BAB XI JUPE MENARIK
KESIMPULAN
Ketika Jupe tiba di rumah sore itu, ia berhenti untuk memastikan bahwa pangkalan telah terkunci. Ia dapat melihat samar-samar cahaya televisi dari pondok kecil yang didiami oleh Hans dan Konrad dan dapat mendengar suara kedua bersaudara itu tertawa terbahak-bahak melalui sebuah jendela yang terbuka. Sambil tersenyum Jupe menyeberang jalan menuju rumah kecil tempat tinggalnya bersama paman dan bibinya.
Detektif gempal itu sedang
tidak berselera dan hanya makan sedikit, membuat paman dan bibinya heran.
Sepanjang malam rentetan kejadian minggu itu melintas di kepalanya dan ia
berusaha menarik kesimpulan dari semua itu. Ia merasa yakin ada suatu pola di
balik kasus ini. Jika ia berusaha cukup keras seharusnya ia bisa menemukannya.
Namun sementara matahari
mulai tenggelam di kaki langit, langit berubah abu-abu, dan bintang-bintang
mulai bercahaya, pola itu tetap tersembunyi. Setelah berulang kali membalik
badan di tempat tidur, Jupe akhirnya tertidur dengan kasus Trio Penyamar di
dalam benaknya.
*****
Jupe tahu hari pasti telah
pagi. Sebelum membuka mata, ia telah dapat mencium harum sarapan daging dan
telur yang sedang disiapkan Bibi
Mathilda di dapur di bawah.
Ia berbaring di ranjang dan mengusap-usap matanya, berusaha mengingat mimpi
yang dialaminya sebelum terbangun.
Di dalam mimpi itu Bob
berada dalam kesulitan, ia terjebak di dalam sebuah peti mati dan berusaha
menyelipkan secarik kertas berisi pesan melalui sebuah retakan di penutup peti
supaya teman-temannya tidak menguburnya hidup-hidup. Jupe mengerutkan kening
atas mimpi aneh itu dan turun dari ranjang, berniat mengisi bahan bakar dengan
sarapan yang lezat untuk memulai hari yang baru ... dan untuk menggantikan
makan malamnya yang tidak seberapa.
Ia berhenti
sekonyong-konyong.
Jupe berkedip dan berdiri di
kaki ranjangnya, mulutnya terbuka.
Ia telah berhasil! Ia telah
mendapatkan jawaban atas teka-teki itu!
Sambil terburu-buru
mengenakan pakaian, ia berlari ke bawah dan meraih pesawat telepon.
"Demi Tuhan dan
langit!" seru Bibi Mathilda. "Jangan macam-macam sebelum kau mengisi
perutmu, Jupiter Jones! Kau akan mengkerut dan tertiup angin nanti kalau
tulang-tulangmu itu tidak segera kau beri daging!"
"Bolehkah aku menelepon
dulu, Bibi Mathilda? Ini mendesak sekali!"
Jupe memohon.
Paman Titus memandang
melalui bagian atas koran dan bergumama kepada istrinya.
"Permainan sedang
berlangsung, Sayang. Biarlah anak ini menelepon dan aku berani bertaruh uang lawan
donat ia akan memakan apapun yang kau hidangkan nanti."
Bibi Mathilda menggerutu dan
kembali sibuk di dapur. Jupe menyeringai ke arah pamannya dan mulai memutar
nomor telepon Pete.
*****
Setengah jam kemudian
anak-anak itu berkumpul di rumah Bob, duduk di tepi ranjang teman mereka itu.
Bob duduk berganjal beberapa bantal, kakinya masih terbungkus penopang.
"Kupikir karena kau
sedang tidak dalam kondisi yang menguntungkan, kita harus mengadakan rapat di
rumahmu, Bob," Jupe menjelaskan.
"Jadi apa berita besarnya,
Jupe?" kata Bob.
Mata Jupe berbinar-binar dan
ia tersenyum-senyum senang.
"Aku telah memecahkan
kasus ini!" katanya mengumumkan. "Dan itu kulakukan dengan sedikit
bantuan dari Bob!"
"Oh ya?" kata Bob.
"Apa yang kulakukan?"
"Bagaimana mungkin patahnya
kaki Bob membantumu memecahkan kasus ini, Jupe?" tanya Pete bingung.
"Bukan itu maksudku.
Kejadiannya dalam mimpiku!" seru Jupe. "Semalam aku bermimpi tentang
Bob. Dalam mimpiku itu ia terjebak di dalam sebuah peti yang sangat gelap.
Sepertinya sebuah peti mati. Ia berusaha memberi tahu kita bahwa ia ada di
dalam dengan menyelipkan secarik kertas melalui sebuah retakan. Aku merasa ada
sesuatu yang
sama sekali tak asing lagi
dengan situasi itu ... dan ketika aku terbangun, aku tahu!"
"Kau tahu apa?"
desak Pete.
Bob merasa mengerti.
"Kejadian itu terasa tidak asing bagimu karena sudah pernah terjadi!"
serunya.
"Tepat!" kata
Jupe. "Hanya saja Bob tidak terperangkap di dalam sebuah peti mati,
melainkan sebuah peti penyimpan anggur! Ketika aku teringat akan mimpi itu,
semua potongan teka-teki seakan-akan terjatuh ke tempatnya yang tepat! Toko
roti yang dibobol itu adalah Pearl’s Bakery, Pearl ... mutiara. Toko peralatan
itu adalah Green’s ... hijau. Tempat permainan itu adalah The Mineshaft ...
lubang tambang. Toko minuman itu adalah The Vineyard ... kebun anggur. Si
polisi gadungan bernama Jensen ... dan ia bahkan sempat menyebut Chinatown dan
nama Chang. Nah, sekarang apa yang menghubungkan mutiara, hijau, lubang
tambang, kebun anggur, Chinatown, dan nama Jensen serta Chang?"
Pete segera paham.
"Misteri Hantu Hijau!" jawabnya. Namun kemudian ia menggelengkan
kepala dan menatap Bob dan Jupe dengan putus asa. "Namun kau harus
menjelaskannya kepadaku. Apa hubungannya salah satu kasus lama kita dengan
adanya seseorang yang berusaha memfitnah kita?"
"Dua kata, Pete. Balas
dendam!"
"Balas dendam? Maksudmu
seseorang dari kasus lama itu berusaha membalas kita?" seru Pete.
"Menurutmu siapa, Pertama?"
"Biar kutebak!"
kata Bob. "Pasti Jupe menduga Mr. Won ... lelaki Cina misterius yang
mengaku berumur seratus tujuh tahun! Ia hendak membalas dendam karena kita
menghancurkan Mutiara Hantu terakhir!" "Mr. Won? Sebuah nama yang tak
ingin kudengar lagi!" desah Pete.
"Satu kasus saja cukup
untuk lelaki itu."
"Hampir, Bob, namun
tidak tepat," kata Jupe dengan dramatis.
"Bukan Mr. Won?"
tanya Bob. "Lalu menurutmu siapa?"
"Memang semula kupikir
juga Mr. Won ... ingat, jambangan-jambangan yang dirusak di museum berasal dari
Dinasti Won. Namun demikian hal itu terlalu gampang dan balas dendam sepertinya
bukan sifat Won. Aku tak percaya ia mau bersusah payah demi tiga orang anak
dari Rocky Beach. Lagipula kita tidak menghancurkan kalung Mutiara Hantu dengan
sengaja, hanya kecelakaan."
"Baiklah, jika bukan
Won lalu siapa?" tanya Pete. Jupe mengangkat bahu seolah-olah bagi Pete
dan Bob jawabannya sejelas baginya.
"Menurut deduksiku,
petugas polisi yang menggunakan nama Jensen itu menggunakan nama aslinya."
"Jensen!" seru
Bob. "Mandor dari Verdant Valley. Balas dendam sudah jelas merupakan
sifatnya."
"Waduh!" kata
Pete. "Ia tidak pernah tertangkap sejak melarikan diri dari Hashknife
Canyon. Tapi apa yang dilakukannya di sini di Rocky Beach? Dan mengapa setelah
selama ini?"
