Trio Penyamar(3)




BAB XI JUPE MENARIK KESIMPULAN

Ketika Jupe tiba di rumah sore itu, ia berhenti untuk memastikan bahwa pangkalan telah terkunci. Ia dapat melihat samar-samar cahaya televisi dari pondok kecil yang didiami oleh Hans dan Konrad dan dapat mendengar suara kedua bersaudara itu tertawa terbahak-bahak melalui sebuah jendela yang terbuka. Sambil tersenyum Jupe menyeberang jalan menuju rumah kecil tempat tinggalnya bersama paman dan bibinya.

Detektif gempal itu sedang tidak berselera dan hanya makan sedikit, membuat paman dan bibinya heran. Sepanjang malam rentetan kejadian minggu itu melintas di kepalanya dan ia berusaha menarik kesimpulan dari semua itu. Ia merasa yakin ada suatu pola di balik kasus ini. Jika ia berusaha cukup keras seharusnya ia bisa menemukannya.

Namun sementara matahari mulai tenggelam di kaki langit, langit berubah abu-abu, dan bintang-bintang mulai bercahaya, pola itu tetap tersembunyi. Setelah berulang kali membalik badan di tempat tidur, Jupe akhirnya tertidur dengan kasus Trio Penyamar di dalam benaknya.

*****

Jupe tahu hari pasti telah pagi. Sebelum membuka mata, ia telah dapat mencium harum sarapan daging dan telur yang sedang disiapkan Bibi

Mathilda di dapur di bawah. Ia berbaring di ranjang dan mengusap-usap matanya, berusaha mengingat mimpi yang dialaminya sebelum terbangun.

Di dalam mimpi itu Bob berada dalam kesulitan, ia terjebak di dalam sebuah peti mati dan berusaha menyelipkan secarik kertas berisi pesan melalui sebuah retakan di penutup peti supaya teman-temannya tidak menguburnya hidup-hidup. Jupe mengerutkan kening atas mimpi aneh itu dan turun dari ranjang, berniat mengisi bahan bakar dengan sarapan yang lezat untuk memulai hari yang baru ... dan untuk menggantikan makan malamnya yang tidak seberapa.

Ia berhenti sekonyong-konyong.

Jupe berkedip dan berdiri di kaki ranjangnya, mulutnya terbuka.

Ia telah berhasil! Ia telah mendapatkan jawaban atas teka-teki itu!

Sambil terburu-buru mengenakan pakaian, ia berlari ke bawah dan meraih pesawat telepon.

"Demi Tuhan dan langit!" seru Bibi Mathilda. "Jangan macam-macam sebelum kau mengisi perutmu, Jupiter Jones! Kau akan mengkerut dan tertiup angin nanti kalau tulang-tulangmu itu tidak segera kau beri daging!"

"Bolehkah aku menelepon dulu, Bibi Mathilda? Ini mendesak sekali!"

Jupe memohon.

Paman Titus memandang melalui bagian atas koran dan bergumama kepada istrinya.

"Permainan sedang berlangsung, Sayang. Biarlah anak ini menelepon dan aku berani bertaruh uang lawan donat ia akan memakan apapun yang kau hidangkan nanti."

Bibi Mathilda menggerutu dan kembali sibuk di dapur. Jupe menyeringai ke arah pamannya dan mulai memutar nomor telepon Pete.

*****

Setengah jam kemudian anak-anak itu berkumpul di rumah Bob, duduk di tepi ranjang teman mereka itu. Bob duduk berganjal beberapa bantal, kakinya masih terbungkus penopang.

"Kupikir karena kau sedang tidak dalam kondisi yang menguntungkan, kita harus mengadakan rapat di rumahmu, Bob," Jupe menjelaskan.

"Jadi apa berita besarnya, Jupe?" kata Bob.

Mata Jupe berbinar-binar dan ia tersenyum-senyum senang.

"Aku telah memecahkan kasus ini!" katanya mengumumkan. "Dan itu kulakukan dengan sedikit bantuan dari Bob!"

"Oh ya?" kata Bob. "Apa yang kulakukan?"

"Bagaimana mungkin patahnya kaki Bob membantumu memecahkan kasus ini, Jupe?" tanya Pete bingung.

"Bukan itu maksudku. Kejadiannya dalam mimpiku!" seru Jupe. "Semalam aku bermimpi tentang Bob. Dalam mimpiku itu ia terjebak di dalam sebuah peti yang sangat gelap. Sepertinya sebuah peti mati. Ia berusaha memberi tahu kita bahwa ia ada di dalam dengan menyelipkan secarik kertas melalui sebuah retakan. Aku merasa ada sesuatu yang

sama sekali tak asing lagi dengan situasi itu ... dan ketika aku terbangun, aku tahu!"

"Kau tahu apa?" desak Pete.

Bob merasa mengerti. "Kejadian itu terasa tidak asing bagimu karena sudah pernah terjadi!" serunya.

"Tepat!" kata Jupe. "Hanya saja Bob tidak terperangkap di dalam sebuah peti mati, melainkan sebuah peti penyimpan anggur! Ketika aku teringat akan mimpi itu, semua potongan teka-teki seakan-akan terjatuh ke tempatnya yang tepat! Toko roti yang dibobol itu adalah Pearl’s Bakery, Pearl ... mutiara. Toko peralatan itu adalah Green’s ... hijau. Tempat permainan itu adalah The Mineshaft ... lubang tambang. Toko minuman itu adalah The Vineyard ... kebun anggur. Si polisi gadungan bernama Jensen ... dan ia bahkan sempat menyebut Chinatown dan nama Chang. Nah, sekarang apa yang menghubungkan mutiara, hijau, lubang tambang, kebun anggur, Chinatown, dan nama Jensen serta Chang?"

Pete segera paham. "Misteri Hantu Hijau!" jawabnya. Namun kemudian ia menggelengkan kepala dan menatap Bob dan Jupe dengan putus asa. "Namun kau harus menjelaskannya kepadaku. Apa hubungannya salah satu kasus lama kita dengan adanya seseorang yang berusaha memfitnah kita?"

"Dua kata, Pete. Balas dendam!"

"Balas dendam? Maksudmu seseorang dari kasus lama itu berusaha membalas kita?" seru Pete. "Menurutmu siapa, Pertama?"

"Biar kutebak!" kata Bob. "Pasti Jupe menduga Mr. Won ... lelaki Cina misterius yang mengaku berumur seratus tujuh tahun! Ia hendak membalas dendam karena kita menghancurkan Mutiara Hantu terakhir!" "Mr. Won? Sebuah nama yang tak ingin kudengar lagi!" desah Pete.

"Satu kasus saja cukup untuk lelaki itu."

"Hampir, Bob, namun tidak tepat," kata Jupe dengan dramatis.

"Bukan Mr. Won?" tanya Bob. "Lalu menurutmu siapa?"

"Memang semula kupikir juga Mr. Won ... ingat, jambangan-jambangan yang dirusak di museum berasal dari Dinasti Won. Namun demikian hal itu terlalu gampang dan balas dendam sepertinya bukan sifat Won. Aku tak percaya ia mau bersusah payah demi tiga orang anak dari Rocky Beach. Lagipula kita tidak menghancurkan kalung Mutiara Hantu dengan sengaja, hanya kecelakaan."

"Baiklah, jika bukan Won lalu siapa?" tanya Pete. Jupe mengangkat bahu seolah-olah bagi Pete dan Bob jawabannya sejelas baginya.

"Menurut deduksiku, petugas polisi yang menggunakan nama Jensen itu menggunakan nama aslinya."

"Jensen!" seru Bob. "Mandor dari Verdant Valley. Balas dendam sudah jelas merupakan sifatnya."

