Komplotan Pencuri Mobil Mewah



William Arden

 

Trio Detektif

Komplotan Pencuri Mobil Mewah

 

 

1. Kunjungan Saudara Jauh

 

Hari pertama liburan musim semi di Rocky Beach, California. Pete Crenshaw sedang mengutak-atik mesin mobilnya, sebuah Corvair tua berwarna biru.

 

"Mobil brengsek!" ia menggerutu pada Jupiter Jones. "Aku sudah mengecek semuanya. Tapi kenapa belum mau jalan juga?"

 

Jupiter Jones baru keluar dari kantor Jones Salvage Yard alias Pangkalan Jones-pangkalan yang menjual barang-barang bekas-milik paman dan bibinya, ia menuju karavan tua yang digunakan sebagai markas besar Trio Detektif. Namun kemudian ia berhenti di samping Pete, lalu memperhatikan mobil sahabatnya dengan saksama.

 

"Nanti kalau sudah jalan lagi, kau bisa menjualnya padaku," ujar Jupiter.

 

Pete mengelap tangannya yang penuh oli pada T-shirt bergambar ombak raksasa.

 

"Sony, Jupe," katanya, "tapi mobil ini benar-benar barang langka. Corvair adalah mobil pertama buatan Amerika yang sukses dengan mesin di belakang. Para pemilik mobil ini sampai membentuk berbagai klub untuk tukar-menukar informasi. Kalau mesinnya bisa kubetulkan, maka mobil ini bisa kujual dengan harga tinggi. Kau punya uang berapa?"

 

"Hanya 500 dollar," Jupiter berterus-terang. "Tapi aku butuh kendaraan! Seorang detektif harus memiliki kendaraan sendiri."

 

"Aku tahu," balas Pete. "Tapi aku sendiri juga perlu uang untuk mentraktir Kelly. Lagi pula Bob dan aku sudah punya mobil. Dua mobil kan cukup untuk kita."

 

"Tapi lain, dong!" Jupiter mendesah. "Ya... biarkan saja, deh! Aku akan berusaha melupakan urusan ini dengan makan sebanyak-banyaknya. Kau akan menyesal kalau aku jadi gembrot lagi."

 

Pete mulai nyengir.

 

"Hei, seharusnya kau merasa lebih gembira dengan pakaianmu yang trendy itu," katanya sambil ketawa.

Jupiter mengenakan sweater longgar berwarna hijau tentara, dan celana berpotongan baggy. ia sengaja memilih pakaian itu untuk menyembunyikan lemak yang gagal dikurangi oleh diet yang dijalankannya sejak beberapa waktu.

 

"Ini adalah mode terakhir bagi pemuda-pemuda dinamis," jawab Jupe. "Dan warna hijau tentara sangat cocok dengan warna rambutku."

 

Pakaian yang dikenakan Jupiter memang cocok dengan potongan tubuhnya. Pete, serta sebagian besar pemuda berusia 17 tahun lainnya, masih gemar memakai jeans dan T-shirt. Kelly Madigan-pacar Pete-selalu berusaha agar Pete mau memakai celana yang rapi dan baju polo seperti Bob Andrews, anggota Trio Detektif yang ketiga. Namun sampai sekarang ia belum berhasil.

 

"Begini saja, deh," ujar Pete, "setelah mobilku jalan lagi, aku akan mencari mobil seharga 500 dollar yang masih bagus untukmu."

 

"Janji itu sudah kauucapkan sejak beberapa minggu lalu," Jupiter mengomel, "tapi kau terlalu sibuk mengurusi Kelly."

 

"Siapa bilang???" Pete segera memprotes. "Lagi pula, Kelly kan sudah berusaha mencari teman kencan untukmu."

 

"Ah, percuma saja. Gadis itu tidak cocok dengan seleraku," ujar Jupiter.

 

"Jupe, kaulah yang menghabiskan seluruh waktu untuk menerangkan teori relativitas padanya!"

 

Sebelum Jupiter sempat membalas, ia dan Pete dikejutkan oleh suara klakson dari luar pintu gerbang. Jupiter segera melirik ke jam tangannya. Ternyata baru jam sembilan kurang sepuluh menit. Jones Salvage Yard sebenarnya baru buka pukul sembilan. Tapi sepertinya ada seseorang yang sudah tak sabar menunggu. Berkali-kali orang itu menekan klakson.

 

"Hmm, sekalian mulai kerja saja," kata Jupiter, sambil menekan tombol pada sebuah kotak kecil yang terpasang pada ikat pinggangnya.

 

Kotak kecil itu adalah alat pengendali jarak jauh untuk membuka pintu gerbang. Jupiter sendiri yang merancangnya. Selain dia, hanya Paman Titus dan Bibi Mathilda yang memiliki alat serupa. Alat kontrol utama terdapat di ruang kantor.

 

Pintu gerbang segera membuka. Jupiter dan Pete sempat terheran-heran ketika sebuah Mercedes 450SL Convertible (sedan dengan atap yang bisa dibuka) berwarna merah memasuki pekarangan. Mobil berpintu dua itu berhenti di depan kantor. Seorang laki-laki muda berambut gelap melompat keluar, tanpa membuang waktu untuk membuka pintu.

 

Pria muda itu mengenakan celana jeans belel, sepatu lars, topi koboi, jaket baseball yang telah lusuh, dan menenteng ransel usang yang penuh lencana dan gambar tempel. Sambil bersiul-siul ia mengeluarkan sebuah bungkusan dan sebuah amplop dari ranselnya Kemudian ia memasuki ruang kantor.

 

Pete nyaris tak bisa melepaskan matanya dari mobil mewah di hadapannya.

 

"Wah, ini baru mobil, Jupe!" katanya sambil terkagum-kagum.

 

"Mobil itu memang menarik," ujar Jupiter, sambil memperhatikan sleeping-bag yang tergulung di balik kursi sopir. "Hanya saja aku lebih tertarik pada pengemudinya."

 

"Aku belum pernah melihat orang itu, Jupe. Kau mengenalnya?"

 

'Tidak. Tapi meskipun penampilannya seperti koboi, aku yakin dia berasal dari daerah Pantai Timur. Dia datang ke sini dengan menumpang mobil orang. Dia tidak punya uang atau pekerjaan, dan dia saudaraku."

 

"Oke, Tuan Detektif," ujar Pete sambil menggeleng, "dari mana kau bisa menarik kesimpulan seperti itu?"

 

Jupiter nyengir.

 

"Pertama, jaket yang dipakainya bertulisan New York Mets-klub baseball profesional dari New York; kedua, kulitnya belum terbakar matahari; dan ketiga, bungkusan yang dibawanya berasal dari Bloomingdale's Department Store-toko serba ada yang tersebar di bagian timur Amerika Serikat. Semuanya itu menunjukkan bahwa dia berasal dari Pantai Timur, dan kemungkinan besar dari New York."

 

"Hmm, masuk akal," Pete mengakui.

"Kemudian aku memperhatikan bahwa sol sepatu larsnya sudah tipis. Lencana-lencana serta gambar tempel pada ranselnya berasal dari setiap negara bagian yang dilewati Highway 1-80-jalan raya yang membelah Amerika Serikat dari timur ke barat, sedangkan pelat nomor pada Mercy itu berasal dari California. Ini menunjukkan bahwa dia datang ke California tanpa mobil. Dan karena tidak ada orang waras yang mau berjalan kaki sejauh itu, maka dia pasti menumpang mobil orang."

 

"Itu sih jelas!" kata Pete sambil mengangguk.

 

Jupiter mendesah perlahan, lalu melanjutkan penjelasannya.

 

"Pakaiannya kotor dan sudah berminggu-ming-gu tidak pernah dicuci. Dia tidur di sleeping-bag, dan bukan di kamar hotel. Dan sekarang sudah menjelang jam sembilan. Hampir semua orang sedang dalam perjalanan ke tempat kerja masing-masing. Semuanya ini menandakan bahwa dia tidak punya uang maupun pekerjaan."

 

Pete mengerutkan alis. "Lalu, dari mana kau tahu bahwa dia saudaramu?"

 

"Mudah saja: dia membawa bungkusan dan surat-apalagi kalau bukan hadiah dan surat pengantar untuk seorang saudara?"

 

"Jupe, kali ini kau terlalu mengkhayal," kata Pete. "Dan kau juga keliru mengenai keadaan keuangan dia. Hanya orang kaya yang bisa naik Mercy 450SL Convertible!" ,

 

"Aku juga tidak tahu bagaimana dia bisa memperoleh mobil seperti itu," jawab Jupiter. "Tapi aku yakin, dia pasti hanya anak jalanan yang sedang berkelana."

 

"Busyet, kau benar-benar sinting!"

 

Mereka masih berdebat, ketika Pete tiba-tiba menyenggol lengan sahabatnya. Orang asing tadi baru saja keluar dari ruang kantor, ia ditemani Bibi Mathilda.

 

Laki-laki muda itu melangkah ringan, ia nampak santai dan tidak terburu-buru. Bibi Mathilda kelihatannya agak kurang sabar menghadapi sikap orang itu.

 

Dari dekat baru ketahuan bahwa si pengemudi Mercy ternyata lebih tua dari Jupiter dan Pete. Usianya mungkin sudah mendekati kepala tiga. Senyumnya agak miring, dan hidungnya nampak seperti sudah pernah patah berkali-kali. Matanya berwarna gelap dan menyorot tajam.

 

"Jupiter, Pete," ujar Bibi Mathilda ragu-ragu, "ini keponakanku Ty Cassey dari New York." Kini giliran Pete untuk mendesah. Kesimpulan Jupiter terbukti tepat

 

"Babylon, Long Island," Ty Cassey berkata riang. "Kurang lebih satu jam dari Big Apple-itu nama lain untuk New York. Ibuku dan Bibi Mathilda bersepupu. Ketika aku mengatakan bahwa aku mau pergi ke California untuk menikmati cuacanya yang nyaman, ibuku menyuruh aku untuk mengunjungi Bibi Mathilda di Rocky Beach. Dia juga menitipkan sepucuk surat"

 

Sambil berbicara, Ty memandang ke sekeliling. Ia memperhatikan tumpukan bekas bahan-bahan bangunan serta bekas barang-barang rumah tangga. Beberapa oven dan lemari es tua nampak bersebelahan dengan perabot dan patung-patung taman, ranjang kuno, serta lemari TV. Selain itu masih ada mesin pinball, lampu neon, dan aneka macam barang bekas lainnya.

 

Bahkan Paman Titus pun tidak bisa mengingat semua barang yang menumpuk di pekarangan. Dan biasanya Jupiter-lah yang kena getahnya. Waktu luangnya sering tersita untuk mencari barang-barang yang tertimbun di bawah tumpukan rongsokan. Untuk mengatasi keadaan yang kacau-balau itu, Jupiter lalu menggunakan komputernya untuk membuat daftar barang.

 

"Aku tidak bertemu Amy sejak kami sama-sama masih kecil," Bibi Mathilda bercerita. "Dia pernah mengirim surat, memberitahukan bahwa dia akan menikah, tetapi aku tidak sadar bahwa itu sudah tiga puluh tahun yang lalu. Baru sekarang aku tahu bahwa dia punya anak."

 

"Kami empat bersaudara," kata Ty. "Semuanya sudah dewasa. Yang lain masih tinggal di Babylon. Tapi aku merasa bahwa sudah waktunya untuk melihat-lihat negeri ini."

 

Mata Ty berbinar-binar ketika menatap kumpulan barang bekas di pekarangan Paman Titus. Kemudian perhatiannya beralih pada mobil Pete.

 

"Hei, di mana kau mendapatkan Corvair itu? Itu benar-benar mobil klasik!"

 

Dalam sekejap Ty dan Pete telah sibuk mengamati mesin mobil itu. Mereka langsung asyik berbincang-bincang mengenai mesin, seakan-akan sudah berkawan baik selama bertahun-tahun.

 

Akhirnya Pete mendesah dan mengusap rambutnya yang coklat kemerah-merahan.

 

"Aku sudah memeriksa setiap bagian. Semua onderdil yang rusak sudah kuganti. Tapi mesinnya tetap saja tidak mau jalan," ia menggerutu.

 

"Dan untuk selanjutnya pun akan tetap begitu, Pete," Ty berkomentar sambil ketawa. "Ini masalahnya: kau memasang sebuah alternator dan menyambungkannya ke rangkaian listrik."

 

"Betul," balas Pete. "Tanpa alternator, mesin takkan bisa dihidupkan dan aki tidak mungkin diisi."

 

Jupiter dan Bibi Mathilda menatap Ty dan Pete secara bergantian. Mereka tak memahami sepa-tah kata pun.

 

"Mobil ini justru tidak bisa jalan kalau kau menggunakan alternator," kata Ty. "Corvair kan mobil tua. Mesinnya masih menggunakan generator-bukan alternator! Mestinya ada sebuah tabung hitam yang kau ganti dengan alternator ini, bukan?"

 

Pete segera membongkar kotak berisi onderdil mobil.

 

"Yang ini, maksudmu?" ia bertanya.

 

Ty mengangguk. Ia mengambil tabung itu, kemudian mulai mengutak-atik mesin mobil Pete. Dalam beberapa menit saja ia sudah menyambungkan beberapa kabel dan mengencangkan sejumlah baut.

 

"Hmm, kelihatannya semua sudah beres," ia akhirnya berkata. "Coba kau hidupkan mesinnya, Pete!"

 

Pete masuk ke mobilnya dan memutar kunci kontak. Mesin mobilnya terbatuk-batuk sejenak, kemudian hidup!

 

"Wow!" Pete berseru sambil nyengir. "Dari mana kau tahu begitu banyak tentang mesin?"

 

Ty tersenyum. "Sejak kecil aku sudah sering mengutak-atik mesin. Karena itulah aku mau cari pekerjaan sebagai mekanik di sini. Aku mau bekerja sambilan di sebuah bengkel, dan menghabiskan sisa waktu di pantai. Bukankah di California lebih banyak mobil ketimbang di negara bagian mana pun? Aku hanya perlu sedikit waktu untuk menyesuaikan diri."

 

Ia menatap Bibi Mathilda. "Aku harap Bibi tidak keberatan kalau aku tinggal di sini untuk sementara-sampai aku mendapatkan pekerjaan. Aku bisa tidur di mana pun. Soal makan aku juga tidak rewel. Tapi kalau terlalu merepotkan, aku akan mencari tempat lain."

"Tidak perlu," kata Bibi Mathilda. "Kau bisa menempati kamar tidur tamu di rumahku di seberang jalan."

"Oke, kalau begitu," ujar Ty. "Terima kasih banyak."

 

"Sip!" Pete berseru. "Jadi aku bisa belajar seluk-beluk permesinan. Sepertinya kau memang ahlinya, Ty."

 

"Dia memang ahlinya," sebuah suara tiba-tiba berkata dari belakang.

 

Mereka berbalik, lalu melihat dua pria berjas dan berdasi yang sedang menatap Ty. Tampang keduanya tidak ramah.

 

"Terutama kalau menyangkut mobil yang bukan miliknya," pria yang lebih tinggi menambahkan. "Karena itulah dia harus ditahan!"

 

 

2. Dituduh Mencuri Mobil

 

Baik Jupiter maupun Pete belum pernah melihat pria berbadan tinggi yang sedang menatap tajam ke arah Ty. Namun mereka mengenali laki-laKi yang lebih pendek dan berambut gelap. Dia adalah Detektif Roger Cole dari kantor polisi Rocky Beach.

 

"Ada apa, Detektif Cole?" tanya Jupiter.

 

"Ini Ty Cassey, sepupu Jupiter," Pete menjelaskan. "Dia baru datang dari New York."

 

"Sepupumu berada dalam kesulitan, Jupiter," kata Detektif Cole. Orangnya kecil dan biasanya selalu tersenyum. Pembawaannya tenang. Matanya yang biru menyorot hangat. Namun kini ia nampak serius.

 

"Perkenalkan," ia berkata sambil melirik ke arah pria di sampingnya, "ini Sersan Maxim dari bagian pencurian kendaraan bermotor. Sersan Maxim akan mengajukan beberapa pertanyaan pada saudaramu, Jupiter."

 

Sersan Maxim menatap Detektif Cole, kemudian memperhatikan Pete dan Jupiter sambil mengerutkan kening. "Anda mengenal anak-anak ini, Cole?"

 

"Ya," ujar Cole sambil mengangguk. "Mereka berteman baik dengan Kepala Polisi Rocky Beach."

 

"Siapa mereka?" Sersan Maxim bertanya dengan ketus.

 

"Mereka bisa disebut detektif swasta," Cole menjelaskan. "Mereka sudah sering membantu kami dalam beberapa tahun terakhir."

Jupiter segera mengeluarkan kartu nama yang ia rancang sendiri, lalu menyerahkannya pada sersan polisi yang nampaknya masih terheran-heran.

 

TRIO DETEKTIF "KAMI MENYELIDIKI APA SAJA"

 

Jupiter Jones, Pendiri Pete Crenshaw, Rekan

Bob Andrews, Rekan

 

"Biasanya kami mencari barang hilang, atau membantu menjelaskan kejadian-kejadian yang ganjil-hal-hal kecil seperti itulah, Sersan Maxim. Tetapi kami juga sudah beberapa kali membantu Chief Reynolds dalam kasus-kasus yang lebih serius," Jupiter menerangkan.

 

Ia sengaja tidak menyinggung bahwa Trio Detektif didirikan sebelum para anggotanya duduk di bangku High School Atau bahwa mereka berhasil memecahkan beberapa kasus rumit, yang membuat polisi angkat tangan dan menyerah.

 

Sersan Maxim memelototi kartu nama yang diberikan oleh Jupiter.

 

"Maksudnya, anak-anak ini ikut campur dalam penanganan kasus kriminal?" ia bertanya pada Detektif Cole.

 

"Mereka justru memecahkan kasus-kasus yang sama sekali luput dari perhatian kami," ujar Cole.

 

"Hmm, itu urusan Anda," Maxim menggerutu. "Tapi saya menganjurkan agar mereka tidak ikut campur dalam kasus-kasus saya. Dan itu berlaku mulai sekarang. Saudara Ty Cassey, Anda terpaksa kami tahan sehubungan dengan kasus pencurian sebuah Mercedes 450SL Convertible berwarna merah. Cole, tolong jelaskan hak-hak yang dimilikinya."

 

Detektif Cole lalu mengatakan bahwa Ty berhak untuk tidak memberi keterangan dan berhak menghubungi seorang pengacara. Petugas polisi itu juga memperingatkan Ty bahwa setiap ucapannya bisa, dan akan digunakan sebagai bukti yang memberatkan di sidang pengadilan.

 

"Oke! Sekarang coba jelaskan mengapa Anda mengendarai mobil curian!" Sersan Maxim berkata pada Ty.

"Sebentar Ty," Jupiter segera mencegah sepupunya. "Mungkin lebih baik kalau kau bicara dengan seorang pengacara dulu."

 

Wajah Bibi Mathilda mulai pucat. Sejak kedatangan kedua polisi itu ia belum mengucapkan sepatah kata pun.

"Pengacara?" ia bertanya sambil menatap Jupe dan Pete. "Maksud kalian, Ty benar-benar...?"

 

"Saya tidak perlu pengacara," ujar Ty sambil ketawa. "Ini cuma soal salah-paham. Saya yakin, kakak laki-laki itu hanya melaporkan mobilnya sebagai hilang dicuri, karena saya tidak segera mengembalikannya. Barangkali dia takut, jangan-jangan saya berubah pikiran di tengah jalan."

 

"Laki-laki yang mana?" tanya Detektif Cole.

 

"Sebaiknya mulai dari awal saja, Bung!" Sersan Maxim berkata ketus.

 

"Boleh saja," balas Ty. "Sepuluh hari yang lalu saya berangkat dari New York dengan tujuan Rocky Beach. Dan dua hari yang lalu, saya tiba di kota Oxnard. Karena sudah malam, saya mampir di sebuah pub-kedai minum untuk menikmati segelas bir sambil menonton pertunjukan band. Karena musiknya bagus, saya agak lama di sana. Kemudian saya berkenalan dengan seorang Lati-no-warga AS keturunan Spanyol. Namanya Tiburon-atau seperti itulah. Dari dulu saya memang, paling tidak bisa mengingat nama orang. Pokoknya, kami ngobrol untuk beberapa saat. Saya menceritakan bahwa saya sedang dalam perjalanan menuju Rocky Beach. Kemudian, tidak lama sebelum pub itu tutup, dia bertanya apakah saya mau membantunya -sekaligus membantu diri sendiri."

 

Ty nyengir. "Karena memang suka menolong diri sendiri, ya, saya setuju saja. Ternyata, pada malam itu dia meminjam Mercedes kakaknya. Tapi dia berjanji untuk mengembalikan mobil itu keesokan harinya. Nah, di Oxnard dia ketemu dengan seorang wanita yang kemudian mengajaknya ke Santa Barbara. Masalahnya, wanita itu bawa kendaraan sendiri. Karena itulah si Latino minta tolong pada saya untuk mengantarkan mobil kakaknya ke Rocky Beach. Dia memberi uang untuk beli bensin, dan menambahkan seratus dollar sebagai bonus untuk saya. Dengan tawaran seperti itu, mana mungkin saya menolak?"

 

"Maksud Anda," Sersan Maxim bertanya, "Anda belum pernah bertemu dengan orang itu?"

 

"Baru kali itu saya menginjak kota Oxnard," ujar Ty. "Sebelumnya saya bahkan tidak tahu kalau tempat itu ada."

 

 

"Kalau itu terjadi dua hari yang lalu," kata Detektif Cole. "kenapa Mercy ini masih ada di tangan Anda?"

 

Ty kembali nyengir. "Waktu saya berangkat dari Oxnard, malam sudah larut. Dan kemarin cuacanya begitu bagus, sehingga saya beberapa kali berhenti untuk menikmati keindahan alam di sepanjang jalan. Apa gunanya cuaca yang nyaman kalau tidak untuk dinikmati?"

 

"Jadi, kemarin Anda berjalan-jalan sepanjang hari," Sersan Maxim menyimpulkan.

 

"Lalu, bagaimana dengan hari ini?" tanya Detektif Cole.

 

"Semalam saya tidur di mobil, dan pagi ini saya mencari rumah Bibi Mathilda dulu," Ty menjelaskan.

 

"Maksud saya, setelah dari sini, saya akan segera mengantarkan mobil ini."

 

Ty tersenyum penuh harap. Suasana di Jones Salvage Yard menjadi hening. Pete dan Jupe saling berpandangan. Bibi Mathilda berdiri sambil menundukkan kepala. Dan Sersan Maxim memelototi Ty.

 

"Daya khayal Anda lebih hebat dibandingkan para pendiri Disneyland," petugas itu berkata dengan tajam. "Kalau Anda mengira bahwa kami percaya..."

 

"Begini saja," ujar Detektif Cole cepat-cepat, "bagaimana kalau kita semua menemui kakak si laki-laki bernama Tiburon itu?"

 

"Oke," Sersan Maxim berkata dengan geram.

 

"Kalau mobil itu memang dicuri, dan sepupu saya tidak bohong," kata Jupiter, "maka kakak si Tiburon itu tidak akan mengakui apa-apa di hadapan polisi."

 

"Pokoknya kasus ini harus diusut sampai tuntas," kata Maxim.

 

"Anda duluan saja, Cassey," ujar Detektif Cole. "Bersikap wajar saja. Jangan perlihatkan bahwa Anda sedang diawasi. Jupiter dan Pete akan menemani Anda. Katakan saja bahwa mereka teman Anda, dan bahwa Anda mengajak mereka supaya Anda tidak perlu jalan kaki setelah mengantarkan mobil. Kami akan mengikuti Anda dari jauh."