Jupiter mengeluarkan sebuah
kantung kulit kecil dari saku depannya dan menuangkan isinya di ranjang Bob.
"Itulah sebabnya aku mengumpulkan ini," katanya dengan bangga.
"Untuk menjebak Jensen dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
itu!"
Pete dan Bob menatap isi
kantung itu dengan mata terbelalak. Di atas kasur Bob tergeletak setumpukan
mutiara berwarna abu-abu buram. Mutiara Hantu!
BAB XII MEMBUAT PERANGKAP
"Wah! Mutiara
Hantu!" Bob dan Pete berseru serempak. "Di mana kau temukan,
Jupe?"
Penyelidik Pertama yang
gempal itu tidak dapat menahan tawa. "Aku tidak menemukan mutiara-mutiara
ini, aku membuatnya."
"Membuat? Apa
maksudmu?" tanya Pete.
Jupiter meraup segenggam
mutiara dan memberikannya kepada Bob dan Pete. "Ketika aku akhirnya bisa
menduga siapa di balik semua ini, aku mulai menyusun rencana, yang akan kubeberkan
sebentar lagi. Langkah pertama adalah menyiapkan beberapa Mutiara Hantu. Kalian
sama tahunya dengan aku bahwa Mutiara Hantu terakhir telah hancur dalam gua di
Verdant Valley. Maka aku memutuskan untuk membuat beberapa butir tiruannya.
Jika kalian amati mutiara di tangan kalian, kalian akan melihat bahwa itu
hanyalah kerikil halus yang kupungut di jalan masuk pangkalan dan kucat
abu-abu. Hasilnya cukup meyakinkan bukan?"
"Kau berhasil
menipuku," kata Bob. "Tapi bagaimana kita akan memanfaatkannya?"
"Koreksi," kata
Jupe, "maksudmu, bagaimana Pete dan aku akan memanfaatkannya."
"Oh ya," kata Bob muram. "Aku benar-benar tidak suka tidak dapat
ikut beraksi. Sepertinya Duet Detektif akan menangani sisa kasus ini."
"Jangan khawatir, Bob," kata Jupe menenangkan.
"Aku punya perasaan bahwa akan banyak yang bisa kau tulis tentang kasus
ini setelah malam penghargaan besok."
"Apakah kita akan
menggunakan batu-batu ini untuk menjebak Jensen?" tanya Pete.
"Ya," kata Jupe.
"Kita tahu bahwa Jensen adalah seorang penjahat berbahaya yang akan
melakukan apa saja demi uang. Maka marilah kita pancing dia masuk ke dalam
perangkap dengan sesuatu yang tak ternilai. Jensen tahu bahwa Mr. Won akan
membayar tinggi, maka menurutku ia takkan menolak umpan ini. Ia akan berusaha
mendapatkan mutiara ini ... dan kita akan ada di sana untuk menangkapnya!"
"Bersama polisi, tentu
saja," Pete menambahkan.
"Tentu saja," kata
Jupe setuju. "Jensen terlalu berbahaya untuk kita tangani sendiri. Aku
sama sekali tidak keberatan meminta bantuan Chief Reynolds untuk menyelesaikan
kasus ini."
Remaja gempal itu meraup
perhiasan tak ternilai itu dan memasukkannya kembali ke dalam kantung.
"Jadi apa tindakan kita
sekarang, Pertama?" tanya Pete.
"Sekarang kita harus
mengumumkan bahwa kita memiliki beberapa butir Mutiara Hantu terakhir di dunia!
Kita akan memberi tahu Chief Reynolds tentang rencana kita dan minta bantuannya
menyebarkan berita ini. Kita dapat menghubungi stasiun radio setempat dan
meminta mereka mengumumkan bahwa Trio Detektif akan memamerkan cendera mata
dari beberapa kasus mereka yang paling terkenal -- termasuk Mutiara Hantu yang
menakjubkan -- dalam acara besok."
"Ayahku kenal dengan
penerbit surat kabar Rocky Beach. Aku bisa memintanya memasang iklan dalam
terbitan hari ini, mengatakan bahwa Mutiara Hantu akan dipamerkan," kata
Bob.
Ayah Bob telah lama bekerja
pada sebuah surat kabar terkenal di Los Angeles. Ia sering kali tertarik akan
kasus-kasus anak-anak itu dan menawarkan bantuan jika mungkin.
"Usul yang bagus,
Data," kata Jupe. "Dan selagi kau tidak dapat ke mana-mana, kau bisa
memulai Hubungan Hantu ke Hantu, meminta anak- anak menyebarkan berita tentang
mutiara ini kepada siapa saja yang mau mendengarkan."
Hubungan Hantu ke Hantu
adalah rancangan Jupiter; masing-masing dari mereka menelepon lima orang kawan
yang berbeda dan meminta mereka melakukan sesuatu. Masing-masing dari kelima
kawan itu selanjutnya menelepon lima orang kawan mereka dan menyampaikan hal
yang sama. Dalam waktu beberapa jam Trio Detektif bisa mengerahkan seluruh populasi
anak-anak Rocky Beach!
"Bagaimana dengan kita,
Jupe?" tanya Pete. "Tidakkah sebaiknya kita melakukan Hubungan Hantu
ke Hantu juga?"
"Kita lakukan nanti.
Sekarang kau dan aku harus turun ke jalan dan menyebarkan berita tentang
mutiara ini."
"Mengapa aku tiba-tiba
merasa cemas?" tanya Pete resah.
"Sepertinya kau telah
mengenalku dengan baik," kata Jupe sambil tersenyum. "Kita tahu
Jensen mengamat-amati kita ... kemungkinan pada saat kita berbicara ini."
Pete menelan ludah dan
menyibakkan tirai, melihat keluar kaca jendela dengan raut wajah cemas.
"Jangan khawatir,
Pete," kata Bob. "Lingkungan sekitar sini aman dan rasanya ia tidak
akan macam-macam ketika hari masih terang."
Jupe melanjutkan, "Kita
tahu ia mengamati kita, maka biarlah ia mendengar kita juga. Pete dan aku akan
kembali ke pangkalan dan berkeliling, berusaha nampak sibuk. Selama itu kita
akan berbicara dengan keras tentang betapa bersemangatnya kita akan penghargaan
itu dan tentang akan dipamerkannya Mutiara Hantu."
Pete mulai berjalan mondar-mandir
dan mengusap-usap rambutnya. "Sekarang aku benar-benar cemas!"
"Kujamin kita tidak
akan apa-apa," kata Jupe.
"Bukan itu," seru Pete. "Jika kita
mondar-mandir di sekitar pangkalan, itu sama saja dengan meminta dipekerjakan
oleh Bibi Mathilda!" Ketiga sahabat itu tertawa terbahak-bahak.
*****
Beberapa menit kemudian,
setelah meninggalkan Bob untuk mulai menelepon, Jupe dan Pete menghentikan
sepeda mereka di depan gerbang pangkalan.
"Kita gunakan pintu
depan," kata Jupe. "Tidak ada gunanya memberi tahu semua rahasia
kita." "Apa yang harus kukatakan?" tanya Pete.
"Apa saja yang terpikir
olehmu. Bicara dengan keras namun wajar."
"Gampang saja bagimu
mengatakannya," desah Pete. "Akting bagimu telah mendarah
daging."
Selama sejam berikutnya
kedua anak itu berkeliaran di Jones Salvage Yard, merapikan barang-barang dan
berbicara dengan kuat tentang Mutiara Hantu. Ketika Jupe merasa puas, ia
menarik Pete ke pondok kecil yang berfungsi sebagai kantor dan berbisik di
telinganya.
"Sepertinya sudah cukup
bagus. Sekarang kita tinggal menunggu Jensen mengambil tindakan. Aku akan
memberi tahu Chief Reynolds dan menjelaskan rencana kita. Pasukannya harus
benar-benar waspada pada acara penghargaan besok, siap untuk menangkap Jensen
saat ia berusaha mengambil mutiara itu. Apakah tidak apa-apa bagimu untuk
pulang bersepeda? Mungkin sebaiknya kita minta tolong Konrad
mengantarkanmu."