"Waduh!" kata Pete. "Ia tidak pernah tertangkap sejak melarikan diri dari Hashknife Canyon. Tapi apa yang dilakukannya di sini di Rocky Beach? Dan mengapa setelah selama ini?"

Jupiter mengeluarkan sebuah kantung kulit kecil dari saku depannya dan menuangkan isinya di ranjang Bob. "Itulah sebabnya aku mengumpulkan ini," katanya dengan bangga. "Untuk menjebak Jensen dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu!"

Pete dan Bob menatap isi kantung itu dengan mata terbelalak. Di atas kasur Bob tergeletak setumpukan mutiara berwarna abu-abu buram. Mutiara Hantu!

 

BAB XII MEMBUAT PERANGKAP

"Wah! Mutiara Hantu!" Bob dan Pete berseru serempak. "Di mana kau temukan, Jupe?"

Penyelidik Pertama yang gempal itu tidak dapat menahan tawa. "Aku tidak menemukan mutiara-mutiara ini, aku membuatnya."

"Membuat? Apa maksudmu?" tanya Pete.

Jupiter meraup segenggam mutiara dan memberikannya kepada Bob dan Pete. "Ketika aku akhirnya bisa menduga siapa di balik semua ini, aku mulai menyusun rencana, yang akan kubeberkan sebentar lagi. Langkah pertama adalah menyiapkan beberapa Mutiara Hantu. Kalian sama tahunya dengan aku bahwa Mutiara Hantu terakhir telah hancur dalam gua di Verdant Valley. Maka aku memutuskan untuk membuat beberapa butir tiruannya. Jika kalian amati mutiara di tangan kalian, kalian akan melihat bahwa itu hanyalah kerikil halus yang kupungut di jalan masuk pangkalan dan kucat abu-abu. Hasilnya cukup meyakinkan bukan?"

"Kau berhasil menipuku," kata Bob. "Tapi bagaimana kita akan memanfaatkannya?"

"Koreksi," kata Jupe, "maksudmu, bagaimana Pete dan aku akan memanfaatkannya." "Oh ya," kata Bob muram. "Aku benar-benar tidak suka tidak dapat ikut beraksi. Sepertinya Duet Detektif akan menangani sisa kasus ini."

"Jangan khawatir, Bob," kata Jupe menenangkan. "Aku punya perasaan bahwa akan banyak yang bisa kau tulis tentang kasus ini setelah malam penghargaan besok."

"Apakah kita akan menggunakan batu-batu ini untuk menjebak Jensen?" tanya Pete.

"Ya," kata Jupe. "Kita tahu bahwa Jensen adalah seorang penjahat berbahaya yang akan melakukan apa saja demi uang. Maka marilah kita pancing dia masuk ke dalam perangkap dengan sesuatu yang tak ternilai. Jensen tahu bahwa Mr. Won akan membayar tinggi, maka menurutku ia takkan menolak umpan ini. Ia akan berusaha mendapatkan mutiara ini ... dan kita akan ada di sana untuk menangkapnya!"

"Bersama polisi, tentu saja," Pete menambahkan.

"Tentu saja," kata Jupe setuju. "Jensen terlalu berbahaya untuk kita tangani sendiri. Aku sama sekali tidak keberatan meminta bantuan Chief Reynolds untuk menyelesaikan kasus ini."

Remaja gempal itu meraup perhiasan tak ternilai itu dan memasukkannya kembali ke dalam kantung.

"Jadi apa tindakan kita sekarang, Pertama?" tanya Pete.

"Sekarang kita harus mengumumkan bahwa kita memiliki beberapa butir Mutiara Hantu terakhir di dunia! Kita akan memberi tahu Chief Reynolds tentang rencana kita dan minta bantuannya menyebarkan berita ini. Kita dapat menghubungi stasiun radio setempat dan meminta mereka mengumumkan bahwa Trio Detektif akan memamerkan cendera mata dari beberapa kasus mereka yang paling terkenal -- termasuk Mutiara Hantu yang menakjubkan -- dalam acara besok."

"Ayahku kenal dengan penerbit surat kabar Rocky Beach. Aku bisa memintanya memasang iklan dalam terbitan hari ini, mengatakan bahwa Mutiara Hantu akan dipamerkan," kata Bob.

Ayah Bob telah lama bekerja pada sebuah surat kabar terkenal di Los Angeles. Ia sering kali tertarik akan kasus-kasus anak-anak itu dan menawarkan bantuan jika mungkin.

"Usul yang bagus, Data," kata Jupe. "Dan selagi kau tidak dapat ke mana-mana, kau bisa memulai Hubungan Hantu ke Hantu, meminta anak- anak menyebarkan berita tentang mutiara ini kepada siapa saja yang mau mendengarkan."

Hubungan Hantu ke Hantu adalah rancangan Jupiter; masing-masing dari mereka menelepon lima orang kawan yang berbeda dan meminta mereka melakukan sesuatu. Masing-masing dari kelima kawan itu selanjutnya menelepon lima orang kawan mereka dan menyampaikan hal yang sama. Dalam waktu beberapa jam Trio Detektif bisa mengerahkan seluruh populasi anak-anak Rocky Beach!

"Bagaimana dengan kita, Jupe?" tanya Pete. "Tidakkah sebaiknya kita melakukan Hubungan Hantu ke Hantu juga?"

"Kita lakukan nanti. Sekarang kau dan aku harus turun ke jalan dan menyebarkan berita tentang mutiara ini."

"Mengapa aku tiba-tiba merasa cemas?" tanya Pete resah.

"Sepertinya kau telah mengenalku dengan baik," kata Jupe sambil tersenyum. "Kita tahu Jensen mengamat-amati kita ... kemungkinan pada saat kita berbicara ini."

Pete menelan ludah dan menyibakkan tirai, melihat keluar kaca jendela dengan raut wajah cemas.

"Jangan khawatir, Pete," kata Bob. "Lingkungan sekitar sini aman dan rasanya ia tidak akan macam-macam ketika hari masih terang."

Jupe melanjutkan, "Kita tahu ia mengamati kita, maka biarlah ia mendengar kita juga. Pete dan aku akan kembali ke pangkalan dan berkeliling, berusaha nampak sibuk. Selama itu kita akan berbicara dengan keras tentang betapa bersemangatnya kita akan penghargaan itu dan tentang akan dipamerkannya Mutiara Hantu."

Pete mulai berjalan mondar-mandir dan mengusap-usap rambutnya. "Sekarang aku benar-benar cemas!"

"Kujamin kita tidak akan apa-apa," kata Jupe.

"Bukan itu," seru Pete. "Jika kita mondar-mandir di sekitar pangkalan, itu sama saja dengan meminta dipekerjakan oleh Bibi Mathilda!" Ketiga sahabat itu tertawa terbahak-bahak.

*****

Beberapa menit kemudian, setelah meninggalkan Bob untuk mulai menelepon, Jupe dan Pete menghentikan sepeda mereka di depan gerbang pangkalan.

"Kita gunakan pintu depan," kata Jupe. "Tidak ada gunanya memberi tahu semua rahasia kita." "Apa yang harus kukatakan?" tanya Pete.

"Apa saja yang terpikir olehmu. Bicara dengan keras namun wajar."

"Gampang saja bagimu mengatakannya," desah Pete. "Akting bagimu telah mendarah daging."

Selama sejam berikutnya kedua anak itu berkeliaran di Jones Salvage Yard, merapikan barang-barang dan berbicara dengan kuat tentang Mutiara Hantu. Ketika Jupe merasa puas, ia menarik Pete ke pondok kecil yang berfungsi sebagai kantor dan berbisik di telinganya.