 

Ty mengangguk, kemudian melompat ke Mercedes 450SL. Pete dan Jupe menuju Pontiac Fiero berwarna hitam yang diparkir di dekat gerbang. Pete membeli mobil itu dalam keadaan rusak, kemudian membetulkannya sendiri. Gang Pete tidak cukup untuk mengetok dan mengecat mobil itu, tapi mesinnya dalam keadaan mulus.

 

Mereka mengikuti Ty, yang telah keluar ke jalanan. Kedua polisi membuntuti mereka dengan sebuah Dodge Aries.

 

Iring-iringan itu menuju ke arah pelabuhan di bagian barat kota. Alamat yang diberikan pada Ty ternyata sebuah bodega-toko bahan makanan -di daerah barrio-perkampungan orang-orang keturunan Spanyol. Barrio itu merupakan kumpulan rumah-rumah mungil yang dicat dengan warna-warna cerah. Di sana-sini terdapat restoran Mexico, sejumlah motel, serta beberapa kedai minum yang nampak jorok.

 

Tulisan berwarna hitam di atas pintu bodega mengatakan bahwa pemiliknya bernama Joe Torres. Ty memarkir Mercedes yang dikemudikannya persis di depan toko itu. Pete berhenti di belakangnya. Kedua polisi menjaga jarak, dan mengawasi mereka dari jauh. Dalam sekejap saja orang-orang sudah mulai berkerumun di sekitar Mercedes yang kelihatan mengkilap.

 

"Kalian saja yang masuk," kata Pete. "Aku jaga mobil di luar."

 

Jupiter mengikuti Ty ke dalam bodega.

 

Di dalam, beberapa langganan sedang menawar buah-buahan dan sayur-mayur: mangga, pepaya, frijole jicama, tomatillo, serta untaian cabe berwarna hijau, merah, dan kuning. Pemilik toko di belakang meja layan menatap tajam kearah Ty dan Jupe. Ia segera tahu bahwa mereka bukan langganan yang biasa datang.

 

Ty tersenyum lalu mengangguk ramah.

 

"Mr. Torres? Perkenalkan, saya Ty Cassey. Saya dimintai tolong oleh seseorang bernama Tiburon untuk menemui kakaknya."

 

"Lalu kenapa?" pria di balik meja layan bertanya. Tingginya sekitar 170 senti. Matanya hampir sama hitamnya dengan rambutnya. Sejenak ia menatap Jupiter, kemudian kembali berpaling pada Ty.

 

"Tiburon membayar saya untuk membawa mobil kakaknya dari Oxnard ke sini," Ty berkata. "Dia memberikan alamat ini pada saya."

 

Torres mengangkat bahu. Ia berbalik dan berseru ke ruang belakang, "Hei ada yang kenal seseorang bernama Tiburon? Atau kakaknya?"

 

Dua pemuda Latino muncul. Mereka nampak sangar dan tidak bersahabat. Hanya satu dari mereka yang membuka mulut.

 

"Tidak ada, Joe."

 

Joe Torres menghadap ke arah Ty.

 

"Sorry, Bung! Kelihatannya kami tidak bisa membantu."

 

Ty kini tidak tersenyum lagi. "Anda pasti mengenalnya!" sepupu Jupiter itu ngotot.'"Tiburon sendiri yang menyebutkan alamat ini. Mobil kakaknya ada di luar!"

 

Torres menggeleng dan ketawa. "Anglo-he, orang Inggris, kau benar-benar loco-sinting. Siapa yang punya mobil seperti itu di daerah barrio, heh? Kau sinting, amigo!"

 

Tiba-tiba Ty melangkah maju dan menggenggam baju Torres. "Kau bohong! Tiburon menyuruh aku datang ke sini!"

 

"Hei!" Torres mencoba mendorong Ty, tapi cengkeraman Ty terlalu kuat. Torres tidak berhasil melepaskan diri. "Nacio! Carlos!"

Sebelum kedua pemuda itu sempat bergerak, Detektif Cole serta Sersan Maxim bergegas memasuki toko dan mengamankan Ty. Jupiter menduga, mereka ikut mendengarkan percakapan dengan bantuan alat penyadap suara yang sangat peka. .

 

Torres melompat mundur dan mendelik ke arah Ty.

 

"Kau benar-benar sinting, Anglo!"

 

"Sinting," kata Sersan Maxim, "dan seorang pencuri. Borgol tangannya, Cole! Kita bawa dia ke kantor."

 

Ty hanya berdiri seperti patung ketika Detektif Cole memasang borgol, ia menatap Jupiter, lalu menggeleng sambil mengatakan bahwa ia bukan pencuri. Kemudian ia digiring ke mobil para polisi.

 

Sersan Maxim membawa Ty pergi. Detektif Cole menyusul naik Mercedes. Joe Torres berdiri di belakang Jupiter dan berseru, "Dasar Anglo sinting! Dungu!"

 

Kedua pemuda Latino pun keluar dari toko. Mereka berdiri di depan pintu sambil memperhatikan Jupiter. Pete rnelihat gelagat buruk, dan segera memanggil sahabatnya dari mobil, "Ayo, Jupe! Kita pulang saja."

 

Tetapi Jupiter malah menghampiri Torres.

 

"Mr. Torres, dari mana Ty mengetahui alamat ini, jika tidak diberitahu oleh seseorang?"

 

"Apalagi ini?!" Torres membentak sambil melotot.

 

"Masalahnya," Jupe menambahkan, "dia baru tiba di kota ini. Dia datang dari New York."

 

Wajah Torres mulai merah padam.

 

"Kau terlalu banyak omong. Hei, Nacio! Carlos! Si Mulut Besar ini perlu dikasih pelajaran!"

 

Dengan sikap mengancam, ketiga orang itu mendekati Jupiter.

 

 

3. Bob dan Lisa... dan Karen... dan...!

 

"Dasar sok tahu!" ujar Joe Torres, sambil mendorong bahu Jupiter.

 

"Saya kira...," Jupiter segera memprotes.

 

Sekali lagi Torres mendorongnya. "Jangan banyak omong! Kau akan memperoleh kesulitan dengan mulutmu yang besar itu."

 

Nacio dan Carlos masih berdiri di ambang pintu. Keduanya nampak cengar-cengir. Namun ketika Torres hendak mendorong lagi, Jupiter tiba-tiba melakukan gerakan judo migishizentai.

Ia meraih kemeja Torres, kemudian menariknya sehingga pria itu kehilangan keseimbangan. Kemudian Jupiter melancarkan gerakan o goshi, dan membanting pemilik bodega itu ke trotoar.

 

Torres meraung-raung ketika membentur permukaan beton yang keras, dan tetap tergeletak di trotoar.

Nacio dan Carlos terbengong-bengong.

 

Jupiter tidak menunggu sampai mereka berhasil mengatasi rasa kaget ia segera kabur ke arah mobil Pete. Sahabatnya itu telah menghidupkan mesin dan membuka pintu. Begitu Jupe melompat masuk. Pete langsung tancap gas.

 

"Gerakan yang jitu!" Pete memuji ketika mereka'meninggalkan daerah barrio.

 

"O goshi!" ujar Jupiter sambil ketawa. "Baru minggu lalu aku mempelajarinya."

 

"Judo memang hebat, tapi karate lebih bertenaga."

 

"Kalau aku sudah berhasil mengurangi berat badan, aku juga akan mulai belajar karate."

 

Pete tidak menanggapinya. Sudah bertahun-tahun Jupiter berniat mengurangi berat badannya. Setiap kali ada diet baru, Jupiter pasti segera menjalankannya. Tapi sampai sekarang hasilnya belum nampak.

 

"Kau pasti berpendapat bahwa Joe Torres berbohong, bukan?" Pete mengalihkan pembicaraan.

 

"Aku yakin 100 persen. Dan ini berarti bahwa Ty kemungkinan besar mengatakan yang sebenarnya. Kita harus berusaha agar Ty bisa keluar dari tahanan. Hanya Ty yang bisa membantu kita untuk membebaskannya dari tuduhan mencuri mobil."

 

"Sebaiknya kita juga memberitahu Bob," kata Pete.

 

Ketika sampai di Jones Salvage Yard, mereka segera pergi ke karavan yang berfungsi sebagai markas besar Trio Detektif, untuk menelepon Bob.

 

Dulu karavan tua itu disembunyikan di balik tumpukan barang rongsokan. Namun ketika Jupiter membuat inventaris-daftar barang-untuk Paman Titus, ia beserta kedua sahabatnya sekaligus membereskan semuanya. Kemudian mereka memasang kunci elektronik, sistem alarm, alat anti penyadapan, dua buah komputer, serta AC.

 

Bu Andrews mengatakan bahwa Bob sedang berada di tempat kerjanya, perusahaan pencari bakat Rock-Plus & Co. Karena itu Jupiter kemudian menelepon ke sana. Tetapi yang menyahut ternyata hanya mesin penerima telepon. Gntuk sesaat telinga Jupiter dihantam oleh musik rock yang hingar-bingar. Kemudian ia mendengar rekaman suara Bob, yang harus berteriak-teriak untuk mengatasi kebisingan itu. Bob minta agar si penelepon meninggalkan pesan.

 

"Mungkin dia sedang mencari pemain drum," Pete menduga-duga. "Bob pernah bilang bahwa semua pemain drum agak sinting dan tidak bisa diatur."

 

"Kalau begitu nanti saja kita coba lagi," ujar Jupiter. "Sekarang kita harus memberitahu Bibi Mathilda mengenai Ty."

 

Mereka menuju ruang kantor di seberang pekarangan. Bibi Mathilda nampak gelisah ketika kedua anak itu masuk.

 

"Mana Ty?" ia bertanya.

 

"Dia dibawa ke kantor polisi," jawab Jupiter.

 

Kemudian ia dan Pete menceritakan kejadian di bodega.

 

"Kalau begitu memang dia yang mencuri mobil itu," kata Bibi Mathilda dengan geram. "Pete dan aku tidak sependapat," Jupiter segera menyangkal. "Kami yakin, si Torres pasti sengaja berbohong. Kita harus berusaha agar Ty dilepaskan dari tahanan, supaya dia bisa membantu kita untuk membuktikannya. Hanya Ty yang bisa mengidentifikasi laki-laki bernama Tiburon itu. Apakah Bibi bersedia menghubungi seorang pengacara?"

 

Bibi Mathilda menggeleng. "Jangan terburu-buru, Jupiter Jones. Sebenarnya kita tidak tahu apa-apa mengenai Ty, bukan? Jangan-jangan dia bukan keponakanku. Sebelum melakukan apa-apa, aku akan menelepon sepupuku Amy di Babylon dulu. Aku ingin memperoleh kepastian mengenai Ty."

 

"Cepat, nanti jejaknya keburu dingin," Jupiter mendesak. "Kami akan menunggu di bengkel."

 

Jupiter dan Pete kembali menyeberangi pekarangan, lalu menuju bengkel di samping markas besar. Jupiter telah melengkapi bengkelnya dengan berbagai peralatan elektronik yang ia beli atau ia rakit sendiri, ia bahkan memasang antene parabola.

 

"Aku akan menelepon Bob lagi," ujar Jupe.

 

"Tidak perlu," balas Pete sambil menunjuk ke gerbang. "Lihat, tuh!"

 

Sebuah VW kodok warna merah memasuki pekarangan. Sepasang kaki wanita nongol di jendelanya. Mobil itu diikuti oleh sebuah VW Golf yang masih baru, dan berisi dua gadis remaja. Salah satunya duduk di sandaran kursi sambil melambaikan handuk, ia dan temannya segera turun ketika VW kodok tadi berhenti di dekat bengkel.

 

Bob Andrews keluar dari mobilnya. Tiga gadis berpakaian pantai turun lewat pintu yang satu lagi.

 

"Kami mau pergi ke pantai," Bob berseru pada kedua sahabatnya. "Ayo, kalian ganti pakaian dan ikut!"

 

"Pergi ke pantai?" tanya Jupe sambil menatap kelima gadis yang mengelilingi Bob.

 

"Hei, temanmu boleh juga, Bob," kata gadis yang paling pendek sambil mendekati Jupiter. Dengan tinggi badan sekitar 150 senti, gadis itu nampak mungil, ia berambut pirang dan bermata biru.

 

Jupiter sendiri tidak terlalu jangkung-tingginya hanya 174 tiga perempat senti. Karena itu ia paling suka pada gadis-gadis yang pendek. Tetapi Jupe juga selalu menjadi, merah padam kalau seorang gadis tersenyum padanya.

 

"Aku... aku..."

 

"Sony, Bob!" kata Pete. "Aku ada latihan karate hari ini. Kecuali itu, kau kan tahu, Kelly tidak suka ramai-ramai ke pantai."

 

"Hei, kita kan lagi libur, Pete! Sekali ini kau tidak usah latihan, deh. Apa kau lupa, aku juga latihan di tempat yang sama?" balas Bob sambil ketawa. "Katakan pada Kelly bahwa kau sekali-sekali ingin melakukan sesuatu yang kau kehendaki. Jangan takut, Kelly pasti betah kalau sudah sampai ke pantai."

 

"Ya, pasti asyik," ujar gadis yang pendek.

"Apalagi kalau teman-temanmu ikut, Bob," ia menambahkan sambil melirik Jupiter.

 

Jupiter menjadi pucat pasi. "Aku... ehm.... Kami harus... ehm... maksudku...," ia tergagap-gagap.

 

"Maksudku begini, Bob: ada kasus baru yang harus kita tangani! Polisi menduga bahwa sepupuku yang bernama Ty Cassey terlibat pencurian mobil. Dia ditangkap dan dijebloskan ke tahanan. Kita harus menemukan para pencuri yang sebenarnya, dan membebaskan Ty."

 

"Kasus baru?" tanya Bob. Matanya nampak berbinar-binar. "Pencurian mobil?"

 

"Bibi Mathilda akan menghubungi pengacaranya untuk membebaskan Ty. Setelan itu kita akan menyelidiki kebenaran cerita sepupuku itu."

 

"Cerita apa?" Bob kembali bertanya.

 

"Tapi bagaimana kalau Ty ternyata berbohong, Jupe?" ujar Pete. "Maksudku, belum tentu dia memang sepupumu."

 

"Hei, kalian bicara tanpa menjelaskan duduk perkara sebenarnya!" Bob berseru dengan kesal.

 

"Lho," kata Pete berlagak tak bersalah, "aku pikir kau mau pergi ke pantai."

 

Seorang gadis berambut merah yang ikut di VW kodok Bob berkata, "Ayo, Bob! Apa lagi yang kita tunggu?"

 

'Teman-temanku dapat kasus baru, Lisa," Bob menjelaskan.

 

"Jadi tidak sih, kita pergi?" seorang gadis lain bertanya.

 

"Apakah kau tidak ingin ikut ke pantai bersama kami?" gadis yang pendek bertanya pada Jupiter.

"Kami... kami... harus membantu sepupuku," jawab Jupiter gugup. "Mungkin lain kali..."

"Jupiter benar," kata Bob. "Bagaimana kalau besok saja kita ramai-ramai ke pantai? Oke? Sekarang aku harus membantu teman-temanku. Kami bekerja sebagai detektif."

"Tapi kita ke sini kan naik mobilmu, Bob," Lisa mengomel. "Bagaimana caranya kami kembali ke coffee-shop'

 

"Kalian semua bisa ikut mobil Karen," ujar Bob. "Sampai besok, ya! Oke, Lisa?"

 

Kelima gadis itu memasang tampang masam. Bob mengantarkan mereka sampai ke mobil Karen, kemudian melambaikan tangan ketika mereka berangkat. Empat gadis membalas lambaiannya. Tapi Lisa, si Rambut Merah, nampak benar-benar kesal. Bob hanya menggelengkan kepala kemudian segera kembali pada Pete dan Jupiter.

 

"Sekarang tolong jelaskan semuanya," ia berkata. "Dan awas kalau kasus ini tidak semenarik yang kalian gambarkan tadi. Gadis-gadis tadi benar-benar kesal padaku-terutama Lisa."

 

Melihat pakaian Bob, Jupiter menyimpulkan bahwa sahabatnya itu baru pulang dari tempat kerjanya di kantor Rock-Plus & Co.

 

"Kau yakin bahwa kau tidak perlu kembali ke kantor?" Pete menyindir. "Jangan-jangan nanti kau tiba-tiba teringat bahwa kau harus kerja lagi."

 

Belakangan ini Bob memang sibuk sekali.

 

Sejak berhenti bekerja sambilan di perpustakaan, mengganti kacamatanya dengan lensa kontak, dan mendapat pekerjaan baru di perusahaan pencari bakat milik Saxon Sendler, hampir seluruh waktunya tersita untuk urusan kantor. Karena itu ia jarang berkumpul dengan kedua anggota Trio Detektif yang lain. Pete benar-benar sebal, dan ia sering menegur Bob sehubungan dengan kelakuannya itu. Setiap kali Jupiter harus melerai mereka.

 

"Tadi aku menelepon ke rumahmu, Bob," ujar Jupiter cepat-cepat. "Tapi ibumu mengatakan, kau lagi bekerja."

 

"Memang," jawab Bob. "Tapi Sax harus pergi ke Los Angeles, sehingga tidak membutuhkan aku hari ini. Dalam perjalanan pulang, aku mampir di coffee-shop dan bertemu dengan gadis-gadis tadi. Sudahlah, lebih baik kalian katakan saja apa yang telah terjadi."

 

Dengan singkat Jupiter menceritakan segala sesuatu yang diketahuinya-termasuk keterangan Ty mengenai bagaimana ia bisa mengendarai sebuah Mercedes mewah, padahal untuk menginap di hotel murahan pun ia tak punya uang.

 

"Terus terang saja," ujar Jupiter, "cerita sepupuku itu memang kurang meyakinkan. Tapi rasanya dia tidak mungkin mengarang nama seperti Tiburon. Dalam bahasa Spanyol, Tiburon berarti ikan hiu."

 

"Barangkali Tiburon tahu bahwa Mercedes itu mobil curian, lalu menggunakan nama samaran," kata Pete.

 

Hmm, belum tentu juga," Bob menanggapinya sambil mengerutkan kening. "Di Rocky Beach pun ada orang dengan nama seperti itu. Dia lebih dikenal sebagai El Tiburon and the Piranhas!"

 

 

4. Bob Beraksi

 

Terheran-heran Jupiter dan Pete menatap rekan mereka.

 

"Siapa atau apa El Tiburon and the Piranhas itu?" tanya Jupiter.

 

"Mereka adalah sebuah band Latino dengan spesialisasi irama Salsa " Bob menjelaskan. "Tetapi mereka

juga bisa memainkan musik rock biasa. El Tiburon adalah pemain lead-guitar. Dia juga merangkap sebagai penyanyi. Selain itu masih ada pemain gitar pengiring, pemain bas, pemain drum, dan pemain keyboard"

 

"Salah satu band yang ditangani oleh bos-mu?" tanya Pete.

 

"Bukan," ujar Bob sambil menggeleng. "Mereka ditangani oleh Jake Hatch, saingan utama Sax di Rocky Beach. Sax berpendapat: musik mereka menyakitkan telinga. Tapi mereka sering main di pub-pub kecil, dan di pesta-pesta pribadi. Mereka juga tampil sebagai band pengganti, terutama di pub-pub Latino."

 

"Apakah di antara anggota mereka ada laki-laki bernama Joe Torres?" tanya Pete. ia lalu menyebutkan ciri-ciri pemilik bodega di daerah barrio itu.

 

"Tidak ada, anggota band itu masih muda-muda. Aku kira El Tiburon-lah yang paling tua di antara mereka. Dan usianya baru sekitar dua puluh dua atau dua puluh tiga tahun."

 

"Apakah mereka sering tampil di Rocky Beach?" Jupiter bertanya.'

 

"El Tiburon and the Piranhas tampil di sepanjang pantai California bagian selatan-bahkan di Los Angeles.

Mereka salah satu band paling populer yang ditangani oleh Hatch. Semua band yang baik sudah dipegang oleh Sax. Hatch benar-benar kesal karena itu. Tapi Sax tidak peduli. Dia hanya tak habis pikir bagaimana Hatch bisa menarik keuntungan dengan band-bandnya yang buruk itu."

 

"Apakah ada kemungkinan bahwa El Tiburon sempat main di..." ujar Jupiter.

 

Tiba-tiba Bibi Mathilda bergegas keluar dari ruang kantor, dan menyeberangi pekarangan, ia mengenakan scarf sutera baru berwarna cerah. Jupe menebak bahwa scarf itu merupakan hadiah yang dibawa Ty dari New York.

 

"Ty ternyata memang keponakanku, tapi ibunya benar-benar keterlaluan," Bibi Mathilda langsung marah-marah. "Aku ingat lagi ketika berbicara dengan dia. Dari dulu aku tidak pernah menyukai Amy-itulah sebabnya kenapa aku melupakannya selama ini. Pantas saja Ty kabur ke California."

 

"Apa yang dikatakannya, Bibi Mathilda?" "Macam-macam, terutama mengenai Ty. Kasihan anak itu," wanita yang sedang marah itu berkata sambil menggeleng.

 

"Apakah dia menyinggung bahwa Ty berurusan dengan polisi?" Jupiter mendesak. "Bahwa dia terlibat pencurian mobil?"

 

"Amy menyebutnya sebagai pemalas, tidak bertanggung-jawab, tak bisa diandalkan, dan banyak hal yang lebih buruk dari itu!" "Bibi Mathilda?!" Jupiter mendesah. Wanita itu masih menggerutu sesaat, namun kemudian menggelengkan kepala. "Amy tidak mengatakan apa-apa mengenai pencurian mobil. Ty memang pernah berurusan dengan polisi ketika masih seumur kalian. Masalah kenakalan remaja seperti vandalisme-merusak tanpa alasan-dan sebagainya. Dia juga pernah kecanduan obat bius. Tapi itu terjadi sepuluh tahun yang lalu. Sejak itu dia tidak pernah macam-macam lagi. Kelihatannya dia sudah sadar."

 

Jupiter mengangguk. "Apakah sepupu Bibi itu akan membantu untuk mengeluarkan Ty dari tahanan?"

 

"Tidak! Dia bilang bahwa dia tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk anaknya yang tidak keruan itu. Dia berpendapat bahwa Ty harus bertanggung-jawab atas perbuatannya sendiri. Aku sudah menelepon pengacaraku. tapi dia mengatakan bahwa takkan mudah untuk membebaskan Ty."

 

"Kenapa?" tanya Pete.

 

"Apakah ada sesuatu yang tidak kami ketahui?" ujar Bob.

 

Bibi Mathilda nampak serius. "Pihak polisi tidak bersedia melepaskannya, meskipun dengan uang jaminan."

 

"Atas dasar apa?" Jupiter berseru.

 

"Karena Ty sudah pernah berurusan dengan polisi, dan karena dia berasal dari negara bagian lain. Dan yang lebih penting: dia akan dijadikan saksi terhadap komplotan pencuri mobil yang diduga beroperasi di Rocky Beach."

 

"Kapan kita memperoleh kepastian apakah Ty bisa dilepaskan atau tidak?"

 

"Nanti siang aka ada rapat," Bibi Mathilda berkata. "Tapi sebelum itu, pengacaraku mau bicara dengan seorang hakim dulu."

 

"Tapi Bibi akan terus berusaha, bukan?" tanya Jupiter penuh harap. "Kami memerlukan bantuan Ty dalam kasus ini."

 

Wanita itu mengangguk, kemudian kembali ke ruang kantor untuk menelepon pengacaranya lagi. Ketiga detektif remaja saling berpandangan di dalam bengkel.

 

"Jupe, apa ada yang bisa kita lakukan tanpa dia?" tanya Pete.

 

"Untuk sementara kita memang terpaksa bergerak tanpa bantuan Ty," jawab Jupiter sambil merenung. "Hmm, rupanya polisi menduga ada komplotan pencuri mobil yang beroperasi di Rocky Beach. Berarti akhir-akhir ini pasti banyak kasus pencurian mobil di sekitar sini." Ia berpaling pada Bob. "Bob, apakah kau bisa mencari keterangan'mengenai El Tiburon and the Piranhas? Aku perlu tahu, apakah mereka tampil di Oxnard pada malam Ty dimintai tolong oleh Tiburon untuk membawa Mercedes itu ke sini."

 

"Beres! Aku akan menanyakannya pada Jake Hatch."

 

"Wah, jangan! Orang lain tidak boleh tahu bahwa kita sedang menyelidiki kasus ini."

 

"Kalau begitu aku akan mencari jalan lain," Bob menanggapi keberatan sahabatnya sambil nyengir.

 

"Bagaimana kalau sekarang juga?" Jupiter mendesak.

 

"Oke? Ayo, kita ke sana."

 

"Aduh," Pete mendesah. "Aku tidak bisa bolos latihan karate. Sore ini ada demonstrasi kata baru."

 

"Memangnya kenapa?" tanya Jupiter.

 

"Kata adalah jenis latihan yang disampaikan secara turun-temurun," Bob menjelaskan. "Seluruh semangat karate terkandung dalam gerakan-gerakan itu. Jumlahnya ada sekitar 50. Kita harus melakukan gerakan-gerakan tertentu pada waktu yang tepat. Setiap bulan kami mempelajari kata baru."

 

"Kecuali itu, setelah latihan aku harus menjemput Kelly," Pete menambahkan. "Dia ikut senam aerobik pada waktu yang sama."

 

"Kalau begitu Bob dan aku saja yang pergi," ujar Jupiter. "Nanti kita ketemu lagi di sini, oke?"

 

Bob kembali tersenyum. "Kau bakal rugi besar, Pete! Tapi tak apa-apa. Nanti akan kuceritakan bagaimana caranya kami mengelabui Jake Hatch. Bayangkan wajahnya kalau dia..."

 

"Ah, sudahlah!" Pete berseru dengan kesal. "Aku bolos saja. Setelah urusan ini selesai, aku akan menjemput Kelly. Ayo, berangkat, deh!"

 

Semuanya ketawa ketika Pete mengambil mobilnya, dan Bob bergegas menuju VW Kodok yang antik, namun mengkilap dan terawat baik. Sementara Jupiter masih berpikir akan ikut siapa, sebuah sedan Jaguar XJ6 berwarna perak memasuki pekarangan. Seorang gadis langsing berambut cokJat turun dari mobil itu. Ia melambaikan tangan pada si pengemudi.

 

"Terima kasih banyak, Daddy! Aku akan,diantar pulang oleh Pete. Sampai nanti!"

 

Sedan Jaguar itu segera pergi. Kelly Madigan berlari menyeberangi pekarangan, lalu menggandeng tangan Pete. Tingginya hanya sebahu pacarnya itu.

 

"Daddy tidak bisa mengantarku ke tempat senam, karena itu aku minta didrop di sini saja," ujar Kelly. Sambil berjinjit ia mencium ujung hidung Pete. "Kita toh akan ketemu seusai latihan."

 

Pete nampak gugup. "Ehm, Kelly... hari ini aku tidak latihan. Aku...."

 

"Kau tidak latihan? Kenapa?"

 

"Kami... kami dapat kasus baru yang cukup berat, Kelly. Sepupu Jupiter berada dalam kesulitan. Kami harus membereskan kasus ini, supaya Ty bisa keluar dari tahanan."

 

"Kasus baru? Hmm, aku tahu bahwa itu penting untukmu, tapi kita kan selalu latihan karate dan senam aerobik pada hari Senin. Bagaimana kau bisa mengantarkanku pulang, kalau kau sedang sibuk menangani kasus itu? Lagi pula Ibu menunggu kita untuk makan malam. Kau tidak lupa, kan? Aku yakin, Jupe dan Bob bisa menangani tugas untuk hari ini. Ayo, nanti kita terlambat."

 

Kelly melambaikan tangan ke arah Jupiter dan Bob, lalu menarik pacarnya yang nampak kebingungan. Sambil mengangkat bahu Pete masuk ke mobilnya. Sesaat kemudian ia dan Kelly sudah berada dalam perjalanan menuju tempat latihan.

 

"Itulah sebabnya mengapa aku tidak mau pacaran!" ujar Bob sambil mengerutkan kening. "Aku tidak mau terikat. Jauh lebih menyenangkan kalau kita bebas menentukan pilihan. Betul tidak, Jupe?"

 

"Kalau punya pilihan...," Jupiter mendesah. "Astaga, Jupe! Aku kan sudah sering memperkenalkan teman-temanku padamu. Begitu juga Pete. Masa di antara sekian banyak gadis tidak ada yang kau sukai?"

 

"Masalahnya, mereka tidak menyukai aku!" "Ah, cukup banyak gadis yang menyukaimu. Si kecil Ruthie tadi, misalnya. Aku yakin, dia pasti menyukaimu. Sekarang semuanya tergantung pada usahamu." Jupiter tersipu-sipu. Langsung saja ia mengalihkan pembicaraan. "Ngomong-ngomong, bagaimana caranya memperoleh keterangan mengenai El Tiburon and the Piranhas?"

"Jangan takut. Ayo, kita berangkat"

 

 

"Ke mana?"

 

"Ke kantor Jake Hatch!"

 

"Tapi dia tidak boleh tahu bahwa kita sedang menyelidiki mereka."

 

Bob tersenyum. "Serahkan saja semuanya padaku!"

 

Beberapa waktu kemudian mereka berhenti di depan sebuah bangunan tua berlantai tiga yang nampak tak terurus. Bangunan itu terletak di pinggir daerah pusat perbelanjaan. Bob memarkir mobilnya di pekarangan belakang.

 

Bangunan tua itu tidak dilengkapi lift. Ruang tangga hanya diterangi cahaya yang masuk melalui sky-light (jendela di atap). Setelah naik ke lantai tiga, Bob membuka pintu sebelah kanan di ujung selasar. Bersama Jupiter ia memasuki sebuah ruang tunggu. Ruang kerja Jake Hatch berada di belakangnya.

 

"Hi, Gracie," Bob menegur seorang wanita muda. "Mr. Hatch ada?"

 

Wanita muda yang cantik itu duduk di balik meja tulis, dan lagi sibuk mengetik. Namun begitu melihat Bob, ia segera tersenyum ramah.

 

"Kau kan tahu, dia sedang makan siang."

 

Bob duduk di tepi meja dan menampilkan senyum yang menawan. "Memang, justru karena itu aku datang jam segini."

 

Wanita muda di hadapannya ketawa. Ia sekitar lima tahun lebih tua dari Bob. Tetapi sorot matanya mengatakan bahwa ia senang bertemu dengan pemuda itu.

 

"Bob Andrews, kau terlalu yakin pada diri sendiri."

 

"Apakah salah kalau aku lebih suka ngobrol denganmu dibandingkan dengan Jake, Gracie?" tanya Bob.

Senyumnya semakin lebar. "Lagi pula, aku mengajak temanku Jupiter supaya bisa berkenalan denganmu. Jupe, ini Grace Salieri, sekretaris terbaik dalam bisnis ini."

 

"Senang berkenalan dengan Anda, Miss Salieri," kata Jupiter.

 

"Panggil aku Gracie saja, Jupiter," wanita muda itu membalas sambil tersenyum. "Dan kau, Bob-sebaiknya kau simpan basa-basimu untuk kesempatan lain. Apa tujuanmu sebenarnya, hmm?"

 

"Sax punya klien yang mencari band yang bisa main salsa," Bob menjelaskan. "Kami kebetulan tidak punya. Orang itu sempat melihat pertunjukan yang menarik di Oxnard beberapa hari yang lalu. Dia lupa nama bandnya. Tapi ada kemungkinan dia nonton El Tiburon and the Piranhas. Sax ingin tahu apakah mereka tampil di Oxnard dua malam yang lalu, dan apakah mereka sudah dipesan untuk beberapa hari mendatang?"

 

"Jake pasti minta komisi penuh untuk Tiburon."

 

"Sax bilang, dia tidak peduli. Dia hanya ingin menyenangkan kliennya."

 

Gracie berdiri dan masuk ke ruang kerja bosnya.

 

"Mau ke mana dia, Bob?" tanya Jupiter.

 

"Mengecek daftar pertunjukan yang tertempel di ruang kerja Jake. Sax juga memakai sistem ini. Lebih cepat dibandingkan dengan komputer."

 

Grace Salieri kembali. "Yep, Tiburon dan anak buahnya memang tampil di Oxnard. Dua malam yang lalu mereka manggung di pub The Deuce. Dan selama dua hari mendatang mereka akan main di The Shack"

"Sip, Gracie! Terima kasih banyak!" kata Bob. ia membungkuk dan mencium kening wanita muda itu.

 

"Sax akan menanyakan di mana kliennya melihat band yang disukainya itu. Kalau memang di The Deuce, maka Jake akan memperoleh komisi yang lumayan besar."

 

Gracie ketawa, lalu berlagak mengusir Bob dan Jupiter

 

Ketika menuruni tangga, Bob berkata pada sahabatnya.

 

"Nah, dengan cara ini semuanya beres. Biarpun Gracie menceritakan kedatangan kita, Jake Hatch hanya akan memikirkan uang yang bakal diperolehnya. Sedangkan kita sekarang sudah mendapat kepastian bahwa Tiburon memang berada di Oxnard ketika Ty mampir ke sana."

 

"The Shack adalah nama restoran pizza," ujar Jupiter. "Kita bebas masuk ke sana. Kalau Ty sudah keluar dari tahanan, mungkin dia bisa mengidentifikasi Tiburon. Kalau tidak, kita bias menemui Tiburon dan mengajukan beberapa pertanyaan."

 

"Kapan?"

 

"Nanti malam. Kita berkumpul di markas besar," kata Jupiter. "Setelah itu kita pergi ke The Shack, untuk menemui El Tiburon and the Piranhas."

 

5. Ikan Buas di Atas Panggung

 

The shack merupakan restoran pizza yang sedang in, dan selalu ramai dikunjungi-terutama oleh anak-anak High School setempat. Letaknya di bagian timur kota Rocky Beach. Jupiter dan Bob tiba pukul delapan. Pete ternyata tidak bisa ikut ia harus menemani Kelly ke sebuah pesta. Jupiter hanya geleng-geleng saja.

 

Hampir semua bar atau pub yang menampilkan musik hidup, juga menyajikan minuman beralkohol. Karena itu remaja-remaja di bawah usia 21 tahun dilarang masuk. Undang-undang itu ditaati dengan ketat. Jika anak-anak di bawah umur berkeras ingin menyaksikan suatu pertunjukan, mereda harus duduk di belakang panggung-di bawah pengawasan petugas keamanan. Tapi The Shack hanya menyediakan minuman ringan, sehingga anak sekolah pun bebas keluar masuk.

 

Hampir setiap malam The Shack jadi tempat berkumpul anak-anak muda. Namun malam ini merupakan suatu perkecualian.

 

Ketika Jupiter dan Bob masuk, mereka melihat dua pemuda tanggung sedang bermain pinball. Dua orang lagi sedang makan pizza sambil menatap pesawat TV yang tak bersuara. Empat gadis Latino duduk di atas salah satu meja di pinggir lantai dansa. Gadis-gadis itu rupanya pacar-pacar para pemain band, sebab hanya merekalah yang memperhatikan band di atas panggung.

 

The Shack nyaris kosong, tetapi musik yang dimainkan terasa memekakkan telinga.

 

"Lalala bamba... bamba... bamba!"

 

Seorang pemuda Latino sedang asyik menyanyikan sebuah lagu berirama Latin, ia diiringi gitar, bas, serta keyboard. Si pemain drum menggebuk peralatannya dengan semangat tinggi. Panggung kecil itu penuh sesak dengan berbagai peralatan, sehingga para pemain band nyaris tak punya tempat untuk bergerak. "La... bam... baaa!"

 

El Tiburon and the Piranhas! Mereka berjingkrak-jingkrak, berputar-putar, dan nyengir seperti orang gila di ruangan yang hampir kosong itu. Wajah-wajah mereka nampak basah karena keringat. ,

 

"Astaga, permainan mereka ternyata memang buruk," Jupiter berbisik pada Bob.

 

"Menurut Sax, suara mereka lebih merdu kalau berteriak daripada kalau lagi menyanyi," balas Bob sambil mengangguk.

 

"El Tiburon pasti laki-laki berpakaian serba putih itu, bukan?"

 

"Betul, si jangkung yang berdiri di depan sambil memainkan lead-guitar."

 

Jupiter memperhatikan pemuda Latino itu dengan saksama. El Tiburon memang orang panggung sejati, ia tampil penuh gaya, meskipun tidak didukung oleh bakat yang memadai. Keempat anggota Piranha di belakangnya mengenakan celana hitam dan kemeja merah.

 

"Tempat ini bukan tempat nongkrong anak-anak Latino," ujar Bob sambil memandang sekeliling. "Aku tidak mengerti kenapa Jake menyuruh mereka main di sini."

 

"Aku juga agak heran," Jupiter berkomentar.

 

Kelima anggota band kini mulai memainkan musik rock 'n' roli. Para pengunjung menghentikan kesibukan masing-masing, dan mulai memperhatikan panggung. Orang-orang mulai berdatangan, tetapi The Shack tetap kelihatan kosong. Tiba-tiba Bob menyentuh lengan Jupiter.

 

"Jupe, itu Jake Hatch!"

 

Seorang pria pendek dan gempal baru saja melangkah masuk. Wajahnya pucat, ia mengenakan setelan jas abu-abu yang nampak mahal.

 

Jake Hatch melirik ke arah panggung. Kemudian ia menyadari bahwa lebih dari setengah kursi masih kosong.

 

"Apakah dia akan mengenalimu?" tanya Jupiter.

 

"Pasti!" jawab Bob. "Dia mungkin tidak tahu kenapa kita menginginkan Tiburon, tapi Gracie pasti cerita bahwa aku berkunjung ke sana."

 

Hatch masih berdiri di dekat pintu. Dengan wajah masam ia menyaksikan penampilan El Tiburon. Lagu yang tengah dimainkan berakhir. Para anggota band segera meletakkan alat musik masing-masing, lalu bergabung dengan para gadis di depan panggung. Jake Hatch menyalakan sebatang cerutu. Kemudian ia melihat Bob, dan mengerutkan alis. Langsung saja ia menghampiri anak muda itu.

 

"Nah?" ujar Hatch sambil menarik kursi. "Rupanya Sendler membutuhkan El Tiburon and the Piranhas, heh? Asal tahu saja: aku tidak akan berbagi komisi dengan dia."

 

"Kami mungkin memerlukan sebuah band Latino dalam waktu dekat ini," jawab Bob tenang. "Sax mengirimku untuk menyaksikan penampilan Tiburon. "Dia sendiri mencari band di LA*"

 

*LA = Los Angeles

 

Hatch ketawa terkekeh-kekeh. "Menurut Gracie situasinya bukan seperti itu. Kalian punya klien yang sempat menonton Tiburon dan teman-temannya di Oxnard beberapa hari yang lalu. Dan orang itu ingin mengontrak mereka."

 

"Tapi belum tentu kami berhasil menemukan Tiburon, bukan?" balas Bob sambil nyengir. "Saya bisa menghubungi dia bersama klien kami. Tapi komisinya harus dibagi rata."

 

Wajah Hatch menjadi merah padam. "Suatu hari aku akan mengusir Sax Sendler dari Rocky Beach! Semua orang tahu bahwa-dia tukang tipu yang bersedia melakukan apa pun juga untuk mendapatkan order. Kau pun akan mengalami nasib seperti dia, kalau kau tidak segera membenahi diri."

 

"Terima kasih atas peringatan Anda," ujar Bob.

 

"Hei, Andrews," kata Hatch. ia mengepulkan asap cerutunya. "Aku punya nasihat untukmu: tinggalkan Sendler! Kau tidak punya masa depan kalau terus ikut dia. Ngomong-ngomong, apakah kau berminat memperoleh tambahan uang?"

 

"Rejeki tidak boleh ditolak." Bob tersenyum.

 

"Kalau begitu, ceritakan tentang segala kegiatan Sendler. Siapa saja klien-kliennya? Bagaimana dia menangani band-band yang dipegangnya?"

 

"Wah, Mr. Hatch!" Bob berlagak terkejut. "Itu namanya berkhianat"

 

"Ah, semua orang melakukannya."

 

"Sorry, Mr. Hatch. Tapi saya tidak punya kebiasaan seperti itu."

 

Jake Hatch langsung melotot.

 

"Jangan sok jujur, Bung! Memangnya untuk apa kau datang ke sini, heh? Kaupikir aku tidak tahu bahwa Sendler mengutusmu untuk mengontrak Tiburon tanpa sepengetahuanku?"

 

"Siapa bilang?" Bob menanggapinya sambil tersenyum. "Sax sama sekali tidak..."

 

Jupiter cepat-cepat menendang kaki Bob di bawah meja. Sahabatnya itu tidak boleh mengemukakan bahwa Sax Sendler sama sekali tidak tahu-menahu mengenai kedatangan mereka kesini. Jake Hatch pasti akan menyadari bahwa cerita mengenai klien yang mencari band Latino hanya isapan jempol belaka. Sekarang pun dia sudah mulai curiga. Namun sebelum Hatch sempat mengatakan sesuatu, El Tiburon keburu muncul.

 

"Hei, kalian pasti sedang berbicara mengenai El Tiburon, heh?" pemimpin band itu berseru. "Kalian pasti penggemarku! Betul-tidak? Kalian menyukai musik kami. Kalian harus menyaksikan El Tiburon and the Piranhas."

 

"Ehm...," Bob mulai berkata.

 

"Kalian memang hebat," Jupiter mendahuluinya. "Terutama Anda. Anda pasti El Tiburon?"

 

"Yeah, saya sendiri!" si pemain gitar merangkap penyanyi berkata sambil menegakkan badan. Wajahnya berbentuk memanjang. Tampangnya mencerminkan rasa percaya diri yang tinggi.

 

"Hei, kalian mau foto dengan tanda-tangan? Jake, berikan dua lembar foto pada mereka!"

 

Hatch menatap Jupiter dengan penuh curiga, ia tidak tahu apa hubungan pemuda itu dengan Bob.

 

Keraguannya itu nampak jelas pada wajahnya. Jika Jupiter memang penggemar El Tiburon, maka Hatch harus bersikap ramah. Tapi kalau Jupiter hanya menemani Bob, maka Hatch tidak sudi berurusan dengannya. Supaya aman, ia akhirnya memutuskan untuk mengulur waktu, sekaligus memberitahu Tiburon mengenai Bob.

 

"Foto-fotonya ada di mobil. Nanti aku ambil satu." Sambil melirik ke arah Bob, ia menambahkan, "Yang satu ini bukan penggemarmu. Dia bekerja di tempat..."

 

"Hei, man! Memangnya aku tidak bisa mengenali penggemarku?!" Tiburon berseru dengan kesal.

 

"Tolong ambilkan dua lembar foto untuk kawan-kawanku ini, oke?"

 

Baik Bob maupun Jupiter menduga Hatch akan meledak. Tetapi pencari bakat itu hanya menelan ludah, ia berusaha untuk tersenyum, kemudian keluar lewat pintu depan.

 

"Apa aku boleh minta satu foto untuk sepupuku Ty?" Jupiter bertanya setelah Hatch pergi.

 

"Boleh saja. Jake pasti akan membawa setumpuk. Sepupumu juga penggemar kami?"

 

"Sebenarnya bukan," kata Jupiter. "Ty bilang dia mengenal Anda. Dia ingin berbicara dengan Anda."

 

"Dia juga pemain musik? Aku mengenal banyak pemain musik yang tergabung di band lain."

 

"Bukan," jawab Jupiter. "Dia adalah pemuda yang Anda mintai tolong untuk membawa mobil kakak Anda ke Rocky Beach. Ty sudah berusaha, tetapi dia tidak berhasil menemukan kakak Anda."

 

Senyum di bibir El Tiburon menghilang perlahan-lahan. Kemudian ia kembali nyengir-namun kini maknanya berbeda sama sekali.

 

"Yeah, aku sudah dengar cerita mengenai si Anglo yang sinting itu. Dia mencuri mobil mewah, lalu bercerita pada semua orang bahwa aku minta dia untuk mengantarkannya ke tempat kakakku. Hah, dasar loco! Polisi pun tidak mau percaya pada cerita gila seperti itu. Sepupumu, heh? Sayang sekali."

 

"Jadi, Anda tidak tahu apa-apa mengenai Ty maupun mobil itu?" tanya Bob.

 

Tiburon ketawa. "Hei, Bung! Saudaramu itu seharusnya tinggal di Oxnard saja. Coba pikir, aku sama sekali tidak punya kakak di Rocky Beach!"

 

Pemimpin band itu berdiri. Sambil ketawa ia kembali ke panggung.

 

Bob mengerutkan kening, lalu menatap Jupiter. "Jupe? Kalau dia tidak punya kakak di sini, maka itu berarti Ty telah membohongi kita!"

 

Di atas panggung keempat rekan El Tiburon sedang memandang ke arah Jupiter dan Bob. Jake Hatch kembali sambil membawa setumpuk foto. ia menatap kedua detektif remaja, kemudian menoleh ke arah El Tiburon and the Piranhas, yang sedang sibuk menyetem alat masing-masing.

 

"Ayo," ujar Jupiter cepat-cepat. "Kita pergi dari sini."

 

"Bagaimana dengan foto El Tiburon?" tanya Bob heran.

 

"Aku punya akal lain. Perhatikan saja."

 

Mereka berpapasan dengan sejumlah orang yang baru masuk, kemudian meninggalkan restoran pizza itu. Ketika melewati papan pengumuman, Jupiter cepat-cepat menarik foto El Tiburon. Bob masih penasaran ketika mereka sampai ke mobilnya.

 

"Jupe, Tiburon tidak mungkin berbohong mengenai kakaknya! Dan itu berarti bahwa Ty yang membohongi kita."

 

"Belum tentu," Jupe membela sepupunya. "Bagaimana kalau Tiburon menyuruh Ty mengantarkan mobil curian ke Rocky Beach, kemudian memberikan alamat yang ia sebutkan sebagai alamat kakaknya? Kecuali itu," ia menambahkan, "Tiburon hanya mungkin mendengar cerita mengenai Ty dari kita berdua, dari polisi, atau dari Joe Torres dan kedua tukang pukulnya. Kita tidak mengatakan apa-apa. Polisi pun pasti tidak akan membuka rahasia dinas. Berarti tinggal Joe Torres dan teman-temannya. Salah satu dari mereka-mungkin juga semuanya-mengenal Tiburon, dan membohongi kita dan polisi!"

 

"Wah, benar juga, Jupe!" kata Bob.

 

"Masih ada lagi," ujar Jupiter. "Kita sama sekali tidak menyinggung kota Oxnard di hadapan Tiburon tadi. Tapi dia tahu bahwa Ty memperoleh Mercedes itu di sana."

 

"Wow! Kalau bukan Torres yang menceritakan hal ini pada Tiburon, berarti Ty mengatakan yang sebenarnya. Hmm, bagaimana langkah selanjutnya?"

 

"Kita akan menunggu sampai El Tiburon and the Piranhas keluar dari The Shack."

 

 

6. Ikuti Hiu Itu!

 

Musik yang keluar dari The Shack memecahkan keheningan malam. Sambil menunggu, Bob dan Jupiter menggigil kedinginan di dalam VW kodok kepunyaan Bob. Iklim di California Selatan sebenarnya merupakan iklim gurun-panas pada siang hari, tetapi dingin di waktu malam. Di awal musim semi, rasa dinginnya terasa menusuk sampai ke tulang.

 

Alunan musik tetap terdengar sampai lewat tengah malam. Orang-orang nampak keluar-masuk The Shack. Kemudian suasana menjadi hening. Para pengunjung yang masih tersisa meninggalkan restoran pizza itu. Dan beberapa saat kemudian kelima anggota band bermunculan. Mereka nampak kesal, dan menyumpah-nyumpah dalam bahasa Spanyol.

 

Sesaat kemudian Jake Hatch menyusul. Nampaknya ia lagi naik pitam. Di bawah lampu jalanan, ia mengacungkan kepalan tangan ke arah seorang pria yang kelihatannya seperti pemilik restoran itu. Tiburon and the Piranhas berdiri mengelilingi bos mereka sambil berkacak pinggang. Akhirnya Hatch menyerukan sesuatu pada para anggota band, lalu menuju sebuah Rolls-Royce berwarna perak, ia menyalakan mesin dan langsung pergi. Si pemilik hanya geleng-geleng, lalu masuk lagi. Tiburon dan anak buahnya menghilang di balik restoran.

 

"Ikuti mereka, Bob!" ujar Jupiter cepat-cepat.

 

"Di belakang sana hanya ada tempat parkir, Jupe. Mereka pasti muncul lagi," kata Bob. Sambil mengangguk ke arah Jake Hatch menghilang tadi, ia menambahkan, "Gila, aku tidak mengerti dari mana da dapat uang untuk membeli mobil mewah seperti itu. Yang pasti, bukan dari perusahaan pencari bakatnya. Bahkan Sax pun tidak sanggup membeli Rolls-Royce-biar bekas sekalipun."

 

Bob masih terheran-heran ketika iring-iringan mobil milik para anggota band muncul dari balik restoran.

 

"Astaga!" Jupiter berseru.

 

Sebuah sedan besar muncul dari kegelapan. Tetapi baik merek maupun tahun pembuatannya sudah tidak dapat dipastikan. Seluruh permukaan mobil itu ditutupi grafiti-coret-coretan. Bahkan jendela-jendelanya pun penuh coret-coretan.

 

Warna asli mobil itu sampai tidak terlihat lagi. Bagian bawahnya hampir menyentuh permukaan aspal. Karena begitu rendah, Jupiter agak sukar mengenali bentuk asli mobil itu.

 

"Sebuah low-rider-mobil dengan body direndahkan!" ia berseru.

 

Jarak dari permukaan aspal ke bagian bawah mobil itu hanya sekitar 15 senti. Suspensinya sengaja direndahkan, dan mungkin juga dimodifikasi dengan sistem hidrolik. Kalau mobil itu memang dilengkapi dengan sistem hidrolik, maka si pengemudi bisa menaikkan kendaraannya jika akan melaju di jalan bebas hambatan. Mobil pertama itu diikuti oleh empat buah mobil serupa. Semuanya membelok ke arah daerah barrio.

 

Low-rider semacam itu hanya dipakai oleh remaja-remaja Latino, dan merupakan bagian dari gaya hidup anak muda yang tinggal di daerah barrio. Tujuan utamanya adalah untuk membedakan diri dari kaum Anglo, sekaligus untuk nam-pang di depan gadis-gadis. Mobil jenis low-rider biasanya selalu diurus dengan telaten. Para pemilik low-rider tak segan-segan mengeluarkan uang untuk mengecat, memoles, dan memasang berbagai perhiasan. Yang penting, kendaraan mereka bisa tampil dalam kondisi prima pada malam Minggu.

 

Namun penampilan kelima low-rider yang kini lewat di hadapan Jupiter dan Bob berbeda sekali. Mobil-mobil itu penuh dengan tulisan cat semprot beraneka warna, yang memuji kehebatan El Tiburon and the Piranhas.

 

"Iklan yang murah-meriah," Jupiter berkomentar. "Kita pun tidak perlu takut kehilangan jejak. Mereka pasti tidak berani ngebut."

 

Bob menunggu beberapa saat, lalu mulai /mengikuti iring-iringan low-rider itu. Berulang kali ia terpaksa mengurangi kecepatan, untuk menjaga jarak.

 

Akhirnya mereka tiba di tepi daerah barrio. Bob tertinggal beberapa ratus meter, ketika para low-rider membelok ke sebuah tempat cuci mobil. Letaknya bersebelahan dengan sebuah restoran Mexico-tidak jauh dari Rocky Beach High School. Kalau lagi libur, lapangan parkir restoran itu selalu penuh sesak-bahkan sampai lewat tengah malam. Bob dan Jupiter pun suka mengunjungi tempat berkumpul anak-anak muda itu.

 

Pelan-pelan keduanya melewati tempat cuci mobil. El Tiburon and the Piranhas, serta keempat gadis yang menemani mereka, telah turun dari s mobil. Kini mereka bergerombol di ruang tunggu, sambil menikmati makanan kecil dan minuman ringan. Beberapa remaja Latino lainnya bergabung dengan mereka.

 

"Sebaiknya kita cari tempat untuk mengawasi mereka," ujar Jupe. "Restoran Mexico itu kelihatannya cocok."

 

"Cocok untuk apa?" tanya Bob sambil nyengir.

 

"Apa maksudmu?" balas Jupiter.

 

"Aku kira kau lagi diet."

 

"Tapi aku sudah hampir mati kelaparan," Jupiter memohon pengertian sahabatnya.

 

"Hei, aku tidak peduli kalau kau gendut."

 

"Aku tidak gendut! Mungkin agak... ehm... berat, tapi..."

 

"Sony, Jupe, aku hanya main-main. Gendut atau langsing-pokoknya Pete dan aku menyukaimu. Sudahlah, apa yang akan kita lakukan sekarang?"

 

"Kita akan mengawasi mereka dari restoran itu," ujar Jupiter dengan kikuk. "Tapi kalau tidak memesan apa-apa, kita pasti terlalu menarik perhatian orang-orang."

 

Bob segera memutar kendaraannya, ia sengaja menoleh ke samping untuk menyembunyikan senyumnya. Kemudian ia memasuki pelataran parkir di depan restoran. Mereka turun dan bergabung dengan beberapa teman sekolah yang sudah mengantri sebelumnya.

 

Bob dan Jupe membawa makanan mereka ke sebuah meja di teras. Bangku di meja ini sudah lenyap, sehingga mereka terpaksa duduk di atas meja. Tapi tempat cuci mobil di sebelah terlihat dengan jelas.

Sebenarnya tempat cuci mobil itu sudah tutup, karena malam telah larut. Para pegawai sudah pulang semua, kecuali seorang pria setengah baya yang berdiri di balik meja layan. Melihat sikap orang itu terhadap El Tiburon and the Piranhas, Jupe segera menyadari bahwa mereka merupakan langganan istimewa.

 

Kini kelihatan jelas bahwa El Tiburon adalah pemimpin kelompok anak muda itu. Hanya dia yang duduk di kursi. Yang lain berdiri mengelilinginya. El Tiburon berbicara, dan teman-temannya mendengarkannya dengan patuh. Kecuali seorang gadis. Gadis itu menuju ke meja layan untuk membeli makanan kecil. Tapi El Tiburon segera menudingnya, lalu berteriak dengan keras.

 

"Hei, kembali ke sini!" Jupiter dan Bob mendengar suaranya. "Aku tidak suka kalau ada yang tidak memperhatikanku kalau aku sedang bicara! Mengerti?!"

 

Pria di balik meja layan mengangkat bahu dan menggelengkan kepala. Gadis tadi langsung ber-balik dan membentak El Tiburon. Seketika Tiburon berdiri dan menarik lengan gadis itu. Kemudian salah seorang pemuda yang bukan anggota The Piranhas melangkah maju, dan menepis tangan Tiburon.

 

Semua orang di tempat cuci mobil tersentak kaget Tiburon mengulurkan tangan dan menggenggam kemeja lawannya. Tapi sekali lagi tangannya ditepis oleh pemuda itu. Tiburon langsung melayangkan tinju. Pembela gadis tadi membalas dengan pukulan kiri. Tiburon menghindar, menangkis, kemudian menghajar lawannya sampai terjatuh. Kali ini tidak ada perlawanan lagi.

 

Tiburon mengatakan sesuatu dan ketawa. Semua ikut ketawa. Kecuali gadis yang menentang Tiburon tadi. ia langsung berjongkok di samping pemuda yang dipukul roboh. Tiburon kembali duduk, lalu meneruskan ceritanya seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

 

Jupiter dan Bob .mengikuti kejadian itu dari meja mereka. "Sikapnya lebih mirip pemimpin gang daripada pemimpin band," ujar Bob.

 

"Ya," kata Jupiter. "Kelihatannya memang begitu. Mungkin bandnya merupakan bagian dari sebuah gang. Aku rasa..." Tiba-tiba Jupe terdiam.

 

Sebuah mobil baru saja berhenti di depan tempat cuci mobil. Seorang pria turun, dan menuju ke ruang tunggu.

 

"Astaga, itu Joe Torres!" Jupiter berseru.

 

Tiburon berdiri dari kursinya, mengatakan sesuatu pada salah satu anggota The Piranhas, kemudian bergegas keluar untuk menemui Torres. Kedua orang itu berbincang-bincang di tempat gelap, sementara anggota-anggota gang yang lain menunggu di dalam.

 

"Ternyata Torres memang berbohong," ujar Bob. "Sebetulnya dia mengenal Tiburon. Sekarang aku yakin bahwa Ty memang disuruh mengantarkan Mercedes itu ke tempat Torres. Cerita Tiburon mengenai kakaknya hanya isapan jempol."

 

"Mungkin ya, mungkin tidak," kata Jupiter. "Torres memang berbohong ketika mengatakan bahwa ia tidak mengenal Tiburon. Tapi itu tidak membuktikan apa-apa, Bob. Barangkali Torres hanya bermaksud melindungi Tiburon, tetapi tidak tahu apa-apa mengenai mobil curian itu. Mungkin juga Tiburon hanya diperalat, tanpa menyadari persoalan sesungguhnya."

 

"Lalu bagaimana caranya kita memastikan hal ini?"

 

"Kita harus cari keterangan lagi," jawab Jupiter. "Kita akan mengawasi mereka untuk beberapa waktu."

 

"Tapi sekarang sudah larut malam," kata Bob. "Kalau Sax kembali dari Los Angeles malam ini, maka besok aku harus kerja lagi."

 

"Kita harus mencari kepastian apakah Tiburon tahu bahwa Mercedes itu mobil curian. Kalau ternyata tidak, maka kita harus menemukan orang yang menyuruh Tiburon minta tolong pada Ty untuk membawa mobil itu ke bodega milik Torres."

 

"Ya, Tuhan!" Bob tiba-tiba berseru tertahan. "Jupe, awas!"

 

Tiburon telah kembali ke ruang tunggu. Joe Torres sedang menuju restoran tempat Bob dan Jupiter berada!

 

"Aduh!" kata Jupiter. Ia mulai dilanda panik. "Dia pasti akan mengenaliku."

 

Restoran Mexico itu sudah hampir kosong. Para pengunjung yang masih makan menempati meja-meja yang saling berjauhan. Pelataran parkir diterangi lampu, dan nyaris tak terisi. Meja layan di dalam pun nampak sepi.

 

"Cepat!" kata Bob. "Berlututlah!"

 

Jupiter berlutut di samping meja yang tak berbangku. Bob buru-buru melepaskan jaket jeans-nya, kemudian duduk di punggung Jupiter! Ia menutupi lututnya dengan jaket, seakan-akan kedinginan, lalu duduk dengan santai sambil bersandar pada tepi meja.

 

Bob berlagak tak peduli ketika Torres melewati mejanya. Dalam hati ia berharap agar pemilik bodega itu tidak menyadari bahwa tak ada bangku pada kedua sisi meja. Untung saja Torres hanya sekilas saja melirik ke arah Bob, kemudian langsung menuju meja layan.

 

"Busyet, Bob! Ternyata kau lebih berat dari yang kuduga," bisik Jupiter. "Apakah aku sudah bisa berdiri lagi?"

 

"Jangan dulu! Dia masih di meja layan. Mungkin saja dia tiba-tiba menoleh ke sini. Sebaiknya kau tetap bersembunyi."

 

Jupiter mendesah.

 

Bob ketawa. "Belum pernah aku duduk di bangku seempuk ini."

 

"Tunggu pembalasanku nanti!" Jupiter menggerutu.

 

Bob segera menyikut sahabatnya. Hampir saja Jupiter memberontak. Gntung saja ia teringat bahwa keselamatannya sedang terancam. Bob-baru berhenti menggoda Jupiter ketika Torres kembali ke tempat cuci mobil. Kali ini pria Latino itu sama sekali tidak memperhatikan Bob.

 

"Oke, dia sudah pergi," kata Bob sambil berdiri.

 

Jupiter bangkit, memijat-mijat punggungnya, lalu bersandar pada meja sampai bisa berdiri tegak lagi. Ia memelototi Bob, kemudian nyengir.

 

"Syukurlah kau tidak kehabisan akal tadi," Jupiter memuji. "Tapi aku rasa lebih baik kita segera pergi dari sini. Mungkin saja yang lainnya menyusul untuk membeli makanan. Aku tidak berminat dijadikan bangku lagi."

 

Mereka bergegas menuju VW Kodok kepunyaan Bob, kemudian pulang ke rumah Jupiter. Pintu gerbang Jones Salvage Yard sudah terkunci. Tempat penumpukan barang bekas itu nampak gelap gulita. Begitu juga rumah Paman Titus.

 

"Semuanya sudah tidur," kata Jupiter. "Coba lihat apakah Ty sudah kembali."

 

Setelah masuk, kedua sahabat mengendap-endap ke ruang tidur tamu di lantai dua. Pintunya terbuka. Tempat tidurnya kosong. Bob mulai cemas.

 

"Barangkali polisi sudah memperoleh bukti-bukti tambahan," katanya.

 

"Mungkin saja," jawab Jupiter. "Besok pagi aku akan menanyakannya pada Bibi Mathilda. Tapi aku tetap berpendapat bahwa Ty mengatakan yang sebenarnya."

 

"Mudah-mudahan saja kau benar, Jupe."

 

"Bagaimanapun juga, besok pagi kita bertiga kumpul di markas besar setelah sarapan."

 

"Kecuali kalau Kelly sudah menyusun acara untuk Pete."

 

Jupiter berlagak tidak mendengar komentar sahabatnya itu. "Kalau dipikir-pikir," ia berkata sambil merenung, "sebuah band yang tampil di sepanjang daerah pantai merupakan penyamaran yang baik untuk komplotan pencuri mobil."

 

 

7. Cadillac Berwarna Jingga

 

Pada pagi hari berikutnya, Pete mengenakan T-shirt bertulisan Bop Til You Drop! Setelah mengeluarkan mobilnya dari garasi, ia segera menuju Jones Salvage Yard. ia benar-benar penasaran mengenai apa yang terjadi semalam. Tetapi ternyata pintu pekarangan masih dikunci, sehingga Pete menyeberang jalan ke rumah Jupiter.

 

Jupiter masih sarapan bersama Bibi Mathilda dan Paman Titus. Dengan wajah murung ia duduk sambil menghadapi menu dietnya.

 

"Kami belum berhasil mengeluarkan Ty dari tahanan," ia melaporkan pada Pete.

 

Bibi Mathilda pun kelihatan kesal. "Hakim belum menentukan jumlah uang jaminan yang harus kami bayar. Pengacaraku sudah berusaha, tapi tak ada jalan untuk mendesak-desak seorang hakim. Pihak kejaksaan tetap berkeras bahwa Ty patut dicurigai. Mereka takut Ty akan melarikan diri. Namun pengacaraku yakin, bahwa kita pasti akan memperoleh keputusan hari ini. Tetapi dia juga mengatakan, keputusan itu belum tentu menggembirakan."

 

Paman Titus, seorang pria berkumis tebal, menatap istrinya. "Kau yakin keponakanmu itu bisa dipercaya? Terus terang saja, ceritanya kurang masuk akal."

 

"Kami yakin sekali, Paman Titus," kata Jupiter. "Sejauh ini fakta yang kami kumpulkan sudah cukup banyak. Kami hampir bisa memastikan bahwa Ty tidak berbohong."

 

"Sekarang tinggal membuktikannya," Pete menambahkan.

 

Paman Titus mengerutkan kening. "Kalian harus hati-hati! Komplotan pencuri mobil-tidak bisa dianggap enteng."

 

"Kami akan hati-hati, Paman Titus," Jupiter berjanji sambil menghabiskan sarapannya. "Pete dan aku ke markas dulu, ya. Kami masih menunggu Bob. Setelah itu kami mau pergi untuk mencari keterangan tambahan. Apakah Bibi bisa meninggalkan pesan kalau Ty sudah dibebaskan?"

 

"Oke, Jupiter. Aku mau menelepon pengacaraku dulu. Habis itu aku menyusul kalian. Sudah waktunya untuk mulai bekerja."

 

Pete dan Jupiter menyeberangi jalan, lalu membuka kunci elektronik pada pintu gerbang pekarangan dengan bantuan alat pengendali jarak jauh pada ikat pinggang Jupe. Setelah berada di markas besar, Jupiter menceritakan kejadian semalam secara terinci. Pete ketawa ketika mendengar cerita mengenai El Tiburon and the Piranhas, yang bermain nyaris tanpa penonton. Tapi ketika Jupiter menyinggung kehadiran Joe Torres di tempat cuci mobil. Pete mulai bersemangat.

 

"Jadi, Torres mengenal Tiburon?" ia bertanya.

 

"Ya!" ujar Jupe sambil mengangguk. "Sekarang kita tinggal membuktikan bahwa memang Tiburon yang menyuruh Ty membawa Mercedes itu dari Oxnard ke sini, dan bahwa dia tahu bahwa mobil itu mobil curian."

 

"Tapi dari mana kita mulai?" tanya Pete.

 

"Pertama-tama kita rangkum semua fakta yang sudah terkumpul. Kemudian kita susun hipotesis, yang akan kita gunakan sebagai landasan untuk menentukan tindakan berikutnya."

 

"Sony, Jupe, tapi aku bukan ilmuwan-apa yang harus kita susun?"

 

"Sebuah hipotesis, Pete. Sebuah asumsi, sebuah perumpamaan. Dalam hal ini, kita anggap Joe Torres sebagai anggota komplotan pencuri. Dengan demikian cara terbaik untuk membuktikan keterlibatan Tiburon adalah dengan mengawasi gerak-gerik Torres."

 

"Kedengarannya cukup menarik," Pete menanggapinya. "Kapan kita berangkat ke bodega itu?"

 

"Begitu Bob datang."

 

"Kalau begitu aku mau mengutak-atik Corvair-ku dulu."

 

"Oh ya, mumpung lagi bicara soal mobil-kapan kau akan mencarikan mobil untukku?"

 

"Aku kan sudah bilang: kalau Corvair-ku sudah beres. Tidak lama lagi, kok. Sekarang kita toh harus menunggu sampai Bob datang, bukan?"

 

"Ah, alasan saja."

 

"Oke, oke! Kita pergi sekarang juga. Aku tahu suatu tempat di mana orang-orang menjual mobil mereka. Kita mulai dari sana saja."

 

"Tapi kita belum bisa pergi," Jupiter mendesah. "Sebentar lagi Bob akan datang."

 

Pete keluar dari markas besar sambil menggerutu.

 

Setelah ditinggal sendiri, Jupiter membuka laci paling bawah di meja kerjanya. Setelah meyakinkan diri bahwa keadaannya aman, ia lalu mengeluarkan sepotong coklat. Ia melahapnya sambil menunggu Bob, yang setiap saat bisa muncul di pintu.

 

Tapi Bob tidak datang-datang. Lima menit berlalu, sepuluh menit, setengah jam.

 

Jupiter keluar dari karavan dan menengok ke bengkel. Ternyata tidak ada siapa-siapa. Ia mengelilingi markas besar, lalu melihat Pete membungkuk di atas mesin mobilnya.

 

"Dia terlambat lagi," kata Jupiter.

 

"Aku sudah menduganya," jawab Pete sambil tetap bekerja.

 

"Bob terlalu menyukai pekerjaannya yang baru," Jupiter berkomentar. "Dia begitu semangat bekerja di kantor Sax Sendler, sehingga melupakan urusan Trio Detektif."

 

"Bukan itu masalahnya," Pete menyangkal. "Bob terlalu sibuk mengurusi gadis-gadis itu. Dia terlalu senang menjadi pusat perhatian mereka, sehingga tidak sempat memperhatikan urusan lain."

 

"Ah, masa sih gadis-gadis itu begitu penting baginya?" balas Jupiter.

 

Kepala Pete muncul dari bawah kap mesin, ia mengerutkan kening dan memelototi sahabatnya. Pada detik yang sama Karen, gadis dengan VW Golf kemarin, memasuki pekarangan.

 

"Halo, Bobby ada di sini?" ia berseru.

 

Jupiter menggeleng.

 

"Sorry, kami juga lagi menunggu dia!" jawab Pete.

 

Karen segera meninggalkan pekarangan sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Beberapa saat kemudian sebuah Honda masuk. Pengemudinya adalah Ruthie, gadis yang kelihatannya tertarik pada Jupiter.

 

"Halo, Jupiter! Eh, namamu Jupiter, bukan? Apakah kau sudah ketemu Bob pagi ini?"

 

Kali ini Jupiter bahkan tidak sanggup menggeleng.

 

"Kami belum ketemu dengan dia, Ruthie," Pete menjawab pertanyaan gadis pirang itu sambil tersenyum.

 

Sebelum pergi, Ruthie sekali lagi melirik ke arah Jupiter.

 

"Jupe, perasaanku mengatakan bahwa dia menyukaimu," bisik Pete. "Seharusnya kau ajak dia pergi malam ini. Ke bioskop, misalnya, atau ke sebuah restoran."

 

Jupiter masih terbengong-bengong. "Kau yakin dia menyukaiku?" ia bertanya kemudian.

 

"Seratus persen!"

 

"Kalau begitu, kenapa dia tidak mengatakan apa-apa?"

 

"Astaga, Jupe! Zaman memang sudah berubah, tetapi kau jangan berharap bahwa seorang gadis mau bersikap seperti itu."

 

Jupiter segera mengalihkan pembicaraan. "Kalau Bob sudah datang..."

 

Untuk ketiga kalinya sebuah mobil masuk ke pekarangan. Pengemudinya adalah Lisa, gadis yang berambut merah, ia sama sekali tidak tersenyum. "Bob minta tolong untuk menyampaikan pesan pada kalian. Sax sudah kembali dari Los Angeles, sehingga Bob harus masuk kerja. Dan nanti sore kami mau pergi, jadi dia sibuk sepanjang hari."

 

Tanpa menunggu jawaban Lisa langsung memutar kendaraannya, lalu pergi lagi. Pete hanya bisa geleng-geleng.

 

"Sepertinya dia tidak menyukai kita. Dia pasti berpikir bahwa Bob terlalu banyak menghabiskan waktu dengan kita. Wah, ini bisa repot"

 

"Semuanya gara-gara Bob," ujar Jupiter. "Kalau begitu kita terpaksa mengawasi Torres tanpa dia."

 

Sebelum pergi, mereka menanyakan keadaan Ty pada Bibi Mathilda. Tetapi Bibi Mathilda pun belum mendapat kabar dari pengacaranya.