"Tidak apa-apa,"
bisik Pete. "Tidak jauh dan seperti kata Bob, kecil kemungkinannya ia akan
mencoba macam-macam di tengah hari."
Jupiter memikirkannya selama
beberapa saat. "Aku yakin itu benar namun aku akan lebih tenang jika kau
keluar tanpa terlihat. Gunakan saja Gerbang Biru Dua dan ambil jalan belakang
untuk ke rumahmu.
Lebih baik
berhati-hati."
Gerbang Biru Dua adalah
sebuah jalan masuk rahasia di pagar pangkalan, terletak di sudut jauh pangkalan
di balik kantor. Pagar bagian luar dilukisi dengan pemandangan di taman,
ibu-ibu berpakaian gaya Victoria lengkap dengan payung mengawasi anak-anak
mereka bermain di tepi sebuah kolam. Dua papan yang merupakan jalan masuk
rahasia itu berwarna biru terang seperti langit. Karena sulit untuk
menggunakannya tanpa dilihat Bibi Mathilda, anak-anak itu jarang
memanfaatkannya kecuali dalam keadaan darurat.
"Akan kutelepon kau
setelah tiba di rumah," kata Pete.
"Baiklah. Jangan lupa
menelepon untuk Hubungan Hantu ke Hantu supaya orang-orang mulai membicarakan
Mutiara Hantu. Dan jangan lupa mandi bersih-bersih dan mengenakan pakaian
terbaikmu untuk besok!"
"Tidak akan lupa!"
bisik Pete. Remaja jangkung itu mengayuh sepedanya ke balik kantor dan
menghilang melalui Gerbang Biru Dua sementara Jupe masuk kembali ke kantor dan
mulai menelepon.
*****
Di seberang jalan Jensen dan
rekannya si orang Asia duduk di dalam sedan dengan mesin menyala. "Nah,
apa itu tadi ... Mutiara Hantu, Ping? Baru saja kita hendak melakukan aksi
terakhir dan meninggalkan kota ini. Bagaimana menurutmu?" gerutunya.
"Sepertinya sebuah
perangkap," gumam Ping.
"Itulah yang
kupikirkan," kata Jensen setuju. "Tetap saja aku akan punya cukup
uang untuk seumur hidup jika aku bisa mendapatkan mutiara itu dan kita tidak
usah melaksanakan rencana semula untuk menculik anak gendut itu demi
tebusan."
"Sepertinya
beresiko," kata Ping. "Tak mungkin kita bisa mengambil
mutiara-mutiara itu dengan polisi di mana-mana. Kita harus menyusun
rencana." "Oh, aku punya rencana, Ping," desis Jensen.
"Tentu saja aku punya rencana."
BAB XIII PERANGKAP TELAH
SIAP
Keesokan harinya Bob bangun
pagi-pagi dan terpincang-pincang turun ke dapur tempat ibunya sedang memasak
telur goreng untuk sarapan.
"Selamat pagi,
Robert," sapa ibunya. "Cepatlah makan sarapanmu. Kau perlu lebih
banyak waktu untuk bersiap-siap sekarang karena penopang kakimu itu."
Ayah Bob sedang menikmati
ritual hari Sabtunya dengan surat kabar, pipa, dan kopi yang banyak. Ia
meletakkan korannya dan tersenyum kepada Bob. "Jadi hari inilah hari
besarnya?"
"Ya," kata Bob
antusias. "Jupe berharap kita bisa menyelesaikan kasus ini hari ini!"
"Kasus," kata ayahnya, sedikit kaget. "Maksudku acara
penghargaan itu."
"Oh ya," Bob
mengangkat bahu, menyeringai. "Itu hari ini juga."
"Kalian tidak sedang
mempersiapkan yang aneh-aneh kan?" tanya ayahnya curiga.
Ibunya meletakkan piring di
depan Bob dan menuangkan jus jeruk untuknya. "Yang aneh-aneh tidaklah
terlalu aneh untuk Jupiter Jones. Ia memang telah menemukan cincinku tapi
kadang-kadang anak itu terlalu pintar!" katanya, menggelengkan kepala
sebagai penegasan.
"Sekarang makanlah,
Robert. Akan kusiapkan pakaianmu di tempat tidur."
Sebentar kemudian terdengar
tiga klakson kencang di depan rumah Bob. Bob mengintip dari jendela dan melihat
Rolls Royce bersepuh emas yang mengagumkan itu bertahta seperti sang raja
hutan. Ia menyeret kakinya dan keluar dari pintu depan. Worthington melompat
keluar dari mobil dan berlari ke sisi yang lain untuk membukakan pintu untuk
Bob.
"Terima kasih,
Worthington."
"Sama-sama, Master
Robert. Oh ya, saya akan senang sekali jika dapat membantu memecahkan kasus
Anda. Mobil ini akan berada di depan Rotary Club, siap berangkat begitu
diperlukan."
Bob tersenyum sambil masuk
ke bagian dalam Rolls Royce yang mewah. "Aku tak tahu apa yang dapat kami
lakukan tanpamu, Worthington."
Beberapa menit kemudian
mobil anggun itu berhenti di depan Jones Salvage Yard. Jupe dan Pete berdiri di
depan pagar, nampak bersih sekali. Rambut mereka tersisir rapi dan mereka
mengenakan pakaian terbagus mereka. Bob dapat melihat bahwa Jupiter juga
membawa ranselnya.
"Kue dan soda lagi,
Jupe?" tanyanya ketika kedua anak itu masuk ke mobil.
"Kalau Jensen beraksi
nanti, aku mau kita telah siap," kata remaja gempal itu. "Ini
walkie-talkie kita, alat penjejak, dan kapur. Benda- benda ini akan dipamerkan
namun kita akan bisa segera meraihnya kapan pun Jensen berusaha mengambil
mutiara itu." "Menurutku ia gila jika ingin beraksi di acara
itu," kata Pete. "Tempat itu pasti akan dipenuhi polisi!"
"Kuduga Jensen malah
akan memanfaatkan keadaan itu," jawab Jupe.
"Maksudmu ia akan
menyamar sebagai salah seorang anak buah Chief Reynolds?" tanya Bob.
"Kemungkinannya tidak
kecil. Aku berencana akan memperingatkan Chief begitu kita tiba agar hati-hati
terhadap adanya polisi yang menyamar."
Worthington berdehem.
"Maaf, Teman-teman. Saya harus tetap berada di mobil karena itu adalah
tugas saya. Namun demikian saya akan membuka mata terhadap kegiatan apapun yang
mencurigakan di luar gedung Rotary Club."
"Jika tidak terlalu
merepotkan, aku ingin kau masuk sebentar, Worthington. Aku tahu banyak orang
yang ingin berjumpa dengan Penyelidik Keempat Tidak Resmi," kata Jupe.
Worthington tersenyum.
"Mungkin saya bisa meninggalkan mobil sebentar. Cukup untuk sedikit teh
dan biskuit."
Mereka semua tersenyum.
Worthington dan gaya hidup Inggrisnya sering kali kontras dengan kepribadian
California Selatan.
Beberapa saat kemudian
Worthington bersuara. "Kita telah tiba dan merupakan kehormatan bagi saya
jika Anda mengizinkan saya membukakan pintu," katanya.
"Tentu saja,
Worthington. Akan membuat kedatangan kami penuh kesan," jawab Jupe.
*****
Sejenak kemudian anak-anak
itu duduk di meja kehormatan di sisi kanan podium. Leo Magellan, direktur
museum yang gendut, duduk di meja di sisi kiri dan memandang Pete dengan
curiga.
Pete menyikut Jupe.
"Sepertinya ia mengenaliku," katanya sambil menelan ludah.
"Santai saja,
Pete," bisik Jupe. "Kau tidak salah apa-apa. Sebelum hari ini
berakhir kuharap kita dapat membuktikannya!"