"Sepertinya sudah cukup bagus. Sekarang kita tinggal menunggu Jensen mengambil tindakan. Aku akan memberi tahu Chief Reynolds dan menjelaskan rencana kita. Pasukannya harus benar-benar waspada pada acara penghargaan besok, siap untuk menangkap Jensen saat ia berusaha mengambil mutiara itu. Apakah tidak apa-apa bagimu untuk pulang bersepeda? Mungkin sebaiknya kita minta tolong Konrad mengantarkanmu."

"Tidak apa-apa," bisik Pete. "Tidak jauh dan seperti kata Bob, kecil kemungkinannya ia akan mencoba macam-macam di tengah hari."

Jupiter memikirkannya selama beberapa saat. "Aku yakin itu benar namun aku akan lebih tenang jika kau keluar tanpa terlihat. Gunakan saja Gerbang Biru Dua dan ambil jalan belakang untuk ke rumahmu.

Lebih baik berhati-hati."

Gerbang Biru Dua adalah sebuah jalan masuk rahasia di pagar pangkalan, terletak di sudut jauh pangkalan di balik kantor. Pagar bagian luar dilukisi dengan pemandangan di taman, ibu-ibu berpakaian gaya Victoria lengkap dengan payung mengawasi anak-anak mereka bermain di tepi sebuah kolam. Dua papan yang merupakan jalan masuk rahasia itu berwarna biru terang seperti langit. Karena sulit untuk menggunakannya tanpa dilihat Bibi Mathilda, anak-anak itu jarang memanfaatkannya kecuali dalam keadaan darurat.

"Akan kutelepon kau setelah tiba di rumah," kata Pete.

"Baiklah. Jangan lupa menelepon untuk Hubungan Hantu ke Hantu supaya orang-orang mulai membicarakan Mutiara Hantu. Dan jangan lupa mandi bersih-bersih dan mengenakan pakaian terbaikmu untuk besok!"

"Tidak akan lupa!" bisik Pete. Remaja jangkung itu mengayuh sepedanya ke balik kantor dan menghilang melalui Gerbang Biru Dua sementara Jupe masuk kembali ke kantor dan mulai menelepon.

*****

Di seberang jalan Jensen dan rekannya si orang Asia duduk di dalam sedan dengan mesin menyala. "Nah, apa itu tadi ... Mutiara Hantu, Ping? Baru saja kita hendak melakukan aksi terakhir dan meninggalkan kota ini. Bagaimana menurutmu?" gerutunya.

"Sepertinya sebuah perangkap," gumam Ping.

"Itulah yang kupikirkan," kata Jensen setuju. "Tetap saja aku akan punya cukup uang untuk seumur hidup jika aku bisa mendapatkan mutiara itu dan kita tidak usah melaksanakan rencana semula untuk menculik anak gendut itu demi tebusan."

"Sepertinya beresiko," kata Ping. "Tak mungkin kita bisa mengambil mutiara-mutiara itu dengan polisi di mana-mana. Kita harus menyusun rencana." "Oh, aku punya rencana, Ping," desis Jensen. "Tentu saja aku punya rencana."

 

BAB XIII PERANGKAP TELAH SIAP

Keesokan harinya Bob bangun pagi-pagi dan terpincang-pincang turun ke dapur tempat ibunya sedang memasak telur goreng untuk sarapan.

"Selamat pagi, Robert," sapa ibunya. "Cepatlah makan sarapanmu. Kau perlu lebih banyak waktu untuk bersiap-siap sekarang karena penopang kakimu itu."

Ayah Bob sedang menikmati ritual hari Sabtunya dengan surat kabar, pipa, dan kopi yang banyak. Ia meletakkan korannya dan tersenyum kepada Bob. "Jadi hari inilah hari besarnya?"

"Ya," kata Bob antusias. "Jupe berharap kita bisa menyelesaikan kasus ini hari ini!" "Kasus," kata ayahnya, sedikit kaget. "Maksudku acara penghargaan itu."

"Oh ya," Bob mengangkat bahu, menyeringai. "Itu hari ini juga."

"Kalian tidak sedang mempersiapkan yang aneh-aneh kan?" tanya ayahnya curiga.

Ibunya meletakkan piring di depan Bob dan menuangkan jus jeruk untuknya. "Yang aneh-aneh tidaklah terlalu aneh untuk Jupiter Jones. Ia memang telah menemukan cincinku tapi kadang-kadang anak itu terlalu pintar!" katanya, menggelengkan kepala sebagai penegasan.

"Sekarang makanlah, Robert. Akan kusiapkan pakaianmu di tempat tidur."

Sebentar kemudian terdengar tiga klakson kencang di depan rumah Bob. Bob mengintip dari jendela dan melihat Rolls Royce bersepuh emas yang mengagumkan itu bertahta seperti sang raja hutan. Ia menyeret kakinya dan keluar dari pintu depan. Worthington melompat keluar dari mobil dan berlari ke sisi yang lain untuk membukakan pintu untuk Bob.

"Terima kasih, Worthington."

"Sama-sama, Master Robert. Oh ya, saya akan senang sekali jika dapat membantu memecahkan kasus Anda. Mobil ini akan berada di depan Rotary Club, siap berangkat begitu diperlukan."

Bob tersenyum sambil masuk ke bagian dalam Rolls Royce yang mewah. "Aku tak tahu apa yang dapat kami lakukan tanpamu, Worthington."

Beberapa menit kemudian mobil anggun itu berhenti di depan Jones Salvage Yard. Jupe dan Pete berdiri di depan pagar, nampak bersih sekali. Rambut mereka tersisir rapi dan mereka mengenakan pakaian terbagus mereka. Bob dapat melihat bahwa Jupiter juga membawa ranselnya.

"Kue dan soda lagi, Jupe?" tanyanya ketika kedua anak itu masuk ke mobil.

"Kalau Jensen beraksi nanti, aku mau kita telah siap," kata remaja gempal itu. "Ini walkie-talkie kita, alat penjejak, dan kapur. Benda- benda ini akan dipamerkan namun kita akan bisa segera meraihnya kapan pun Jensen berusaha mengambil mutiara itu." "Menurutku ia gila jika ingin beraksi di acara itu," kata Pete. "Tempat itu pasti akan dipenuhi polisi!"

"Kuduga Jensen malah akan memanfaatkan keadaan itu," jawab Jupe.

"Maksudmu ia akan menyamar sebagai salah seorang anak buah Chief Reynolds?" tanya Bob.

"Kemungkinannya tidak kecil. Aku berencana akan memperingatkan Chief begitu kita tiba agar hati-hati terhadap adanya polisi yang menyamar."

Worthington berdehem. "Maaf, Teman-teman. Saya harus tetap berada di mobil karena itu adalah tugas saya. Namun demikian saya akan membuka mata terhadap kegiatan apapun yang mencurigakan di luar gedung Rotary Club."

"Jika tidak terlalu merepotkan, aku ingin kau masuk sebentar, Worthington. Aku tahu banyak orang yang ingin berjumpa dengan Penyelidik Keempat Tidak Resmi," kata Jupe.

Worthington tersenyum. "Mungkin saya bisa meninggalkan mobil sebentar. Cukup untuk sedikit teh dan biskuit."

Mereka semua tersenyum. Worthington dan gaya hidup Inggrisnya sering kali kontras dengan kepribadian California Selatan.

Beberapa saat kemudian Worthington bersuara. "Kita telah tiba dan merupakan kehormatan bagi saya jika Anda mengizinkan saya membukakan pintu," katanya.

"Tentu saja, Worthington. Akan membuat kedatangan kami penuh kesan," jawab Jupe.

*****

Sejenak kemudian anak-anak itu duduk di meja kehormatan di sisi kanan podium. Leo Magellan, direktur museum yang gendut, duduk di meja di sisi kiri dan memandang Pete dengan curiga.

Pete menyikut Jupe. "Sepertinya ia mengenaliku," katanya sambil menelan ludah.

"Santai saja, Pete," bisik Jupe. "Kau tidak salah apa-apa. Sebelum hari ini berakhir kuharap kita dapat membuktikannya!"

Panitia memberikan penghargaan atas pengabdian mereka terhadap masyarakat dan persembahan cek berjalan lancar tanpa terjadi sesuatu yang tidak wajar. Mutiara masih berada di dalam kotak kaca di atas meja di tengah ruangan bersama beberapa cendera mata dari kasus- kasus Trio Detektif yang lain, seperti proyektor yang digunakan untuk menghasilkan hantu dari Misteri Hantu Hijau, koin emas dari Pulau Tengkorak, dan kalung laba-laba perak dari Varania. Jupe nyaris gemetar di kursinya penuh harap.

"Aku tak mengerti," desahnya. "Aku yakin Jensen akan sudah beraksi sekarang. Acara ini hampir selesai! Mari kita berbaur dengan orang- orang dan mencoba mengenali Jensen."

Anak-anak itu meninggalkan tempat duduk mereka. Pete menolong Bob menuruni tangga panggung dan mereka menghilang di antara orang-orang yang memenuhi ruangan.

Tepat pada saat itu terdengar bunyi barang pecah dari arah dapur.

Jupe berusaha mencapai pintu dapur dan berusaha mencari Pete dan Bob di tengah kerumunan. Kini terdengar teriakan dan jeritan dari balik pintu ayun dapur. Semua orang menoleh untuk melihat apa yang terjadi. Jupe dapat melihat Chief Reynolds berbicara melalui walkie-talkie-nya. Paling tidak dia waspada! Tiba-tiba pintu dapur terbuka dan Jupe terjatuh ke lantai. Koki kepala dari jasa boga sedang memarahi seorang bawahannya yang ceroboh.

"Kau bodoh! Kau telah memecahkan jambangan Cina seharga seribu dolar!"

"Bukan saya," kata pelayan itu bersikeras. "Saya didorong!"

"Hah! Didorong," kata si koki sinis. "Seperti waktu itu kau juga ’didorong’, eh? Tidak akan terulang lagi! Kau dipecat!"

"Tapi ... tapi ..." pelayan itu tergagap-gagap. Jupe cepat bangkit. Ini dia! Suatu pengalih perhatian! Ia lekas-lekas menatap sekeliling ruangan, mencari Bob dan Pete. Mereka tak terlihat di tengah-tengah lautan manusia ... dan walkie-talkie mereka ada di dalam kotak kaca di sisi lain ruangan! Jupe berpikir cepat. Hanya ada satu hal yang bisa dilakukan.

Secepat seekor kucing, Jupe menyelinap melewati koki yang sedang marah itu dan masuk ke dapur. Beberapa pelayan telah berhenti bekerja untuk memandangi kejadian itu dan hampir-hampir tidak menyadari kehadirannya. Jupe mengamati semua wajah mereka, mencari Jensen. Ia tidak ada di dapur. Jupe berjalan cepat ke pintu masuk pelayan dan mengintip melalui pintu belakang ke tempat parkir di belakang gedung Rotary Club.

Tidak ada siapapun di tempat parkir, hanya ada beberapa buah van putih dari jasa boga. Jupe berbalik hendak kembali ke ruang makan ketika sesuatu menarik perhatiannya. Tiga dari van itu berwarna putih mengkilap, baru. Namun yang keempat sudah tua, penyok-penyok, dan penuh karat, seperti mobil yang menculik Bob! Setelah menimbang sejenak, Jupe memutuskan untuk memeriksanya sendirian dan keluar dari pintu belakang.

Ia melangkah keluar ke bawah cahaya terang matahari dan menudungi matanya. Tidak ada orang dan sekaranglah kesempatannya! detektif gempal itu bergegas menuju van yang berbeda itu dan dengan waspada mengintip melalui jendelanya. Kosong. Tanpa membuang waktu Jupe membuka pintu belakang van.

Ia ternganga. Bagian belakang van putih tua itu dipenuhi hasil seni dan harta dari Asia yang tak ternilai! Jupe dapat melihat sutra yang indah, peti kayu hasil kerajinan tangan, jambangan yang tak ternilai, dan benda-benda antik lainnya. Benda-benda curian ini pasti bernilai satu juta dolar, pikirnya. Tiba-tiba ia mendengar seruan dan suara kaki berlari. Jupe melihat sekeliling, mencari tempat persembunyian. Hanya ada satu tempat dan ia menyadarinya.

Tanpa berpikir dua kali Jupe melompat masuk ke bagian belakang van dan membanting pintunya hingga tertutup, tepat pada saat Jensen dan Ping berlari keluar dari sudut gedung Rotary Club. Jupe menelan ludah dan memandang sekelilingnya di dalam van. Peti itu! Nampaknya cukup besar untuk seorang anak lelaki ... jika tidak ada sesuatu di dalamnya! Jupe membuka penutupnya dan menghembuskan nafas lega. Kosong. Dengan cepat ia melompat masuk dan menutup penutupnya ... tepat pada waktunya.

Jensen dan Ping membuka pintu van dan Jupe mendengar suara mesin meraung hidup. Kemudian Jupe mendengar suara lain. Bob, Pete, dan Chief Reynolds! Jupe tersenyum sendiri sementara van itu mulai bergerak dan berguncang-guncang. Mereka akan membuntuti van itu dan akhirnya memasukkan Jensen ke penjara, tempatnya yang seharusnya. Lalu secepat munculnya, senyum Jupe berubah menjadi kerutan ketika ia mendengar Jensen dan Ping berbicara. "Mendorong si tolol yang membawa piring-piring itu benar-benar berguna," Jensen tertawa.

"Namun anak-anak sialan itu masih sempat melihat kau memecahkan kaca dan mencuri mutiara-mutiara itu. Kau seharusnya lebih hati-hati," katanya memperingatkan.

"Yah, sudahlah. Sekarang kita tinggal menyingkirkan van ini, memuat semua barang ini ke truk yang sebenarnya, dan kita bebas!"

"Apakah Won akan membayar mahal?"

"Tentu saja. Bagaimanapun juga ia menganggap semua ini miliknya yang sah. Kita kaya, Ping! Sekarang kita harus ke San Fransisco tanpa tertangkap oleh polisi!" *****

Di bagian belakang jantung Jupe berdebar kencang dan ia berkeringat dingin.

Won?

San Fransisco?

Jupe menelan ludah. Ia berada dalam kesulitan besar dan tidak dapat berbuat apa-apa!

 

BAB XIV NYARIS "Ada yang melihat Jupiter Jones?" seru Chief Reynolds. Orang-orang yang ada di Rotary dilanda kebingungan; para tamu berdiri di sekitar gedung, memperbincangkan perampokan dan menganalisis yang baru saja terjadi. Chief Reynolds berseru lagi. "Ada yang melihat Jupiter Jones?"

Beberapa orang di antara kerumunan menggelengkan kepala, yang lain kembali asyik bercakap-cakap, semakin lama semakin sensasional. Si koki menggeleng dan menatap Bob dan Pete.

"Terakhir kali aku melihat Jones adalah ketika pintu dapur menjatuhkannya ke lantai. Itu sekitar sepuluh menit yang lalu ... ia tidak mungkin pergi terlalu jauh dalam sepuluh menit."

"Ingat, yang kita bicarakan adalah Jupiter Jones," kata Pete. "Ia bisa saja berada di Meksiko sekarang!"

"Aku hampir-hampir percaya itu mungkin saja dengan Jones," si koki menghela nafas.

Bob tertatih-tatih dengan penopangnya menuju ke tempat van Jensen terparkir tadi.

"Menurut Anda, apakah mobil-mobil patroli akan bisa menyusul Jensen, Chief?"

"Aku telah memberi pengumuman ke seluruh penjuru Rocky Beach and daerah sekitarnya, termasuk Los Angeles. Polisi akan menghentikan setiap van putih yang mereka lihat ... kita akan menangkapnya, Bob."

Pada saat itu Pete berbicara, "Chief, baru terpikir oleh saya. Bagaimana jika Jupe sedang berada di dalam van ketika Jensen dan temannya melarikan diri? Waduh, ia akan mendapat masalah besar jika mereka menemukannya!"

Chief nampak khawatir. "Memang seperti Jones, berbuat seperti itu. Sebaiknya aku memberi tahu anak buahku untuk ekstra waspada. Van itu bisa saja punya tempat rahasia." *****

Di dalam peti antik Jupiter Jones tersengal-sengal dan kakinya mulai kesemutan. Ia menghitung jarak ke San Fransisco dari Rocky Beach, berapa waktu yang diperlukan, dan menggigit bibir. Ia tidak yakin ia dapat bertahan selama itu di dalam tempat persembunyiannya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil resiko dengan membuka penutup peti untuk mendapatkan sedikit udara segar.

Tepat pada saat ia hendak membuka penutup peti itu, van berhenti tiba- tiba. Pintu dibanting tertutup dan Jupe mendengar langkah kaki terseret-seret dan gumaman sementara Jensen dan Ping mulai memindahkan harta curian mereka dari van ke bak belakang truk yang akan mereka gunakan untuk melarikan diri.

Ketika mereka sampai pada peti tempatnya berada, Jupe menahan nafas. Peti itu terangkat beberapa inci dan kemudian terbanting dengan keras ke lantai van.

"Peti ini bukannya kosong?" tukas Jensen. "Seharusnya kita mengisinya dengan emas," katanya.

"Mungkin sebaiknya kita buka saja," kata Ping.

"Tidak ada waktu," jawab Jensen. "Kita harus tiba di San Fransisco sejam lagi. Ayo cepat ... angkat!"

Jupe merasa peti terangkat. Ia menyiapkan dirinya untuk benturan yang pasti akan terjadi saat peti itu dimasukkan ke dalam truk. Jensen dan Ping membantingnya dengan kuat.

Setelah beberapa kali bolak-balik, kedua penjahat itu selesai mengosongkan van. Jupe mendengar pintu truk dibanting tertutup dan mesinnya meraung hidup. Ia ada dalam perjalanan menuju San Fransisco ... suka atau tidak!

*****

Di Rotary Club di Rocky Beach Bob Andrews dan Pete Crenshaw duduk dengan gelisah, menunggu masuknya laporan yang mengatakan bahwa van putih itu telah ditemukan dan rekan mereka diselamatkan.

Ketika sejam telah berlalu, Pete berdiri dan mulai mondar-mandir. "Seandainya saja Jupe sempat mengambil walkie-talkie, kita akan bisa menemukannya!"

"Jangan khawatir, Peter," kata Chief Reynolds menenangkan. "Banyak orang yang mencari Jupiter sekarang. Kita pasti akan menemukannya."

"Mudah-mudahan saat itu belum terlambat," kata Bob. "Kita pernah berurusan dengan Jensen dan tahu apa yang bisa dilakukannya. Jika ia menemukan Jupe bersembunyi di van itu ...."

Bob tidak menyelesaikan kalimatnya. Mereka semua tahu apa yang akan terjadi seandainya Jensen menemukan Jupe.

Tepat pada saat itu radio di mobil Chief bersuara. "Chief Reynolds, masuk. Ganti."

Chief meraih mikrofon dengan cepat. "Ini Chief, ada berita apa?" "Kami telah menemukan van itu, ditinggalkan di kaki bukit beberapa mil di sebelah utara kota. Van itu disembunyikan di sebuah ceruk, terlindung oleh dinding tebing. Ganti."

"Aku datang sekarang! Ganti dan selesai." Chief Reynolds melompat masuk ke mobil.

"Mari, Anak-anak!"

Bob dan Pete bergegas masuk ke dalam mobil patroli. Chief menyalakan lampu dan sirenenya dan memacu mobil menuju perbukitan di daerah pantai. Pete dan Bob berpegangan kuat ketika jalanan menyempit dan aspal berganti dengan tanah. Mereka tidak perlu cemas, Chief Reynolds adalah seorang pengemudi ahli dan mengambil tikungan-tikungan tajam dengan tangkas.

Namun ketika mereka tiba di ceruk yang kering itu, tidak banyak yang dapat mereka lihat. Van putih tua itu kosong.

Pete dan Bob memeriksa van itu dengan cermat, luar dalam.

"Ada banyak jejak kaki di belakang van," kata Bob. "Sepertinya Jensen dan satu orang lagi, kemungkinan si orang Asia yang menculikku, memindahkan sesuatu dari van ke sebuah kendaraan lain. Lihatlah ke sini," lanjutnya, mengikuti jejak di debu jalan. "Jejak ban dari sebuah kendaraan lain. Jensen pasti telah menyiapkan mobil untuk melarikan diri di sini."

"Ban yang ini lebih lebar," kata Chief Reynolds. "Menurutku sebuah truk." "Tapi apa yang mereka pindahkan dari bagian belakang van?" tanya Pete cemas. "Dan bagaimana kita bisa menemukan mereka kalau kita tidak tahu truk macam apa yang kita cari?" *****

Di bak belakang truk Jupe mengangkat penutup peti. Hampir-hampir tidak bergerak. Jensen pasti telah meletakkan sesuatu yang berat di atasnya! Jupe berusaha tetap tenang namun sulit sekali dengan pikiran bahwa ia harus terperangkap di dalam peti selama sejam lagi. Ia mendorong sekuat tenaga dengan bahunya dan berhasil membuka penutup itu, cukup untuk kepala dan tangan kirinya.

Jupe menjulurkan kepalanya dan melihat benda yang menahan penutup peti itu. Sebuah patung harimau yang terbuat dari marmer. Jupe mendorong sekali lagi dan berhasil mengeluarkan tangannya yang lain. Sedikit lagi. Sambil mengempiskan perut, Penyelidik Pertama memaksakan diri keluar dari peti dan terjatuh ke lantai. Patung berukuran besar itu bergoyang-goyang di atas peti, sedikit lagi terjatuh. Jupe melompat untuk menahannya. Ia tidak ingin tempat persembunyiannya ketahuan lebih cepat!

Bak belakang truk itu gelap, satu-satunya cahaya yang memungkinkan Jupe melihat masuk melalui sebuah jendela di dinding seberangnya. Ia meraba-raba melalui benda-benda antik curian dan berdiri di atas sebuah karpet yang tergulung hingga ia dapat menempelkan wajahnya ke jendela yang berdebu itu. Di baliknya ia dapat melihat Jensen di belakang kemudi. Orang itu sedang berbicara dengan rekannya.

"Menurutku ada sekitar satu juta dolar di belakang, Ping. Mudah sekali mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga keamanan di museum itu!" tawanya. "Barang-barang itu ada di dalam kotak dan peti di tempat penyimpanan bawah tanah museum, menunggu untuk dipamerkan. Mereka tidak akan merasa kehilangan sampai satu minggu lagi, seperti kata Won."

"Berapa yang kita minta untuk mutiara itu?" tanya Ping.

"Sepertinya kita bisa mendapat banyak," Jupiter dapat melihat Jensen mengangkat kantung yang berisi mutiara-mutiara palsu itu. "Mungkin satu juta untuk penawaran pertama. Siapa tahu?"

Jupe dapat mendengar kedua penjahat itu tertawa sementara ia turun dari atas karpet. Ia membuat tanda tanya di peti dan pintu truk dengan kapurnya. Ia tidak yakin hal itu akan ada gunanya namun paling tidak lebih baik daripada memikirkan bahwa sebentar lagi ia harus kembali masuk ke dalam peti. Juga lebih baik daripada memikirkan apa yang akan dilakukan Jensen dan Ping ketika mereka tiba di San Fransisco dan menemukannya di bak belakang.

Tidak lama kemudian Jupe merasa truk itu melambat dan berbelok- belok lebih sering. Ia menarik nafas, menyadari bahwa sudah waktunya ia kembali ke dalam peti. Masuk ternyata lebih mudah daripada keluar namun tetap saja Jupe harus bersusah payah memaksa badannya yang gempal masuk.

Beberapa menit setelah ia berada di dalam, truk itu berhenti dan mesinnya dimatikan. Jupe mendengar pintu bak belakang dibuka dan Jensen dan Ping mulai sibuk.

Selama di dalam peti Jupe telah memikirkan sebuah rencana dan memutuskan untuk tetap bersembunyi di dalam peti sampai hari gelap, lalu berusaha kabur setelah memastikan semua orang telah meninggalkan tempat persembunyian Won. Bukan sebuah rencana yang terlalu bagus namun hanya itu yang dapat dipikirkannya.

Sekarang tiba giliran peti Jupe untuk dipindahkan. Ia dapat mendengar Jensen dan Ping mengumpat-umpat sementara mereka berjuang mengangkat peti yang berat itu. Ketika akhirnya peti itu diletakkan, Jupe mendengar sebuah suara yang dikenalnya. Won!

"Apa maksudnya ini?" tanya Won tajam.

"Apa maksudmu?" tukas Jensen. "Ini sudah semuanya, sesuai permintaanmu."

"Aku tidak bicara tentang harta ini, bodoh. Aku bicara tentang harta yang ada di dalam harta."

"Kau harus berhenti bicara penuh teka-teki, Won. Bikin repot saja," kata Jensen.

"Buka peti yang terakhir itu dan lihatlah apa yang tersembunyi dari mata yang tidak waspada," jawab Won.

Penutup peti perlahan terangkat dan Jupiter Jones yang kebingungan dan sedikit malu-malu beranjak keluar dari dalamnya.

 

BAB XV KEMATIAN DENGAN 1000 IRISAN

Jupiter Jones keluar dari peti dan segera dibekuk dengan kasar oleh Ping. Jensen berdiri dengan mulut terbuka, menatap Mr. Won, kemudian peti itu, dan kemudian Mr. Won lagi.

"Bagaimana kau tahu ia ada di dalam situ?" Mr. Won menyipitkan mata di balik kacamatanya yang berbingkai emas dan menggelengkan kepala.

"Apabila kau telah hidup selama aku, kau akan memahami bahwa ada banyak cara untuk melihat tanpa menggunakan mata."

Jupe mengamati ruangan yang besar dan melingkar itu. Tepat seperti yang digambarkan Bob dan Pete ketika mereka menangangi Misteri Hantu Hijau. Dinding-dindingnya masih tetap tertutupi tirai tebal berwarna merah dengan sulaman emas yang menggambarkan naga dan kuil. Di bagian depan ruangan terdapat kursi Mr. Won yang besar; terbuat dari kayu hitam dengan ukiran yang indah dan dilengkapi dengan bantalan yang tebal. Mr. Won sendiri mengenakan jubah bangsawan Cina kuno berwarna merah yang terjuntai sampai ke lantai. Ia bangkit dari kursi besarnya dan mengacungkan jari ke arah Jupe.

"Mendekatlah, Nak," katanya dengan suara yang pelan namun tegas.

Jupe melangkah maju dan berdiri di hadapan Mr. Won, berusaha keras untuk nampak tegar.

"Tidak apa-apa merasa takut," kata Mr. Won, seolah-olah membaca pikirannya.

"Itu memberi tahuku bahwa kau menghargai kekuatanku." Jupe berdiri diam, berpikir keras mencari jalan keluar.

"Bagaimanapun juga, dulu aku telah bersikap luwes terhadap teman- temanmu, sekarang aku tidak bisa berjanji." Ia melangkah mendekati Jupe. "Kau telah terbukti cukup sukar ditaklukkan, Bulat."

Jupe mengerutkan kening mendengar acuan terhadap bentuk tubuhnya. Bahkan di dalam situasi yang paling berbahaya sekalipun ia tetap peka akan tubuhnya. Ia hendak mengucapkan sesuatu ketika Mr. Won berbicara lagi.

"Kau telah melihat dan mendengar terlalu banyak. Seperti yang kau ketahui, aku telah menghabiskan seluruh hidupku berusaha mendapatkan dan mengembalikan harta karun dari Dinasti Won ke pemiliknya yang sah. Aku adalah keturunan paling tua yang masih hidup dari Dinasti Won Cina kuno. Harta di depan matamu ini adalah milik keluargaku yang terhormat, tidak untuk didiamkan di museum."

Jupe menelan ludah dan memandang berkeliling. Ping mendekatinya dari belakang, seolah-olah merasa Jupe akan berusaha lari menuju pintu sewaktu-waktu. Mr. Won mengibaskan tangan.

"Si Bulat tahu tidak ada jalan untuk melarikan diri, Ping. Ia tidak akan mencoba sesuatu yang bodoh seperti lari, benar?"

Jupe mengangguk lambat-lambat dan menatap sepatunya. Ia ingat yang dikatakan Bob dan Pete tentang kekuatan hipnotis Mr. Won dan mengingatkan dirinya untuk tidak terpengaruh.

Mr. Won terus berbicara sambil berjalan mondar-mandir di depan Jupe. "Kau tentu saja tidak punya apa-apa yang aku belum punya untuk kau tawarkan kepadaku, jadi tidak ada gunanya tawar-menawar untuk kebebasanmu."

Sekonyong-konyong sebuah ide melintas di kepala Jupe.

"Saya punya Mutiara Hantu!" tukasnya. "Tidak banyak, namun cukup untuk memperpanjang umur Anda paling tidak setahun lagi!"

Won berhenti melangkah dan memalingkan muka ke arah Jupe. "Dengan mudah aku dapat membaca pikiranmu untuk mengetahui kebenaran hal ini, Bulat. Jangan coba-coba menipuku." "Anda tidak perlu membaca pikiran saya," kata Jupe cepat. "Lihat saja di dalam kantung yang ada di saku Jensen." Mata Mr. Won menyipit kembali dan ia duduk lagi di kursinya yang besar.

"Pegang dia," katanya pelan. Sebelum Jensen dapat bergerak, kedua tangannya dibekuk dari belakang oleh dua orang pelayan setia Mr. Won. Jupe merasa seolah-olah mereka muncul begitu saja dari lipatan tirai. Jensen memberontak dan mendengus seperti seekor banteng namun bahkan tenaganya yang besar pun bukan tandingan kedua anak buah Won.

"Apa maksudnya ini?" seru Jensen marah. "Tidakkah kau pikir aku akan memberikannya kepadamu?! Segala sesuatu ada harganya, tahu!" Wajahnya berubah merah dan ia memaki-maki.

Mr. Won duduk dengan sabar hingga Jensen selesai memaki-maki. "Sudah cukup aku mendengar omonganmu. Gara-gara kebodohanmu sekarang situasi kita yang sudah rumit ketambahan lagi anak lelaki ini," kata Mr. Won. "Tolong mutiaranya."

Satu lagi pelayan muncul dari balik tirai dan menggeledah saku-saku Jensen sementara lelaki besar itu memberontak. Si pelayan menemukan kantung kelereng milik Jupe dan menyerahkannya kepada Mr. Won.

"Kau sungguh berani dan dapat berpikir cepat, Bulat," kata Mr. Won pelan. "Mungkin kau telah membeli kebebasanmu."

Mr. Won meraih ke sela-sela bantalan kursinya dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi cairan bening. Ia meraih ke dalam tas Jupe dan mengeluarkan sebutir Mutiara Hantu. "Jika ini benar-benar mutiara kehidupan, kau akan mendapatkan kebebasanmu ... dengan syarat kau menyerahkan semua sisa mutiara yang kau miliki. Cukup adil, Bulat.

Namun demikian, jika ini adalah sebuah tipuan, kau akan menjadi korban kematian dengan seribu irisan. Cukup adil juga."

Hati Jupe mengecil. Ia tidak menduga Mr. Won akan menguji salah satu mutiara itu. Tapi sebelum ia dapat menyatakan keberatan, Mr. Won menjatuhkan kerikil itu ke dalam botol, menyentuh dasarnya dengan sebuah dentingan. Ketika batu itu tidak melebur, Mr. Won menatap Jupe penuh amarah.

"Tatap mataku, Bulat, dan lihatlah kematianmu."

Jupe didorong ke depan oleh para pelayan Mr. Won, genggaman mereka di lengannya terasa sekeras baja. Sementara ia berusaha mengalihkan pandangannya dari tatapan Mr. Won yang menembus, hatinya berdebar keras dan keringat dingin muncul di dahinya. Ia tidak akan pernah melihat Bibi Mathilda atau Paman Titus lagi. Dan bagaimana dengan Pete dan Bob? Apa yang akan mereka lakukan tanpanya? Ada begitu banyak orang yang tidak akan sempat diberinya selamat tinggal. Hans dan Konrad. Worthington ....

Worthington! Dengan dentuman yang kencang, pintu tempat persembunyian Mr. Won yang terbuat dari kayu oak tebal terbanting ke lantai dan supir Inggris bertubuh jangkung itu menyerbu masuk! Ia diikuti beberapa orang polisi dengan pistol teracung.

Sejenak terjadi kekacauan dan para pelayan Mr. Won berusaha melarikan diri melalui jalan keluar rahasia yang tersembunyi di balik tirai. Para polisi berusaha menangkap sebanyak-banyaknya yang mereka bisa namun mereka direpotkan oleh Jensen dan Ping, yang hampir saja berhasil kabur sebelum akhirnya sebuah tembakan peringatan ke langit- langit dilepaskan oleh salah seorang polisi. Worthington melihat Jupe dan bergegas menghampiri.

"Lepaskan dia, Teman-teman!" serunya dengan berani, menyerang para pelayan Won dengan gerakan judo yang membuat Jupe terbelalak. Anak- anak itu telah mengenal Worthington cukup lama namun tidak ada yang tahu bahwa ia memiliki minat dalam ilmu bela diri!

Anak buah Won bukan tandingan supir jangkung itu dan mereka berlari menuju pintu ... dan para polisi.

"Anda tidak apa-apa, Master Jones? Anda tidak terluka?"

"Aku baik-baik saja, Worthington," Jupe menghembuskan nafas lega.

"Tapi bagaimana kau menemukanku?" Si supir jangkung memungut topinya dari lantai dan meluruskan dasinya.

"Mari kita pergi ke tempat yang aman dulu dan nanti saya akan menjelaskan semuanya."

"Sebentar, Worthington," kata Jupe. "Ada satu orang yang ingin kupastikan tidak dapat lari kali ini." Selama kekacauan berlangsung Mr. Won duduk diam di kursi hitamnya yang besar. Kini Jupe dan Worthington melihatnya dengan tenang mengangkat salah satu bantalan tangan di kursinya dan menekan sebuah tombol merah yang tersembunyi di bawahnya. Dengan takjub mereka menyaksikan lantai tempat kursi Mr. Won terletak mulai berputar ... dan dalam beberapa detik ia telah menghilang, digantikan oleh sebuah dinding bertirai. Jupe mendengar sebuah dentingan berat di balik dinding itu. Ia menduga itu adalah sebuah mekanisme pengunci. Akan dibutuhkan waktu lama untuk menjebol dinding itu. Cukup waktu, pikir Jupe, bagi Mr. Won untuk melarikan diri dengan tenang.

 

BAB XVI PERJANJIAN DENGAN ALFRED HITCHCOCK

Seminggu setelah Jupe nyaris teriris-iris di San Fransisco, Trio Detektif mengunjungi Alfred Hitchcock di kantornya yang luas di World Studios. Sutradara film kenamaan itu membaca dengan teliti catatan Bob tentang kasus terakhir mereka dan kemudian meletakkannya di mejanya yang luas.

"Sebuah kasus yang sulit terpecahkan!" ujarnya. "Selamat karena kalian akhirnya berhasil memasukkan si penjahat Jensen itu ke dalam penjara."

"Terima kasih, sir," kata Jupe tanpa nampak terlalu bangga.

"Tentu saja," kata sang pembuat film dengan penuh perasaan, "ini sama sekali bukan kasus paling profesional yang pernah kalian tangani."

Jupe melonggarkan dasinya dan mukanya mulai memerah. Sutradara kenamaan itu menatap Bob dan Pete sambil menyeringai.

"Bahkan, Jones, sepertinya keberuntungan memainkan peranan yang lebih besar dalam kasus ini daripada logika dan deduksi."

Jupe bergerak dengan gelisah di kursinya.

"Sudah saya duga Anda akan berkata demikian, sir. Itulah sebabnya saya ragu-ragu untuk meminta Anda menuliskan kata pengantar untuk kasus ini."

Sutradara itu terkekeh dan menggelengkan kepala atas sikap Jupe yang tiba-tiba rendah hati. "Kekurangan dalam ketajaman pikiran dan analisis dalam kasus ini tertutupi oleh keberanian dan keteguhan hati."

Mata Alfred Hitchcock berbinar-binar sementara ia mengaitkan jari- jarinya di atas perutnya yang bundar.

"Bagaimanapun, keberanian kadang-kadang dapat diinterpretasikan sebagai kebodohan, seperti ketika kau mengambil resiko dengan bersembunyi di dalam peti itu. Komentar?"

"Resiko yang telah diperhitungkan," ujar Pete. "Dan segalanya berakhir dengan baik. Jensen dan Ping masuk penjara atas penculikan dan pencurian dan harta ’keluarga’ Mr. Won telah dikembalikan ke semua museum yang dibobolnya."

"Ah ya," Mr. Hitchcock mengangguk. "Mr. Won yang misterius. Bolehkah aku bertanya bagaimana ia bisa tahu kau ada di dalam peti?"

Jupiter mengerutkan kening. Ia merasa Mr. Hitchcock benar-benar gembira bisa menyindirnya.

"Saya benar-benar tidak punya penjelasan untuk itu, sir," katanya tanpa keyakinan.

Bob berbicara untuk menyelamatkan Jupe.

"Kami hanya bisa menduga bahwa setelah hidup selama lebih dari seratus tahun, inderanya telah menjadi jauh lebih tajam daripada orang kebanyakan."

"Pikiran yang bagus, Master Andrews," kata sang sutradara setuju. "Dan sesuatu yang perlu dipikirkan lebih lanjut. Mungkinkah seseorang melatih pikirannya untuk melihat yang tidak dapat dilihat orang lain?

Aku bisa membuat sebuah film tentang hal ini! Apapun yang terjadi, aku ingin tahu jika tokoh menarik ini, Mr. Won, muncul kembali. Dan jika memang demikian, marilah kita berharap ia tidak punya dendam apa-apa terhadap Trio Detektif seperti Jensen. Bicara tentang Jensen, apa yang terjadi dengannya setelah Misteri Hantu Hijau?"

Bob menjawab, "Itu mungkin merupakan kebetulan paling menakjubkan dalam kasus ini! Menurut keterangan Jensen kepada polisi, setelah ia melarikan diri dari Hash Knife Canyon, ia menuju ke pantai selatan tempat seorang temannya menjalankan sebuah bisnis penyelundupan perahu memancing beberapa mil dari Kota Fishingport di Atlantic Bay. Suatu hari ia kebetulan membaca di sebuah surat kabar lokal tentang tiga orang anak yang membantu menemukan harta karun yang hilang dari Kapten One-Ear."