 

Kemudian kedua sahabat itu berangkat naik mobil Pete-sebuah Pontiac Fiero. Mereka menuju ke daerah barrio, dan berhenti agak jauh dari bodega milik Torres.

 

"Penampilan kita terlalu mencolok," kata Jupiter, ketika mereka mendekati toko bahan makanan itu sambil berjalan kaki. "Kita harus mencari tempat untuk bersembunyi."

 

Jupiter bukan cemas karena ia orang Anglo. Barrio di Rocky Beach tidak sama dengan barrio raksasa di Los Angeles, New York, atau kota-kota besar lainnya, di mana semua penduduknya keturunan Spanyol. Penduduk daerah barrio di Rocky Beach lebih bercampur-baur, meskipun sebagian besar memang orang Latino.

 

Yang membuat Jupiter agak cemas adalah: mereka orang asing di sini. Jika mereka terus berdiri di tempat terbuka, maka cepat atau lambat orang-orang akan curiga.

 

Pete menunjuk sebuah bangunan tua.

 

"Kita bersembunyi di balik tembok itu saja! Dari sana kita tetap bisa mengawasi bodega."

 

"Oke," ujar Jupe. "Kelihatannya rumah itu tak berpenghuni. Cocok sekali untuk kita."

 

Mereka segera menuju ke sana, lalu menunggu.

 

Waktu berjalan dengan lambat. Ini memang bagian terberat dan paling membosankan dari tugas seorang detektif-menunggu sampai terjadi sesuatu.

 

Menjelang jam 12.00 Jupiter tiba-tiba tersentak. "Pete!"

 

Tiga anggota El Tiburon & the Piranhas baru saja turun dari salah satu low-rider mereka, kemudian langsung masuk ke bodega.

 

"Ah, barangkali saja mereka hanya mau berbelanja," kata Pete.

 

Setengah jam berlalu. Kemudian ketiga pemuda Latino tadi keluar lagi. Tetapi mereka tidak membawa barang belanjaan.

 

"Aku semakin yakin bahwa Torres bersekongkol dengan mereka," Pete berkomentar.

 

"Mungkin saja mereka sekadar ngobrol-ngo-brol saja," ujar Jupiter.

 

Pete dan Jupiter kembali menunggu selama dua jam.

 

Kemudian sebuah Cadillac berwarna Jingga muncul dan berhenti di depan bodega. Pengemudinya bergegas masuk. Beberapa detik kemudian Joe Torres keluar, dan segera naik ke mobil itu.

 

"Ayo, Pete!" Jupiter berseru.

 

Mereka berlari ke mobil Pete, lalu melompat masuk. Pete menyalakan mesin tepat ketika Cadillac itu melewati mereka, ia segera menjalankan mobilnya.

 

Cadillac itu berada beberapa puluh meter di depan mereka. Torres rupanya tidak terburu-buru. Pete terpaksa menjaga jarak, sebab Torres kemarin sempat melihat mobilnya.

 

Setelah meninggalkan daerah barrio, Torres membelok ke kiri dan menyusuri jalan berdebu di pinggir jalan bebas hambatan. Mobil mewah itu melewati tempat penumpukan bahan bangunan, gudang-gudang tua, bengkel mobil, dan bangunan niaga lainnya. Pete tetap mengikutinya, tetapi dalam jarak yang lebih jauh.

 

Kemudian Cadillac itu membelok ke kanan. Pete mencapai tikungan itu tepat pada waktu Torres berhenti di depan sebuah gedung berlantai tiga, yang terbuat dari batu bata berwarna merah. Bangunan itu berada di tepi jalan layang.

 

"Lebih baik kita berhenti dan jalan kaki saja," kata Jupiter.

 

Pete segera memarkir mobilnya di tepi jalan. Mereka mendengar Torres menekan klakson -sekali panjang, dua kali pendek, sekali panjang, dan sekali pendek. Pintu gerbang bangunan tadi membuka, dan Torres bersama Cadillac-nya segera menghilang ke dalam.

 

Dengan hati-hati Jupiter dan Pete mendekat. Gedung yang dimasuki Torres merupakan bangunan pojok. Pada lantai dasarnya tidak ada jendela. Kaca jendela pada lantai dua dan tiga dilapisi cat berwarna putih. Di samping pintu gerbang ada pintu yang lebih kecil.

 

Di atas pintu gerbang terdapat tulisan: TEMPAT PENITIPAN MOBIL, BENGKEL CAT, FULL SERVICE.

 

Tulisan di bawahnya berbunyi: PARKIR MINGGUAN, BULANAN, ATAU TAHUNAN.

 

Pete dan Jupiter segera membelok. Bangunan di belakang bangunan bengkel merupakan gedung perkantoran berlantai tiga. Tidak ada pintu lain menuju ke bengkel. Jendela-jendela di sisi samping pun dilapisi cat.

 

"Hmm," ujar Pete. "Paling tidak Torres tidak bisa melihat kita dari dalam."

 

"Tapi kita juga tidak bisa melihat dia. Mau tidak mau kita harus masuk untuk mempelajari keadaan di dalam," Jupiter menanggapinya. Pete nampak ragu-ragu. "Nanti dulu, Jupe. Kita tidak tahu apa yang ada di dalam sana. Bisa-bisa kita malah masuk perangkap."

 

"Kau punya usul yang lebih baik?"

 

"Tidak," jawab Pete sambil menggeleng. "Tapi aku tetap kurang setuju dengan rencanamu."

 

"Kita memang harus hati-hati," kata Jupiter ketika mereka kembali ke pintu depan. "Kau masuk duluan untuk mempelajari medan. Setelah itu kita atur langkah selanjutnya."

 

"Wah, bagus benar!" Pete memprotes.

 

"Kita kan tidak bisa melewati pintu kecil itu secara bersamaan," Jupiter membela diri. "Kecuali itu, Torres belum pernah melihatmu. Sebaliknya dia pasti langsung mengenali aku."

 

Pete mendesah. "Kenapa sih, logikamu selalu mengharuskan aku untuk bergerak duluan?"

 

"Wah," Jupiter berlagak tak bersalah, "aku juga tidak tahu. Tapi begini saja: kau yang buka pintu. Aku akan berada tepat di belakangmu. Kita intip dulu sebelum masuk. Bagaimana?"

 

"Itu lebih baik," kata Pete.

Ia menarik napas dalam-dalam, membuka pintu, lalu maju selangkah. Sambil merapatkan diri pada tembok, ia melihat ke sekeliling. Jupiter segera menyusulnya.

 

Ruangan di depan mereka nampak gelap-gulita. Tak ada suara sama sekali.

 

 

8. Lenyap Tanpa Bekas

 

Perlahan-lahan mata Jupiter dan Pete mulai terbiasa dengan kegelapan di dalam tempat penitipan mobil.

 

Mereka berada di dalam sebuah ruangan besar. Satu-satunya sumber cahaya adalah sky-light di langit-langit. Puluhan mobil nampak berderet-deret di antara pilar-pilar. Di sebelah kanan, sebuah ramp menuju ke lantai dua. Sebuah lift hidrolik khusus mobil menempel pada dinding belakang ruangan itu. Kedua sisinya dibatasi oleh rangka kayu yang diberi kawat ayam. Pintunya berupa rangka kayu yang bisa digeser ke atas.

 

Di ujung kanan ruangan itu, bersebelahan dengan ramp, terdapat beberapa pintu. Di seberangnya terlihat pintu kaca yang menuju ke ruang kantor. Ruang itu nampak gelap-gulita. Tak seorang pun kelihatan-termasuk Torres.

 

"Jangan-jangan ini semua mobil curian," bisik Pete, sambil memperhatikan deretan kendaraan di ruangan itu.

 

Jupiter menggeleng. "Aku rasa ini tempat penitipan mobil biasa. Lihat saja, semua pilar dan tembok diberi nomor secara berurutan."

 

"Tapi mana tukang jaganya? Dan kenapa tidak ada peralatan bengkel sama sekali? Tulisan di depan tadi mengatakan bahwa di sini ada bengkel."

 

"Hmm, itu pertanyaan yang bagus."

 

Jupiter dan Pete terdiam sambil memasang telinga. Setelah beberapa saat, mereka mendengar suara sayup-sayup dari lantai atas.

 

"Suara apa itu?" tanya Pete was-was.

 

"Pasti ada orang di atas," bisik Jupiter. "Bangunan ini sudah tua. Tembok-tembok dan lantai-lantainya cukup tebal untuk meneruskan bunyi."

 

"Maksudmu, kita harus naik ke sana?" tanya Pete sambil membelalakkan mata. "Wah, mudah-mudahan saja ada jalan lain kecuali ramp dan lift itu."

 

"Mestinya sih ada tangga. Coba kita cari. Kita mulai saja dari pintu di sebelah ramp."

 

Mereka segera menuju ke sana. Pete membuka pintu. Di baliknya ternyata ada tangga yang penuh debu. Di dalam ruang tangga, bunyi tadi terdengar lebih jelas. Tetapi Pete dan Jupiter belum dapat menentukan dari mana bunyi itu berasal. Mereka juga tidak mendengar suara langkah maupun suara orang.

 

Dengan hati-hati mereka naik sampai ke lantai dua. Jupe membuka pintu dan mengintip. Ruangan yang nampak lebih terang ini berisi mobil-mobil yang perlu diperbaiki. Sebagian besar seperti sudah terlupakan. Tiga buah mobil dihubungkan dengan peralatan elektronik untuk menganalisis kompresi silinder, sistem injeksi bahan bakar, serta sistem pengapian. Lampu-lampu indikator pada peralatan itu nampak berke-dap-kedip. Tetapi di sini pun tidak ada siapa-siapa.

 

"Sepertinya para tukang bengkel terburu-buru pergi dari sini," kata Pete. "Lihat saja, mereka meninggalkan peralatan itu dalam keadaan masih hidup."

 

"Yang pasti, mereka tidak ke bawah," ujar Jupe. "Kita tidak berpapasan dengan siapa pun waktu kita masuk."

 

"Kalau begitu, ke mana mereka?" tanya Pete. "Dan ke mana Joe Torres, serta Cadillac berwarna Jingga itu?"

 

"Torres dan mobil itu pasti berada di lantai tiga."

 

Perlahan-lahan Jupiter menutup pintu. Kemudian mereka kembali menaiki tangga. Ruangan paling atas ternyata juga yang paling terang. Sejumlah mobil nampak di antara pilar-pilar. Jumlahnya lebih besar ketimbang kendaraan-kendaraan di lantai dua, tetapi masih kalah banyak dibandingkan mobil-mobil di lantai dasar. Semua mobil yang ada di sini sudah diketok dan kini tinggal dicat.

 

Namun di lantai ini pun tidak ada orang sama sekali! Berbagai peralatan bengkel berserakan di lantai. Ruang-ruang pengecatan berisi mobil, dan kompresor-kompresor udara pun sedang bekerja. Tetapi Torres dan Cadillac berwarna Jingga itu tetap tidak kelihatan.

 

"Aneh!" kata Jupe.

 

"Menurut ayahku," ujar Pete, "tukang-tukang bengkel memang pasti berhenti kerja kalau tidak diawasi terus-menerus."

 

"Ayahmu mungkin benar," Jupiter menanggapinya, "tapi aku yakin, para pegawai bengkel ini pasti masih bekerja sampai beberapa saat yang lalu. Kemudian Torres datang, dan semuanya menghilang. Sebaiknya kita mencari tahu ke mana."

 

"Maksudmu, kita menyelidiki bangunan ini?"

 

"Tenang saja, kau sudah lihat sendiri bahwa tidak ada siapa-siapa, bukan?"

 

"Tapi bagaimana kalau mereka tiba-tiba kembali?"

 

"Sebagai detektif kita harus berani ambil risiko," Jupiter berkeras. "Torres dan Cadillac itu tidak mungkin lenyap begitu saja."

 

Dengan berat hati Pete pun mengikuti sahabatnya. Mereka berjalan menyusuri deretan kendaraan, sehingga langsung bisa bersembunyi seandainya para pekerja bengkel muncul secara mendadak. Namun ternyata tidak ada yang datang. Tanpa terganggu Pete dan Jupiter mengelilingi ruangan besar itu. Mereka tidak menemukan pintu ataupun tangga lain.

 

"Dari tadi tidak ada mobil yang jalan," kata Pete. "Berarti Cadillac itu harus ada di sini. Mungkin kita tidak melihatnya waktu naik ke sini."

 

Jupiter nampak ragu-ragu. "Rasanya tidak masuk akal. Tapi baiklah, kalau begitu kita ke bawah saja dan mulai mencari lagi."

 

Dengan hati-hati mereka turun ke lantai dua. Cadillac itu tetap lenyap. Namun kali ini mereka melihat seorang tukang bengkel yang sedang bekerja.

 

"Dari mana dia datang?" Pete berbisik.

 

"Entahlah," jawab Jupiter. "Tapi jangan lupa, kita tadi tidak sempat memeriksa ruangan di lantai ini.

 

"Mana mungkin kita selidiki ruangan ini, Jupe?!" Pete memprotes. "Apa kau tidak lihat bahwa ada orang yang lagi kerja?"

 

"Pokoknya, kita harus memastikan apakah Cadillac itu ada di sini atau tidak."

 

Pete hanya mendesah tertahan. Tanpa bersuara Pete dan Jupiter membuka pintu, lalu menyelinap keluar dari ruang tangga. Mereka berjalan pelan-pelan, sambil berlindung di balik mobil-mobil. Setiap saat tukang bengkel tadi bisa menoleh dan melihat mereka. Untung saja orang itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia sama sekali tidak menyadari kehadiran kedua detektif muda.

 

"Cadillac itu pasti ada di lantai dasar," bisik Pete setelah yakin bahwa kendaraan yang mereka cari tidak ada di situ.

 

"Kecuali..." Jupiter terdiam, ia nampak merenung dan agak tegang. "Ayo, kita periksa lantai dasar sekali lagi."

 

Mereka kembali menuruni tangga. Tetapi kare-terlalu terburu-buru, Jupiter terpeleset dan jatuh.

Ia kaget setengah mati. Apalagi Pete! Mereka diam seperti patung dan menahan napas. Satu, dua, tiga menit berlalu. Perlahan-lahan Jupiter berdiri lagi. Suasana di lantai dasar tetap hening,

 

"Uuuh, hampir saja," bisik Pete.

 

Jupiter mengangguk. Wajahnya nampak agak pucat. Namun kemudian ia segera membuka pintu ruang tangga. Lampu di ruang kantor ternyata belum menyala juga. Dan Cadillac berwarna Jingga itu masih belum kelihatan. Pete dan Jupiter memeriksa setiap sudut ruang-an-namun sia-sia saja.

 

"Apa hendak dikata, Jupe," kata Pete, "kelihat-annya mobil itu memang tidak ada di sini."

 

"Tidak mungkin!" Jupiter membalas dengan tegas. "Aku rasa aku sudah menemukan..."

 

Tiba-tiba keheningan dipecahkan oleh suara mendesis. Sambil terheran-heran Pete dan Jupiter mulai mencari sumber suara itu. Sesaat kemudian mereka telah menemukannya. Lift mobil sedang turun dari lantai tiga. Kini lantainya sudah kelihatan.

 

"Hei! Mau apa kalian di sini?"

 

Kepala seorang pria berambut gelap muncul dari jendela sedan Buick berwarna hitam, yang berada pada landasan lift. Pria itu menunjuk kearah Jupiter, yang berdiri persis di bawah sebuah lampu. Kepala Joe Torres muncul dari jendela seberang.

 

"Max, anak itu yang mendatangiku di bodega!" ia berseru. "Hei, kau! Berhenti!!!"

 

Jupiter segera melompat mundur, lalu bersembunyi di balik sebuah mobil bersama Pete. Kini lift telah sampai di lantai dasar. Pengemudi sedan Buick itu segera tancap gas. Ia menuju ke pintu gerbang, untuk mencegah Pete dan Jupiter melarikan diri. Torres langsung turun. Ia disusul oleh si pengemudi, yang berpotongan pendek tapi kekar.

 

"Dugaanmu ternyata benar," bisik Pete. "Torres memang ada di sini."

 

"Nanti saja kita bicarakan dia," ujar Jupiter. "Sekarang kita harus secepatnya keluar dari sini."

 

"Kelihatannya mereka tidak terlalu tangguh," kata Pete sambil mengamati kedua lawan mereka. "Kau sudah pernah mengalahkan Torres dengan judo-mu. Aku bisa mengatasi si pendek dengan karate-ku."

 

Torres dan rekannya berdiri di dekat pintu gerbang sambil memandang ke sekeliling.

 

"Hei, menyerah sajalah!" si Pendek berseru. "Kau takkan bisa lolos dari sini."

 

"Jangan remehkan dia, Max," ujar Torres. "Bocah itu bisa judo."

 

Max menarik pistol yang terselip di ikat pinggangnya. "Dia takkan berdaya melawan ini!"

 

Melalui celah di antara deretan mobil, Pete dan Jupiter melihat senjata api di tangan si Pendek.

 

"Wah, sekarang mereka kelihatan lebih berbahaya," ujar Pete sambil menelan ludah.

 

"Tapi mereka tidak tahu bahwa kau ada di sini," Jupiter berbisik. "Ini keuntungan yang harus kita manfaatkan. Aku akan mencoba memancing agar mereka melewati tempat persembunyianmu. Pertama-tama kau sikat laki-laki yang bawa pistol. Kemudian kita berdua membereskan Torres."

 

Dengan tenang Jupiter berdiri dan menampakkan diri. Sedetik kemudian Torres dan si Pendek telah melihatnya.

 

"Itu dia!" Torres berseru. "Hei, berhenti!"

 

Cepat-cepat Jupiter menjauhi pintu. Ia menyusuri deretan mobil seakan-akan hendak kabur lewat ramp. Kedua lawannya masuk perangkap.

 

"Joe, potong jalannya!" si Pendek berteriak. "Aku akan lewat sisi ini," ia menambahkan, lalu mengejar Jupiter.

 

Di sebelah kanan, Torres mulai berlari untuk mencegat Jupiter. Tanpa menyadarinya, mereka semakin mendekati tempat persembunyian Pete. Jupiter berlagak ketakutan.

 

"Nah, Gendut! Mau ke mana kau sekarang?" ujar Max ketika berhasil memojokkan Jupiter. Pistolnya diarahkan ke dada anak itu.

 

Pada detik yang sama Pete beraksi. Ia melancarkan tendangan yokogeri-kekomi ke arah pistol di tangan si Pendek, yang langsung terpental. Tendangan itu segera disusul oleh pukulan shuto-uchi, yang mengenai bagian samping leher Max. Lawan Pete itu roboh tanpa sempat berteriak.

 

Torres mengambil ancang-ancang untuk menyerang Pete. Kemudian ia melihat Jupiter mendekat dari belakang, dan segera berbalik.

 

Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Pete. Tanpa ragu-ragu ia melayangkan tendangan mawashi-geri. Torres pun terhempas ke lantai dan tidak bangun lagi.

 

"Ayo, Jupe! Kabur," teriak Pete.

 

Keduanya segera berlari ke arah pintu.

 

 

9. Ty Bebas!

 

Beberapa saat kemudian mereka telah berada di dalam mobil Pete. Jupiter masih sempat menoleh ke belakang, sebelum sahabatnya tancap gas. Torres dan rekannya berdiri di depan pintu bengkel. Mereka melotot ke arah Pontiac Fiero yang menjauh dengan cepat. Kemudian keduanya kembali ke dalam.

 

"Pelatih karatemu pasti kecewa," Jupiter berkomentar. "Ternyata dalam sekejap saja mereka sudah berdiri lagi. Mereka pasti akan mengejar kita naik Buick hitam tadi."

 

"Hei, baru seminggu yang lalu aku dapat ban hitam," Pete membela diri, ketika mobilnya meluncur ke arah jalan bebas hambatan. "Kalau tidak salah, kau hendak mengatakan sesuatu sebelum Torres dan rekannya memergoki kita, bukan?"

 

"Memang!" jawab Jupiter. "Kau lihat bahwa Torres akan diantar oleh rekannya itu?" "Tentu saja aku melihatnya. Kenapa?"

 

Pete memasuki jalan bebas hambatan, kemudian menarik napas panjang. Torres dan rekannya takkan bisa menyusul.

 

"Aku yakin, Cadillac Jingga itu sebenarnya mobil curian," Jupiter menjelaskan. "Mobil itu dititipkan ke tempat Torres. Kemudian dia membawanya ke bengkel tadi. Berarti harus ada yang mengantarkannya pulang ke bodega. Itulah yang akan dilakukan oleh laki-laki bernama Max tadi!"

 

"Kalau begitu, di mana Cadillac-nya?"

 

"Jawaban untuk pertanyaanmu ada di dalam bengkel itu," kata Jupiter.

 

"Ah, tidak masuk akal! Kita sudah memeriksa bangunan itu dari bawah sampai atas. Dan kita tidak menemukan apa-apa. Tidak ada pintu besar yang bisa dilewati mobil."

 

"Torres juga ada di sana. Tapi kita tidak melihatnya, bukan?"

 

"Torres bisa saja bersembunyi di salah satu ruang kantor. Tapi sebuah Cadillac tidak mungkin lenyap begitu saja."

 

"Hmm, mungkin saja kau benar. Tapi aku tetap yakin bahwa mobil itu dicuri, dan bahwa mereka menyembunyikannya di bengkel itu," Jupiter berkeras. "Masalahnya, di mana?"

 

Kedua sahabat itu masih memikirkan teka-teki yang mereka hadapi, ketika Pete meninggalkan jalan bebas hambatan di dekat Jones Salvage Yard.

 

Begitu mereka memasuki pekarangan, Bibi Mathilda keluar dari ruang kantornya. "Hakim akhirnya menentukan jumlah uang jaminan untuk membebaskan Ty. Kalian bisa mengantarkan aku ke gedung pengadilan?"

 

Jupiter segera pindah ke belakang, supaya Bibi Mathilda bisa duduk di depan bersama Pete.

 

Kali ini Pete tidak perlu terburu-buru. Ketika mereka sampai di gedung pengadilan, jam di mobilnya menunjukkan pukul empat lewat beberapa menit Setelah masuk, Bibi Mathilda memperkenalkan Jupiter dan Pete pada seorang pria berwajah serius yang telah menunggu mereka.

 

"Ini pengacaraku, Steve Gilbar. Steve, ini Jupiter, keponakanku. Dan ini sahabatnya, Pete Cren-shaw. Mereka sedang berusaha untuk membuktikan bahwa Ty tidak bersalah."

 

Steve Gilbar segera bersalaman dengan Jupe dan Pete.

 

"Terus terang saja," katanya. "Kasus ini memang agak berat. Pihak polisi yakin sekali bahwa Ty merupakan anggota komplotan pencuri mobil yang beroperasi antara Santa Monica sampai Ventura.

 

Mereka berhasil mempengaruhi hakim untuk menetapkan jumlah uang jaminan yang luar biasa besar." ia berpaling pada Bibi Mathilda. "Anda membawa uangnya?"

 

Bibi Mathilda mengangguk. "Berapa yang harus saya bayar, Steve?"

 

"Tujuh puluh lima ribu dollar! Menurut saya, ini benar-benar keterlaluan. Tapi pihak kejaksaan berkeras bahwa Ty memegang peranan penting dalam kasus ini. Mereka berpendapat bahwa mereka berhadapan dengan sebuah komplotan chop-shop. Menurut pihak kejaksaan, Ty bisa membantu mereka untuk menggulung seluruh komplotan itu."

 

"Komplotan chop-shop!" Jupiter berseru.

 

"Apa sih artinya chop-shop?" tanya Bibi Mathilda bingung.

 

"Para pencuri itu tidak menjual mobil dalam keadaan utuh, melainkan membongkar bagian-bagiannya untuk dijual sebagai onderdil lepas," Jupiter menjelaskan.

 

"Bagian-bagian mobil itu dibersihkan, kemudian dibungkus lagi agar kelihatan seperti baru," Pete menambahkan. "Kemudian bagian-bagian tersebut dijual pada para pedagang suku cadang."

 

"Masa pedagang-pedagang itu tidak tahu bahwa mereka membeli barang curian?" Bibi Mathilda kembali bertanya.

 

"Sebagian besar dari mereka sadar sepenuhnya," jawab Steve Gilbar. "Tetapi kalau harganya cocok, mereka tidak peduli tentang asal-usul barang-barang itu."

 

"Khusus untuk suku cadang dengan nomor seri-seperti blok mesin, misalnya-para penjahat menggunakan cara lain," kata Pete. "Barang-barang itu dinaikkan ke kapal, lalu dijual di luar negeri."

 

"Hasil yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan jika mereka menjual mobil dalam keadaan utuh,"

 

Jupiter melengkapi keterangan Pete. Bibi Mathilda menggelengkan kepala terheran-heran.

 

"Tindak kejahatan semacam ini pasti sukar diberantas," katanya. "Kalau sebuah mobil sudah dibongkar, maka polisi tidak bisa berbuat apa-apa lagi, bukan?"

 

"Tepat sekali," Steve Gilbar berkomentar. "Justru karena itulah pihak polisi sebenarnya enggan melepaskan Ty. Cara terbaik untuk menghentikan pencurian-pencurian itu adalah dengan menggulung seluruh komplotan pada saat tengah beraksi." ia melirik ke jam dinding. "Sudah waktunya, Mathilda. Anda membawa surat-surat yang diperlukan?"

 

Bibi Mathilda mengangguk.

 

"Anda paham bahwa uang itu akan hilang jika Ty melarikan diri?"

 

"Ya, saya paham, Steve."

 

"Baiklah, kalau begitu. Jupiter, Pete-kalian tunggu di sini saja."

 

"Astaga!" Jupiter berkata pada Pete, setelah ditinggal oleh Bibi Mathilda dan pengacaranya. "Ternyata kita berhadapan dengan komplotan chop-shop. Dan mereka beraksi di sepanjang daerah pantai. El Tiburon dan bandnya hanya kedok saja."

 

"Tapi kita belum punya bukti, Jupe," jawab Pete. "Sejauh ini kita baru menemukan bahwa Torres berbohong mengenai Tiburon, dan bahwa dia pergi ke bengkel itu. Selebihnya masih teka-teki."

 

"Jangan lupa: kita juga sudah tahu bahwa seseorang menyerahkan mobil curian pada Ty. Selain itu masih ada Cadillac berwarna Jingga yang lenyap secara misterius."

 

"Terus terang saja, Jupe," kata Pete, "soal itu aku masih ragu-ragu."

 

"Dan," Jupiter menambahkan, "sekarang kita bisa minta bantuan Ty."

 

Tidak lama kemudian Bibi Mathilda, Steve Gilbar, dan Ty, muncul di ujung selasar. Ty nampak pucat dan letih. Tetapi ia tersenyum lebar, dan mengayunkan langkah dengan gayanya yang santai.

 

"Bagaimana keadaanmu, Ty?" tanya Pete.

"Baik-baik saja," yang ditanya menjawab dengan tenang.

 

"Corvair-mu sudah jalan lagi?"

 

"Aku belum sempat membereskannya."

 

"Kami terlalu sibuk menyelidiki komplotan pencuri mobil itu," Jupiter menerangkan.

 

"Komplotan pencuri mobil?" tanya Ty sambil mengerutkan kening.

 

Steve Gilbar mengangguk. "Pihak polisi berpendapat bahwa ada komplotan pencuri mobil yang sedang beraksi di sepanjang daerah pantai."

 

"Pantas saja mereka keberatan untuk melepaskan aku dengan uang jaminan," Ty berkomentar. "Urusan seperti ini memang bukan soal kecil. Bagaimana hasil penyelidikan kalian sampai sekarang?"

 

"Nanti saja kalian bicara mengenai ini," ujar Steve Gilbar. "Ty, minggu depan kau akan dihadapkan ke pengadilan. Pada saat itu kita akan mengetahui apakah jaksa mengajukan tuntutan atau tidak. Sementara itu jangan tinggalkan Rocky Beach, mengerti?"

 

Baik Ty maupun Bibi Mathilda mengangguk.

 

"Sampai ketemu tiga hari mendatang."

 

Setelah Steve Gilbar pergi, yang lainnya menuju mobil Pete. Bibi Mathilda duduk di depan. Jupiter dan Ty terpaksa berdesak-desakan di belakang.

 

"Kalau saja Pete mau meluangkan waktu untuk membantu mencari," kata Jupiter, "maka aku sudah bisa mengendarai mobil sendiri sekarang."

 

Ty tersenyum. "Tenang saja, Jupe! Aku akan membantumu. Tapi sebelumnya aku ingin tahu apa saja yang sudah kalian temukan. Apa yang bisa kita lakukan untuk membuktikan bahwa aku bukan pencuri mobil?"

 

Secara bergantian Pete dan Jupiter menceritakan semua fakta dan dugaan mereka. Ty mendengarkan keterangan mereka dengan cermat. Namun matanya terus melekat pada kaca spion di atas kepala Pete.

 

"Jadi, Pete dan aku menduga, band yang dipimpin Tiburon hanya samaran bagi komplotan pencuri mobil itu," Jupiter menyelesaikan keterangannya, ia mengeluarkan sebuah foto dari kantong.

 

"Ini foto El Tiburon yang kuambil dari papan pengumuman di depan The Shack. Coba perhatikan baik-baik, Ty! Inikah orang yang minta tolong padamu untuk membawa Mercedes itu ke Rocky Beach?"

 

Ty segera mengamati foto itu. "Mungkin, Jupe. Tapi aku tidak bisa memastikannya. Malam itu aku sudah minum beberapa gelas bir. Ruangan di pub itu agak gelap dan penuh asap rokok. Aku tidak begitu memperhatikan wajah orang itu. Tapi kira-kira memang seperti ini tampangnya."

 

"Dia tidak ikut bermain di atas panggung?"

 

"Tidak."

 

"Pub mana yang kaukunjungi?" tanya Jupiter.

 

 "The Blue.. ehm.... Yeah! The Blue Lights!"

 

"Bukan The Deuces?" Jupiter kembali bertanya.

 

"Tiburon pasti takkan berani berbuat macam-macam di tempat dia manggung," kata Pete.

 

"Aku pasti mengenali Tiburon kalau aku bisa melihatnya dari dekat, dan berbicara dengan dia," ujar Ty, sambil memelototi foto di tangannya.

 

"Itu bisa diatur," kata Jupiter. "Nanti malam kita berkumpul di markas besar untuk membicarakan rencana selanjutnya."

 

Ty masih melihat ke kaca spion di atas kepala Pete. "Hei, ada yang mengikuti kita sejak dari gedung pengadilan. Barangkali polisi yang takut kalau-kaiau aku melarikan diri. Tetapi mungkin juga anggota komplotan pencuri mobil itu."

 

Di belakang mereka ada tiga mobil. Sebuah Nissan berwarna merah, sebuah Porsche, dan di antaranya sebuah sedan hitam buatan Amerika.

 

"Apa merknya?" tanya Jupiter. "Sebuah Buick?"

 

"Barangkali," kata Ty. "Kelihatannya seperti mobil buatan GM*"

 

*General Motor = pabrik mobil di Detroit

 

Pete dan Jupiter bercerita mengenai Buick hitam yang dipakai oleh Max untuk mengantarkan Torres pulang ke bodeganya. Ty kembali melirik ke kaca spion.

 

"Mungkin saja, tapi mungkin juga polisi."

 

"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Pete.

 

"Kita balik saja keadaannya," jawab Ty sambil nyengir. "Kitalah yang akan mengawasi gerak-gerik mereka."

 

Beberapa saat kemudian mereka sampai di rumah. Ty dan Bibi Mathilda segera masuk. Pete dan Jupiter menyeberang jalan. Pete cepat-cepat bersembunyi di balik pintu gerbang. Mobil tadi ternyata bukan buatan Buick.

 

"Sebuah Oldsmobile," kata Pete. "Pengemudinya belok di tikungan berikut."

 

"Coba kita intai mereka," Jupiter mengusulkan.

 

Kedua sahabat itu menyeberang pekarangan, lalu memanjat tumpukan peti bekas agar dapat mengintip lewat pagar. Mobil hitam tadi berada tepat di depan hidung mereka.

 

Begitu melihat Jupiter dan Pete, pengemudinya langsung tancap gas.

 

"Mereka pasti kaget karena kita tiba-tiba muncul," ujar Pete.

 

"Aku rasa begitu," balas Jupe.

 

Mereka kembali ke markas besar, lalu menelepon Ty untuk melaporkan kejadian itu.

 

"Oke," ujar Ty. "Kelihatannya mereka memang polisi. Sebaiknya kita tunggu sampai besok pagi sebelum melangkah lagi."

 

 

10. Menyusun Rencana

 

TY berdiri di jendela markas besar. Pandangannya menyorot tajam, seakan-akan dapat menembus pagar kayu yang mengelilingi Jones Salvage Yard. ia cemas mengenai mobil hitam yang sejak kemarin selalu mengawasi gerak-geriknya.

 

"Mereka itu ada di luar sana," kata Ty. "Aku bisa merasakannya."

 

"Siapa?" tanya Pete. "Polisi atau para penjahat itu?"

 

"Itu tidak bisa kita pastikan," ujar Jupiter dari balik meja kerjanya.

 

"Jupe benar," kata Ty. "Masalahnya, siapa yang mereka buntuti? Kalau kalian-maka mobil itu berisi orang-orang yang kalian curigai. Kalau aku-berarti mereka adalah polisi."

 

Jupiter mengangguk. "Torres dan Tiburon memang tidak tahu kapan kau akan dilepaskan dari tahanan. Dan kecuali itu, mereka pasti tidak berani dekat-dekat, karena takut kau akan mengenali Tiburon."

 

"Bagaimana kalau kita berpencar?" Pete mengusulkan. "Nanti kita bisa lihat mobil mana yang mereka ikuti."

 

Jupiter- kembali mengangguk. "Kebetulan ada beberapa hal yang perlu kuselidiki. Dan sebaiknya ada yang pergi ke bengkel itu, untuk melihat apakah Tiburon atau anak buahnya muncul di sana. Bob kemungkinan besar harus bekerja lagi hari ini. Jadi, kau yang awasi bengkel, Pete. Ty dan aku akan pergi naik pick-up Paman Titus."

"Sekaligus kita cari mobil untukmu," kata Ty.

Kali ini Jupiter mengangguk penuh semangat. "Kalau mereka mengikutimu, Pete, jangan pergi ke bengkel itu sampai kau berhasil menghilangkan jejak."

Kemudian Jupiter dan Ty menemui Paman Titus untuk meminjam salah satu mobil perusahaannya. Mereka naik ke pick-up di depan ruang kantor, sementara Pete masuk ke Fiero-nya. Jupe bersembunyi, sehingga hanya Ty yang terlihat dari luar.

Ty dan Pete keluar lewat pintu gerbang, lalu menuju arah yang berlawanan. Jika mobil hitam itu sedang mengawasi Jones Salvage Yard, maka pengemudinya harus memilih siapa yang akan ia ikuti.

Ty membelok pada tikungan pertama, ia menambah kecepatan, membelok pada tikungan berikut, memutar kendaraannya, kemudian kembali ke arah dari mana ia datang.

Oldsmobile hitam kemarin ternyata sedang menuju ke arah mereka. Pengemudinya segera

96

berhenti di tepi jalan, namun Ty tidak bisa di kelabui.

"Ternyata akulah yang mereka incar," katanya. "Berarti itu mobil polisi. Rupanya mereka bersembunyi di sekitar pekarangan Paman Titus. Hei, Jupe! Semangat sedikit, dong! Sebentar lagi kau sudah punya mobil sendiri. Biar saja para petugas itu kebingungan memikirkan kenapa seorang pencuri mobil membeli mobil bekas."

Ty mendatangi show-room-ruang pamer -demi show-room. ia memeriksa semua mobil yang harganya terjangkau oleh Jupiter. Kemudian, di sebuah show-room kecil di dekat pelabuhan, Ty menemukan sebuah Honda Civic berumur 10 tahun.

Pemiliknya sedang butuh uang, dan memasang harga tepat 500 dollar. ia mengatakan bahwa mobil itu beberapa bulan lalu baru turun mesin. Ty segera memeriksa mesinnya, kemudian mencoba mobil itu bersama Jupiter. Akhirnya ia menjelaskan pada Jupiter bahwa harga yang diminta oleh si pemilik memang pantas.

Jupiter tidak berpikir dua kali. ia langsung setuju. Namun baru besok Honda Civic itu bisa dibawa, karena surat-suratnya harus disiapkan dulu. Kecuali itu, Ty juga minta agar beberapa hal dibereskan dulu. Si pemilik berjanji untuk memasang bukaan jendela, dan mengganti sebuah lampu yang putus. Jupiter sendiri nyaris tidak bisa berkata apa-apa karena terlalu gembira, ia hanya berdiri sambil mengelus-elus mobil berwarna biru-putih itu.

97

"Akhirnya aku punya mobil sendiri," Jupiter bergumam. "Kalau boleh, aku akan membawanya sekarang juga."

"Boleh sih boleh saja," balas Ty sambil ketawa. "Tapi lebih baik kau tunggu sampai besok. Sementara itu kita bisa pakai mobil Paman Titus untuk penyelidikanmu. Oke, Jupe, ke mana kita sekarang?"

Jupiter nyengir lebar. "Ke kantor polisi."

 

Untuk mencapai tempat penitipan mobil di tepi jalan layang, Pete memilih menyusuri jalan-jalan yang sepi. Berulang-kali ia melirik ke kaca spion. Namun Oldsmobile hitam itu tetap tidak kelihatan. Untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan, Pete berhenti agak jauh dari tempat tujuannya. Kemudian ia berjalan kaki ke arah bengkel, dan bersembunyi di balik pagar yang mengelilingi pekarangan kosong di seberang jalan.

Jam demi jam berlalu. Beberapa mobil datang untuk diservis, dicat, atau sekadar parkir saja. Para pengemudi berhenti di depan bengkel, lalu menekan klakson sampai dibukakan pintu. Yang membuka pintu adalah Max.

Pete mencoba menebak apakah ada mobil curian di antara kendaraan-kendaraan yang dilihatnya, ia agak curiga, karena beberapa pengemudi kelihatannya bukan orang baik-baik. Tapi Pete juga menyadari bahwa itu bukan bukti bahwa mereka pencuri mobil.

98

Namun ketika melihat sebuah BMW berwarna abu-abu, segala keraguannya mendadak lenyap.

Pengemudi mobil itu nampak menoleh ke kiri-kanan. Rupanya ia ingin meyakinkan diri bahwa keadaannya aman. Baru setelah itu ia menekan klakson: sekali panjang, dua kali pendek, sekali panjang dan sekali pendek. Pintu membuka, dan BMW itu meluncur masuk.

Pria yang duduk di belakang kemudi adalah Joe Torres.

Pete segera keluar dari tempat persembunyian, lalu bergegas mengambil mobil, ia memindahkan kendaraannya ke dekat bengkel, supaya lebih mudah mengawasi pintu masuk.

Sepuluh menit kemudian sebuah Buick hitam berisi dua laki-laki keluar dari bengkel. Mereka melewati Pete tanpa memperhatikannya. Laki-laki di sebelah sopir adalah Joe Torres.

Pete segera memutar Fiero-nya, dan mulai membuntuti Buick itu.

 

Ty ketawa ketika mereka memasuki pelataran parkir di depan kantor polisi Rocky Beach. "Para petugas yang mengikuti kita pasti bingung sekali."

Oldsmobile hitam itu melewati mereka dengan ragu-ragu, seakan-akan pengemudinya belum percaya pada apa yang ia lihat.

"Sebetulnya apa tujuan kita kemari?" tanya Ty ketika ia dan Jupiter memasuki kantor polisi.

99

"Jika Tiburon dan anak buahnya memang mencuri mobil kalau mereka manggung di luar kota, maka seharusnya sudah banyak orang yang melaporkan hal itu."

"Masuk akal," ujar Ty sambil mengangguk. "Tapi bagaimana kita bisa memperoleh laporan-laporan itu?"

Jupiter nyengir. "Lihat saja nanti."

Ia menanyakan Sersan Cota, lalu diantar ke ruangan komputer di ujung selasar. Seorang petugas berambut gelap sedang duduk di depan salah satu komputer.

"Halo, Jupiter! Ayo, masuk."

Sersan Cota dan Jupiter sama-sama menggemari komputer. Jupiter sering mampir ke kantor polisi untuk berbincang-bincang mengenai perkembangan terakhir dalam bidang ini.

Setelah mengagumi laser-printer di meja polisi itu, Jupiter berkata, "Sersan Cota, ini Ty, sepupu saya. Dia datang dari New York untuk membantu kami memecahkan sebuah kasus."

Sersan Cota menatap Ty sejenak, kemudian tersenyum. "Senang berkenalan dengan Anda." Kemudian ia kembali berpaling pada Jupiter. "Hmm, apa yang bisa saya lakukan untukmu, Jupe?"

"Saya mendapat tugas dari guru saya untuk menyusun laporan mengenai pencurian mobil," Jupiter mengarang cerita. "Saya memerlukan data mengenai semua kasus pencurian yang terjadi bulan lalu antara Santa Monica dan Ventura."

100

"Itu saja? Tunggu sebentar."

Sersan polisi itu menekan beberapa tombol di komputer. Sesaat kemudian printernya mulai bekerja.

"Wah, banyak juga, ya?" ujar Ty, setelah mereka menunggu selama lima menit.

Sersan Cota mengangguk. "Kami yakin, pasti ada komplotan baru yang beroperasi di daerah ini. Tapi dalam keadaan biasa pun banyak pencurian mobil," ia berkata sambil menyerahkan beberapa lembar kertas pada Jupiter.

"Terima kasih, Sersan Cota."

"Jangan ragu-ragu untuk datang lagi kalau kau memerlukan informasi tambahan, Jupe."

Setelah sampai di luar, Jupiter dan Ty segera menuju ke pick-up. Oldsmobile hitam, yang sejak pagi membayang-bayangi mereka, kini tidak kelihatan. Namun ketika mereka berangkat, mobil itu muncul lagi.

"Rupanya mereka belum sadar bahwa kita sudah tahu bahwa mereka membuntuti kita," ujar Ty.

ia menuju ke Jones Salvage Yard.

 

Sedan Buick berwarna hitam itu ternyata tidak membawa Joe Torres ke tokonya, melainkan ke sebuah bangunan tua di tepi daerah pusat perbelanjaan. Pengemudinya hanya berhenti sebentar untuk menurunkan Torres, kemudian langsung berangkat lagi.

101

Pete parkir di pinggir jalan, kemudian menyusul Torres ke bangunan tua itu. Di dalamnya ternyata tidak ada lift. Ruang tangga hanya diterangi oleh jendela-jendela kecil. Torres naik sampai ke lantai tiga, kemudian membuka pintu di ujung selasar.

Tulisan pada pintu itu berbunyi: JAKE HATCH, PEMANDU BAKAT.

Pete benar-benar kaget, ia segera turun lagi dan bergegas ke mobilnya. Kemudian ia menuju rumah Jupiter.

"Jupe!" Pete berseru sambil turun dari mobil. Jupiter dan Ty berada di dalam markas besar. Mereka sedang mempelajari data yang diberikan oleh Sersan Cota.

"Jupe! Torres membawa sebuah BMW ke bengkel itu! Aku membuntutinya dan..."

Jupiter segera membalik. "Pete, ada kabar gembira! Aku sudah punya mobil sekarang! Keadaannya masih bagus. Mesinnya baru dibetulkan dan..."

"Selamat Jupe, tapi dengar dulu..."

"...memang hanya Honda Civic, tapi lumayanlah. Sekarang kita punya tiga mobil untuk..."

"Jupe! Torres pergi ke kantor Jake Hatch!"

"...warnanya biru-putih, dan..." Jupiter terdiam. "Apa? Torres ke mana?"

"Ke kantor Jake Hatch!"

"Jake Hatch? Itu kan si pemandu bakat yang menangani Tiburon dan bandnya?" tanya Ty.

102

Yang lainnya mengangguk. "Hmm, sekarang masalahnya mulai jelas," Ty bergumam.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Pete. "Mengawasi gerak-gerik Jake Hatch?"

"Mungkin nanti," kata Jupiter. "Pertama-tama kita harus membandingkan tempat-tempat yang tercantum pada print-out ini dengan tempat-tempat di mana El Tiburon and the Piranhas tampil bulan lalu."

"Bagaimana caranya?" Pete kembali bertanya.

"Ah, mudah saja," suara Bob tiba-tiba terdengar di belakang mereka.

Jupiter, Pete, dan Ty, begitu sibuk berbicara, sehingga tidak mengetahui kedatangan Bob.

"Apanya yang mudah?" Pete langsung ngotot.

"Kita datangi kantor Jake Hatch, lalu memeriksa jadwal El Tiburon and the Piranhas!" jawab Bob sambil nyengir.

"Kalau kita tertangkap di sana," Jupiter berkomentar, "maka kita tidak akan bisa membantu Ty."

"Aku akan menelepon Gracie untuk menanyakan di mana Jake Hatch nanti malam. Dia selalu menyaksikan penampilan band-bandnya, persis seperti Sax. Kita akan mengetahui kapan kita bisa pergi ke kantornya dan berapa lama kita boleh berada di sana. Aku akan mengajak Gracie makan pizza, dan membiarkan pintu dalam keadaan tidak terkunci. Jadi kau dan Pete takkan mengalami kesulitan."

103

Wajah Pete menjadi merah. "Sony, tapi aku sudah punya janji untuk malam ini. Aku akan mengajak Kelly ke bioskop."

"Kalau begitu aku saja yang menemani Jupe," Ty langsung berkata.

"Tapi bagaimana dengan para polisi itu?"

"Ada apa dengan polisi?" tanya Bob.

Jupiter lalu menjelaskan bahwa Ty sejak kemarin terus-menerus dibayang-bayangi oleh sebuah Oldsmobile berwarna hitam.

"Kita harus melepaskan diri dari kejaran mereka," ujar Ty. "Mereka akan tahu bahwa kita sudah mengetahui kehadiran mereka. Tapi aku kira memang sudah waktunya."

Kemudian Bob mengangkat gagang telepon untuk menghubungi Grace Salieri di kantor Jake Hatch.

 

Jupiter dan Ty menunggu di dalam pick-up. Mobil itu berhenti di seberang bangunan tua di tepi daerah pusat perbelanjaan. Bob berhasil mengajak Grace Salieri untuk makan pizza. Ty dan Jupiter pun berhasil meloloskan diri dari kejaran para polisi. Jake Hatch sedang pergi untuk menyaksikan penampilan salah satu bandnya di Malibu, dan tidak akan kembali sebelum pukul 22.00. Karena itu Jupiter dan Ty punya cukup waktu untuk beraksi dengan tenang.

"Itu mereka!" kata Jupiter.

104

Bob muncul di pintu sambil menggandeng Grace Salieri. Sekretaris Jake Hatch itu nampak ketawa, seakan-akan merasa geli karena diajak kencan oleh seorang pemuda seusia Bob. Namun ia menggenggam lengan Bob dengan kedua tangan, dan kelihatan gembira sekali. Begitu mereka menghilang ke arah pusat kota, Ty dan Jupiter menyeberangi jalan dan masuk ke bangunan tua itu. Sebagian besar jendela nampak gelap. Tetapi lampu di ruang tangga dan selasar masih menyala.

Kantor Jake Hatch di lantai tiga pun gelap-gulita. Sesuai rencana, pintunya tidak dikunci. Ty dan Jupiter menemukan jadwal untuk semua band tertempel di dinding. Langsung saja Jupiter mulai menyebutkan tanggal dan tempat penampilan El Tiburon and the Piranhas. Ty membandingkan keterangan itu dengan data yang tercantum pada print-out yang diberikan oleh Sersan Cota.

Beberapa saat kemudian Jupe berhenti. Ty menatapnya sambil mengerutkan kening. "Hampir setiap kali Tiburon dan bandnya manggung, di daerah sekitar tempat itu ada mobil yang hilang dicuri. Ini lebih dari mencurigakan, Jupe."

"Masalahnya: apakah ini bisa dijadikan bukti untuk meyakinkan polisi bahwa kau tidak bersalah?"

Ty menggeleng lemah. "Aku rasa tidak." "Aku juga ragu-ragu," ujar Jupiter. "Mereka memang harus tertangkap basah. Aku akan

105

menyebutkan beberapa tempat dan tanggal penampilan dari band-band lain. Coba lihat apakah ada mobil yang dicuri di tempat itu, dan pada tanggal yang sama."

Hasilnya ternyata serupa. Hampir setiap kali sebuah band yang ditangani Jake Hatch tampil, print-out yang diberikan Sersan Cota mengatakan bahwa ada mobil dicuri di daerah itu.

"Jake Hatch pasti terlibat. Mungkin malah dia dalangnya," kata Ty yakin.

"Tapi kita tetap belum bisa membuktikannya."

"Oke, bagaimana selanjutnya?"

Jupiter kembali mempelajari jadwal penampilan di dinding. "El Tiburon and the Piranhas main di Lemon Tree Lounge malam ini. Alamatnya di Topango Canyon, dekat Malibu. Tidak ada salahnya kalau kita pergi ke sana. Barangkali saja kita bisa membereskan kasus ini malam ini juga."

106

 

Edit by: zhe (zheraf.wapamp.com)

http://www.zheraf.net

 

11. Kehilangan Jejak

 

Ketika Bob kembali ke markas besar setelah makan pizza bersama Gracie, Jupiter dan Ty sudah menunggu. Mereka segera melaporkan temuan mereka.

"The Lemon Tree? Yeah, itu nama sebuah pub di Topango Canyon. Tempatnya lumayan besar. El Tiburon dan anak buahnya boleh bersyukur karena bisa tampil di sana. Tapi Jupe, anak-anak seumur kita tidak boleh masuk."

"Bagaimana kalau aku yang mengajak kalian?" tanya Ty.

"Mungkin bisa. Tapi itu tergantung pada berapa sering mereka dirazia oleh polisi."

"Kita harus mencoba masuk," Jupiter memutuskan.

 

Bertiga mereka berdesak-desakan di dalam pick-up, lalu mulai menuju Coast Highway-jalan bebas hambatan yang menyusuri pantai. Ketika sampai di Topango Canyon, mereka membelok ke sebuah jalan gelap yang menuju ke pegunungan. Jarak antara jalan bebas hambatan dan The Lemon Tree sekitar lima mil. Bangunan kayu itu dikelilingi pepohonan. Mobil-mobil diparkir di sebuah lapangan kosong di sebelahnya. Para pemain band sudah mulai beraksi. Musik mereka memecahkan keheningan malam.

 

The Lemon Tree ternyata sudah penuh sesak. Mungkin karena itu tidak ada petugas yang mengawasi pintu. Setelah mencari tempat duduk selama beberapa menit, Jupiter, Bob, dan Ty, akhirnya menemukan sebuah meja pojok yang tidak mencolok.

 

Para pengunjung di sekitar mereka sedang ngo-brol, minum, dan ketawa-ketawa. Hampir tidak ada yang memperhatikan El Tiburon and the Piranhas.

 

"La bamba... bamba... bamba..!" "Itu orangnya?" tanya Jupiter sambil menunjuk ke arah panggung.

 

Ty memperhatikan si penyanyi dengan saksama.

 

"Sony, aku belum bisa memastikannya," ia lalu mengakui. "Penampilannya lain sekali di atas panggung. Maksudku, dia mirip dengan laki-laki yang kujumpai di Oxnard. Tapi aku memang kurang bisa mengingat wajah orang."

 

"Barangkali ada baiknya kalau kau memperhatikan dia untuk beberapa waktu," Bob mengusulkan.

 

Selama sepuluh menit mereka duduk sambil menonton pemuda Latino di atas panggung. Beberapa pengunjung sedang asyik berdansa. Ty menuju ke bar, dan kembali dengan membawa segelas bir dan dua gelas Coca-Cola.

 

Ketika minumannya habis, Ty belum juga bisa memastikan apakah Tiburon orang yang mereka cari. Pada waktu istirahat, Jupe mengajak sepupunya ke belakang panggung agar bisa melihat Tiburon dengan lebih jelas.

 

"Rasanya memang dia," kata Ty, "tapi aku masih agak ragu-ragu."

 

El Tiburon and the Piranhas kembali ke panggung. Suasana semakin ramai. El Tiburon terus menyanyi dan beraksi penuh semangat. Namun sejauh ini belum ada petunjuk yang bisa dihubungkan dengan mobil-mobil curian.

 

"Mereka tidak bersikap seperti pencuri mobil," kata Ty.

 

"Memang tak ada yang bisa mencuri mobil dari atas panggung," Bob berkomentar dengan lesu.

 

"Kita akan membuntuti mereka," ujar Jupiter. "Barangkali mereka baru beraksi seusai pertunjukan."

 

Di luar, bulan purnama telah menampakkan diri. Jupiter, Bob, dan Ty, menunggu di bawah bayang-bayang pepohonan sambil mendengarkan suara angin bertiup. Meskipun musik telah berhenti, hampir tidak ada pengunjung yang keluar dari The Lemon Tree. Musik memang bukan daya tarik utama di pub ini. Kemungkinan besar inilah alasan kenapa El Tiburon and the Piranhas bisa tampil di sini.

Beberapa mobil lewat di jalan raya yang berkelok-kelok. Seekor anjing terdengar menyalak di kejauhan. Namun yang paling dominan adalah suara percakapan yang keluar melalui pintu pub yang terbuka.

 

Akhirnya El Tiburon dan anak buahnya muncul sambil membawa peralatan mereka. Kelima low-rider mereka, serta sebuah van untuk mengangkut peralatan, diparkir di ujung lapangan parkir. Para anggota band memasukkan peralatan mereka ke van, lalu naik ke mobil masing-masing.

 

"Sepertinya mereka tidak akan beraksi malam ini," bisik Bob.

 

Jupiter menatap ke arah mobil-mobil yang penuh coret-coretan. "Kita harus mendekat!"

 

"Bagaimana kalau mereka melihat kita?" tanya Ty was-was.

 

Tapi Jupiter tidak ambil pusing. Sambil membungkuk ia segera bergerak maju. Tiburon dan anak buahnya baru saja menghidupkan mesin, kemudian menggelinding ke arah jalan raya.

 

"Mobil-mobil mereka kelihatan lebih tinggi dibandingkan ketika kita terakhir melihat mereka," kata Bob.

 

"Tentu saja," Ty menanggapinya. "Mereka kan harus lewat jalan bebas hambatan untuk kembali ke Rocky Beach."

 

Tali sepatu Jupiter terlepas, ia berjongkok untuk membetulkannya-tanpa melepaskan pandangan dari mobil-mobil yang sedang mendekat. Tiba-tiba saja ia menjatuhkan diri.

"Jupe?" Bob berseru dengan suara tertahan.

 

"Jupiter!" Ty ikut memanggil sepupunya.

 

"Aku melihat sesuatu," Jupiter berbisik. "Coba kalian jongkok. Perhatikan bagian bawah mobil-mobil itu!"

 

Tiga sosok gelap berbaring di tepi jalan ketika El Tiburon dan anak buahnya lewat. Dalam posisi dinaikkan, low-rider yang mereka pakai kelihatan seperti mobil biasa.

 

"Persis seperti mobil normal," kata Bob. "Kecuali coret-coret itu."

 

"Betul," ujar Jupiter dengan suara serak. "Coba lihat bagian bawahnya. Ada sesuatu yang aneh!"

 

Ty dan Bob segera mengikuti petunjuk Jupiter.

 

"Menurutku tidak ada yang aneh," bisik Bob.

 

"Ya, aku juga tidak melihat sesuatu yang janggal," kata Ty. Namun kemudian ia membelalakkan mata.

 

"Eh, tunggu dulu! Bagian bawah mobil-mobil itu tidak dilindungi plat baja. Mobil-mobil itu bukan low-rider dalam keadaan dinaikkan, tetapi mobil-mobil biasa."

 

"Mobil biasa yang dicat sehingga menyerupai mobil para anggota band," Jupiter menambahkan. "Coba perhatikan dengan saksama: mobil apa yang mereka pakai?"

 

"Astaga, sebuah Mercedes! Dan dua buah Volvo!" Bob berseru terkejut

 

"Dan di belakang masih ada sebuah BMW dan sebuah Jaguar!" ujar Ty, yang tak kalah kagetnya.

 

"Karena itulah aku tiba-tiba menjatuhkan diri," kata Jupiter. "Bentuk mobil yang kita lihat di The Shack berbeda sama sekali. Aku yakin, bukan para anggota band yang mencuri mobil-mobil itu. Mereka hanya bertugas membawa kendaraan-kendaraan itu ke Rocky Beach. Takkan ada yang mencurigai sebuah mobil yang penuh coret-coretan."

 

Ketika mobil terakhir meninggalkan lapangan parkir, Jupiter segera kembali berdiri. "Cepat! Kita harus mengikuti mereka untuk mengetahui ke mana mereka pergi."

 

Ty, Bob, dan Jupiter, berlari ke pick-up, lalu mulai mengejar El Tiburon and the Piranhas. Karena tidak menggunakan low-rider seperti biasa, para anggota band kali ini bisa melaju dengan kencang. Namun Ty pun menekan pedal gas dalam-dalam, sementara Jupiter dan Bob berpegangan erat-erat. Dalam sekejap saja lampu belakang iring-iringan di depan mereka sudah kelihatan.

 

"Kalau semuanya memang curian," ujar Bob, "bagaimana caranya mobil-mobil itu bisa sampai ke lapangan parkir tadi? Dan ke mana low-rider milik para anggota band?"

 

"Aku rasa mobil-mobil tadi dicuri sebelum pertunjukan. Setelah dicoret-coret dengan cat semprot, anggota komplotan yang lain membawa mobil-mobil itu ke tempat parkir," kata Jupiter.

 

"Yeah," Ty berkomentar, "untuk mencuri mobil dibutuhkan pengalaman. Memang sering ada pencurian mobil yang dilakukan oleh anak-anak muda. Tapi biasanya mereka segera ketangkap. Para pencuri mobil profesional bersikap lebih hati-hati. Mereka mencari mobil yang diinginkan, lalu memilih saat yang paling aman untuk beraksi. Setelah itu mereka langsung menyembunyikan mobil tersebut. Aku pikir Jupe benar-mobil-mobil tadi dicuri oleh penjahat profesional, dicat, dan dibawa ke lapangan parkir. Kemudian para anggota band membawa semuanya ke Rocky Beach."

 

"Tapi bagaimana El Tiburon dan anak buahnya bisa sampai ke The Lemon Tree?" tanya Bob.

 

Ty mengangkat bahu. "Barangkali ada yang mengantar mereka. Mungkin juga mereka mengambil mobil-mobil itu di suatu tempat dekat sini, kemudian baru pergi ke tempat pertunjukan."

 

"Hmm, kalau mobil-mobil itu memang dicuri oleh pencuri profesional," ujar Bob, "untuk apa mereka melibatkan El Tiburon and the Piranhas?"

 

"Masalahnya, pihak polisi sudah tahu siapa saja yang patut dicurigai," jawab Ty. "Jika ada laporan mengenai pencurian mobil, maka setiap polisi di daerah sekitar tempat kejadian akan mencari para penjahat yang pernah terlibat dalam kasus serupa."

 

"Kalau begitu El Tiburon hanya semacam kurir, dong," Bob berkomentar. "Wah, benar-benar lihai! Pihak polisi pasti tidak mencurigai sekelompok pemain musik yang baru pulang setelah manggung."

 

"Kemungkinan besar El Tiburon dan anak buahnya memang hanya mengantarkan mobil-mobil itu ke tempat tujuan sebenarnya," ujar Jupiter. "Jadi, kalau kita mengikuti mereka, maka mereka tanpa sadar akan membawa kita ke markas besar komplotan itu."

 

"Tapi bagaimana dengan mobil yang dibawa oleh Ty ke Rocky Beach?" tanya Bob. "Kejadian itu sama sekali tidak cocok dengan teorimu, Jupe. Mobil itu bahkan tidak dicoret-coret sama sekali."

 

"Hmm, betul juga," Jupiter bergumam. "Barangkali Tiburon mencuri mobil itu untuk dipakai sendiri, mungkin seusai pertunjukan malam itu."

 

"Berani benar dia meminta tolong pada seseorang seperti aku," kata Ty. "Dia kan tidak tahu siapa aku! Bos-nya pasti marah besar ketika mendapat laporan mengenai kejadian itu."

 

"Karena mobil itu tidak akan dibawa oleh para anggota band," Jupiter menambahkan, "maka Tiburon tidak perlu mencoret-coretnya dengan cat semprot"

 

"Ty, awas!" Bob tiba-tiba berseru sambil melotot ke depan.

 

Sebuah truk gandengan raksasa membelok dari sebuah jalan kecil dan menghalangi arus lalu-lintas. Ty terpaksa berhenti sampai kendaraan beroda-18 itu mulai maju. Para pengemudi dari arah berlawanan kini bisa melaju lagi, tetapi Ty terpaksa menyesuaikan kecepatan dengan kendaraan berat di depannya.

 

Akhirnya mereka mencapai sepotong jalan lurus yang cukup panjang untuk menyusul dengan aman. Ty segera tancap gas dan meneruskan pengejaran para low-rider gadungan. Setelah sampai di Coast Highway, Ty menambah kecepatan. Namun sampai tiba di Rocky Beach, mereka tidak menemukan jejak El Tiburon dan gangnya.

 

"Coba ke bengkel atau ke tempat cuci mobil," kata Jupiter.

 

Ty mengikuti petunjuk sepupunya. Tetapi iring-iringan mobil yang mereka cari tetap lenyap tanpa bekas.

 

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Ty.

 

"Untuk malam ini tidak ada lagi yang bisa kita lakukan," ujar Jupiter kecewa. "Tapi besok kita akan memikirkan jalan untuk menangkap para pencuri mobil itu."

 

 

12. Menyusup ke Markas Lawan

 

Ketika Jupiter dan Ty keluar dari rumah Paman Titus pada pagi berikutnya, Pete dan Bob sudah menunggu di depan pintu gerbang Jones Salvage Yard. Berempat mereka lalu masuk ke markas besar untuk menyusun rencana selanjutnya.

 

Jupiter duduk di belakang mejanya. "Aku yakin seratus persen, komplotan pencuri mobil itu dipimpin oleh Jake Hatch. Yang sulit adalah membuktikannya."

 

Semuanya nampak merenung. Tanpa berkata apa-apa, mereka memikirkan cara untuk menghentikan kegiatan para penjahat itu.

 

"Aku sangat berterima kasih atas bantuan kalian," Ty akhirnya memecahkan keheningan. "Tapi kita harus ingat, yang kita hadapi adalah sebuah gang yang terorganisasi dengan baik. Mereka sangat berbahaya. Mungkin lebih baik kalau kita membawa kasus ini ke polisi. Pencurian mobil melibatkan uang dalam jumlah besar, dan uang biasanya berarti kekerasan."

 

"Tapi kita belum punya bukti untuk meyakinkan polisi," kata Jupiter.

 

"Ya," Pete menambahkan. "Jangan-jangan mereka hanya menertawakan kita nanti."

 

Ty menggelengkan kepala. "Kalian benar," ia mengakui dengan lesu.

 

"Berarti kita tidak boleh berhenti sebelum memperoleh bukti-bukti yang kuat," ujar Jupiter. "Setuju?"

 

"Setuju!" jawab Bob.

 

"Kita tidak boleh menyerah!" kata Pete.

 

"Hmm, kita sudah tahu bahwa Tiburon dan anak buahnya membawa mobil curian yang disamarkan sebagai low-rider," Jupiter berkata sambil mengerutkan kening. "Dan hampir bisa dipastikan bahwa mobil-mobil itu dibawa ke bengkel di dekat jalan layang. Tapi kita sudah mendatangi bengkel itu tanpa menemukan apa-apa. Wah, sayang sekali semalam kita kehilangan jejak Tiburon dan gangnya."

 

"Kalau memang ada chop-shop di sana," ujar Ty, "maka komplotan itu pasti punya jalan rahasia untuk melarikan diri seandainya mereka didatangi polisi."

 

"Berarti dari luar kita tidak bisa berbuat apa-apa," Bob menyimpulkan.

 

"Dengan kata lain," Pete melanjutkan, "kita harus menyusup ke dalam."

 

"Itulah yang aku pikirkan sepanjang malam," ujar Jupiter. "Salah satu dari kita harus masuk ke bengkel itu."

 

Suasana di markas besar kembali hening. Bob mengerutkan alis dengan cemas.

 

"Nanti dulu, Jupe," katanya. "Mereka sudah beberapa kali melihat kita."

 

"Tapi mereka belum pernah melihat aku-kecuali Tiburon," kata Ty. "Aku bisa menumbuhkan kumis, menggunakan penyamaran, atau..."

 

"Torres sudah pernah melihatmu," Jupiter memotong ucapan sepupunya. "Jangan, sebaiknya aku saja yang menyusup ke sana."

 

"Jangan macam-macam, Jupe!" Pete berseru. "Kau pernah membanting Torres, dan berhadap-an langsung dengan Tiburon. Mereka pasti masih ingat tampangmu. Aku rasa akulah yang paling tepat untuk tugas ini."

 

Yang lainnya saling berpandangan.

 

"Pete benar, Jupe," ujar Bob kemudian.

 

Ty mengangguk.

 

"Baiklah," Jupiter mengalah. "Kalau begitu, sekarang kita cari jalan agar Pete bisa bergabung dengan mer.eka tanpa menimbulkan kecurigaan."

 

"Aku bisa melamar sebagai mekanik di bengkel itu," Pete mengusulkan.

"Risikonya terlalu besar," kata Ty. "Lagi pula kemungkinan untuk berhasil kecil sekali. Kalau mereka memang membongkar mobil curian di sana, maka mereka hanya akan menerima tenaga yang dikirim oleh seseorang yang mereka kenal."

 

"Bagaimana kalau kau melamar sebagai petugas jaga, Pete?" tanya Jupiter.

 

"Terlalu mencolok," Ty berkomentar.

 

"Hei, aku tahu!" Bob tiba-tiba berseru. "Tempat cuci mobil di samping restoran Mexico! Tiburon dan gangnya sering nongkrong di sana. Sebuah tempat cuci mobil selalu memerlukan tenaga pembantu untuk mengelap mobil-mobil yang selesai dicuci. Kalau Pete bekerja di sana, maka dia punya kesempatan untuk mendekati Tiburon. Setelah akrab, mungkin saja Tiburon mengusulkan pada bosnya untuk menempatkan Pete di bengkel."

 

"Yeah, itu dia!" ujar Ty sambil mengangguk. "Pete bisa menyombongkan diri sebagai mekanik yang hebat Kemudian-sambil lalu saja-dia bisa menyinggung bahwa dia sedang perlu uang banyak. Setelah itu tinggal membuktikan bahwa Pete memang jago bongkar-pasang mesin mobil."

 

"Tapi itu makan waktu," Jupiter mengemukakan keberatannya. "Kecuali... kecuali kalau kita mengutak-atik mobil Tiburon sehingga tidak bisa jalan! Kerusakannya harus sulit ditemukan, tetapi mudah diperbaiki oleh seseorang yang tahu bagian mana yang harus dibetulkan. Dengan demikian Pete bisa memamerkan kehebatannya di depan Tiburon."

 

"Aku bisa mencopot beberapa kabel di bagian bawah mesin," kata Ty. "Tiburon takkan tahu bagian mana yang rusak."

 

"Oke," ujar Bob, "inilah rencana yang paling masuk akal."

 

"Tapi kita harus yakin bahwa Tiburon memang membawa mobilnya ke tempat itu," kata Pete.

 

"Jangan khawatir," kata Jupiter. "Tiburon dan anak buahnya hampir setiap hari datang ke sana. Tapi untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan, kita memang perlu mempersiapkan rencana cadangan"

 

"Seperti apa, misalnya?" tanya Bob.

 

"Salah satu dari kita akan menyewa tempat parkir di tempat penitipan mobil, bersembunyi di dalam mobil untuk mengamati kegiatan di bengkel itu. Mudah-mudahan saja kita bisa menemukan di mana para penjahat membongkar mobil-mobil itu."

 

"Siapa yang akan ke sana?" tanya Ty.

 

"Hari ini aku harus kerja sampai sore," kata Bob. "Dan setelah itu aku harus menemani Lisa dan teman-temannya ke pantai. Sudah dua kali aku membatalkan janji dengan mereka. Eh, Jupe, Ruthie sebenarnya ingin agar kau ikut."

 

"Ty pasti akan diikuti oleh polisi," kata Jupiter cepat-cepat. "Jadi tinggal aku yang bisa pergi ke bengkel itu. Berarti aku tidak bisa ikut ke pantai bersama teman-temanmu, Bob. Sekaligus aku mau mengambil mobilku yang baru."

 

"Tunggu dulu," ujar Pete. "Bagaimana kalau Torres dan laki-laki berpistol itu ada di bengkel? Mereka tahu tampangmu, Jupe."

 

"Kalau Torres ada di sana," balas Jupiter, "maka aku harus kabur secepat mungkin. Mengenai Max aku tidak terlalu khawatir. Dia tidak sempat memperhatikanku waktu itu. Lagi pula tidak ada orang lain kecuali aku. Kau kan sudah kebagian tugas di tempat cuci mobil."

 

Pete menelan ludah. "Baiklah, aku akan pergi ke tempat cuci mobil itu dan melamar sebagai tenaga pembantu."

 

"Aku akan meminjam pick-up Paman Titus dan mengantar Jupe untuk mengambil mobilnya," kata Ty.

 

"Setelah itu aku akan mengawasi Pete dari restoran Mexico yang kalian ceritakan. Kalau aku diikuti polisi, maka mereka hanya akan melihat bahwa aku sedang makan."

 

Jupiter membuka laci meja kerjanya, lalu mengambil sejumlah uang untuk membayar sewa tempat parkir. Kemudian ia pergi ke bengkelnya. Beberapa saat kemudian ia kembali sambil membawa tiga buah walkie-talkie berukuran mini

 

"Pete, sebaiknya kau bawa satu," katanya. "Jangkauannya memang tidak terlalu jauh, tetapi cukup untuk menghubungi Ty di restoran. Dan aku bisa berhubungan dengan siapa saja yang berada di luar tempat penitipan mobil."

 

Tidak lama kemudian semuanya berangkat. Bob menuju kantor Sax Sendler. Pete pulang dulu untuk ganti pakaian, kemudian pergi ke tempat cuci mobil. Sedangkan Ty dan Jupiter menuju ke show-room untuk mengambil Honda Civic.

 

"Nanti kita ketemu di markas besar," Jupiter berseru pada Ty, setelah mengambil mobilnya.