Panitia memberikan
penghargaan atas pengabdian mereka terhadap masyarakat dan persembahan cek
berjalan lancar tanpa terjadi sesuatu yang tidak wajar. Mutiara masih berada di
dalam kotak kaca di atas meja di tengah ruangan bersama beberapa cendera mata
dari kasus- kasus Trio Detektif yang lain, seperti proyektor yang digunakan
untuk menghasilkan hantu dari Misteri Hantu Hijau, koin emas dari Pulau
Tengkorak, dan kalung laba-laba perak dari Varania. Jupe nyaris gemetar di
kursinya penuh harap.
"Aku tak
mengerti," desahnya. "Aku yakin Jensen akan sudah beraksi sekarang.
Acara ini hampir selesai! Mari kita berbaur dengan orang- orang dan mencoba
mengenali Jensen."
Anak-anak itu meninggalkan
tempat duduk mereka. Pete menolong Bob menuruni tangga panggung dan mereka
menghilang di antara orang-orang yang memenuhi ruangan.
Tepat pada saat itu
terdengar bunyi barang pecah dari arah dapur.
Jupe berusaha mencapai pintu
dapur dan berusaha mencari Pete dan Bob di tengah kerumunan. Kini terdengar
teriakan dan jeritan dari balik pintu ayun dapur. Semua orang menoleh untuk
melihat apa yang terjadi. Jupe dapat melihat Chief Reynolds berbicara melalui
walkie-talkie-nya. Paling tidak dia waspada! Tiba-tiba pintu dapur terbuka dan Jupe
terjatuh ke lantai. Koki kepala dari jasa boga sedang memarahi seorang
bawahannya yang ceroboh.
"Kau bodoh! Kau telah
memecahkan jambangan Cina seharga seribu dolar!"
"Bukan saya," kata
pelayan itu bersikeras. "Saya didorong!"
"Hah! Didorong,"
kata si koki sinis. "Seperti waktu itu kau juga ’didorong’, eh? Tidak akan
terulang lagi! Kau dipecat!"
"Tapi ... tapi
..." pelayan itu tergagap-gagap. Jupe cepat bangkit. Ini dia! Suatu
pengalih perhatian! Ia lekas-lekas menatap sekeliling ruangan, mencari Bob dan
Pete. Mereka tak terlihat di tengah-tengah lautan manusia ... dan walkie-talkie
mereka ada di dalam kotak kaca di sisi lain ruangan! Jupe berpikir cepat. Hanya
ada satu hal yang bisa dilakukan.
Secepat seekor kucing, Jupe
menyelinap melewati koki yang sedang marah itu dan masuk ke dapur. Beberapa
pelayan telah berhenti bekerja untuk memandangi kejadian itu dan hampir-hampir
tidak menyadari kehadirannya. Jupe mengamati semua wajah mereka, mencari
Jensen. Ia tidak ada di dapur. Jupe berjalan cepat ke pintu masuk pelayan dan
mengintip melalui pintu belakang ke tempat parkir di belakang gedung Rotary
Club.
Tidak ada siapapun di tempat
parkir, hanya ada beberapa buah van putih dari jasa boga. Jupe berbalik hendak
kembali ke ruang makan ketika sesuatu menarik perhatiannya. Tiga dari van itu
berwarna putih mengkilap, baru. Namun yang keempat sudah tua, penyok-penyok,
dan penuh karat, seperti mobil yang menculik Bob! Setelah menimbang sejenak,
Jupe memutuskan untuk memeriksanya sendirian dan keluar dari pintu belakang.
Ia melangkah keluar ke bawah
cahaya terang matahari dan menudungi matanya. Tidak ada orang dan sekaranglah
kesempatannya! detektif gempal itu bergegas menuju van yang berbeda itu dan
dengan waspada mengintip melalui jendelanya. Kosong. Tanpa membuang waktu Jupe
membuka pintu belakang van.
Ia ternganga. Bagian
belakang van putih tua itu dipenuhi hasil seni dan harta dari Asia yang tak
ternilai! Jupe dapat melihat sutra yang indah, peti kayu hasil kerajinan
tangan, jambangan yang tak ternilai, dan benda-benda antik lainnya. Benda-benda
curian ini pasti bernilai satu juta dolar, pikirnya. Tiba-tiba ia mendengar
seruan dan suara kaki berlari. Jupe melihat sekeliling, mencari tempat
persembunyian. Hanya ada satu tempat dan ia menyadarinya.
Tanpa berpikir dua kali Jupe
melompat masuk ke bagian belakang van dan membanting pintunya hingga tertutup,
tepat pada saat Jensen dan Ping berlari keluar dari sudut gedung Rotary Club.
Jupe menelan ludah dan memandang sekelilingnya di dalam van. Peti itu!
Nampaknya cukup besar untuk seorang anak lelaki ... jika tidak ada sesuatu di
dalamnya! Jupe membuka penutupnya dan menghembuskan nafas lega. Kosong. Dengan
cepat ia melompat masuk dan menutup penutupnya ... tepat pada waktunya.
Jensen dan Ping membuka
pintu van dan Jupe mendengar suara mesin meraung hidup. Kemudian Jupe mendengar
suara lain. Bob, Pete, dan Chief Reynolds! Jupe tersenyum sendiri sementara van
itu mulai bergerak dan berguncang-guncang. Mereka akan membuntuti van itu dan
akhirnya memasukkan Jensen ke penjara, tempatnya yang seharusnya. Lalu secepat
munculnya, senyum Jupe berubah menjadi kerutan ketika ia mendengar Jensen dan
Ping berbicara. "Mendorong si tolol yang membawa piring-piring itu
benar-benar berguna," Jensen tertawa.
"Namun anak-anak sialan
itu masih sempat melihat kau memecahkan kaca dan mencuri mutiara-mutiara itu.
Kau seharusnya lebih hati-hati," katanya memperingatkan.
"Yah, sudahlah.
Sekarang kita tinggal menyingkirkan van ini, memuat semua barang ini ke truk
yang sebenarnya, dan kita bebas!"
"Apakah Won akan
membayar mahal?"
"Tentu saja.
Bagaimanapun juga ia menganggap semua ini miliknya yang sah. Kita kaya, Ping!
Sekarang kita harus ke San Fransisco tanpa tertangkap oleh polisi!" *****
Di bagian belakang jantung
Jupe berdebar kencang dan ia berkeringat dingin.
Won?
San Fransisco?
Jupe menelan ludah. Ia
berada dalam kesulitan besar dan tidak dapat berbuat apa-apa!
BAB XIV NYARIS "Ada
yang melihat Jupiter Jones?" seru Chief Reynolds. Orang-orang yang ada di
Rotary dilanda kebingungan; para tamu berdiri di sekitar gedung,
memperbincangkan perampokan dan menganalisis yang baru saja terjadi. Chief
Reynolds berseru lagi. "Ada yang melihat Jupiter Jones?"
Beberapa orang di antara
kerumunan menggelengkan kepala, yang lain kembali asyik bercakap-cakap, semakin
lama semakin sensasional. Si koki menggeleng dan menatap Bob dan Pete.
"Terakhir kali aku
melihat Jones adalah ketika pintu dapur menjatuhkannya ke lantai. Itu sekitar
sepuluh menit yang lalu ... ia tidak mungkin pergi terlalu jauh dalam sepuluh
menit."
"Ingat, yang kita
bicarakan adalah Jupiter Jones," kata Pete. "Ia bisa saja berada di
Meksiko sekarang!"
"Aku hampir-hampir
percaya itu mungkin saja dengan Jones," si koki menghela nafas.
Bob tertatih-tatih dengan
penopangnya menuju ke tempat van Jensen terparkir tadi.
"Menurut Anda, apakah
mobil-mobil patroli akan bisa menyusul Jensen, Chief?"
"Aku telah memberi
pengumuman ke seluruh penjuru Rocky Beach and daerah sekitarnya, termasuk Los
Angeles. Polisi akan menghentikan setiap van putih yang mereka lihat ... kita
akan menangkapnya, Bob."
Pada saat itu Pete
berbicara, "Chief, baru terpikir oleh saya. Bagaimana jika Jupe sedang
berada di dalam van ketika Jensen dan temannya melarikan diri? Waduh, ia akan
mendapat masalah besar jika mereka menemukannya!"
Chief nampak khawatir.
"Memang seperti Jones, berbuat seperti itu. Sebaiknya aku memberi tahu
anak buahku untuk ekstra waspada. Van itu bisa saja punya tempat rahasia."
*****
Di dalam peti antik Jupiter
Jones tersengal-sengal dan kakinya mulai kesemutan. Ia menghitung jarak ke San
Fransisco dari Rocky Beach, berapa waktu yang diperlukan, dan menggigit bibir.
Ia tidak yakin ia dapat bertahan selama itu di dalam tempat persembunyiannya.
Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil resiko dengan membuka penutup peti untuk
mendapatkan sedikit udara segar.
Tepat pada saat ia hendak
membuka penutup peti itu, van berhenti tiba- tiba. Pintu dibanting tertutup dan
Jupe mendengar langkah kaki terseret-seret dan gumaman sementara Jensen dan
Ping mulai memindahkan harta curian mereka dari van ke bak belakang truk yang
akan mereka gunakan untuk melarikan diri.
Ketika mereka sampai pada
peti tempatnya berada, Jupe menahan nafas. Peti itu terangkat beberapa inci dan
kemudian terbanting dengan keras ke lantai van.
"Peti ini bukannya
kosong?" tukas Jensen. "Seharusnya kita mengisinya dengan emas,"
katanya.
"Mungkin sebaiknya kita
buka saja," kata Ping.
"Tidak ada waktu,"
jawab Jensen. "Kita harus tiba di San Fransisco sejam lagi. Ayo cepat ...
angkat!"
Jupe merasa peti terangkat.
Ia menyiapkan dirinya untuk benturan yang pasti akan terjadi saat peti itu
dimasukkan ke dalam truk. Jensen dan Ping membantingnya dengan kuat.
Setelah beberapa kali
bolak-balik, kedua penjahat itu selesai mengosongkan van. Jupe mendengar pintu
truk dibanting tertutup dan mesinnya meraung hidup. Ia ada dalam perjalanan
menuju San Fransisco ... suka atau tidak!
*****
Di Rotary Club di Rocky
Beach Bob Andrews dan Pete Crenshaw duduk dengan gelisah, menunggu masuknya
laporan yang mengatakan bahwa van putih itu telah ditemukan dan rekan mereka
diselamatkan.
Ketika sejam telah berlalu,
Pete berdiri dan mulai mondar-mandir. "Seandainya saja Jupe sempat
mengambil walkie-talkie, kita akan bisa menemukannya!"
"Jangan khawatir,
Peter," kata Chief Reynolds menenangkan. "Banyak orang yang mencari
Jupiter sekarang. Kita pasti akan menemukannya."
"Mudah-mudahan saat itu
belum terlambat," kata Bob. "Kita pernah berurusan dengan Jensen dan
tahu apa yang bisa dilakukannya. Jika ia menemukan Jupe bersembunyi di van itu
...."
Bob tidak menyelesaikan
kalimatnya. Mereka semua tahu apa yang akan terjadi seandainya Jensen menemukan
Jupe.
Tepat pada saat itu radio di
mobil Chief bersuara. "Chief Reynolds, masuk. Ganti."
Chief meraih mikrofon dengan
cepat. "Ini Chief, ada berita apa?" "Kami telah menemukan van
itu, ditinggalkan di kaki bukit beberapa mil di sebelah utara kota. Van itu
disembunyikan di sebuah ceruk, terlindung oleh dinding tebing. Ganti."
"Aku datang sekarang!
Ganti dan selesai." Chief Reynolds melompat masuk ke mobil.
"Mari, Anak-anak!"
Bob dan Pete bergegas masuk
ke dalam mobil patroli. Chief menyalakan lampu dan sirenenya dan memacu mobil
menuju perbukitan di daerah pantai. Pete dan Bob berpegangan kuat ketika
jalanan menyempit dan aspal berganti dengan tanah. Mereka tidak perlu cemas,
Chief Reynolds adalah seorang pengemudi ahli dan mengambil tikungan-tikungan
tajam dengan tangkas.
Namun ketika mereka tiba di
ceruk yang kering itu, tidak banyak yang dapat mereka lihat. Van putih tua itu
kosong.
Pete dan Bob memeriksa van
itu dengan cermat, luar dalam.
"Ada banyak jejak kaki
di belakang van," kata Bob. "Sepertinya Jensen dan satu orang lagi,
kemungkinan si orang Asia yang menculikku, memindahkan sesuatu dari van ke
sebuah kendaraan lain. Lihatlah ke sini," lanjutnya, mengikuti jejak di
debu jalan. "Jejak ban dari sebuah kendaraan lain. Jensen pasti telah
menyiapkan mobil untuk melarikan diri di sini."
"Ban yang ini lebih
lebar," kata Chief Reynolds. "Menurutku sebuah truk." "Tapi
apa yang mereka pindahkan dari bagian belakang van?" tanya Pete cemas.
"Dan bagaimana kita bisa menemukan mereka kalau kita tidak tahu truk macam
apa yang kita cari?" *****
Di bak belakang truk Jupe
mengangkat penutup peti. Hampir-hampir tidak bergerak. Jensen pasti telah
meletakkan sesuatu yang berat di atasnya! Jupe berusaha tetap tenang namun
sulit sekali dengan pikiran bahwa ia harus terperangkap di dalam peti selama
sejam lagi. Ia mendorong sekuat tenaga dengan bahunya dan berhasil membuka
penutup itu, cukup untuk kepala dan tangan kirinya.
Jupe menjulurkan kepalanya
dan melihat benda yang menahan penutup peti itu. Sebuah patung harimau yang
terbuat dari marmer. Jupe mendorong sekali lagi dan berhasil mengeluarkan
tangannya yang lain. Sedikit lagi. Sambil mengempiskan perut, Penyelidik Pertama
memaksakan diri keluar dari peti dan terjatuh ke lantai. Patung berukuran besar
itu bergoyang-goyang di atas peti, sedikit lagi terjatuh. Jupe melompat untuk
menahannya. Ia tidak ingin tempat persembunyiannya ketahuan lebih cepat!
Bak belakang truk itu gelap,
satu-satunya cahaya yang memungkinkan Jupe melihat masuk melalui sebuah jendela
di dinding seberangnya. Ia meraba-raba melalui benda-benda antik curian dan
berdiri di atas sebuah karpet yang tergulung hingga ia dapat menempelkan
wajahnya ke jendela yang berdebu itu. Di baliknya ia dapat melihat Jensen di
belakang kemudi. Orang itu sedang berbicara dengan rekannya.
"Menurutku ada sekitar
satu juta dolar di belakang, Ping. Mudah sekali mendapatkan pekerjaan sebagai
penjaga keamanan di museum itu!" tawanya. "Barang-barang itu ada di
dalam kotak dan peti di tempat penyimpanan bawah tanah museum, menunggu untuk
dipamerkan. Mereka tidak akan merasa kehilangan sampai satu minggu lagi,
seperti kata Won."
"Berapa yang kita minta
untuk mutiara itu?" tanya Ping.
"Sepertinya kita bisa
mendapat banyak," Jupiter dapat melihat Jensen mengangkat kantung yang
berisi mutiara-mutiara palsu itu. "Mungkin satu juta untuk penawaran
pertama. Siapa tahu?"
Jupe dapat mendengar kedua
penjahat itu tertawa sementara ia turun dari atas karpet. Ia membuat tanda
tanya di peti dan pintu truk dengan kapurnya. Ia tidak yakin hal itu akan ada
gunanya namun paling tidak lebih baik daripada memikirkan bahwa sebentar lagi
ia harus kembali masuk ke dalam peti. Juga lebih baik daripada memikirkan apa
yang akan dilakukan Jensen dan Ping ketika mereka tiba di San Fransisco dan
menemukannya di bak belakang.
