BAHAYANYA MENGIKUT HAWA NAFSU


BAHAYANYA MENGIKUT HAWA NAFSU
Allah Ta'ala berfirman :

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا (٤٣) أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا (٤٤)

”Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sembahannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." 
(QS. Al-Furqan : 43 - 44)

Dasar permusuhan, kejahatan dan kedengkian yang muncul dikalangan manusia ialah kerana mengikuti hawa nafsu.

Siapa yang menentang hawa nafsunya berarti membuat hati dan badannya menjadi tenteram dan sihat.

Abu Bakar Al Warraq rahimahullah berkata : 
Jika hawa nafsu yang menang, maka hati menjadi gelap.
Jika hati menjadi gelap, maka dada terasa sesak.
Jika dada menjadi sesak, maka akhlaq menjadi buruk.
Jika akhlaq menjadi buruk, maka ia membenci orang lain, dan orang lainpun membencinya.

Maka perhatikanlah apa yang diakibatkan hawa nafsu, seperti kebencian, kejahatan, permusuhan, mengabaikan hak orang lain dan sebagainya.

Haruslah diketahui bahwa hawa nafsu tidaklah mencampuri sesuatu perkara melainkan ia akan merusaknya.

Jika hawa nafsu mencampuri ilmu, maka ia mengeluarkannya kepada bid’ah dan kesesatan, pelakunya menjadi kelompok orang yang mengikuti nafsu.

Jika hawa nafsu mencampuri zuhud, maka ia mengeluarkan pelakunya kepada riya’ dan menyalahi sunnah.

Jika hawa nafsu mencampuri hukum, maka ia mengeluarkan pelakunya kepada kedhaliman dan menghalangi kebenaran.

Jika hawa nafsu mencampuri dalam pembagian harta, maka mengeluarkan pembagian itu kepada ketidakadilan dan kebohongan.

Jika hawa nafsu mencampuri ibadah, maka ibadah itu akan keluar dari ketaatan dan taqarub.

Jadi, selagi hawa nafsu mencampuri sesuatu, maka ia akan merusaknya.

(Dinukil dari kitab Raudhah Al-Muhibbin wa, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah)