekerja selama tiga bulan di kantor kita!"
"Paman Will, bukankah Paman sendiri yang menerimanya sebagai pegawai?"
"Memang, tetapi hanya karena surat-surat referensinya begitu meyakinkan. Tetapi itu sebetulnya tidak berarti apa-apa!"
William Tremayne pergi ke meja makan dan membuka sebuah kotak yang biasanya berisi cerutu-cerutu kesukaannya.
"Dasar sial!" serunya. "Habis lagi!"
Ia menatap Beefy. "Pasti Grear atau Mrs. Paulson yang bertanggung jawab," katanya kemudian. "Mereka membenciku. Mereka tidak pernah mau terima kenyataan bahwa aku menggantikan tempat ayahmu. Tapi mungkin juga Thomas yang melakukannya. Kita tidak tahu apa-apa mengenai dia.
"Kau telah menyewa anak-anak ini untuk menemukan naskah brengsek milik bekas pemain film itu. Sekarang juga kau suruh mereka pergi ke apartemen Grear, ke rumah Mrs. Paulson, kemudian ke tempat Thomas. Perhatikan tingkah laku orang-orang itu setelah didatangi oleh petugas polisi tadi. Pelaku kejahatan itu akan merasa bahwa polisi telah mencium jejaknya. Ia akan berusaha melarikan diri, lihat saja nanti!"
Dengan pandangan tak berdaya Beefy menatap ketiga penyelidik muda itu.
"Tidak ada salahnya kalau kita mencobanya," ujar Jupe. "Kalau Anda bisa memberikan alamat orang-orang itu, maka kami akan segera berangkat."
"Oke," kata Beefy. Ia segera membuka buku catatannya dan membacakan alamat ketiga pegawainya itu. Bob mencatat dengan seksama.
"Hmm," gumam Jupe sambi! berpikir. "Sebaiknya kita memisahkan diri," katanya pada Pete dan Bob. "Aku akan menemui Mrs. Paulson. Pete pergi ke apartemen Mr. Grear, dan Bob bertugas untuk mendatangi Mr. Thomas." Ketiga anak itu meninggalkan apartemen Beefy. Pengusaha muda itu segera menyusul. "Kalian tidak sekadar ingin menyenangkan hati Paman Will, bukan?" tanyanya.
"Tidak," balas Jupe. "Kami sudah menyelidiki semua teman-teman lama Madeline Bainbridge. Sejauh ini, ternyata tidak seorang pun di antara mereka yang mempunyai kesempatan untuk mencuri naskah itu. Lagi pula mereka tidak tahu bahwa naskah itu disimpan di apartemenmu.
"Sekarang kami akan menyelidiki orang-orang yang memang mempunyai kesempatan untuk mengambil naskah itu. Baik Mr. Grear, Mrs. Paulson, maupun Mr. Thomas mendengar kau mengatakan bahwa naskah Miss Bainbridge berada di apartemenmu. Ketiganya juga dengan mudah dapat mengambil kunci pintu cadangan dari laci mejamu, untuk membuat kunci duplikat. Mudah-mudahan saja kunjungan petugas polisi tadi akan menimbulkan petunjuk-petunjuk baru.
"Ada satu hal yang dapat kaulakukan selama kami pergi," tambah Jupe. "Apa itu?" tanya Beefy.
"Pamanmu mengatakan bahwa ia bermain kartu dengan beberapa temannya. Dapatkah kau menghubungi mereka untuk menanyakan kebenaran hal itu?"
Beefy kelihatan terkejut. "Kalian mencurigai Paman Will?"
"Tidak," jawab Jupe. "Aku hanya ingin mendapatkan kepastian mengenai keterangannya itu." Beefy mengangguk.
"Kami akan kembali ke sini setelah petugas polisi tadi mengunjungi ketiga pegawai Amigo Press itu," kata Jupiter. Ketiga penyelidik itu melangkah pergi, meninggalkan Beefy yang berdiri di ambang pintu dengan muka masam.

Bab 13
PERANGKAP MAUT

HAROLD Thomas tinggal di sebuah apartemen kecil, tidak jauh dari apartemen Beefy. Di seberang tempat tinggalnya terdapat sebuah taman kecil. Pete duduk di salah satu bangku taman, lalu mulai mengawasi tempat tinggal Thomas itu.
Selama satu jam pertama tidak terjadi apa-apa. Pete baru saja ingin kembali ke tempat Beefy, ketika tiba-tiba sebuah sedan berwarna gelap berhenti di depan rumah Thomas. Petugas polisi yang mereka jumpai di kediaman Beefy tadi turun dari mobil dan memasuki bangunan apartemen itu.
Kunjungan petugas itu ternyata tidak berlangsung lama. Tidak sampai lima belas menit kemudian, ia keluar lagi dan meninggalkan tempat itu dengan mengendarai mobilnya. Pete tetap saja menunggu.
Setengah jam setelah itu, Harold Thomas muncul di ambang pintu. Ia nampak gelisah. Setelah menengok ke kiri dan ke kanan, dengan tergesa-gesa ia berjalan ke arah selatan.
Beberapa saat kemudian, Pete mulai mengikutinya di seberang jalan. Penyelidik kedua itu membuntuti Thomas sampai mereka akhirnya tiba di suatu daerah suram yang dipenuhi oleh bangunan-bangunan industri. Jumlah bangunan hunian dapat dihitung dengan jari. Keadaan rumah-rumah itu sangat menyedihkan. Cat tembok sudah mulai mengelupas di mana-mana, dan sebagian besar jendela ditutup dengan tirai-tirai yang sudah sobek-sobek.
Harold Thomas berhenti di depan salah satu bangunan hunian itu, dan memandang ke sekelilingnya. Pete segera bersembunyi di balik sebuah mobil yang diparkir di pinggir jalan. Setelah yakin tidak ada yang mengikutinya, Thomas menyeberang dan melewati pintu gerbang sebuah tempat pembuangan mobil bekas. Ia berhenti sebentar di pos jaga yang terdapat di samping pintu gerbang tadi, kemudian meneruskan langkahnya. Melalui pagar kawat yang mengelilingi tempat itu, Pete melihat Thomas melewati bangkai mobil dan tumpukan onderdil bekas yang diletakkan begitu saja di tanah.
Pete mengerutkan dahi. Untuk sesaat ia ragu-ragu untuk bertindak. Kemudian ia membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Jupiter seandainya penyelidik pertama itu yang sedang membuntuti Thomas. Akhirnya Pete memutuskan untuk meneruskan penyelidikannya. Jika ditanyai oleh petugas di pos jaga, maka ia akan mengatakan bahwa ia sedang mencari onderdil untuk mobil Cadillac buatan tahun 1947.
Tetapi pos jaga itu ternyata kosong. Pete memasuki tempat pembuangan mobil bekas itu. Dengan hati-hati ia berjalan di antara tumpukan mobil berkarat.
Mendadak Pete menghentikan langkahnya ketika mendengar suara pintu mobil membuka.
Penyelidik kedua berbadan tegap itu berusaha untuk menentukan dari mana suara itu berasal. Tiba-tiba dentingan logam kembali terdengar. Bunyi itu berasal dari balik tumpukan bangkai mobil berkarat di sebelah kirinya.
Pelan-pelan Pete bergerak maju dan mengintip melalui celah-celah tumpukan mobil tadi. Ia menahan napas. Harold Thomas ternyata berada di balik tumpukan itu. Pria itu berdiri di samping sebuah VW Combi berwarna abu-abu. Pintu samping mobil itu terbuka, dan di dalamnya terdapat sejumlah gulungan film berukuran besar. Pete sudah sering melihat gulungan seperti itu di studio tempat ayahnya bekerja.
"Cleopatra-gulungan I," ia membaca label nama yang tertempel pada salah satu gulungan. Gulungan lain ternyata ditandai dengan label bertulisan "Salem Story III".
Pete tidak berani bergerak. Dalam keheningan di tempat itu, seolah-olah ia dapat mendengar detak jantungnya sendiri.
Sesaat kemudian Harold Thomas menutup pintu tadi dengan keras. Ia berjalan memutari kendaraan itu, lalu duduk di belakang kemudi. Ia menghidupkan mesin, dan menjalankan kendaraan itu ke arah pintu gerbang. Untuk beberapa saat Pete diam terpaku di tempat.
"Gulungan-gulungan film itu!" pikirnya, seakan-akan tidak mempercayai apa yang baru saja ia lihat. Film-film yang dicuri dari laboratorium itu ternyata berada di tangan Harold Thomas!
Penyelidik kedua itu memaksakan diri untuk bergerak. Tanpa memperhatikan apa-apa lagi, ia berlari menuju pintu gerbang. Ketika mencapainya, ia masih sempat melihat mobil yang dikemudikan oleh Thomas itu menuju ke arah utara. Pete berusaha membaca nomor polisi kendaraan itu, tetapi tidak berhasil. Entah disengaja atau tidak, pelat nomornya tertutup debu tebal sehingga tidak terbaca.
Terburu-buru Pete berlari ke pos jaga. Ia menemukan sebuah meja, beberapa kursi reyot-dan sebuah telepon. Dengan tangan gemetar ia mengeluarkan nomor telepon Beefy dan memutarnya.
"Jangan-jangan mereka pergi," pikirnya ketika telepon Beefy tidak diangkat-angkat. Ia begitu tegang, sehingga sama sekali tidak menengok ketika tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di luar pos jaga. "Kalau pemilik tempat ini keberatan aku memakai teleponnya, aku akan mengatakan bahwa aku sedang menelepon polisi," katanya dalam hati.
Akhirnya Beefy mengangkat gagang teleponnya.
"Beefy, dengar," kata Pete cepat-cepat. "Ini Pete, aku berada di sebuah tempat pembuangan mobil bekas di daerah Thornwall. Tolong beri tahu Jupe dan Bob bahwa aku baru saja melihat..."
Sebuah bayangan gelap jatuh pada meja di hadapan Pete. Secara refleks anak itu menengok ke arah pintu pos penjaga. Namun sebelum sempat berbalik, sebuah benda tumpul telah menghantam bagian belakang kepalanya. Pandangan Pete menjadi kabur. Ia melepaskan gagang telepon, kemudian semuanya berubah menjadi gelap.
Ketika siuman kembali, ia berada di suatu tempat yang sempit dan berdebu. Kepalanya masih terasa sakit. Pete mencium bau oli dan karet bekas. Ia merasakan panas yang menyengat, tetapi tidak dapat melihat apa-apa, karena tempat itu diselimuti kegelapan. Penyelidik kedua itu mencoba bergerak, membalikkan badan atau meluruskan kaki, namun tidak berhasil. Ruangan itu terlalu sempit.
Ketika mencoba meraba-raba untuk mengetahui keadaan sekelilingnya, tangan Pete menyentuh permukaan logam yang kasar, seakan-akan termakan oleh karat dan waktu.
Pete akhirnya menyadari bahwa ia masih berada di tempat pembuangan mobil itu. Ia disekap dalam bagasi salah satu bangkai mobil. Matahari yang bersinar dengan terik menjadikan ruang bagasi itu panas bagaikan di neraka. Pete mencoba berteriak, namun tenggorokannya seperti tercekik oleh rasa panas dan takut.
Di luar, keadaannya sepi. Tidak ada suara siapa-siapa. Tidak ada orang yang dapat mengeluarkannya dari bangkai mobil itu. Pikiran Pete menjadi kalut, ia mulai putus asa.