Tidak lama kemudian Jupe
merasa truk itu melambat dan berbelok- belok lebih sering. Ia menarik nafas,
menyadari bahwa sudah waktunya ia kembali ke dalam peti. Masuk ternyata lebih
mudah daripada keluar namun tetap saja Jupe harus bersusah payah memaksa
badannya yang gempal masuk.
Beberapa menit setelah ia
berada di dalam, truk itu berhenti dan mesinnya dimatikan. Jupe mendengar pintu
bak belakang dibuka dan Jensen dan Ping mulai sibuk.
Selama di dalam peti Jupe
telah memikirkan sebuah rencana dan memutuskan untuk tetap bersembunyi di dalam
peti sampai hari gelap, lalu berusaha kabur setelah memastikan semua orang
telah meninggalkan tempat persembunyian Won. Bukan sebuah rencana yang terlalu
bagus namun hanya itu yang dapat dipikirkannya.
Sekarang tiba giliran peti
Jupe untuk dipindahkan. Ia dapat mendengar Jensen dan Ping mengumpat-umpat
sementara mereka berjuang mengangkat peti yang berat itu. Ketika akhirnya peti
itu diletakkan, Jupe mendengar sebuah suara yang dikenalnya. Won!
"Apa maksudnya
ini?" tanya Won tajam.
"Apa maksudmu?"
tukas Jensen. "Ini sudah semuanya, sesuai permintaanmu."
"Aku tidak bicara
tentang harta ini, bodoh. Aku bicara tentang harta yang ada di dalam
harta."
"Kau harus berhenti
bicara penuh teka-teki, Won. Bikin repot saja," kata Jensen.
"Buka peti yang
terakhir itu dan lihatlah apa yang tersembunyi dari mata yang tidak
waspada," jawab Won.
Penutup peti perlahan
terangkat dan Jupiter Jones yang kebingungan dan sedikit malu-malu beranjak
keluar dari dalamnya.
BAB XV KEMATIAN DENGAN 1000
IRISAN
Jupiter Jones keluar dari
peti dan segera dibekuk dengan kasar oleh Ping. Jensen berdiri dengan mulut
terbuka, menatap Mr. Won, kemudian peti itu, dan kemudian Mr. Won lagi.
"Bagaimana kau tahu ia
ada di dalam situ?" Mr. Won menyipitkan mata di balik kacamatanya yang
berbingkai emas dan menggelengkan kepala.
"Apabila kau telah
hidup selama aku, kau akan memahami bahwa ada banyak cara untuk melihat tanpa
menggunakan mata."
Jupe mengamati ruangan yang
besar dan melingkar itu. Tepat seperti yang digambarkan Bob dan Pete ketika
mereka menangangi Misteri Hantu Hijau. Dinding-dindingnya masih tetap tertutupi
tirai tebal berwarna merah dengan sulaman emas yang menggambarkan naga dan
kuil. Di bagian depan ruangan terdapat kursi Mr. Won yang besar; terbuat dari
kayu hitam dengan ukiran yang indah dan dilengkapi dengan bantalan yang tebal.
Mr. Won sendiri mengenakan jubah bangsawan Cina kuno berwarna merah yang
terjuntai sampai ke lantai. Ia bangkit dari kursi besarnya dan mengacungkan
jari ke arah Jupe.
"Mendekatlah,
Nak," katanya dengan suara yang pelan namun tegas.
Jupe melangkah maju dan
berdiri di hadapan Mr. Won, berusaha keras untuk nampak tegar.
"Tidak apa-apa merasa
takut," kata Mr. Won, seolah-olah membaca pikirannya.
"Itu memberi tahuku
bahwa kau menghargai kekuatanku." Jupe berdiri diam, berpikir keras
mencari jalan keluar.
"Bagaimanapun juga,
dulu aku telah bersikap luwes terhadap teman- temanmu, sekarang aku tidak bisa
berjanji." Ia melangkah mendekati Jupe. "Kau telah terbukti cukup
sukar ditaklukkan, Bulat."
Jupe mengerutkan kening
mendengar acuan terhadap bentuk tubuhnya. Bahkan di dalam situasi yang paling
berbahaya sekalipun ia tetap peka akan tubuhnya. Ia hendak mengucapkan sesuatu
ketika Mr. Won berbicara lagi.
"Kau telah melihat dan
mendengar terlalu banyak. Seperti yang kau ketahui, aku telah menghabiskan
seluruh hidupku berusaha mendapatkan dan mengembalikan harta karun dari Dinasti
Won ke pemiliknya yang sah. Aku adalah keturunan paling tua yang masih hidup
dari Dinasti Won Cina kuno. Harta di depan matamu ini adalah milik keluargaku
yang terhormat, tidak untuk didiamkan di museum."
Jupe menelan ludah dan
memandang berkeliling. Ping mendekatinya dari belakang, seolah-olah merasa Jupe
akan berusaha lari menuju pintu sewaktu-waktu. Mr. Won mengibaskan tangan.
"Si Bulat tahu tidak
ada jalan untuk melarikan diri, Ping. Ia tidak akan mencoba sesuatu yang bodoh
seperti lari, benar?"
Jupe mengangguk
lambat-lambat dan menatap sepatunya. Ia ingat yang dikatakan Bob dan Pete
tentang kekuatan hipnotis Mr. Won dan mengingatkan dirinya untuk tidak
terpengaruh.
Mr. Won terus berbicara
sambil berjalan mondar-mandir di depan Jupe. "Kau tentu saja tidak punya
apa-apa yang aku belum punya untuk kau tawarkan kepadaku, jadi tidak ada
gunanya tawar-menawar untuk kebebasanmu."
Sekonyong-konyong sebuah ide
melintas di kepala Jupe.
"Saya punya Mutiara
Hantu!" tukasnya. "Tidak banyak, namun cukup untuk memperpanjang umur
Anda paling tidak setahun lagi!"
Won berhenti melangkah dan
memalingkan muka ke arah Jupe. "Dengan mudah aku dapat membaca pikiranmu
untuk mengetahui kebenaran hal ini, Bulat. Jangan coba-coba menipuku."
"Anda tidak perlu membaca pikiran saya," kata Jupe cepat. "Lihat
saja di dalam kantung yang ada di saku Jensen." Mata Mr. Won menyipit
kembali dan ia duduk lagi di kursinya yang besar.
"Pegang dia,"
katanya pelan. Sebelum Jensen dapat bergerak, kedua tangannya dibekuk dari
belakang oleh dua orang pelayan setia Mr. Won. Jupe merasa seolah-olah mereka
muncul begitu saja dari lipatan tirai. Jensen memberontak dan mendengus seperti
seekor banteng namun bahkan tenaganya yang besar pun bukan tandingan kedua anak
buah Won.
"Apa maksudnya
ini?" seru Jensen marah. "Tidakkah kau pikir aku akan memberikannya
kepadamu?! Segala sesuatu ada harganya, tahu!" Wajahnya berubah merah dan
ia memaki-maki.
Mr. Won duduk dengan sabar
hingga Jensen selesai memaki-maki. "Sudah cukup aku mendengar omonganmu.
Gara-gara kebodohanmu sekarang situasi kita yang sudah rumit ketambahan lagi
anak lelaki ini," kata Mr. Won. "Tolong mutiaranya."
Satu lagi pelayan muncul
dari balik tirai dan menggeledah saku-saku Jensen sementara lelaki besar itu
memberontak. Si pelayan menemukan kantung kelereng milik Jupe dan
menyerahkannya kepada Mr. Won.
"Kau sungguh berani dan
dapat berpikir cepat, Bulat," kata Mr. Won pelan. "Mungkin kau telah
membeli kebebasanmu."