Tentu saja Bob mengacu pada petualangan Trio Detektif menyingkap rahasia Pulau Tengkorak beberapa waktu yang lalu.

"Demi guntur dan kilat!" seru Mr. Hitchcock. "Kebetulan yang aneh memang! Aku dapat membayangkan keterkejutannya. Ia pasti merasa ia tidak dapat menghindari Trio Detektif, bahkan setelah ia berada di bagian lain dari benua ini!"

Pete melanjutkan, "Ia benar-benar marah dibuatnya dan mulai menyusun rencana untuk membalas dendam. Ia tahu bahwa suatu saat ia pasti akan kembali ke California ... bayaran yang didapatnya dari Mr. Won terlalu bagus untuk dilewatkan terlalu lama. Maka ia menunggu dengan sabar waktu untuk kembali dengan selamat ke pantai barat dan kembali bekerja untuk Won sambil menjalankan rencananya terhadap kami. Ia tidak mempercayai keberuntungannya ketika pekerjaan pertama dari Won adalah di museum Rocky Beach!"

Kini Jupe ikut mengambil bagian, "Hal pertama yang dilakukannya adalah mengajak Ping. Rencananya terlalu besar untuk dilakukan sendirian dan ia tahu ia perlu bantuan. Ping adalah salah seorang pekerja di Verdant Valley yang secara diam-diam membantu Jensen membuat masalah untuk Keluarga Green. Kemudian ia menggunakan identitas palsu untuk mendapatkan pekerjaan di museum, tempat barang-barang antik dari Dinasti Won dijadualkan untuk dikirim.

"Jika aku tidak salah, tinggal satu pertanyaan lagi yang belum terjawab," kata Mr. Hitchcock.

"Bagaimana Worthington menemukan saya?" tanya Jupe.

"Tepat," kata sang sutradara.

Jupe menarik nafas panjang dan mulai menjelaskan. "Setelah Worthington masuk ke dalam Rotary Club untuk menemui para penggemarnya, ia bergegas kembali ke Rolls Royce yang terparkir di depan gedung."

"Selalu seorang pengemudi profesional," komentar Mr. Hitchcock.

"Dan profesionalisme itulah yang menyelamatkan Jupe!" sela Bob.

"Merupakan sebuah kebetulan," lanjut Jupe, "bahwa van itu harus mengambil jalan yang melewati sisi gedung dan kemudian lewat tepat di depan tempat parkir Worthington. Ia merasa curiga ketika van itu pergi dengan tergesa-gesa dan ketika kami tidak segera keluar dari gedung untuk melakukan pengejaran, ia memutuskan untuk membuntutinya sendirian dan akan menelepon kami dengan telepon mobil setelah ia tahu tujuannya."

"Sebuah keputusan yang terbukti menyelamatkan nyawamu, Master Jones."

Jupe mengangguk. "Worthington membuntuti van sampai ke daerah perbukitan di luar Rocky Beach. Ia harus menjaga jarak karena Rolls

Royce sangat mudah dikenali dan hampir saja kehilangan kami ketika van itu tidak muncul-muncul dari jalan buntu itu ... seperti Anda ketahui, sebuah truk yang akhirnya muncul. Ia membuat dugaan yang tepat dan mulai membuntuti truk, yang nampaknya menuju San Fransisco. Saat itulah ia ingat akan telepon. Karena ia tidak tahu nomor telepon Rotary Club dan Bob, Pete, serta Chief Reynolds terlalu jauh untuk bertindak, ia memutuskan untuk menanyakan nomor telepon kepolisian San Fransisco ke bagian informasi. Kemudian ia menceritakan segala sesuatunya dan tetap berhubungan dengan polisi sampai van itu masuk ke garasi sebuah gedung yang ternyata dimiliki oleh Mr. Won."

Bob melanjutkan ceritanya, "Worthington kemudian mengambil resiko besar dengan meninggalkan Rolls Royce dan membuntuti Jensen dan Ping ke lift untuk melihat di lantai berapa mereka turun. Kemudian ia kembali ke mobil dan menunggu kedatangan polisi. Setelah itu sementara seorang polisi menjaga Rolls Royce, ia dan beberapa petugas lainnya memasuki gedung. Mereka menaiki lift dan karena hanya ada satu pintu di lantai itu, mereka merasa para penjahat telah terjebak. Ketika mereka mendengar ancaman Won terhadap Jupe, mereka memutuskan untuk bertindak!"

Pete tidak dapat lagi menahan diri. "Itulah semuanya!" serunya. "Maukah Anda sekarang menuliskan kata pengantar untuk kasus ini, sir?"

Alfred Hitchcock terkekeh sambil matanya kembali berbinar-binar. "Sebagai seorang sutradara aku punya hak untuk mengambil sebuah adegan berulang-ulang hingga mendapatkan hasil yang diinginkan.

Sebagai detektif kalian tidak punya hak itu. Kalian harus berpikir dengan cepat dan hanya dapat mengambil sebuah adegan sekali, kadang-kadang meskipun keadaan tidak memungkinkan. Mengingat hal itu, kurasa kalian telah bertindak dengan mengagumkan dalam menghadapi bahaya, bahkan meskipun kemampuan deduksi kalian tidak terlalu menonjol."

Trio Detektif beringsut maju di kursi mereka sambil menahan nafas.

"Maka meskipun tadinya aku kurang setuju, dengan ini kunyatakan kasus ini terpecahkan dan bersedia menuliskan kata pengantar."

Anak-anak itu berseri-seri dengan kesediaan Mr. Hitchcock namun sutradara besar itu belum selesai.

"Dengan satu syarat!"

"Apa itu, sir?" tanya Jupe.

Alfred Hitchcock bersandar kembali di kursinya, nampak sangat puas atas penampilannya. "Karena kasus ini tidak seperti kasus Trio Detektif biasanya -- dan kita semua setuju bahwa pemecahannya tidak terjadi dengan, ehm, terlalu meyakinkan -- aku bersedia menuliskan kata pengantar hanya jika kalian setuju untuk menerbitkannya di internet, sehingga para penggemar yang memuja kalian dapat melihat bahwa bahkan Trio Detektif yang begitu fantastis pun tidak selamanya hebat. Bisa diterima?"

Jupe segera menemukan keyakinan dirinya kembali dan duduk tegak. "Saya rasa itu adalah ide yang bagus, sir. Kami memang telah setuju untuk membeli seperangkat komputer untuk markas."

"Selamat tinggal Magic Mountain!" desah Pete.

"Yah," kata Bob. "Sepertinya kita telah kalah dengan keputusan satu banding dua lagi!"

Mereka semua tertawa namun kemudian Jupe berubah serius. "Kami berjanji untuk menerbitkan kasus ini di internet dan saya berjanji untuk belajar dari kesalahan-kesalahan yang saya lakukan dalam kasus ini dan tidak akan mengulanginya lagi."

Sutradara ternama itu tertawa terbahak-bahak. "Kau terlalu keras terhadap dirimu sendiri, Jones. Berbanggalah karena kalian telah memasukkan seorang buronan ke dalam penjara dan mengembalikan harta karun ke museum. Lebih dari yang dapat dilakukan oleh banyak detektif seumur hidup mereka!"

Ketiga anak itu tersenyum kepada pembimbing mereka dan berterima kasih sebelum pergi. Sendirian, Mr. Hitchcock mulai menuliskan kata pengantarnya untuk kasus terakhir Trio Detektif dan bertanya-tanya petualangan menegangkan apa yang selanjutnya akan dihadapi anak-anak muda itu.

TAMAT