Bab 14
NYARIS CELAKA

BEEFY melarikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, kemudian berhenti secara mendadak di depan gerbang tempat pembuangan mobil bekas tadi. Bob dan Jupe meloncat keluar dari mobil dan berlari menuju pos jaga. Penuh kekhawatiran Bob memandang pos jaga yang kosong itu.
"Di mana dia?" tanyanya. "Aku yakin Pete berada di tempat ini. Tidak ada tempat pembuangan mobil lain di daerah ini."
Dengan tergopoh-gopoh Beefy melewati ambang pintu. "Ada orang datang," katanya pada kedua penyelidik muda itu. "Kelihatannya salah seorang pegawai tempat ini."
Anak-anak itu segera keluar dari pos jaga. Seorang pria berambut hitam sedang berjalan mendekat. Ia mengenakan pakaian kerja yang nampak kumal.
"Selamat sore, namaku Jim. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan ramah ketika melihat Beefy dan anak-anak itu.
"Kami sedang mencari teman," Jupe menjawab pertanyaan Jim. "Ia telah menyuruh kami untuk menemuinya di sini. Apakah Anda melihat seorang pemuda berbadan kekar di sekitar tempat ini? Pemuda itu kira-kira seumur dengan kami."
"Sori," ujar pria berpakaian kerja itu. "Saya tidak melihat orang yang kalian cari itu."
"Tapi ia pasti berada di sini!" kata Jupe ngotot. "Anda yakin bahwa ia tidak ada di sini?" Suaranya mengandung nada cemas.
"Saya tidak melihatnya," jawab Jim dengan ketus. "Bukan salah saya kalau kalian tidak bertemu dengan teman kalian itu. Ini bukan tempat bermain-main! Jadi silakan pulang saja, saya harus kerja lagi. He! He! Mau ke mana?"
"Pete pasti ada di sini!" seru Jupe. Tanpa memperhatikan pria tadi, Jupiter melewatinya dan mengamati keadaan tempat itu dengan seksama. "Pete telah melihat sesuatu yang ia anggap penting. Karena itu ia menelepon ke tempat Beefy. Tetapi seseorang telah menyergapnya sebelum ia sempat memberi tahu apa yang dilihatnya. Pete ada di sekitar sini. Aku dapat memastikan hal itu."
Tiba-tiba Bob menarik lengan Jupe.
"Bangkai-bangkai mobil itu!" serunya. "Seandainya aku ingin melenyapkan seseorang dengan cepat, aku akan memasukkannya ke dalam ruang bagasi salah satu bangkai mobil itu."
Jim mengikuti kedua anak itu. "Kalian gila!" katanya singkat. Tetapi dalam ucapannya itu terselip nada ragu-ragu. "Tidak ada siapa-siapa yang disekap di dalam mobil-mobil itu. Kalian tentu hendak mempermainkanku, bukan?"
"Pete!" teriak Jupiter. "Pete! Di mana kau?"
Tidak ada jawaban.
"Kalian main-main, bukan?" tanya Jim sekali lagi. Ia menatap tumpukan bangkai-bangkai mobil yang telah mulai berkarat. "Di sini ada ratusan mobil yang masih mempunyai tutup bagasi," katanya kemudian. "Kalian bisa mencari seharian sebelum menemukan mobil yang tepat."
"Tidak," jawab Jupe dengan tegas. "Kalau Pete disekap di dalam salah satu bangkai mobil, maka kita akan menemukannya dengan cepat."
Jupe mulai berjalan menyusuri tumpukan bangkai mobil. Dengan cermat ia mencari petunjuk-petunjuk yang mungkin berguna. Beefy dan Bob mengikutinya. Jim membuntuti mereka. Ia nampak khawatir.
"Teman kalian bisa mati lemas kalau ia memang disekap dalam bagasi mobil," katanya dengan cemas.
Jupe tidak menjawab. Ia berhenti di samping sebuah bangkai sedan. Lapisan debu tebal menutupi bangkai mobil itu, sehingga warna kendaraan itu hampir tidak dapat dikenali. Hanya di sekitar tutup bagasi warna aslinya terlihat dengan jelas.
"Apakah tutup bagasi ini terbuka sebelumnya?" tanya Jupe. "Mungkin... aku tidak tahu pasti," jawab Jim.
"Tolong ambilkan linggis," kata Jupe. "Aku rasa Pete ada di dalam sini. Orang yang menyergapnya telah melihat tutup bagasi ini terbuka dan memasukkan Pete ke dalamnya. Ketika menutup pintu bagasi, lapisan debunya terusik!"
Pegawai tempat pembuangan mobil itu segera bertindak. Ia menghilang dan setelah beberapa saat kembali dengan alat yang diminta Jupe. Bersama Bob, ia lalu mencoba membuka tutup bagasi itu. Dengan susah payah mereka akhirnya berhasil.
"Pete!" seru Bob sambil melompat maju.
Pete meringkuk dalam ruang bagasi itu. Ia tidak bergerak.
"Ya, Tuhan!" seru Jim sambil berbalik. Ia berlari menuju pos jaga. Ketika ia kembali dengan membawa sebuah handuk basah, Pete telah siuman. Ia dipapah oleh Jupe dan Bob.
"Aku baik-baik saja," bisiknya dengan suara pelan. "Aku hanya kepanasan. Hampir tidak ada udara untuk bernapas di dalam tadi."
"Jangan bicara dulu," kata Jim sambil mengelap wajah Pete dengan handuk basah. "Aku akan memanggil polisi. Kalau kami terlambat sedikit saja, maka kau sudah menjadi mayat!" "Pete, apa yang terjadi?" tanya Jupiter.
Pete mengambil handuk basah tadi dan mengelap wajahnya sekali lagi. "Aku membuntuti Harold Thomas," ujarnya pada teman-temannya. "Ia menuju kemari, ke sebuah VW Combi berwarna abu-abu yang diparkir di sini. Aku melihat sejumlah gulungan film di dalam kendaraan itu."
"Astaga!" seru Bob setelah semuanya terdiam untuk beberapa saat.
"Film-film Madeline Bainbridge!" cetus Beefy. "Jadi film-film itu ada di tangan Thomas?"
"Kelihatannya begitu," jawab Pete. "Aku sempat membaca beberapa label nama yang tertempel pada gulungan-gulungan itu. Tidak lama kemudian, Thomas naik ke mobil itu dan pergi. Aku mencoba menghubungi kalian, tetapi disergap lebih dulu."
"Jadi Thomas yang mencuri film-film itu," kata Jupe. "Mungkin ia juga bertanggung jawab atas kebakaran yang menimpa Amigos Adobe. Barangkali ia dengan sengaja menimbulkan kebakaran itu agar perhatian orang-orang tercurah ke sana. Dengan demikian ia bisa bergerak dengan leluasa ketika mencuri film-film itu."
"Aku rasa ia tahu bahwa Pete sedang membuntutinya," kata Bob. "Ketika Pete kemudian menelepon Beefy, Thomas kembali dan menyergapnya."
"Tidak," kata Pete dengan dahi berkerut. Ia berusaha untuk mengingat kembali kejadian tadi. "Orang yang menyergapku tidak datang dari jalan. Ia mendekati pos jaga dari suatu tempat di antara tumpukan bangkai mobil." Bob segera memandang ke arah pegawai tempat pembuangan mobil itu.
"Bukan saya!" teriak Jim. "Saya tidak akan tega melakukan hal seperti itu. Saya sendiri juga punya anak. Kalau sewaktu-waktu saya menemukan anak-anak berkeliaran di tempat ini, saya paling-paling mengusir mereka. Saya tidak pernah menggunakan kekerasan."
"Kami percaya," jawab Jupe. "Tetapi kalau Pete yakin bahwa bukan Harold Thomas yang menyergapnya, maka hal itu berarti bahwa tadi masih ada orang lain di tempat ini."
"Oh, tentu saja!" seru Bob tiba-tiba. "Perampokan di laboratorium film itu memang dilakukan oleh dua orang. Rekan Thomas-lah yang menyergap Pete tadi!"
"Mereka cukup cerdik," kata Jupe. "Tidak akan ada orang yang mencurigai kendaraan mereka di antara ratusan bangkai mobil ini."
"Tapi coba kalau Anda membongkar kendaraan itu untuk mengambil onderdil-onderdil yang masih bisa dipakai!" kata Bob sambil menatap pegawai tempat pembuangan mobil itu.
"Mobil abu-abu itu?" tanya Jim. "Aku takkan menyentuhnya. Soalnya pemilik mobil itu telah minta izin untuk memarkir kendaraan itu di sini. Ia bahkan membayar untuk itu."
Jim kelihatan gelisah. "Apakah ada barang curian di dalamnya?" tanyanya kemudian. "Saya tidak tahu bahwa ada barang curian di dalam mobil itu. Saya orang jujur, saya tidak pernah menerima barang curian! Apakah kalian akan menghubungi polisi sekarang?"
"Apakah Anda menganggap hal itu perlu?" Jupe balik bertanya.
"Mereka tidak akan percaya bahwa saya tidak terlibat," jawab Jim, "padahal saya betul-betul tidak tahu apa-apa mengenai barang curian itu. Tetapi saya masih ingat pengemudi kendaraan itu, tingginya kurang lebih satu meter delapan puluh, rambutnya hitam dan disisir ke belakang."
"Thomas!" seru Beefy.
"Bukan itu namanya," ujar Jim. "Ia mengaku bernama Puck. Ia bercerita bahwa di dekat rumahnya tidak ada tempat parkir untuk kendaraannya. Karena itu ia menitipkan mobilnya di sini. Aku sama sekali tidak mencurigainya waktu itu, apalagi ia bersedia membayar sepuluh dolar setiap minggu."
"Sebaiknya kita tidak menghubungi polisi dulu," kata Jupiter. "Mereka tidak akan mempercayai keterangan kita. Kita harus memperoleh barang bukti dulu."
"Film-film curian itu merupakan barang bukti," kata Pete.
"Memang, tetapi Thomas tentu telah menyembunyikan film-film itu di suatu tempat yang aman. Mungkin... mungkin kita bisa menemukan barang bukti lain di tempat tinggalnya," kata Jupe. Pete berdiri dan mencoba melangkah.
"Bagaimana, kau baik-baik saja?" tanya Bob dengan nada khawatir. "Apakah kau bisa ikut?" "Aku sudah segar lagi sekarang."
"Kalau begitu kita berangkat sekarang juga," kata Jupiter. "Tapi kita harus lebih berhati-hati, karena Thomas mungkin telah dihubungi oleh rekannya. Ia mungkin telah menantikan kedatangan kita."