Mr. Won meraih ke sela-sela
bantalan kursinya dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi cairan bening. Ia
meraih ke dalam tas Jupe dan mengeluarkan sebutir Mutiara Hantu. "Jika ini
benar-benar mutiara kehidupan, kau akan mendapatkan kebebasanmu ... dengan
syarat kau menyerahkan semua sisa mutiara yang kau miliki. Cukup adil, Bulat.
Namun demikian, jika ini
adalah sebuah tipuan, kau akan menjadi korban kematian dengan seribu irisan.
Cukup adil juga."
Hati Jupe mengecil. Ia tidak
menduga Mr. Won akan menguji salah satu mutiara itu. Tapi sebelum ia dapat
menyatakan keberatan, Mr. Won menjatuhkan kerikil itu ke dalam botol, menyentuh
dasarnya dengan sebuah dentingan. Ketika batu itu tidak melebur, Mr. Won
menatap Jupe penuh amarah.
"Tatap mataku, Bulat,
dan lihatlah kematianmu."
Jupe didorong ke depan oleh
para pelayan Mr. Won, genggaman mereka di lengannya terasa sekeras baja.
Sementara ia berusaha mengalihkan pandangannya dari tatapan Mr. Won yang
menembus, hatinya berdebar keras dan keringat dingin muncul di dahinya. Ia
tidak akan pernah melihat Bibi Mathilda atau Paman Titus lagi. Dan bagaimana
dengan Pete dan Bob? Apa yang akan mereka lakukan tanpanya? Ada begitu banyak
orang yang tidak akan sempat diberinya selamat tinggal. Hans dan Konrad.
Worthington ....
Worthington! Dengan dentuman
yang kencang, pintu tempat persembunyian Mr. Won yang terbuat dari kayu oak
tebal terbanting ke lantai dan supir Inggris bertubuh jangkung itu menyerbu
masuk! Ia diikuti beberapa orang polisi dengan pistol teracung.
Sejenak terjadi kekacauan
dan para pelayan Mr. Won berusaha melarikan diri melalui jalan keluar rahasia
yang tersembunyi di balik tirai. Para polisi berusaha menangkap
sebanyak-banyaknya yang mereka bisa namun mereka direpotkan oleh Jensen dan
Ping, yang hampir saja berhasil kabur sebelum akhirnya sebuah tembakan
peringatan ke langit- langit dilepaskan oleh salah seorang polisi. Worthington
melihat Jupe dan bergegas menghampiri.
"Lepaskan dia,
Teman-teman!" serunya dengan berani, menyerang para pelayan Won dengan
gerakan judo yang membuat Jupe terbelalak. Anak- anak itu telah mengenal
Worthington cukup lama namun tidak ada yang tahu bahwa ia memiliki minat dalam
ilmu bela diri!
Anak buah Won bukan
tandingan supir jangkung itu dan mereka berlari menuju pintu ... dan para
polisi.
"Anda tidak apa-apa,
Master Jones? Anda tidak terluka?"
"Aku baik-baik saja,
Worthington," Jupe menghembuskan nafas lega.
"Tapi bagaimana kau
menemukanku?" Si supir jangkung memungut topinya dari lantai dan
meluruskan dasinya.
"Mari kita pergi ke
tempat yang aman dulu dan nanti saya akan menjelaskan semuanya."
"Sebentar, Worthington,"
kata Jupe. "Ada satu orang yang ingin kupastikan tidak dapat lari kali
ini." Selama kekacauan berlangsung Mr. Won duduk diam di kursi hitamnya
yang besar. Kini Jupe dan Worthington melihatnya dengan tenang mengangkat salah
satu bantalan tangan di kursinya dan menekan sebuah tombol merah yang
tersembunyi di bawahnya. Dengan takjub mereka menyaksikan lantai tempat kursi
Mr. Won terletak mulai berputar ... dan dalam beberapa detik ia telah
menghilang, digantikan oleh sebuah dinding bertirai. Jupe mendengar sebuah
dentingan berat di balik dinding itu. Ia menduga itu adalah sebuah mekanisme
pengunci. Akan dibutuhkan waktu lama untuk menjebol dinding itu. Cukup waktu,
pikir Jupe, bagi Mr. Won untuk melarikan diri dengan tenang.
BAB XVI PERJANJIAN DENGAN
ALFRED HITCHCOCK
Seminggu setelah Jupe nyaris
teriris-iris di San Fransisco, Trio Detektif mengunjungi Alfred Hitchcock di
kantornya yang luas di World Studios. Sutradara film kenamaan itu membaca
dengan teliti catatan Bob tentang kasus terakhir mereka dan kemudian
meletakkannya di mejanya yang luas.
"Sebuah kasus yang
sulit terpecahkan!" ujarnya. "Selamat karena kalian akhirnya berhasil
memasukkan si penjahat Jensen itu ke dalam penjara."
"Terima kasih,
sir," kata Jupe tanpa nampak terlalu bangga.
"Tentu saja," kata
sang pembuat film dengan penuh perasaan, "ini sama sekali bukan kasus
paling profesional yang pernah kalian tangani."
Jupe melonggarkan dasinya
dan mukanya mulai memerah. Sutradara kenamaan itu menatap Bob dan Pete sambil
menyeringai.
"Bahkan, Jones,
sepertinya keberuntungan memainkan peranan yang lebih besar dalam kasus ini
daripada logika dan deduksi."
Jupe bergerak dengan gelisah
di kursinya.
"Sudah saya duga Anda
akan berkata demikian, sir. Itulah sebabnya saya ragu-ragu untuk meminta Anda
menuliskan kata pengantar untuk kasus ini."
Sutradara itu terkekeh dan
menggelengkan kepala atas sikap Jupe yang tiba-tiba rendah hati.
"Kekurangan dalam ketajaman pikiran dan analisis dalam kasus ini tertutupi
oleh keberanian dan keteguhan hati."
Mata Alfred Hitchcock
berbinar-binar sementara ia mengaitkan jari- jarinya di atas perutnya yang
bundar.
"Bagaimanapun,
keberanian kadang-kadang dapat diinterpretasikan sebagai kebodohan, seperti
ketika kau mengambil resiko dengan bersembunyi di dalam peti itu. Komentar?"
"Resiko yang telah
diperhitungkan," ujar Pete. "Dan segalanya berakhir dengan baik.
Jensen dan Ping masuk penjara atas penculikan dan pencurian dan harta
’keluarga’ Mr. Won telah dikembalikan ke semua museum yang dibobolnya."
"Ah ya," Mr.
Hitchcock mengangguk. "Mr. Won yang misterius. Bolehkah aku bertanya
bagaimana ia bisa tahu kau ada di dalam peti?"
Jupiter mengerutkan kening.
Ia merasa Mr. Hitchcock benar-benar gembira bisa menyindirnya.
"Saya benar-benar tidak
punya penjelasan untuk itu, sir," katanya tanpa keyakinan.
Bob berbicara untuk
menyelamatkan Jupe.
"Kami hanya bisa
menduga bahwa setelah hidup selama lebih dari seratus tahun, inderanya telah
menjadi jauh lebih tajam daripada orang kebanyakan."
"Pikiran yang bagus,
Master Andrews," kata sang sutradara setuju. "Dan sesuatu yang perlu
dipikirkan lebih lanjut. Mungkinkah seseorang melatih pikirannya untuk melihat
yang tidak dapat dilihat orang lain?
Aku bisa membuat sebuah film
tentang hal ini! Apapun yang terjadi, aku ingin tahu jika tokoh menarik ini,
Mr. Won, muncul kembali. Dan jika memang demikian, marilah kita berharap ia
tidak punya dendam apa-apa terhadap Trio Detektif seperti Jensen. Bicara
tentang Jensen, apa yang terjadi dengannya setelah Misteri Hantu Hijau?"
Bob menjawab, "Itu mungkin
merupakan kebetulan paling menakjubkan dalam kasus ini! Menurut keterangan
Jensen kepada polisi, setelah ia melarikan diri dari Hash Knife Canyon, ia
menuju ke pantai selatan tempat seorang temannya menjalankan sebuah bisnis
penyelundupan perahu memancing beberapa mil dari Kota Fishingport di Atlantic
Bay. Suatu hari ia kebetulan membaca di sebuah surat kabar lokal tentang tiga
orang anak yang membantu menemukan harta karun yang hilang dari Kapten
One-Ear."