Bab 15
PARA TERSANGKA MENGHILANG

"AKU ikut," kata Beefy setelah memarkir mobilnya di depan tempat tinggal Harold Thomas.
"Boleh saja," jawab Jupe. Beefy yang berbadan tegap itu memang dapat membantu seandainya mereka terpaksa menggunakan kekerasan. Seseorang yang dapat memukul Pete sampai pingsan kemudian menyekapnya di dalam bagasi bangkai mobil tidak boleh dianggap enteng.
Ketiga penyelidik bersama Beefy memasuki bangunan apartemen itu. Mereka berjalan menyusuri sebuah lorong panjang dengan sejumlah pintu pada sisi kiri dan kanannya. Di samping salah satu pintu mereka menemukan papan nama bertulisan "Harold Thomas".
Beefy segera memencet bel. "Thomas?" ia memanggil. "Halo, Thomas?"
Tidak ada jawaban.
Setelah menunggu beberapa saat tanpa hasil, Jupe mencoba membuka pintu apartemen itu.
"Hati-hati," kata Bob setengah berbisik. "Orang-orang ini sangat berbahaya. Kau sendiri yang mengatakannya."
Dengan pelan-pelan Jupe membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Di hadapan mereka terdapat sebuah ruang tamu yang sepi dan nyaris tanpa perabot.
"Mr. Thomas?" ujar Jupe dengan keras. Ia memasuki ruang tamu itu dan melirik ke dapur yang bersebelahan dengan ruang tadi. Yang lain segera memeriksa ruang tidur. Mereka menemukan sebuah lemari pakaian dengan pintu terbuka. Di samping sejumlah gantungan pakaian, lemari itu tidak berisi apa-apa.
"Terlambat," kata Bob dengan kecewa. "Ia sudah kabur."
Jupe melihat jam tangannya. "Sudah hampir dua jam berlalu sejak Pete melihatnya mengemudikan mobil abu-abu itu. Jadi rekannya itu sudah sempat menghubunginya. Berdua mereka lalu menyembunyikan film-film itu di tempat lain. Setelah itu, Thomas kembali ke sini, membereskan barang-barangnya dan meninggalkan tempat ini."
Beefy hanya berdiri saja ketika anak-anak itu mulai memeriksa setiap sudut dari apartemen itu. Ternyata mereka tidak berhasil menemukan apa-apa.
"Thomas telah mempersiapkan diri dengan baik untuk melaksanakan kejahatan ini," kata Jupe akhirnya. "Ia kabur dari sini tanpa meninggalkan jejak. Untuk kali ini ia berhasil mengecoh kita.
"Tapi aku tidak heran. Lihat saja cara kerjanya ketika ia mencuri film itu. Perampokan itu dipersiapkan dengan baik. Thomas dan rekannya beraksi tepat pada hari film-film itu diserahkan ke laboratorium, pada saat semua karyawannya telah pulang-kecuali petugas yang bekerja lembur itu. Ketika melamar sebagai pegawai Amigo Press, Thomas sudah memperhitungkan bahwa dengan cara itu ia dapat mempelajari jadwal kegiatan sehari-hari dari laboratorium itu, karena gedungnya bersebelahan dengan kantor Amigo Press. Tapi dari mana ia tahu bahwa film-film itu dijual pada Video Enterprises, dan bahwa film-film itu diserahkan ke laboratorium itu?"
Jupe memandang ke arah Beefy. "Apakah Thomas sering berhubungan dengan Marvin Gray ketika Gray datang ke kantor Amigo Press?" tanyanya.
"Setahu saya tidak," jawab Beefy.
"Hmm," gumam Jupe. Pandangan matanya tertuju pada lantai di sebelah sofa. Ia membungkuk dan memungut sesuatu.
"Satu-satunya benda yang menunjukkan bahwa Thomas memang pernah tinggal di sini," katanya sambil menyerahkan sebuah kotak korek api pada teman-temannya. "Meja di samping sofa itu agak goyah. Aku rasa Thomas telah menggunakan kotak korek api ini untuk mengganjal salah satu kaki meja."
"Persis seperti dalam cerita-cerita Sherlock Holmes," ujar Bob dengan nada mengejek. "Berdasarkan suatu benda yang tergeletak di lantai, sang detektif kawakan langsung bisa bercerita panjang-lebar tentang pemilik benda itu, termasuk tempat lahir dan makanan kesukaannya. Nah Jupe, jangan mau kalah dengan Sherlock Holmes itu! Ceritakanlah apa yang dapat kaukemukakan mengenai kotak korek api itu."
Jupiter mengamati kotak itu dari segala sudut. Senyuman aneh tiba-tiba tersungging di bibirnya.
"Kotak korek api ini berasal dari Java Isles Restaurant," katanya kemudian. "Melihat alamat yang tercetak di sini, aku menduga bahwa letaknya di dekat Amigos Adobe. Mungkin saja Thomas sedang makan malam di sana ketika kebakaran itu terjadi."
"Lalu?" tanya Pete.
"Java Isles Restaurant adalah sebuah restoran Indonesia," Jupiter melanjutkan keterangannya. "Dan tiba-tiba semuanya menjadi jelas! Ketika Thomas hendak menitipkan kendaraannya di tempat pembuangan mobil bekas itu, ia mengaku bernama Puck. Di dalam salah satu karya Shakespeare terdapat seorang tokoh bernama Puck. Ia adalah makhluk halus yang selalu menimbulkan keonaran. Tokoh itu juga mempunyai nama lain, yaitu Robin Goodfellow!"
"Goodfellow?" teriak Bob dengan terkejut. "Charles Goodfellow adalah salah seorang bekas anggota kelompok penyihir yang dipimpin oleh Madeline Bainbridge!"
"Tepat sekali," jawab Jupe. "Dan satu-satunya yang tidak diketahui nasibnya. Kita tahu bahwa Charles Goodfellow dibesarkan di Belanda. Banyak orang Belanda yang suka masakan Indonesia, sebab negara itu pernah menjadi jajahan Belanda. Harold Thomas juga senang masakan Indonesia, terbukti oleh kunjungannya ke Java Isles Restaurant."
"Wah!" seru Pete. "Jadi Harold Thomas itu hanya nama samaran dari Charles Goodfellow!"
"Tapi bagaimana ia tahu tentang penjualan film-film itu?" ujar Jupiter kemudian. "Apakah ia memperoleh informasi itu secara kebetulan? Ataukah ia diberi tahu oleh seseorang, oleh Jefferson Long misalnya? Kita bisa menghabiskan satu hari penuh untuk mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Tetapi kita sudah dapat memastikan bahwa Thomas-lah yang melakukan perampokan itu."
"Mungkin Thomas juga yang mencuri naskah itu," kata Bob. "Ia tahu bahwa Beefy membawa pulang naskah itu. Tidak mustahil bahwa ia juga mempunyai kunci untuk membuka pintu apartemen Beefy. Barangkali ia telah mengambil kunci cadangan dari laci meja kerja Beefy dan membuat duplikatnya."
"Mungkin ia juga yang menimbulkan kebakaran itu," tambah Pete.
"Tapi untuk apa ia mencuri naskah itu?" tanya Beefy dengan heran. "Naskah itu tidak akan merugikannya."
Jupiter mengangkat bahu. "Siapa tahu?" tanyanya. "Mungkin saja Madeline Bainbridge menyinggung Thomas dalam salah satu ceritanya. Barangkali Thomas merasa bahwa cerita itu akan mempermalukannya."
"Sebaiknya kita hubungi polisi saja," kata Beefy sambil bangkit dari tempat duduknya. "Memang sulit untuk menjelaskan duduk perkaranya pada mereka, tetapi kita harus mencobanya. Film-film Miss Bainbridge terlibat dalam urusan ini, dan film-film itu tidak dapat dinilai dengan uang. Sebaiknya kita menghubungi polisi dari apartemenku saja. Kita sebenarnya tidak berhak masuk ke apartemen ini."
Selama perjalanan menuju apartemennya, Beefy menjadi semakin bersemangat. "Penemuan kita ini akan meringankan beban pikiran Paman Will!" katanya dengan gembira ketika membuka pintu apartemennya. "Kita telah dapat membuktikan bahwa Thomas terlibat dalam pencurian film-film itu. Kalau polisi bisa menemukan bukti bahwa ia juga bertanggung jawab atas kebakaran itu, maka Paman Will tidak perlu khawatir lagi!"
Beefy segera memanggil pamannya, namun tidak ada yang menjawab. "Aneh," kata Beefy. "Tadi pagi ia pergi tidak lama setelah kalian berangkat. Katanya mau main golf. Seharusnya ia sudah pulang sekarang."
Sambil mengerutkan dahi, Beefy pergi ke kamar tidur pamannya. Anak-anak yang tetap di kamar tamu mendengar Beefy membuka sebuah pintu lemari, dan mengobrak-abrik isinya.
Setelah beberapa lama, Beefy muncul kembali di ruang tamu.
"Ia pergi," katanya. "Paman Will rupanya kembali ke sini setelah kita semua pergi dan membawa barang-barangnya. Kopor yang biasa disimpan di atas lemarinya tidak ada di tempatnya. Ia... ia menjadi panik dan berusaha melarikan diri. Kalau begitu, kita tidak dapat menghubungi polisi. Mereka pasti menduga bahwa Paman Will yang bertanggung jawab atas kebakaran itu."
"Mereka pasti akan berpikir seperti itu apabila seorang tersangka tiba-tiba menghilang," kata Jupiter. "Tapi apakah kita bisa yakin bahwa William Tremayne memang tidak terlibat dalam kasus kebakaran itu?"

Bab 16
SANG BINTANG FILM

"SEBELUM kami berangkat tadi pagi, aku minta agar kau menghubungi teman-teman pamanmu, yang menurut keterangannya bermain kartu dengannya pada saat naskah itu hilang," kata Jupiter pada Beefy.
"Sudah kulakukan," balas Beefy. Pengusaha muda itu nampak letih. "Paman Will sampai di rumah temannya itu sekitar pukul 22.30. Ia mengaku bahwa ia terperangkap dalam kemacetan lalu lintas yang terjadi di Beverly Drive."
"Berarti ia mempunyai kesempatan untuk membakar Amigos Adobe, ia juga mempunyai kesempatan untuk mengambil naskah itu dari apartemen ini," kata Jupe.
Beefy mengangguk dengan lemah. "Aku tidak bisa membayangkan Paman Will tega membakar gedung itu. Namun aku menyadari bahwa ia mempunyai alasan untuk melakukannya, karena memang sedang kekurangan uang. Tetapi untuk apa ia membawa naskah itu?"
Jupiter mengerutkan dahi dan menggigit-gigit bibir bawahnya-suatu tanda bahwa ia sedang berpikir keras. "Apakah mungkin namanya disinggung dalam naskah Bainbridge itu? Apakah ia pernah mengenal Madeline Bainbridge? Aku ingat bahwa pamanmu itu selalu nampak kesal bila membicarakan bekas pemain film itu."
Jupiter akhirnya menyerah.
"Dari mana pun kita memandang persoalan ini, kita selalu kembali ke Madeline Bainbridge lagi. Hanya Miss Bainbridge yang tahu apa yang terdapat dalam naskah itu, dan hanya dia yang dapat mengemukakan siapa yang mempunyai alasan untuk mencoba mencegah penerbitan otobiografinya. Sebaiknya kita menghubunginya pada saat Marvin Gray tidak ada, soalnya manajernya itu selalu berusaha untuk menghalang-halangi setiap pertemuan dengannya."
"Tapi bagaimana kita bisa menghubunginya?" tanya Beefy. "Miss Bainbridge tidak bisa dihubungi melalui telepon. Ia tidak pernah bepergian. Malah mungkin ia tidak pernah membaca surat-surat yang ditujukan padanya."
"Kau bisa mengajak Gray untuk makan siang sambil membicarakan rencana penerbitan otobiografi Miss Bainbridge," Jupe mengusulkan. "Katakan padanya bahwa ada beberapa hal penting yang perlu segera dibicarakan. Pilihlah sebuah restoran yang terkemuka dan usahakan agar pembicaraan itu berlangsung beberapa jam. Dengan demikian kami mempunyai cukup waktu untuk menemui Madeline Bainbridge."
"Tapi... tapi apa yang harus kubicarakan dengan Gray?" tanya Beefy.
"Katakan saja bahwa naskah itu hilang," kata Bob.
"Tapi... tapi kalian akan menemukannya kembali, bukan?"
Jupiter menggeleng.
"Naskah itu telah hilang selama tiga hari, dan kemungkinan besar sudah dimusnahkan oleh para penjahat itu. Aku rasa kita tidak boleh terlalu berharap untuk memperolehnya kembali. Karena itu mau tidak mau kau harus melaporkan hal itu pada Gray. Sebaiknya kau meneleponnya sekarang dan membuat janji untuk bertemu dengannya. Katakan bahwa ada hal yang mendesak untuk dibicarakan."
Beefy mengeluh. "Baiklah, aku akan berusaha semampuku."
Ia pergi ke ruang sebelah dan menelepon Gray. Ketika kembali, Beefy mengatakan,
"Beres, aku membuat janji untuk besok siang. Kami akan bertemu di Restoran Coral Cove di Santa Monica pukul setengah satu."
"Baiklah kalau begitu," ujar Jupiter dengan mantap.
Pete nampak cemas. "Kau kelihatannya yakin sekali bahwa kita bisa menemui Madeline Bainbridge," katanya pada Jupe. "Bagaimana jika ia tidak mau membuka pintu kalau Marvin Gray tidak ada di tempat? Atau mungkin Clara Adams yang akan menghalangi kita untuk berjumpa dengannya. Dan ingat, mereka mempunyai seekor anjing penjaga. Kau tentu belum lupa pengalaman kita dengan anjing doberman mereka pada malam itu, bukan?"
"Aku tidak melupakan apa-apa," jawab Jupiter. "Kita dapat menemui Madeline Bainbridge-asal kita jangan cepat putus asa."
Namun pada keesokan siangnya, keyakinan Jupiter telah menipis. Dengan mengendarai sepeda masing-masing, ia bersama Bob dan Pete telah sampai di dekat pintu gerbang yang menuju rumah Miss Bainbridge. Mereka bersembunyi di semak-semak yang tumbuh di pinggir jalan kecil itu.
"Dari sini kita dapat melihat Marvin Gray kalau ia nanti pergi untuk menemui Beefy," ujar Jupe pada teman-temannya. "Mudah-mudahan ia tidak melepaskan anjing penjaga itu sebelum pergi. Ingat, jangan bergerak seandainya anjing doberman itu tiba-tiba muncul. Lebih baik diam di tempat lalu memanggil Madeline Bainbridge untuk menolong kita."
Bob mengintip ke arah jalan. Sebuah mobil sedan baru saja keluar dari pintu gerbang. "Awas, sebentar lagi Gray akan lewat," kata anak itu.
Sebuah Mercy berwarna gelap berlalu di depan anak-anak itu. Setelah mobil itu menghilang dari pandangan, Jupiter, Pete, dan Bob segera keluar dari persembunyian dengan membawa sepeda masing-masing. Mereka melewati pintu gerbang dan menuju rumah Bainbridge. Anjing doberman itu tidak kelihatan. Tetapi sewaktu ketiga remaja itu sampai di dekat teras dan turun dari sepeda masing-masing, mereka disambut oleh gonggongan anjing dari dalam rumah.
"Wah, ini dia!" keluh Pete.
Mereka menaiki tangga menuju teras, lalu Jupe memencet bel. Dengan hati berdebar-debar ketiga anak itu menunggu. Tidak ada sambutan. Jupiter kembali memencet bel.
"Miss Bainbridge!" ia memanggil. "Miss Adams! Tolong bukakan pintu!"
Anjing di dalam rumah itu semakin tidak tenang. Anak-anak itu mendengarnya mendengus-dengus sambil sekali-sekali menggonggong dengan keras.
"Sebaiknya kita pulang saja," ajak Pete.
"Miss Bainbridge!" Jupe memanggil sekali lagi tanpa mempedulikan ajakan Pete. "Siapa itu?" sebuah suara tiba-tiba bertanya dari balik pintu. "Hus, diam Bruno!"
"Miss Adams?" kata Jupiter. "Miss Adams, tolong bukakan pintu. Nama saya Jupiter Jones, saya membawa kabar penting untuk Anda."
Terdengar suara kunci diputar, dan sesaat kemudian pintu tadi terbuka sedikit. Sepasang mata biru menatap keluar. "Pergi dari sini," kata Clara Adams. "Kalian tidak tahu bahwa dilarang memencet bel ini? Tak seorang pun boleh memencet bel ini!"
"Saya harus bertemu dengan Miss Bainbridge," Jupe menjelaskan. "Saya disuruh datang ke sini oleh penerbit buku otobiografinya."
"Penerbit?" ujar Clara Adams mengulangi ucapan Jupe. "Saya tidak pernah tahu bahwa Madeline hendak menerbitkan sesuatu."
Clara Adams mundur selangkah dan membuka pintu. Rambutnya acak-acakan. Ia menatap Jupe dengan matanya yang biru, namun entah mengapa ia seperti tidak dapat melihat anak itu dengan jelas.
"Miss Adams?" Jupe bertanya dengan hati-hati. "Anda sakit?" Wanita itu hanya berkedip, seakan-akan berusaha menahan kantuk. Anjing yang sejak tadi diam, kembali menggeram.
"Apakah Anda keberatan untuk mengurung anjing ini?" tanya Jupe. "Ia membuatku menjadi gelisah."
Clara Adams meraih ikat leher anjing itu, dan dengan langkah gontai membawanya menuju ke dapur. Setelah mengikatnya, ia menutup pintu dapur.
"Madeline?" ia memanggil. "Madeline, kau di mana? Ada tamu yang ingin menemuimu."
Jupe memandang ke sekelilingnya. Mereka berada di ruang tamu yang nyaris tanpa perabot itu. Ia melihat ruang makan, dan bangku panjang tanpa sandaran yang terdapat di dalamnya. Tidak ada suara kecuali detak jam dinding di ruang tamu itu.
"Tempat ini menyerupai sebuah istana dongeng," katanya kemudian. "Tidak ada yang bergerak. Tidak ada yang datang atau pergi."
"Datang atau pergi?" tanya Clara Adams dengan terkantuk-kantuk. "Siapa yang mau datang kemari? Kami tidak pernah menerima tamu lagi. Dulu tempat ini memang sangat ramai, tetapi sekarang sudah tidak lagi. Dan kalau Marvin tidak ada..." Ia berhenti berbicara. Nampaknya ia sedang memikirkan sesuatu. "Apa yang terjadi kalau Marvin tidak ada di rumah?" katanya pada dirinya sendiri. "Aku tidak dapat mengingatnya. Sepertinya ia selalu ada di rumah. Tapi di mana dia sekarang?"
"Aku rasa ia berada di bawah pengaruh obat bius," Pete berbisik pada Jupiter.
"Aku sependapat," ujar Jupe menyetujui ucapan temannya itu. Ia berbalik dan menatap Clara Adams. "Madeline Bainbridge ada di mana?" desaknya.
Clara Adams hanya melambaikan tangan dengan lemah, kemudian terduduk pada sebuah kursi. Segera saja ia kembali tertidur.
"Ada yang tidak beres di sini!" seru Bob.
Ketiga anak itu mulai memeriksa seluruh rumah itu, bermula dari ruangan-ruangan di lantai bawah. Pete yang pertama-tama naik ke lantai dua. Di sebuah kamar tidur dengan jendela menghadap ke laut, ia menemukan Madeline Bainbridge. Wanita itu sedang berbaring di atas sebuah tempat tidur besar yang terbuat dari kayu. Ia mengenakan sebuah gaun panjang berwarna coklat. Tangan-tangannya terlipat pada dadanya. Wajahnya sangat tenang. Untuk sesaat Pete menyangka bahwa wanita itu sudah tidak bernapas.
Dengan hati-hati Pete menyentuh bahunya. "Miss Bainbridge?" katanya dengan lembut.
Wanita itu tidak bereaksi. Pete mengguncangkannya, dan memanggil namanya berulang-ulang. Namun Madeline Bainbridge tidak bangun. Ia tetap saja tidak menjawab.
"Jupe!" seru Pete. "Bob! Cepat kemari! Aku menemukan Madeline Bainbridge, tapi... tapi aku khawatir kita sudah terlambat!"

Bab 17
KOMPLOTAN RAHASIA

"AKU akan memanggil dokter," kata Bob. "Jangan-jangan ia..." "Tunggu dulu," sela Pete. "Ia sudah mulai siuman."
Madeline Bainbridge terbatuk-batuk, kemudian membuka mata. Ia nampak lelah dan mengantuk.
"Miss Bainbridge, saya membuatkan secangkir kopi untuk Anda," kata Bob. "Anda harus minum sedikit."
"Madeline!" Clara Adams duduk di tepi tempat tidur sambil memegang cangkir kopinya sendiri. "Bangunlah! Anak-anak muda ini begitu mengkhawatirkan keadaanmu. Mereka mengatakan bahwa Marvin memberikan obat tidur pada kita."
Madeline Bainbridge berusaha untuk duduk. Dengan setengah sadar ia meraih cangkir kopi yang disodorkan oleh Bob. Ia minum sedikit, kemudian meletakkan cangkir tadi pada meja di sebelah ranjangnya. "Kalian siapa?" tanyanya pada Jupiter, Bob, dan Pete. "Sedang apa kalian di sini?"
"Minumlah dulu, setelah itu akan saya ceritakan semuanya," kata Jupe. "Anda harus benar-benar sadar untuk dapat memahami cerita kami."
Ketika Madeline Bainbridge sudah betul-betul terjaga, Jupe mulai menjelaskan maksud kedatangan mereka bertiga. "Kami bekerja untuk Beefy Tremayne," katanya. "Kami sedang membantunya untuk menemukan kembali naskah Anda."
"Naskah apa?" tanya Madeline Bainbridge dengan heran. "Saya tidak mengerti!" "Naskah otobiografi Anda, tentunya," jawab Jupe.
"Otobiografi saya? Tapi saya belum menyelesaikannya. He, saya sudah pernah melihat kalian! Kalian yang bersembunyi di antara pohon-pohon di belakang rumah ketika kami sedang mengadakan..."
"Anda pada waktu itu sedang melaksanakan upacara Sabbat," kata Jupiter. "Kami sudah mengetahui semuanya."
Jupe kemudian menunjukkan sebuah botol kecil berisi pil-pil kepada aktris itu. "Kami menemukan botol ini di kamar mandi belakang. Isinya sejenis obat tidur. Kami menduga bahwa Marvin Gray memasukkan obat ini ke dalam makanan atau minuman Anda dan Miss Adams. Dengan cara itu ia memastikan bahwa Anda tidak dapat membukakan pintu untuk tamu atau menerima telepon selama ia keluar rumah."
Aktris itu mengamati botol kecil itu, kemudian berkata,
"Kami minum teh yang Marvin buatkan untuk kami."
"Apakah hal seperti ini sudah pernah terjadi sebelumnya?" tanya Bob.
"Pada suatu sore beberapa hari yang lalu, saya tiba-tiba mengantuk sekali dan langsung tertidur. Kejadiannya sangat aneh. Clara juga tertidur pada sore itu."
"Hal itu kemungkinan besar terjadi sewaktu Gray membawa naskah itu ke kantor Beefy Tremayne," ujar Jupe.
"Kamu selalu berbicara mengenai sebuah naskah dan seseorang bernama Beefy Tremayne," ujar Madeline Bainbridge. Suaranya kini sudah jelas dan tegas. "Apa sebetulnya yang sedang kamu bicarakan itu?"
Jupiter menjelaskan duduk persoalannya. Bob dan Pete sekali-sekali melengkapi keterangan penyelidik pertama itu. Mereka bercerita mengenai penyerahan naskah itu kepada Amigo Press. Mereka juga menyinggung kebakaran Amigos Adobe, dan pencurian naskah tadi dari apartemen Beefy.
"Tanda tangan Anda ada pada kontrak penerbitan otobiografi Anda," kata Jupiter. "Saya rasa dipalsukan."
"Pasti," kata Madeline Bainbridge. "Saya tidak pernah menandatangani kontrak semacam itu. Dan naskah otobiografi itu masih saya simpan di rumah ini. Tadi malam saya masih sempat menulis-nulis. Coba kalian buka peti besar itu," tambahnya sambil menunjuk peti yang terdapat di salah satu pojok ruangan.
Pete membuka peti itu, dan ketiga anak itu segera memeriksa isinya. Mereka menemukan setumpukan kertas, semuanya ditulisi dengan tulisan tangan.
"Rupanya Marvin Gray telah menyalin naskah ini," kata Bob. "Lalu ia menyerahkan salinan itu pada Beefy Tremayne. Namun saya tidak tahu apakah kemudian ia menyuruh seseorang untuk mencuri naskah itu. Charles Goodfellow misalnya?"
"Goodfellow?" ujar Madeline Bainbridge dengan terkejut. "Pencuri itu kembali lagi?"
"Goodfellow pernah mencuri?" tanya Jupe.
"Ya, saya memergokinya ketika ia hendak mengambil sebuah kalung berlian dari kamar ganti saya pada pembuatan film Katerina Agung dari Rusia, "jawab Miss Bainbridge. "Pada waktu itu saya hendak memanggil polisi, tetapi ia membujukku untuk tidak melakukannya. Ia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Kemudian, pada saat pembuatan film The Salem Story saya mendengar ia menggerayangi dompet-dompet para aktris."
"Dasar pencuri licik," kata Bob. "Apakah Anda menyinggung kejadian-kejadian itu di dalam otobiografi Anda?"
"Barangkali. Kalau tidak salah saya memang mengungkapkan kejahatan-kejahatannya itu."
"Berarti Goodfellow mempunyai alasan untuk mencuri naskah itu," Bob menyimpulkan. "Walaupun kini ia menggunakan nama palsu, ia khawatir bahwa kejahatannya di masa lampau akan terbongkar. Dan dengan pencurian film-film itu dari laboratorium-"
"Film-film apa?" Madeline Bainbridge kembali bertanya dengan heran.
"Film-film yang Anda jual pada Video Enterprises," ujar Jupe. "Anda tentu mengetahui bahwa negatif-negatif semua film Anda telah dijual pada perusahaan tersebut, bukan? Ataukah penjualan itu juga merupakan akal bulus Marvin Gray?"
"Oh, tidak! Saya memang menyetujui rencana penjualan film-film itu," kata bekas pemain film itu cepat-cepat. "Marvin-lah yang mengadakan perundingan, sedangkan saya hanya menandatangani kontraknya saja. Tapi film-film itu dicuri, kata kalian?"
"Betul," jawab Jupe. "Pencurian itu terjadi di sebuah laboratorium yang bersebelahan dengan Amigos Adobe. Para pencuri kini menuntut uang tebusan. Tetapi kami yakin bahwa film-film itu berada di tempat yang aman, dan bahwa uang tebusan itu akan dibayar. Anda tidak perlu khawatir."
"Apakah Anda mengetahui bahwa Jefferson Long datang kemari untuk mewawancarai Anda pada malam pencurian itu terjadi?" tanya Jupiter kemudian. "Ia kini bekerja sebagai wartawan kriminal pada salah satu stasiun TV swasta."
"Tidak!" kata Madeline Bainbridge. "Saya tidak tahu bahwa Jefferson Long datang ke sini. Marvin hanya mengatakan bahwa sejumlah tamu akan berkunjung untuk urusan bisnis. Ketika mereka datang, saya tinggal di atas seperti biasanya. Saya memang menugaskan Marvin untuk menangani semua urusan dengan dunia luar."
"Anda juga bersembunyi ketika Beefy dan saya datang kemari," kata Jupe. "Miss Bainbridge, Anda telah menempatkan diri dalam posisi yang berbahaya dengan tidak menjalin hubungan dengan orang-orang di luar rumah ini."
Aktris itu mengeluh. "Selama ini saya mempercayakan semua urusan saya pada Marvin. Ternyata ia hanya memperhatikan kepentingannya sendiri."
"Rupanya ia bermaksud menggunakan uang muka yang akan diperoleh dari Amigo Press untuk dirinya sendiri," kata Jupe.
"Kurang ajar!" seru bekas pemain film itu. "Tapi saya tidak heran. Sejak dulu ia memang sudah mata duitan. Tapi bahwa ia tega memakai obat bius untuk mencapai tujuannya! Aduh! Memuakkan sekali!"
"Tidakkah Anda tertarik untuk mengetahui seberapa jauh ia telah menipu Anda dan apa rencananya selanjutnya?" tanya Jupe. "Untuk sementara, Anda jangan perlihatkan bahwa Anda telah mengetahui niat jahatnya. Bila Marvin Gray nanti pulang, Anda dan Miss Adams pura-pura masih tidur. Selanjutnya perhatikanlah gerak-geriknya. Saya akan memberikan nomor telepon kami pada Anda."
"Ayo, Madeline, mari kita jebak bajingan itu!" ajak Clara Adams. "Sudah sejak lama aku hendak mempermainkannya. Marvin selalu begitu serius."
"Ini akan menyenangkan sekali," ujar Madeline Bainbridge. "Sebetulnya saya tidak mempunyai alasan untuk mempercayai omongan kalian," lanjutnya kemudian, "tapi entah mengapa, saya yakin bahwa kalian mengatakan yang sebenarnya. Saya jadi ingin tahu apa yang hendak diperbuat oleh Marvin."
"Ia pasti sudah menyiapkan rencana selanjutnya," kata Bob sambil menunjukkan sebuah kotak korek api. "Aku menemukan kotak ini di dapur ketika hendak menyalakan kompor untuk membuat kopi tadi. Kotak korek api ini berasal dari Restoran The Java Isles, restoran yang juga pernah dikunjungi oleh Thomas."
"Berarti Gray dan Thomas mungkin bersekongkol," Jupe berkata. "Di samping pencurian naskah itu, Gray barangkali juga terlibat dalam pencurian film-film itu, dan bahkan dalam peristiwa kebakaran Amigos Adobe."
"Wah, kejadian ini makin seru saja," ujar Clara Adams. "Seperti dalam film-film kuno di mana sang korban membantu para detektif. Kita pasti akan berhasil meringkusnya!"