Tentu saja Bob mengacu pada
petualangan Trio Detektif menyingkap rahasia Pulau Tengkorak beberapa waktu
yang lalu.
"Demi guntur dan
kilat!" seru Mr. Hitchcock. "Kebetulan yang aneh memang! Aku dapat
membayangkan keterkejutannya. Ia pasti merasa ia tidak dapat menghindari Trio
Detektif, bahkan setelah ia berada di bagian lain dari benua ini!"
Pete melanjutkan, "Ia
benar-benar marah dibuatnya dan mulai menyusun rencana untuk membalas dendam.
Ia tahu bahwa suatu saat ia pasti akan kembali ke California ... bayaran yang
didapatnya dari Mr. Won terlalu bagus untuk dilewatkan terlalu lama. Maka ia
menunggu dengan sabar waktu untuk kembali dengan selamat ke pantai barat dan
kembali bekerja untuk Won sambil menjalankan rencananya terhadap kami. Ia tidak
mempercayai keberuntungannya ketika pekerjaan pertama dari Won adalah di museum
Rocky Beach!"
Kini Jupe ikut mengambil
bagian, "Hal pertama yang dilakukannya adalah mengajak Ping. Rencananya
terlalu besar untuk dilakukan sendirian dan ia tahu ia perlu bantuan. Ping
adalah salah seorang pekerja di Verdant Valley yang secara diam-diam membantu
Jensen membuat masalah untuk Keluarga Green. Kemudian ia menggunakan identitas
palsu untuk mendapatkan pekerjaan di museum, tempat barang-barang antik dari
Dinasti Won dijadualkan untuk dikirim.
"Jika aku tidak salah,
tinggal satu pertanyaan lagi yang belum terjawab," kata Mr. Hitchcock.
"Bagaimana Worthington
menemukan saya?" tanya Jupe.
"Tepat," kata sang
sutradara.
Jupe menarik nafas panjang
dan mulai menjelaskan. "Setelah Worthington masuk ke dalam Rotary Club
untuk menemui para penggemarnya, ia bergegas kembali ke Rolls Royce yang
terparkir di depan gedung."
"Selalu seorang
pengemudi profesional," komentar Mr. Hitchcock.
"Dan profesionalisme
itulah yang menyelamatkan Jupe!" sela Bob.
"Merupakan sebuah
kebetulan," lanjut Jupe, "bahwa van itu harus mengambil jalan yang
melewati sisi gedung dan kemudian lewat tepat di depan tempat parkir
Worthington. Ia merasa curiga ketika van itu pergi dengan tergesa-gesa dan
ketika kami tidak segera keluar dari gedung untuk melakukan pengejaran, ia
memutuskan untuk membuntutinya sendirian dan akan menelepon kami dengan telepon
mobil setelah ia tahu tujuannya."
"Sebuah keputusan yang
terbukti menyelamatkan nyawamu, Master Jones."
Jupe mengangguk.
"Worthington membuntuti van sampai ke daerah perbukitan di luar Rocky
Beach. Ia harus menjaga jarak karena Rolls
Royce sangat mudah dikenali
dan hampir saja kehilangan kami ketika van itu tidak muncul-muncul dari jalan
buntu itu ... seperti Anda ketahui, sebuah truk yang akhirnya muncul. Ia
membuat dugaan yang tepat dan mulai membuntuti truk, yang nampaknya menuju San
Fransisco. Saat itulah ia ingat akan telepon. Karena ia tidak tahu nomor
telepon Rotary Club dan Bob, Pete, serta Chief Reynolds terlalu jauh untuk
bertindak, ia memutuskan untuk menanyakan nomor telepon kepolisian San
Fransisco ke bagian informasi. Kemudian ia menceritakan segala sesuatunya dan
tetap berhubungan dengan polisi sampai van itu masuk ke garasi sebuah gedung
yang ternyata dimiliki oleh Mr. Won."
Bob melanjutkan ceritanya,
"Worthington kemudian mengambil resiko besar dengan meninggalkan Rolls
Royce dan membuntuti Jensen dan Ping ke lift untuk melihat di lantai berapa
mereka turun. Kemudian ia kembali ke mobil dan menunggu kedatangan polisi.
Setelah itu sementara seorang polisi menjaga Rolls Royce, ia dan beberapa
petugas lainnya memasuki gedung. Mereka menaiki lift dan karena hanya ada satu
pintu di lantai itu, mereka merasa para penjahat telah terjebak. Ketika mereka
mendengar ancaman Won terhadap Jupe, mereka memutuskan untuk bertindak!"
Pete tidak dapat lagi
menahan diri. "Itulah semuanya!" serunya. "Maukah Anda sekarang
menuliskan kata pengantar untuk kasus ini, sir?"
Alfred Hitchcock terkekeh
sambil matanya kembali berbinar-binar. "Sebagai seorang sutradara aku
punya hak untuk mengambil sebuah adegan berulang-ulang hingga mendapatkan hasil
yang diinginkan.
Sebagai detektif kalian
tidak punya hak itu. Kalian harus berpikir dengan cepat dan hanya dapat
mengambil sebuah adegan sekali, kadang-kadang meskipun keadaan tidak memungkinkan.
Mengingat hal itu, kurasa kalian telah bertindak dengan mengagumkan dalam
menghadapi bahaya, bahkan meskipun kemampuan deduksi kalian tidak terlalu
menonjol."
Trio Detektif beringsut maju
di kursi mereka sambil menahan nafas.
"Maka meskipun tadinya
aku kurang setuju, dengan ini kunyatakan kasus ini terpecahkan dan bersedia
menuliskan kata pengantar."
Anak-anak itu berseri-seri
dengan kesediaan Mr. Hitchcock namun sutradara besar itu belum selesai.
"Dengan satu
syarat!"
"Apa itu, sir?"
tanya Jupe.
Alfred Hitchcock bersandar
kembali di kursinya, nampak sangat puas atas penampilannya. "Karena kasus
ini tidak seperti kasus Trio Detektif biasanya -- dan kita semua setuju bahwa
pemecahannya tidak terjadi dengan, ehm, terlalu meyakinkan -- aku bersedia menuliskan
kata pengantar hanya jika kalian setuju untuk menerbitkannya di internet,
sehingga para penggemar yang memuja kalian dapat melihat bahwa bahkan Trio
Detektif yang begitu fantastis pun tidak selamanya hebat. Bisa diterima?"
Jupe segera menemukan keyakinan
dirinya kembali dan duduk tegak. "Saya rasa itu adalah ide yang bagus,
sir. Kami memang telah setuju untuk membeli seperangkat komputer untuk
markas."
"Selamat tinggal Magic
Mountain!" desah Pete.
"Yah," kata Bob.
"Sepertinya kita telah kalah dengan keputusan satu banding dua lagi!"
Mereka semua tertawa namun
kemudian Jupe berubah serius. "Kami berjanji untuk menerbitkan kasus ini
di internet dan saya berjanji untuk belajar dari kesalahan-kesalahan yang saya
lakukan dalam kasus ini dan tidak akan mengulanginya lagi."
Sutradara ternama itu
tertawa terbahak-bahak. "Kau terlalu keras terhadap dirimu sendiri, Jones.
Berbanggalah karena kalian telah memasukkan seorang buronan ke dalam penjara
dan mengembalikan harta karun ke museum. Lebih dari yang dapat dilakukan oleh
banyak detektif seumur hidup mereka!"
Ketiga anak itu tersenyum
kepada pembimbing mereka dan berterima kasih sebelum pergi. Sendirian, Mr.
Hitchcock mulai menuliskan kata pengantarnya untuk kasus terakhir Trio Detektif
dan bertanya-tanya petualangan menegangkan apa yang selanjutnya akan dihadapi
anak-anak muda itu.
TAMAT
Emoticon