Bab 18
MENCARI BARANG BUKTI

PADA pukul empat kurang beberapa menit, Trio Detektif tiba di apartemen Beefy. Mereka menemukan pengusaha muda itu sedang berjalan mondar-mandir sambil merenung.
"Bagaimana acara makan siang bersama Gray tadi?" Bob menegurnya dengan ceria.
"Biasa saja," jawab Beefy, "tidak terlalu berhasil, kalau ditinjau dari segi bisnis. Aku memesan makanan paling mahal di restoran itu, dan aku juga memesan beberapa gelas bir untuk Gray. Semuanya disikat habis! Setelah ia kenyang, baru aku menyampaikan kabar buruk mengenai naskah Miss Bainbridge itu.
"Mula-mula rupanya ia belum mengerti bahwa naskah itu hilang. Ia terus saja mengoceh mengenai Jefferson Long. Gray bercerita bahwa ia sangat terkejut ketika mengetahui bahwa Jefferson Long ditugaskan untuk mewawancarai Madeline Bainbridge sehubungan dengan pencurian film itu. Gray memang membenci Jefferson Long. Mungkin ia menaruh dendam pada Long karena pernah diremehkan ketika masih bekerja sebagai sopir Bainbridge."
"Menarik sekali," Jupe berkomentar.
"Ketika Gray akhirnya menyadari bahwa naskah Bainbridge itu hilang, ia megap-megap untuk beberapa detik. Setelah berpikir sejenak, Gray lalu mengatakan bahwa kejadian itu tidaklah separah yang aku bayangkan. Ia berkata bahwa Miss Bainbridge mungkin tidak keberatan untuk mengulangi penulisan naskah itu sekali lagi-dengan syarat bahwa jumlah uang muka menjadi dua kali lipat."
Beefy menutupi wajahnya dengan kedua belah tangannya.
"Dasar sial!" katanya. "Amigo Press harus mulai dari bawah lagi, dan aku harus mencari kantor dan staf baru. Untuk mulai bekerja lagi aku membutuhkan uang, dan tanpa Paman Will aku tidak mempunyai sepeser pun! Bahkan Paman Will pun belum tentu dapat membantu, karena mungkin ia harus mempertanggungjawabkan kebakaran itu. Pihak asuransi tentu tidak akan memberikan ganti rugi pada seseorang yang membakar miliknya sendiri. Lalu Gray datang dan dengan seenaknya menganjurkan agar aku membayar uang muka dua kali lipat dari jumlah yang telah ditentukan, hanya untuk memperoleh kembali naskah Miss Bainbridge itu!"
Beefy menatap ketiga anak itu. "Mudah-mudahan acara makan siang tadi tidak sekadar membuang-buang uang saja," katanya. "Bagaimana hasil pembicaraan kalian dengan Madeline Bainbridge? Apakah kalian berhasil menemuinya?"
Bob tersenyum lebar, dan mengeluarkan buku catatan dari kantung bajunya. Secara singkat ia melaporkan hasil pertemuan mereka dengan Madeline Bainbridge. Wajah Beefy berangsur-angsur cerah kembali. Ketika Bob menyelesaikan laporannya, Beefy telah kembali tersenyum.
"Aku selamat!" serunya dengan gembira. "Aku tidak perlu membayar uang muka itu!"
"Kami juga menemukan bukti bahwa Gray pernah mengunjungi Restoran The Java Isles," tambah Bob. "Kau tentu ingat bahwa Thomas juga pernah makan di restoran itu. Ada kemungkinan bahwa Gray yang memberi tahu Thomas tentang penjualan film-film itu. Aku takkan heran kalau Gray terlibat dalam kejahatan itu."
"Siapa tahu Gray juga yang bertanggung jawab atas kebakaran Amigos Adobe?" ujar Beefy. "Tapi kita harus membuktikannya dulu. Apakah ada petunjuk bahwa Gray terlibat? Bukankah pelakunya harus membeli magnesium itu terlebih dahulu?"
"Tentu saja ia harus mendapatkan bahan itu terlebih dahulu," kata Jupiter dengan ceria. "Nah, tiba-tiba kasus ini sudah lebih jelas. Beefy, apakah kami boleh memeriksa apartemenmu sekali lagi?" "Apa yang hendak kaucari?" tanya Beefy sambil menegakkan duduknya. "Magnesium itu," jawab Jupiter.
"Jupe, jangan main-main! Apakah kau menduga bahwa Paman Will yang bertanggung jawab atas kebakaran itu? Aku tahu bahwa pamanku itu bukannya tanpa dosa, tetapi bisakah kau membayangkan Paman Will membakar Amigos Adobe, gedung kantor milikku, milik keponakannya sendiri?"
"Tidak," ujar Jupiter, "dan aku juga tidak menuduhnya demikian." Penyelidik pertama itu berdiri tanpa bergerak dengan kepala miring ke sebelah kiri. Ia seakan-akan sedang mendengarkan suara-suara yang tidak dapat didengar oleh yang lain.
"Aku telah menemukan beberapa kejanggalan dalam kasus ini," katanya kemudian. "Sekarang aku baru tahu apa yang menimbulkan kejanggalan-kejanggalan itu. Petunjuknya ada di apartemen ini, aku dapat memastikan hal itu."
"Jupe sedang mendapatkan ilham," Bob menjelaskan ketika melihat Beefy menatap penyelidik pertama itu dengan bingung.
"Tenang saja," tambahnya kemudian, "otak Jupe dapat diandalkan!"
"Aku akan memeriksa apartemenmu," kata Jupe. "Dan aku ingin mulai di kamar pamanmu." "Hmm... silakan," kata Beefy. "Kalau menurutmu ada gunanya...."
Beefy mengantar ketiga anak itu ke suatu ruang tidur besar dengan jendela yang menghadap ke selatan. Jupe langsung menuju lemari pakaian, yang berisi beberapa lusin jas berpotongan rapi. Dengan seksama Jupe mulai memeriksa isi kantung semua jas yang ada. Setelah beberapa menit, ia menemukan sesuatu.
"Nah, ini yang aku cari," katanya sambil menunjukkan suatu lempengan logam pada kawan-kawannya.
"Magnesium?" tanya Bob.
"Magnesium!" balas Jupe dengan yakin.
Penyelidik pertama itu nampak puas dengan hasil temuannya. Dengan serius ia menambahkan,
"Sekarang aku yakin bahwa William Tremayne tidak bertanggung jawab atas kebakaran yang menimpa Amigos
Adobe itu. Ia hanya melarikan diri karena bingung menghadapi tuduhan bahwa ia yang mendalangi kebakaran itu.
Seandainya benar-benar bersalah, ia pasti tidak akan meninggalkan magnesium ini di kantung jasnya." Telepon di samping tempat tidur tiba-tiba berdering.
"Kau saja yang menerima telepon itu," kata Jupe pada Beefy. "Aku telah memberikan nomor telepon ini pada Madeline Bainbridge. Ia berjanji untuk menelepon kemari atau ke markas besar kami di Rocky Beach apabila Marvin Gray menunjukkan kelakuan yang tidak seperti biasanya. Telepon ini mungkin dari Miss Bainbridge."
Beefy mengangkat gagang telepon. Sejenak ia terdiam, kemudian ia menyerahkan gagang telepon pada Jupiter. "Dari Madeline Bainbridge," katanya pada anak itu. "Ia mau bicara denganmu."

Bab 19
MEMASANG PERANGKAP

JUPITER tersenyum lebar ketika mendengarkan laporan Madeline Bainbridge.
"Baiklah kalau begitu, Miss Bainbridge," ia berkata akhirnya. "Saya memang mengharapkan kejadian seperti ini. Namun Anda perlu ingat bahwa Marvin Gray akan mencoba membius Anda. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap makanan atau minuman yang ia tawarkan pada Anda. Jangan lupa memperingatkan Miss Adams. Ia pasti juga ingin mengetahui apa yang terjadi pada waktu Gray menerima tamunya. Tetapi tentunya Anda harus pura-pura tidur, karena kalau Anda bangun, Gray akan curiga.
"Saya yakin kita akan berhasil memecahkan rangkaian kejahatan ini serta memperoleh bukti-bukti yang kuat. Namun sebaiknya Jefferson Long juga hadir."
Kembali Jupiter mendengarkan lawan bicaranya. Kemudian ia menjawab,
"Saya kira tidak sulit," katanya. "Anda dapat menghubungi Jefferson Long melalui Video Enterprises. Ia bekerja di perusahaan itu. Katakan saja padanya bahwa Anda ingin mengemukakan sebuah peristiwa yang melibatkan dirinya dalam otobiografi Anda. Tambahkan bahwa Anda perlu membicarakan hal itu dengannya, berhubung peristiwa itu menyangkut nama baiknya. Dengan cara itu Long pasti akan datang. Mintalah agar ia datang pukul sembilan."
Jupe menunggu beberapa saat, kemudian mengangguk sambil tersenyum.
"Baiklah," katanya. "Kami akan datang. Dan tolong agar anjing Anda diikat."
Jupe meletakkan gagang telepon. "Madeline Bainbridge mendengar Gray berbicara dengan seseorang bernama Charlie melalui telepon. Ia minta agar orang itu datang malam ini juga, karena uang untuknya sudah dipersiapkan." "Charles Goodfellow!" seru Pete.
"Aku juga berkeyakinan bahwa orang itulah yang dimaksud," kata Jupiter. "Apabila Miss Bainbridge berhasil membujuk Jefferson Long agar datang ke rumahnya, maka kita akan dapat menyelesaikan semua persoalan sekaligus. Aku rasa pertemuan antara Long, Gray, dan Goodfellow itu akan berlangsung dengan seru. Siapa yang ingin ikut ke rumah Miss Bainbridge?"
"Pakai tanya segala," ujar Pete. "Tentu saja aku akan ikut!"
"Apakah aku boleh ikut juga?" tanya Beefy.
"Justru itu yang aku harapkan," jawab Jupiter. "Sebaiknya kau juga mengajak pamanmu. Ia sudah cukup menderita selama ini."
"Agar dapat mengajaknya, kita harus menemukannya terlebih dulu," Beefy berkata. "Di mana ia biasa membeli cerutunya?" tanya Jupe tiba-tiba. "Apa?" tanya Beefy terkejut.
"Kemarin pagi persediaan cerutunya habis," Jupe mengingatkan Beefy. "Menurut pengamatanku, jenis cerutu yang diisap oleh William Tremayne termasuk langka, dan hanya dijual di toko-toko tertentu. Apakah perkiraanku itu tepat?"
Beefy mengangguk. "Paman Will biasa mengisap cerutu yang diimpor dari Belanda. Di dekat sini hanya ada beberapa toko yang menjual jenis cerutu itu."
"Apakah ia membawa mobilnya?" tanya Jupe.
Kembali Beefy mengangguk.
"Kalau ia berkendaraan, maka cerutu-cerutu itu mungkin tidak dapat membantu. Tetapi perasaanku mengatakan bahwa ia tidak pergi jauh. Kemungkinan besar ia hanya bersembunyi di dekat-dekat sini saja." Jupiter berpikir sejenak.
"Namun di mana pun ia berada, ia pasti membutuhkan cerutunya," penyelidik pertama itu menyimpulkan. "Dalam keadaan cemas seperti sekarang, ia pasti merokok lebih banyak daripada dalam keadaan normal. Hal itu merupakan gejala lumrah seorang perokok. Apakah kau tahu di mana ia biasa membeli cerutunya?"
"Di toko langganannya," jawab Beefy. "Letaknya di Burton Way, sebuah jalan kecil dekat pusat kota. Mereka menyediakan cerutu itu khusus untuk Paman Will."
"Aku berani bertaruh bahwa pamanmu pernah mengunjungi toko itu dalam waktu dua puluh empat jam terakhir," ujar Jupe dengan yakin.
Beberapa menit kemudian, Beefy bersama Trio Detektif sudah berada di dalam mobil pengusaha muda itu. Mereka menuju Burton Way.
"Sebaiknya kau saja yang menanyai penjaga tokonya," Jupiter berkata. "Orang itu pasti akan merasa janggal apabila salah seorang di antara kami yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan padanya. Katakan bahwa kau baru bertengkar dengan pamanmu itu dan bahwa pamanmu itu kemudian menghilang tanpa meninggalkan kabar."
"Seperti sandiwara murahan saja," Beefy mengemukakan keberatannya.
"Jangan khawatir. Penjaga toko itu pasti akan mempercayaimu," ujar Jupe. "Ia tidak akan curiga. Lain halnya apabila kau mengatakan bahwa pamanmu menghilang karena dicari oleh polisi."
Beefy tertawa geli. Tidak lama kemudian ia menghentikan kendaraannya di depan sebuah toko bernama The Humidor. "Apakah kalian mau ikut ke dalam?" tanyanya pada ketiga anak itu.
"Kau saja yang ikut, Jupe," usul Bob. "Kelihatannya aneh kalau kita semua ikut."
Jupe dan Beefy turun dari mobil dan masuk ke toko itu. Di dalamnya mereka berhadapan dengan seorang pria berambut putih yang sedang membaca koran.
"Mr. Tremayne, selamat sore," tegur pria itu ketika melihat Beefy. "Apakah paman Anda sudah kehabisan cerutu lagi?"
"Belum," jawab Beefy. "Bukankah baru kemarin ia membeli cerutu?"
"Memang," ujar penjaga toko itu sambil mengangguk. "Kalau begitu, apa yang bisa saya bantu?"
"Saya... saya kemarin bertengkar dengan paman saya, dan setelah itu ia menghilang begitu saja. Saya ingin bertemu dengannya untuk... untuk minta maaf. Apakah... apakah ia menyinggung ke mana ia hendak pergi?" "Tidak, ia tidak mengatakan apa-apa." Jupiter membisikkan sesuatu ke telinga Beefy. "Apakah ia bawa mobil?" tanya Beefy kemudian.
"Saya rasa tidak," jawab penjaga toko itu. "Kelihatannya ia jalan kaki. Aku hanya melihat ia belok ke kanan ketika meninggalkan toko ini. Mudah-mudahan hal itu dapat membantu." "Terima kasih," ujar Beefy. "Terima kasih banyak." Beefy segera keluar dari toko itu dan kembali ke mobilnya.
"Wah, aku hampir saja kehabisan akal di dalam," katanya. "Aku tidak tahu lagi apa yang harus kutanyakan. Untung saja Jupiter ikut masuk."
Jupiter tersenyum lebar. "Penjaga toko itu mengatakan bahwa pamanmu pergi dengan berjalan kaki. Berarti ia tinggal di daerah sekitar sini. Ayo, Beefy, jalankan mobilmu. Kita akan mengamati semua bangunan di sepanjang jalan ini."
Beefy menghidupkan mesin mobilnya. Dengan pelan-pelan ia mengemudikan kendaraannya menyusuri jalan itu, sementara Jupiter dan teman-temannya memperhatikan setiap bangunan dengan cermat. Tiba-tiba Bob menunjuk ke arah sebuah motel kecil di sebelah kiri jalan.
"Aha!" kata Jupiter. "Tempat itu cocok sekali dengan selera Mr. William Tremayne. Dan papan iklan di depannya mengatakan bahwa motel itu menyediakan garasi tertutup bagi para tamu. Dengan demikian ia dapat menyembunyikan mobilnya dari pandangan orang-orang yang lalu-lalang dijalan ini."
"Satu-satunya garasi dengan pintu tertutup adalah garasi nomor dua puluh tiga," kata Pete. "Kita bisa menghubungi pemilik motel ini untuk menanyakan nama tamu yang menggunakan garasi itu."
Beefy memarkir mobilnya di halaman motel. Setelah menemui pemilik motel, ia bersama Trio Detektif langsung menuju kamar yang ditunjukkan oleh orang itu. Segera saja ia mengetuk pintu kamar itu.
"Paman Will!" Beefy memanggil. "Buka pintu!"
Tidak ada jawaban.
"Mr. Tremayne, kami tahu bahwa Anda ada di dalam," kata Jupe. "Kami akan menangkap orang yang bertanggung jawab atas kebakaran itu. Kami sudah memperoleh petunjuk yang dapat membuktikan perbuatannya dan kami berharap Anda bersedia membantu memasang perangkap untuk menjebak pelaku kejahatan itu."
Untuk beberapa saat tidak ada reaksi. Lalu pintu kamar itu dibuka dari dalam.
"Baiklah kalau begitu," kata William Tremayne. "Kalian boleh masuk, kalau mau. Aku rasa hal itu perlu dibicarakan lebih lanjut."

Bab 20
KUNJUNGAN TAK TERDUGA

MENJELANG malam, Beefy mengemudikan mobilnya menyusuri Coast Highway menuju rumah Miss Bainbridge. Ia ditemani Trio Detektif serta pamannya. William Tremayne nampak bersemangat. Sekali-kali ia meraba kantung celananya, yang berisi sebuah pistol.
Ketika sampai di rumah itu, mereka menemukan sebuah Mercedes Benz yang terparkir di depan teras. Di sampingnya terdapat sebuah Ford.
"Mobil Ford itu pasti milik Harold Thomas," kata Jupe. "Mercy itu kepunyaan Gray. Sebaiknya kita mengusahakan agar mereka tidak dapat meninggalkan tempat itu sebelum waktunya."
Pete mencoba membuka pintu kedua mobil itu. Ternyata keduanya tidak dikunci. Sambil tersenyum ia mengeluarkan sebuah tang dari kantung bajunya dan segera mulai beraksi. Dalam beberapa detik saja ia telah berhasil melepaskan kabel starter masing-masing kendaraan.
"Aku akan bersembunyi di sini dan menunggu sampai Jefferson Long datang," katanya pada teman-temannya.
Jupiter, Bob, dan kedua Tremayne mulai menaiki tangga menuju teras. Suara gonggongan anjing terdengar sayup-sayup.
"Rupanya Bruno diikat di ruang bawah tanah," kata Bob.
"Untung saja," ujar Jupe. "Terus terang saja, aku keberatan untuk berhadapan dengan anjing itu. Apalagi Bruno hanya menurut pada Marvin Gray."
Jupe berjalan menuju pintu rumah dan menekan bel. Setelah beberapa saat terdengar suara langkah mendekat dari balik pintu itu.
"Siapa itu?" suara Marvin Gray terdengar bertanya.
"Kiriman untuk Tuan Gray," jawab Jupiter dengan lantang.
Pintu itu terbuka dan Marvin Gray melangkah keluar.
"Mr. Horace Tremayne ingin berbicara dengan Anda," kata Jupiter, "begitu juga Mr. William Tremayne."
Jupe melangkah ke samping dan Beefy bergerak maju. "Saya mohon maaf atas kunjungan pada jam selarut ini," katanya sambil menatap Marvin Gray. "Tetapi saya berpendapat bahwa sekaranglah saat yang paling tepat."
Gray mundur selangkah. "Mr. Tremayne! Ada apa? Sebenarnya saya ingin mempersilakan Anda masuk, tetapi... tetapi Miss Bainbridge dan Miss Adams sudah tidur, dan saya tidak ingin mengganggu istirahat mereka."
Tanpa mempedulikan ucapan Gray, Beefy menyeruak masuk ke dalam ruang tamu. Pamannya dan kedua penyelidik muda itu mengikutinya.
"Anda sudah pernah berjumpa dengan Jupiter Jones," kata Beefy. "Ia seorang pemuda yang penuh rasa ingin tahu. Anda bahkan dapat mengatakan bahwa ia gemar mencampuri urusan orang lain. Kedatangan kami malam ini adalah untuk memuaskan rasa ingin tahunya-dan juga rasa ingin tahu saya!"
Gray kembali mundur ketika Beefy dan Jupiter mendesak maju. Ia bergerak ke belakang, menuju ruang makan. Di ruangan itu, Harold Thomas sedang memandang ke sekelilingnya, seakan-akan bingung mencari tempat untuk menyembunyikan bungkusan yang sedang ia pegang.
"Bungkusan itu berisi naskah Miss Bainbridge, bukan?" tebak Jupe. "Anda mencurinya dari apartemen Beefy Tremayne setelah Anda membakar Amigos Adobe."
Thomas melemparkan bungkusan itu, sehingga isinya berhamburan di lantai. Ia lalu berbalik dan lari menuju jendela.
"Jangan bergerak, Thomas," William Tremayne menggertaknya.
Thomas menengok ke belakang dan melihat William Tremayne mengacungkan pistol padanya. Ia segera berhenti dan tidak bergerak lagi.
Beefy memunguti kertas-kertas yang berhamburan di lantai. Sepintas lalu ia membaca tulisan pada beberapa lembar kertas, lalu tersenyum lebar. "Ini naskah yang kita cari-cari!" Jupe kembali ke ruang tamu. "Miss Bainbridge?" ia memanggil.
"Ia sudah tidur," kata Gray yang menyusulnya. "Ia sudah tidur, dan sebaiknya kau tidak membangunkannya. Saya tidak tahu apa-apa baik mengenai kertas-kertas itu maupun mengenai orang yang-"
Gray mendadak berhenti bicara ketika melihat Madeline Bainbridge menuruni tangga. Rambut bekas pemain film itu dibiarkan terurai. Ia tersenyum sedih.
"Marvin," katanya dengan nada geram. "Kau pasti terkejut karena aku tidak tertidur seperti apa yang kaurencanakan."
Pandangannya beralih pada Harold Thomas, yang memandang aktris itu dengan tercengang.
"Jadi memang kau yang membuat ulah, Charles," kata Madeline Bainbridge setelah mengambil tempat duduk di ruang tamu. Clara Adams menuruni tangga dengan cepat. Matanya bersinar riang. Ia mengambil tempat di belakang kursi Miss Bainbridge.
"Apa itu?" tanya aktris itu sambil menunjuk tumpukan kertas yang dipegang Beefy.
Beefy tersenyum dan menyerahkan naskah itu. "Perkenalkan, nama saya Horace Tremayne," katanya. "Inilah naskah yang tempo hari diserahkan oleh Marvin Gray."
Sekilas saja Madeline Bainbridge mengamati lembaran kertas pertama, kemudian berkata,
"Naskah ini persis sama dengan naskah yang kusimpan di kamar tidurku," katanya. "Rupanya kau menyalinnya dengan teliti, Marvin. Kau lebih rajin daripada yang kuduga. Tetapi apakah kau tidak menyadari bahwa naskah itu tak mungkin berhasil kaujual? Cepat atau lambat kecuranganmu itu pasti terbongkar."
Gray hendak membela diri, namun sebelum ia sempat membuka mulut, tiba-tiba terdengar langkah kaki di teras. Sejenak kemudian, bel pintu berdering.
"Itu pasti Jefferson Long," ujar Madeline Bainbridge. "Tolong bukakan pintu untuknya, Clara."
Clara Adams berjalan menuju pintu dan segera kembali. Jefferson Long berada di belakangnya. Raut muka wartawan kriminal itu menegang ketika melihat orang-orang yang telah menunggunya.
"Saya tidak tahu bahwa Anda sedang mengadakan pesta malam ini," katanya pada Madeline Bainbridge.
"Ini pesta pertama sejak bertahun-tahun," jawab aktris itu. "Silakan duduk. Sebentar lagi kita akan mendengar penjelasan anak muda bernama Jupiter Jones ini. Anda sudah pernah bertemu dengannya, bukan? Jupe akan menerangkan mengapa Marvin Gray menyalin naskah otobiografi saya, lalu menjualnya pada Bapak Tremayne, serta mengapa ia kemudian menyuruh seseorang untuk mencurinya kembali."
Dengan gaya sok penting Jupiter bangkit dari tempat duduknya.
"Sebelum saya mulai, saya perlu mengingatkan bahwa beberapa bagian dari cerita saya masih merupakan dugaan belaka," katanya sambil memandang ke sekeliling. "Namun saya berpendapat bahwa petunjuk-petunjuk yang kami temukan dapat membuktikan kebenaran dugaan-dugaan itu.
"Beberapa waktu lalu, Marvin Gray secara kebetulan berjumpa dengan Charles Goodfellow alias Harold Thomas di sebuah restoran Indonesia bernama The Java Isles. Pada pertemuan itu, ia mengetahui bahwa Thomas bekerja di sebuah perusahaan penerbitan buku.
"Gray memang berotak cerdas. Ia segera merencanakan untuk menyalin naskah otobiografi yang sedang disusun Miss Bainbridge, untuk selanjutnya dijual pada majikan Charles Goodfellow. Gray menduga bahwa dengan cara itu ia akan menerima uang muka yang biasa diberikan pada saat penyerahan naskah.
"Setelah menyerahkan naskah itu pada Amigo Press, ia memaksa Goodfellow untuk mencurinya. Gray berharap agar tindakan itu dapat menutupi kecurangannya. Lagi pula, apabila naskah salinan itu berhasil dilenyapkan, maka ia mempunyai kesempatan untuk menjual naskah yang asli pada penerbit itu. Gray merasa yakin bahwa Beefy tidak akan menolak tawaran itu. Ia telah memperhitungkan bahwa pengusaha muda itu akan merasa bersalah karena menghilangkan naskah salinan itu.
"Goodfellow tidak berani menolak permintaan Gray untuk mencuri naskah itu. Ia sadar ia akan dipecat apabila Gray memberi tahu Beefy bahwa Goodfellow pernah dipergoki ketika hendak mencuri kalung berlian milik Madeline Bainbridge. Oleh karena itu, Goodfellow kemudian mencoba membakar Amigos Adobe, dengan harapan agar naskah itu termakan api. Ketika mengetahui bahwa usahanya tidak berhasil, ia lalu pergi ke apartemen Beefy dan mencuri naskah itu. Sebelumnya ia telah membuat duplikat kunci pintu yang tersimpan di laci meja kerja Beefy. Dengan demikian ia dapat memasuki apartemen itu dengan mudah.
"Saya rasa Goodfellow memang mempunyai kebiasaan membuat kunci duplikat. Saya yakin ia juga memiliki kunci untuk memasuki gudang perusahaan obat-obatan di mana ia bekerja sebelum menjadi pegawai Amigo Press. Dari gudang itulah ia memperoleh magnesium untuk menyiapkan alat pengatur waktu yang akhirnya menimbulkan kebakaran yang menghanguskan Amigos Adobe. Magnesium adalah suatu bahan yang digunakan dalam pembuatan obat-obatan.
"Goodfellow hampir berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik, dan tanpa meninggalkan jejak. Namun ia membuat satu kesalahan, yaitu menempatkan beberapa lempeng magnesium di dalam saku jas William Tremayne. Hal itulah yang menimbulkan kecurigaan saya."
"Dan bagaimana dengan pencurian film-film saya?" tanya Madeline Bainbridge pada Jupiter. "Peristiwa itu sempat menggemparkan masyarakat. Apalagi setelah para pencuri menuntut uang tebusan sebesar seperempat juta dolar."
"Para pelaku kejahatan itu telah menerima uang tebusan sore tadi," kata Jupiter. "Saya mendengar hal itu pada siaran berita pukul 18.00 tadi. Perusahaan Video Enterprises ternyata telah menyediakan uang itu dan memasukkannya ke dalam sebuah kantung plastik, sesuai dengan permintaan para penjahat. Kantung plastik itu lalu diletakkan di sebuah lapangan parkir yang terletak agak ke luar kota. Para pencuri kemudian menelepon ke kantor Video Enterprises untuk memberitahukan bahwa film-film itu dapat ditemukan di dalam sebuah VW Combi berwarna abu-abu yang diparkir di Bronson Canyon."
Madeline Bainbridge nampak terkejut, lalu berkata,
"Saya gembira sekali bahwa film-film itu telah berhasil diselamatkan, tetapi... tetapi Marvin tidak mungkin terlibat. Ia tidak meninggalkan rumah sejak siang tadi. Apakah itu berarti bahwa-"
"Marvin Gray memang tidak terlibat dalam pencurian film itu," sela Jupiter. "Pelakunya adalah Charles Goodfellow, tetapi Jefferson Long-lah yang merencanakan kejahatan itu."
"Apa?" teriak Long. "Dasar anak kurang ajar! Jangan sembarangan menuduh orang!"
"Saya mempunyai seorang saksi," ujar Jupe. "Dan saya dapat membuktikan bahwa Anda bersama Goodfellow memang terlibat dalam kasus pencurian itu." "Kau sudah gila!" seru Long.
Jupiter tidak menanggapinya. Ia berjalan menuju pintu rumah dan membukanya. "Silakan masuk," katanya kemudian.
Jefferson Long tercengang ketika Pete muncul di ambang pintu.
"Kaget?!" tanya Jupe. "Ketika Anda melihat Pete untuk terakhir kali, ia sedang pingsan. Anda kemudian memasukkannya ke dalam ruang bagasi sebuah bangkai mobil, dan meninggalkannya di tempat itu!"

Bab 21
NASIB SEORANG PENJAHAT

"KAU betul-betul tidak waras," kata Jefferson Long. "Saya akan segera meninggalkan tempat ini. Saya tidak sudi mendengarkan ocehanmu itu."
"Kami semua berharap agar Anda bersedia tinggal di tempat," ujar William Tremayne sambil mengacungkan pistolnya.
Jefferson Long duduk kembali. "Baiklah," katanya, "apabila Anda memaksa..." Beefy tersenyum lebar. "Silakan lanjutkan ceritamu, Jupe."
"Ketika saya berkunjung ke kantornya tempo hari, Jefferson Long mengemukakan bahwa ia telah membuat sebuah film dokumenter mengenai penyalahgunaan narkotika. Ia juga bercerita bahwa sejumlah karyawan pada beberapa perusahaan obat-obatan terlibat dalam perdagangan narkotika secara gelap. Saya menduga bahwa Long bertemu dengan Harold Thomas, yang bekerja pada salah satu perusahaan tersebut, pada waktu mengadakan penyelidikan. Long tentu saja mengenali Thomas. Ia tahu bahwa Thomas dulu bernama Charles Goodfellow, dan bahwa orang itu pernah tertangkap basah ketika hendak mencuri sebuah kalung milik Madeline Bainbridge. Karena menyadari bahwa semua rahasianya telah diketahui, Thomas tidak berani menolak segala perintah Long."
"Betulkah itu, Long?" tanya Beefy.
"Saya takkan memberi komentar," jawab Jefferson Long.
"Thomas, apakah Long mengancam Anda?" Beefy bertanya pada bekas karyawannya. "Saya hanya akan berbicara pada pengacara saya," kata Thomas dengan ketus.
"Baiklah," ujar Jupiter tanpa terpengaruh oleh sikap kedua orang itu. Dengan tenang ia melanjutkan ceritanya.
"Kemudian terjadi sesuatu yang sangat merisaukan Jefferson Long," Jupiter kembali bertutur. "Video Enterprises memutuskan untuk membeli semua film yang pernah dibintangi Madeline Bainbridge. Long, yang bekerja pada salah satu anak perusahaan Video Enterprises, diberi tahu bahwa rencana pembuatan film dokumenter tentang penyalahgunaan narkotika dibatalkan, karena dananya digunakan untuk membeli film-film Madeline Bainbridge itu.
"Tentu saja Jefferson Long merasa amat gusar, apalagi sejak dulu ia memang tidak pernah menyukai Madeline Bainbridge. Ia lalu bertekad untuk membalas dendam pada bekas aktris itu. Long akhirnya menyadari bahwa niatnya itu dapat dilaksanakan dengan cara mencuri film-film itu. Di samping itu, pencurian itu juga akan menghasilkan uang dalam jumlah besar.
"Tanpa kesulitan Long memperoleh informasi tentang waktu penyerahan film-film itu pada Film Craft Laboratory. Lama sebelum tanggal penyerahan, Long telah memaksa Thomas untuk mencari pekerjaan di dekat laboratorium itu, yang kebetulan bersebelahan dengan kantor Amigo Press. Pada waktu film-film itu diserahkan, Thomas telah mengetahui jadwal kegiatan sehari-hari di laboratorium itu. Ia menunggu sampai hampir semua pegawai lab itu pulang, kemudian menghubungi Long. Berdua mereka memasuki gedung itu dengan paksa. Mereka memukul teknisi yang sedang bekerja lembur hingga pingsan, dan membawa film-film itu. Setelah memasukkan gulungan-gulungan film ke dalam VW Combi milik Thomas, mereka meninggalkan tempat itu tanpa menarik perhatian."
"Berbicara memang mudah, tapi apakah kau punya bukti-bukti untuk memperkuat tuduhan-tuduhan itu?" ujar Jefferson Long dengan nada meremehkan.
"Jangan khawatir," jawab Jupe. "Kami sudah mempersiapkan bukti yang diperlukan. Ketika Anda mewawancarai Marvin Gray pada malam setelah pencurian itu terjadi, Anda mengemukakan harapan Anda agar kedua penjahat yang melakukan pencurian itu segera tertangkap. Mula-mula saya tidak memperhatikan pernyataan itu. Namun kemudian timbullah sebuah pertanyaan di benak saya-dari mana Anda mengetahui bahwa pencurian itu dilakukan oleh dua orang?"
Jefferson Long mengangkat bahu. "Saya hanya menduga bahwa pencurian semacam itu hanya dapat dilakukan oleh lebih dari satu orang."
"Anda memang dapat beralasan seperti itu," ujar Jupe, "tetapi bagaimana Anda hendak menerangkan sidik jari itu?" "Sidikjari?" tanya Long dengan bingung. "Apa maksudmu?"
"Anda melihat Pete ketika ia sedang mengikuti Harold Thomas ke tempat pembuangan mobil bekas di Santa Monica itu. Tidak perlu disangsikan bahwa Thomas waktu itu hendak memindahkan kendaraan berisi film-film itu ke tempat yang lebih aman. Ketika Anda menyadari bahwa Pete telah melihat mobil Thomas itu, Anda memutuskan untuk menyingkirkannya. Anda tidak tahu siapa Pete, dan mengapa ia mengikuti Thomas, tetapi Anda tidak berani mengambil resiko. Ketika Pete mencoba menelepon Beefy, Anda menghantam kepalanya, dan memasukkannya ke dalam ruang bagasi sebuah mobil bekas. Ternyata sidik jari Anda tertinggal ketika menutup ruang bagasi itu."
Jefferson Long hendak melancarkan protes. Namun segera dihardik oleh Madeline Bainbridge.
"Bajingan!" seru aktris itu. "Aku tidak pernah menyangka kau tega melakukan hal seperti itu!"
"Masih ada bukti lain," kata Jupiter, "yaitu uang tebusan untuk film-film itu! Uang itu baru dibayarkan tadi sore. Jadi ada kemungkinan bahwa sebagian dari uang itu masih berada di mobil Thomas. Mungkin sisanya dapat kita temukan di kendaraan Long. Mereka belum sempat menyimpan uang itu di suatu tempat yang lebih aman. Bagaimana kalau kita memeriksa kedua mobil itu sekarang?"
"Jangan!" teriak Thomas. Secara mendadak ia melompat ke arah pintu.
Beefy dengan sigap menjegalnya, sehingga Thomas terbanting ke lantai, dan seluruh isi saku jasnya berhamburan. "Nah, apa ini?" ujar Beefy sambil memungut sejumlah anak kunci yang terjatuh dari saku Thomas. "Saya akan mengadukan kejadian ini pada polisi," ancam Thomas dengan geram. "Anda tidak berhak bertindak seperti ini."
Selama kejadian itu berlangsung, Gray berdiri di salah satu pojok ruangan. Ketika seluruh perhatian tercurah pada Beefy dan Thomas, ia segera beraksi. Dengan langkah panjang ia melewati Beefy, mendorong Paman Will ke samping, kemudian keluar melalui pintu.
"Marvin!" seru Madeline Bainbridge.
"Jangan khawatir," ujar Pete dengan tenang. "Ia tidak akan bisa lari. Mesin mobilnya tidak bisa dihidupkan. Mobil Thomas dan Long juga tidak. Kita tinggal menelepon polisi dan menyuruh mereka menjemputnya!" Tepat pada saat itu terdengar raungan mesin mobil dari luar.
"Ya ampun!" seru Beefy. "Ia membawa mobilku! Aku lupa mencopot kunci kontaknya!"
Pete berlari ke dapur dan mengangkat gagang telepon, sementara Madeline Bainbridge bergegas menuju jendela.
"Kau akan menyesal, Marvin," kata wanita itu ketika menyaksikan Gray melarikan diri dengan kendaraan Beefy. "Kau akan sangat menyesal."
Jupiter dan Bob melihat mobil itu melaju di antara pohon-pohon jeruk. Ketika keluar dari jalan kecil yang menghubungkan rumah Madeline Bainbridge dengan jalan Coast Highway, Gray berusaha membelokkan mobil itu tanpa mengurangi kecepatan sedikit pun.
"Wah, gawat!" seru Bob.
Sedetik kemudian terdengar bunyi benturan keras dan suara kaca pecah. Sesudah itu semuanya kembali hening. Mobil itu telah menabrak sebatang pohon!
Madeline Bainbridge berdiri dengan wajah pucat pasi.
"Madeline!" Clara Adams mendekati temannya itu dan merangkulnya. "Ini bukan salahmu," katanya. "Peristiwa itu terulang kembali. Kejadiannya sama seperti yang dialami oleh Ramon," bisik aktris itu dengan lemah. Ia mulai menangis.
Pete kembali ke ruang itu. "Aku sudah menghubungi polisi," katanya. "Aku akan menelepon lagi untuk memanggil ambulans."
Jupiter mengangguk. Bersama Bob ia berlari menuju tempat kecelakaan untuk melihat keadaan Gray. "Kasus ini dapat kita anggap selesai," ujarnya. "Sayang semuanya harus berakhir seperti ini."

Bab 22
KOMENTAR ALFRED HITCHCOCK

SATU minggu setelah film-film Madeline Bainbridge berhasil ditemukan kembali, Trio Detektif menemui Mr. Hitchcock.
"Aku menduga bahwa kalian telah membereskan catatan-catatan kalian," kata sutradara film terkenal itu ketika Jupiter, Pete, dan Bob hendak duduk di depan meja di hadapannya. Sambil tersenyum bangga, Bob menyerahkan sebuah map kepada Mr. Hitchcock.
"Bagus," kata sutradara itu. "Berita-berita di koran mengenai kasus Bainbridge itu memang cukup menarik, tetapi sebenarnya aku sudah tidak sabar menunggu laporan yang lengkap dari kalian."
Mr. Hitchcock mulai membaca laporan yang terdapat di dalam map tersebut. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun sebelum selesai membaca lembar terakhir laporan tersebut.
"Mengagumkan!" komentarnya kemudian. "Seorang wanita menjadi korban rasa bersalahnya sendiri. Ia terus saja bersembunyi dan tidak mempercayai siapa pun."
"Kecuali satu orang-orang yang kemudian justru mengkhianatinya," ujar Pete. "Siapa tahu apa yang akan terjadi seandainya kami tidak nekat pergi ke sana dan menemukan wanita itu dalam keadaan terbius. Para akuntan kini sedang memeriksa perkara itu untuk mengetahui dengan pasti berapa banyak uang yang telah diambil oleh Gray dari Miss Bainbridge.
"Gray sekarang dirawat di bagian tahanan di County-USC Medical Center. Jaksa akan mengajukan tuntutannya jika informasi yang diperlukan telah lengkap."
"Gray beruntung bahwa ia masih hidup," kata Mr. Hitchcock. "Ramon Desparto langsung meninggal ketika ia mengalami kecelakaan itu. Namun tentu saja aku tidak percaya bahwa Miss Bainbridge yang menjadi penyebab kecelakaan-kecelakaan itu. Aku memang sangat menyukai misteri, tetapi mempercayai bahwa seorang penyihir menjadi penyebab suatu kecelakaan adalah suatu hal yang sulit bagiku. Bagaimana dengan kalian?"
Jupiter tersenyum. "Kami tidak dapat memastikannya. Beefy Tremayne berpendapat bahwa kecelakaan itu terjadi karena Gray menggunakan mobilnya untuk melarikan diri. Beefy berkeyakinan bahwa semua barangnya telah ditakdirkan untuk tidak berfungsi dengan semestinya."
"Mudah-mudahan hal itu dapat menghibur Madeline Bainbridge," kata Mr. Hitchcock. "Ia nampak sangat tertekan oleh pikiran bahwa ia yang mencelakakan Desparto dan Gray."
"Ia sedang mencoba melupakan kejadian-kejadian itu," ujar Bob. "Miss Bainbridge kini memanfaatkan kekuatan gaibnya untuk membantu Beefy mengatasi kekikukannya. Mudah-mudahan usahanya itu berhasil."
"Tolong beri tahu saya," ujar Mr. Hitchcock, "apakah polisi benar-benar menemukan sidik jari Jefferson Long di bangkai mobil itu?"
Ketiga anak itu tersenyum lebar.
"Jupe hanya menggertaknya ketika mengemukakan hal itu," jawab Bob. "Ia berharap bahwa Long akan mengakui perbuatannya apabila dihadapkan dengan suatu bukti yang kuat. Ternyata Thomas yang tidak tahan dan mencoba melarikan diri. Tetapi hasilnya sama saja. Di antara kunci-kunci yang jatuh dari sakunya terdapat kunci apartemen Beefy dan kunci gudang perusahaan obat-obatan tempat Thomas bekerja dulu. Dugaan Jupiter mengenai asal-usul magnesium itu ternyata benar."
"Bahkan tanpa bukti itu dinas kepolisian telah menemukan banyak petunjuk yang memberatkan baik Long maupun Thomas," ujar Jupiter. "Uang tebusan yang ditemukan di ruang bagasi mobil Long misalnya. Jefferson Long begitu yakin sehingga ia sama sekali tidak berusaha menyembunyikan uang itu di suatu tempat yang aman. Tentu saja ia langsung ditangkap. Kini ia dibebaskan untuk sementara waktu, karena pengacaranya telah membayar uang jaminan. Tetapi hubungan baiknya dengan para penegak hukum sudah hancur sama sekali.
"Thomas, alias Goodfellow, ternyata seorang penjahat kambuhan. Ia telah berulang kali dipenjara, antara lain karena pencurian dan pembakaran. Ia beberapa kali berusaha bekerja secara baik-baik, namun watak penjahatnya selalu muncul kembali. Perusahaan obat-obatan, di mana ia bekerja sebagai akuntan dulu, melaporkan bahwa mereka menemukan sejumlah ketidakberesan dalam pembukuan keuangan mereka. Kejanggalan-kejanggalan itu tentu saja menguntungkan Thomas."
"Untung saja orang itu telah ditarik dari peredaran," kata Mr. Hitchcock.
"Sebaliknya Madeline Bainbridge kini telah beredar kembali. Ia telah memutuskan untuk mengakhiri pengasingannya," kata Bob melaporkan. "Ia akan mengadakan sebuah pesta Jumat malam mendatang, dan mengundang semua teman lamanya yang bertempat tinggal di daerah ini."
"Apakah mereka akan datang?" tanya Mr. Hitchcock. "Dalam laporan kasus ini kalian mengatakan bahwa beberapa teman lamanya nampak tidak menyukai Madeline Bainbridge."
"Memang benar, tetapi mereka juga diliputi rasa ingin tahu," jawab Jupe. "Mereka ingin tahu bagaimana keadaannya, setelah tiga puluh tahun tidak berjumpa. Mungkin mereka akan bertambah yakin bahwa Bainbridge memang seorang penyihir, karena selama itu ia hampir tidak berubah sama sekali."
"Saya rasa bahwa cara hidupnya yang sederhana telah menjadikannya awet muda," ujar sutradara terkenal itu.
"Madeline Bainbridge mengatakan bahwa hal itu disebabkan oleh makanannya yang sehat dan bergizi," ujar Jupe. "Malam Sabtu mendatang ia akan menyajikan makanannya itu. Makanan itu sama sekali tidak mengandung daging. Miss Bainbridge berpendapat bahwa makan daging hanya akan menimbulkan keluhan kesehatan saja."
"Anda juga diundang," tambah Bob. "Kami memberi tahu Miss Bainbridge bahwa kami hendak menemui Anda hari ini. Ternyata ia seorang penggemar karya-karya Anda. Bagaimana, apakah Anda berminat? Ataukah Anda keberatan makan malam bersama seorang penyihir?"
Mr. Hitchcock berpikir sejenak, kemudian menggeleng.
"Tolong sampaikan permintaan maafku pada Miss Bainbridge," katanya. "Aku bukannya takut berhadapan dengan seorang penyihir-apalagi dengan seorang penyihir cantik seperti Madeline Bainbridge. Namun kalau aku diundang untuk makan malam tanpa daging-wah, maaf saja, lebih baik aku tinggal di rumah!"
Selesai.