 

Ty tersenyum. "Hati-hati di jalan!"

 

Jupiter nyengir seperti anak kecil yang memperoleh mainan baru. Untuk pertama kali ia mengendarai mobil milik sendiri. Honda Civic itu ternyata praktis sekali. Tanpa kesulitan Jupiter bisa menyelip ke tempat-tempat sempit yang tidak mungkin dimasuki oleh mobil buatan Amerika, ia benar-benar menikmati perjalanan menuju tempat penitipan mobil di pinggir jalan layang.

 

Ketika sampai di tempat tujuan, ia berhenti di depan gerbang dan menekan klakson. Seorang pria muncul dari pintu kecil di samping gerbang. Orang itu adalah Max!

 

"Mau apa?"

 

Jupiter berusaha keras agar tetap tenang. Tetapi sepertinya Max tidak mengenalinya lagi. Untung saja! Jupe menarik napas panjang dan tersenyum.

 

"Saya ingin menitipkan mobil selama satu minggu," katanya dengan gaya yakin.

 

Max langsung berbalik. "Sorry, tidak ada tempat kosong."

 

"Hampir sepanjang waktu saya akan meninggalkan mobil saya di sini," ujar Jupiter seakan-akan tidak mendengar apa-apa. "Tapi sewaktu-waktu saya mungkin perlu mengambilnya. Apakah ini bisa diatur?"

 

"Kau tidak dengar apa yang saya katakan tadi?" tanya Max sambil melotot. "Semuanya sudah penuh!"

 

Ia kembali masuk. Jupiter duduk di mobilnya dan memikirkan jalan keluar. Namun akhirnya ia terpaksa mengakui bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan. Sambil mendongkol Jupe pulang lagi. Dalam hati ia berharap agar Pete lebih sukses.

 

Ternyata tidak ada siapa-siapa di markas besar. Jupiter terpaksa menunggu. Untuk mengisi waktu, ia mengambil sekeping coklat dari laci rahasianya. Kemudian ia keluar untuk mengagumi mobilnya.

Tiba-tiba telepon di dalam karavan berdering.

 

"Jupe!" Ternyata Ty yang menelepon. "Dua orang baru saja berhenti kerja di tempat cuci mobil. Mereka menyerahkan beberapa potong lap pada Pete, dan menyuruhnya untuk segera mulai mengeringkan mobil-mobil."

 

"Bagaimana dengan Tiburon dan gangnya?"

 

"Mereka belum datang. Aku akan menunggu mereka di restoran Mexico. Kau sendiri bagaimana? Berhasil?"

 

"Tidak," jawab Jupiter dengan lesu. ia menceritakan bahwa pintu masuk ke bengkel itu dijaga oleh Max.

 

Ty diam sejenak, kemudian berkata, "Aku tidak percaya bahwa tidak ada tempat lagi. Dia pasti hanya minta uang rokok. Kalau kau bisa menjemputku, maka aku akan mengantarkanmu ke sana."

 

"Maksudmu, kita harus menyogok dia?"

 

"Tentu saja! Orang seperti Max selalu mengharapkan uang rokok untuk bantuan mereka. Kau harus membuka dompet supaya dilayani oleh. dia."

 

"Oke, aku akan segera menjemputmu."

 

Jupe bergegas ke mobilnya, kemudian menuju restoran Mexico di samping tempat cuci mobil. Ty sudah menunggu di depan pintu.

 

"Seharusnya kau tunggu di sini dan mengamati kegiatan di tempat kerja Pete," ujar Jupiter.

 

"Selama ini belum terjadi apa-apa. Lagi pula aku hanya pergi sebentar."

 

"Oke, tapi kau yang pegang kemudi," kata Jupiter. "Aku akan bersembunyi di belakang."

 

Mereka berangkat. Ty duduk di depan, sementara Jupe berbaring di lantai. Namun beberapa saat kemudian Ty tiba-tiba mengumpat.

 

"Brengsek! Kita diikuti lagi, Jupe. Kali ini mereka naik Aries berwarna biru."

 

Kemudian ia mulai berbicara pada para polisi. "Oke, kalian sendiri yang cari perkara. Bersiaplah, Jupe!"

 

Sedetik kemudian Honda Civic itu sudah meluncur seperti roket. Jupiter berpegangan erat-erat. Ty mengemudi seperti setan jalanan. Setiap tikungan disikatnya tanpa mengerem, sehingga Jupiter terpontang-panting di belakang.

 

"Mobilku!" Jupiter meratap. "Ty! Kau akan menghancurkannya!"

 

Ty ketawa. "Tenang saja. Mobil ini tahan bantingan."

 

Sambil terguncang-guncang Jupiter mendengar mobilnya dipaksa ngebut seperti mobil rally. Mesinnya meraung-raung. Tanpa ampun Ty ngebut melewati rel kereta, jalan berbatu-batu, dan kubangan lumpur. Kemudian ia menginjak rem dan berhenti.

 

"Nah, berhasil kan?" ia berujar sambil ketawa. "Kau baik-baik saja, Jupe?"

 

"Rasanya sih ya," jawab Jupe. "Bagaimana keadaan mobilku?"

 

"Hanya sedikit kotor. Jangan nampakkan diri. Kita sudah hampir sampai."

 

Jupiter terbaring dengan kaku ketika mobilnya kembali berhenti. Ty menekan klakson.

 

Sekali lagi Max muncul di pintu. "Ada apa?"

 

"Saya butuh tempat parkir untuk seminggu," kata Ty.

 

"Tidak ada tempat kosong."

 

"Tunggu sebentar, Anda kelihatan seperti seseorang yang memahami arti kata servis. Saya akan bayar di muka. Berapa sewanya untuk satu minggu?"

 

Untuk beberapa detik tidak ada jawaban. Kemudian, "Lima puluh dollar."

 

"Wah, itu hanya setengah dari perkiraan saya. Begini saja deh: saya akan membayar seratus. Tunai! Sekarang juga! Saya sudah bawa uangnya."

 

Beberapa detik berlalu sebelum Max menjawab, "Oke, mungkin masih ada tempat untuk mobil Anda."

 

Pintu gerbang membuka, dan Ty segera masuk, ia memarkir mobil Jupiter di deretan paling belakang.

 

"Jupe, kita sudah di dalam," Ty berbisik sambil menunduk.

 

Jupiter mendesah. "Seratus dollar yang kau-berikan itu adalah uang terakhir di kas kami." "Sorry, tapi tidak ada jalan lain, Jupe. Aku akan kembali ke tempat cuci mobil dan mengawasi perkembangan di sana. Barangkali saja Pete perlu bantuan. Sekitar jam lima aku akan ke sini lagi."

 

 

13. Nyaris Terjebak!

 

Di tempat cuci mobil, Pete sedang sibuk mengelap mobil, ia dan para petugas lainnya membawa potongan-potongan kain, serta botol-botol beris cairan pembersih kaca.

 

Sambil kerja, Pete terus mencari petunjuk mengenai Joe Torres, atau Tiburon dan anak buahnya. Namun sampai siang berlalu pun belum terjadi apa-apa.

 

Pete tetap bekerja.

 

Dan Ty terus menunggu.

 

Di dalam tempat penitipan mobil yang remang-remang, Jupiter menegakkan badan agar bisa mengintip ke luar jendela. Ternyata tak ada tanda-tanda kehidupan di sekitarnya.

 

Kemudian ia mendengar suara para pegawai bengkel yang sedang bekerja di lantai dua. ia bahkan mendengar bunyi samar-samar dari lantai tiga-suara kompresor angin yang mendengung-dengung.

 

Jupiter berusaha keras untuk menangkap bunyi-bunyi lain. Sebuah Cadillac berwarna Jingga pernah menghilang di bangunan ini. Dan Joe Torres serta Max bisa lenyap, kemudian muncul lagi entah dari mana.

 

Dari mana, dari mana?

 

Pukul empat sore, Ty melirik jam tangannya. Sampai sekarang belum ada perkembangan yang mencurigakan. Ia hanya melihat bahwa Pete dan rekan-rekan kerjanya tak pernah beristirahat. Mereka sibuk terus-persis seperti sekawanan semut hitam yang rajin.

 

Tak ada tanda-tanda mengenai Tiburon, anak buahnya, ataupun pacar-pacar mereka. Joe Torres juga belum muncul. Sedangkan sekarang sudah waktunya untuk menjemput Jupiter di tempat penitipan mobil.

 

Dengan berat hati Ty harus mengakui bahwa usaha mereka gagal-paling tidak untuk hari ini.

 

Dua kali Jupiter terpaksa menunduk ketika Max, si penjaga, melewati mobilnya. Jam tangan Jupe menunjukkan pukul empat lewat tiga puluh, ketika ia menyelinap keluar dari Honda Civic-nya. Dalam keadaan setengah gelap, anak itu mengendap-endap menuju lift mobil.

 

Sambil bergerak maju, Jupiter terus memasang telinga untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan. Ia tidak boleh kepergok oleh Max. Selain penjaga itu rupanya tidak ada siapa-siapa di lantai dasar. Dan selama Jupe berada di sini juga tidak ada mobil lain yang masuk ke bengkel.

 

Kini ia mengelilingi seluruh lantai dasar. Jupiter ingin mengecek apakah ada yang luput dari pengamatannya ketika ia dan Pete memeriksa bangunan ini. Jupe bahkan membuka pintu ruang kantor, dan mengintip ke dalam. Ternyata ruangan itu tak berperabot, dan hanya digunakan sebagai gudang.

Jupiter berhenti di depan lift mobil. Kali ini landasannya berada di lantai dasar. Jupe menoleh ke atas, namun tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.

 

Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara langkah!

 

Max, si penjaga, sedang berjalan menuruni ramp. Tiburon and the Piranhas tiba di tempat cuci mobil dengan mengendarai low-rider masing-masing. Mereka nampak seperti segerombolan bandit di film-film koboi, yang kembali ke tempat persembunyian setelah merampok sebuah bank. Jam di ruang kantor menunjukkan pukul lima. Tempat cuci mobil baru saja tutup. Pete sedang menerima upahnya untuk hari ini, ketika Tiburon memasuki ruang kantor.

 

"Terima kasih, Sir," ujar Pete keras-keras, sehingga ucapannya terdengar oleh semua orang di ruangan itu. "Saya sangat membutuhkan uang ini. Ayah saya dipecat dari pekerjaannya. Kalau Anda kebetulan mendengar bahwa seseorang memerlukan mekanik yang hebat, tolong beritahu saya."

 

"Beres, Crenshaw," ujar si pemilik tempat cuci mobil. "Kelihatannya kau memang pekerja yang baik. Saya akan memberitahumu kalau ada lowongan sebagai mekanik."

 

"Sebagai mekanik saya benar-benar jempolan," Pete menekankan. "Dan saya mau melakukan apa saja asal bisa mendapatkan uang."

 

Ketika menyadari bahwa Tiburon sedang menatapnya, Pete segera meninggalkan ruangan, ia tidak mau bersikap berlebihan, sehingga malah menimbulkan kecurigaan. Setelah keluar, Pete segera menuju ke mobilnya yang diparkir agak jauh.

 

Ketika melewati restoran Mexico di sebelah, ia melihat ternyata Ty sudah pergi.

 

Jupiter menahan napas ketika suara langkah Max semakin mendekat. Tidak ada waktu untuk kembali ke mobilnya, ia bahkan nyaris tidak sempat bersembunyi di balik mobil terdekat.

 

Kini Max menyusuri jalan antara lift mobil dengan deretan mobil. Kalau saja ia menoleh ke kiri, maka ia akan melihat Jupiter. Dan beberapa detik lagi Max pasti menoleh ke arah itu.

 

Jupiter membaringkan diri di lantai yang kotor dan penuh oli, lalu merayap ke bawah sebuah mobil.

 

Dengan tegang ia memperhatikan kaki Max, yang berada tepat di depan hidungnya. Penjaga tempat penitipan mobil itu sempat berhenti, seakan-akan ada yang membuatnya curiga.

 

Jupiter bernapas pelan-pelan, dan menghapus keringat serta oli yang menempel di wajahnya. Waktu berjalan sangat lambat. Bagi Jupiter rasanya seperti berabad-abad. Dan Max masih tetap berhenti di tempat yang sama. Dengan mengulurkan tangan, Jupiter bisa memegang sepatu penjaga pintu itu.

 

Kemudian terdengar suara pintu membuka. Cahaya matahari menerangi ruangan besar itu.

 

"Siapa itu?" Max bertanya seketika.

 

"Halo, saya ingin mengambil mobil saya," Jupiter mendengar suara Ty.

 

"Mana karcisnya?"

 

"Ada di dompet," jawab Ty.

 

Kaki Max menghilang. Jupiter menunggu semenit, kemudian keluar dari tempat persembunyiannya.

 

Dengan hati-hati ia mengintip ke arah pintu. Max sedang berjalan menghampiri Ty, yang menunggu di ambang pintu.

 

Cepat-cepat Jupiter berdiri dan melambaikan tangan, kemudian langsung kembali berjongkok. Mudah-mudahan saja Ty melihatnya, lalu berbincang-bincang dengan Max sampai Jupiter bisa kembali ke Honda Civic-nya.

 

"Kami tutup pukul 18.00," Jupiter mendengar Max berkata. "Kalau Anda belum kembali pada jam segitu, silakan cari tempat parkir lain sampai besok pagi."

 

"Kebetulan saya perlu kendaraan malam ini," jawab Ty. "Ehm... apakah saya bisa pinjam telepon sebentar?"

 

"Teleponnya ada di dinding sana."

 

"Apakah Anda bisa menunjukkan tempatnya?"

 

"Busyet, baru bayar seratus dollar saja sudah minta dilayani seperti raja," Max mengomel sambil mengantarkan Ty.

 

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Jupiter untuk kembali ke mobilnya. Beberapa saat kemudian Ty menyusul, ia langsung menghidupkan mesin dan mulai menjalankan Honda Civic itu. Ketika berhenti di depan pintu gerbang, Max menengok ke dalam.

 

"Ingat: jam enam, atau tunggu sampai besok."

 

"Jam berapa besok pagi?" tanya Ty.

 

"Pintu dibuka mulai jam tujuh-tapi bukan oleh saya!"

 

Ty ketawa mendengar lelucon itu. Max tidak ketawa. ia memang tidak bercanda. Penjaga itu merasa bangga bahwa kedudukannya cukup penting, sehingga tidak perlu datang pagi-pagi. Pelan-pelan Ty keluar dari tempat penitipan mobil.

 

"Bagaimana keadaanmu, Jupe?"

 

"Lumayan, tapi aku tidak menemukan apa-apa."

 

Di belakang mereka, Max sudah menutup pintu. Ty membelok lalu berhenti di pinggir jalan. Jupiter segera pindah ke depan.

 

"Apakah Tiburon datang ke tempat cuci mobil?" ia bertanya.

 

"Aku tidak melihatnya sampai aku berangkat untuk menjemputmu."

 

Setelah tiba di Jones Salvage Yard, mereka segera masuk markas besar. Pete sedang menghitung upah hari ini sebelum memasukkannya ke kas Trio Detektif. Jupiter menelepon ke kantor dan rumah Bob, namun sahabatnya itu tidak ada di tempat. Karena itu rencana selanjutnya terpaksa disusun tanpa menunggu dia.

 

"Sebaiknya kita tetap berpegang pada rencana semula," ujar Jupiter. "Besok pagi kita coba lagi. Pete pergi ke tempat cuci mobil. Ty menunggu kesempatan untuk mengutak-atik low-ridernya Tiburon. Dan aku kembali ke tempat penitipan mobil."

 

"Mudah-mudahan saja Tiburon muncul agak lebih cepat daripada hari ini," kata Ty. "Kalau tidak, kita bakal bengong-bengong lagi."

 

Ternyata Tiburon datang setelah jam makan siang. Tetapi Ty tidak memperoleh kesempatan untuk mendekati mobil pemimpin band itu. Jupiter juga tidak beruntung. Sepanjang hari ia berjaga di tempat penitipan mobil tanpa melihat sesuatu yang mencurigakan. Satu-satunya berita menggembirakan adalah bahwa Tiburon kelihatan tertarik pada semangat kerja Pete.

 

"Untuk orang Anglo kau cukup menyenangkan," kata Tiburon. "Jangan khawatir, kita akan menemukan pekerjaan yang cocok untukmu, oke?"

 

Pete menjawab bahwa ia berminat. Namun selanjutnya tidak terjadi apa-apa lagi. Keadaan mulai gawat. Dalam tiga hari liburan musim semi akan berakhir.

 

Keesokan harinya Ty akhirnya mendapat kesempatan yang ditunggu-tunggunya. Pagi-pagi Tiburon dan gangnya sudah muncul. Mereka mampir ke restoran Mexico. Sementara para anggota band sedang berdebat mengenai makanan yang akan mereka pesan, Ty masuk ke kolong mobil Tiburon, lalu mencopot dua buah kabel listrik. Sebelumnya ia sudah memberitahu Pete kabel mana yang akan ia copot. Pete tinggal menyambungkannya kembali.

 

Ketika kembali dari restoran, Tiburon berulang-kali memutar kunci kontak. Tetapi mesinnya tetap tidak mau hidup. Sambil mengelap mobil, Pete melihat para pemuda Latino berkumpul di sekitar mobil Tiburon. Kelihatannya mereka sedang membahas kerusakan mobil itu.

 

Tidak lama kemudian si pemilik tempat cuci mobil menghampiri mereka. Kemudian salah satu pegawai senior menyusul. Dan akhirnya Tiburon berseru memanggil Pete.

 

"Hei, Anglo! Coba ke sini sebentar!"

 

Sambil membersihkan tangan, Pete menuju ke tempat parkir restoran Mexico. "Aku?" ia bertanya.

 

"Katanya jago mesin. Sekarang coba buktikan kehebatanmu."

 

Pete membungkuk dan memperhatikan mesin mobil Tiburon. ia mengecek kabel aki, memeriksa semua busi, dan berlagak sibuk. Kemudian ia masuk ke kolong mobil.

 

"Tolong ambilkan kunci pas ukuran 12," ujar Pete dari bawah mobil.

 

Para pemuda Latino langsung repot mencari alat-alat. Si pemilik tempat cuci mobil pergi ke kantornya, lalu kembali dengan kunci pas yang diminta. Pete sebenarnya tidak membutuhkannya, ia hanya berlagak agar kesannya lebih meyakinkan.

 

"Coba distarter lagi," ia berkata setelah keluar dari kolong mobil.

 

Mesin mobil itu langsung hidup.

 

"Hei, rupanya kau benar-benar mengerti mesin," ujar Tiburon sambil menatap Pete. "Aku akan menghubungi beberapa orang yang mungkin memerlukan tenaga ahli seperti kau Bayaran-, nya betul-betul bagus. Maksudku betul-betul bagus. Comprendes? Mengerti?"

 

Maksud Tiburon sebenarnya adalah bahwa pekerjaan yang ditawarkannya tidak halal, dan ia bertanya apakah Pete mengerti. Pete mengangguk dengan mantap.

 

 

Jupiter nyaris ketiduran di mobilnya, ketika ia mendengar suara Ty di dekat pintu.

 

"Saya perlu mengambil sesuatu dari mobil."

 

"Jangan kebiasaan! Kami di sini tidak suka kalau orang keluar-masuk terus," Max menanggapinya dengan dingin.

 

Jupiter segera menundukkan kepala.

 

"Ada apa?" ia berbisik.

 

Ty membungkuk, seakan-akan memang sedang mencari sesuatu. "Rencana kita berhasil! Tiburon memberitahu Pete bahwa Pete akan dijemput dan dibawa ke sebuah bengkel."

 

"Kapan?"

 

"Hari ini-tapi jamnya belum pasti. Kalau para pencuri mobil memang bermarkas di sini, maka kau pasti akan melihat Pete nanti."

 

Setelah Ty pergi, Jupiter kembali menunggu. Dari mobilnya, ia bisa melihat dengan jelas ke mana Pete dibawa. Dengan demikian ia akan tahu di mana komplotan ini membongkar mobil-mobil yang mereka curi.

 

Satu jam berlalu. Kemudian dua jam. Jam tangan Jupiter menunjukkan pukul lima sore, tetapi belum ada yang datang. Pukul 18.00 Jupiter mendengar Max mengunci pintu gerbang. Pete belum datang. Tak seorang pun datang Jupiter mulai cemas. Bagaimana kalau markas para pencuri mobil ternyata di tempat lain?

 

Tiba-tiba saja lampu kecil pada walkie-talkie Jupe berkedap-kedip. Jupe segera menyalakannya. Suara Ty terdengar pelan, namun se rius.

 

"Jupe! Kita mendapat kesulitan! Kesulitan be sar!"

 

 

14. Ketiban Sial

 

"Aku terkunci di dalam sini," Jupiter berkata melalui walkie-talkienya.

 

"Kau harus berusaha keluar," suara Ty menjawab. "Coba lewat pintu yang kecil."

 

Tanpa bersuara Jupiter mengendap-endap ke pintu. Pintu untuk mobil ternyata telah digembok, tetapi pintu yang kecil bisa dibuka dari dalam. Jupe segera menyelinap keluar dan melihat pick-up Paman Titus di pojok jalan.

 

"Ayo, masuk!" Ty mendesak.

 

"Ada apa?"

 

Ty nampak serius. "Sekitar lima belas menit lalu Bob dan Kelly Madigan, pacar Pete, datang ke markas. Kelly bilang bahwa Pete telah menceritakan rencana kita padanya. Dia tahu semuanya tentang El Tiburon dan mobil-mobil curian itu. Dia juga tahu kenapa Pete melamar kerja di tempat cuci mobil."

"Aduh," Jupiter mendesah, "Pete tidak pernah bisa menyimpan rahasia."

 

"Kali ini mungkin ada baiknya," kata Ty. "Kelly baru saja mengetahui bahwa Tina Wallace, teman sekelasnya, adalah pacar El Tiburon! Mereka selalu bersama-sama-dan Tina mengenal Pete. Tina tahu bahwa Pete anggota Trio Detektif."

 

Jupiter terbengong-bengong. "Gawat! Kalau dia melihat Pete..."

 

"Tina bisa memberitahukan identitas Pete yang sebenarnya pada Tiburon."

 

"Dan dia pasti akan melihat Pete kalau dia menemani Tiburon ke tempat cuci mobil!" ujar Jupiter sambil membelalakkan mata.

 

"Menurut Kelly, Tina gadis yang baik. Kemungkinan besar dia sama sekali tidak tahu bahwa pacarnya anggota komplotan pencuri mobil. Tapi mungkin saja dia tanpa sengaja membongkar penyamaran Pete."

 

Mereka sampai di Jones Salvage Yard, dan langsung masuk ke markas besar. Bob dan Kelly Madigan sudah menunggu. Gadis berambut gelap itu segera berdiri.

 

"Kalian sudah menemukan Pete?" ia bertanya. "Kalian sudah menjemputnya?"

 

"Kami sama sekali tidak tahu di mana dia berada," jawab Jupiter. "Ty, kau yakin bahwa Pete sudah pergi

dari tempat cuci mobil?"

 

"Tadi Tiburon sempat kembali dan berbicara dengan Pete. Pete hanya mengacungkan jempol kemudian pergi dengan Tiburon."

 

"Kalau begitu," kata Bob, "kita harus mencarinya sampai ketemu."

 

"Tapi bagaimana caranya?" tanya Kelly sambil menatap Jupiter, Bob, dan Ty, ganti-berganti.

 

Bob dan Ty memandang ke arah Jupiter. Kelly duduk dengan lesu. Matanya nampak merah.

 

"Jupiter?" ia berkata setengah berbisik. "Tolong...."

 

Jupiter memelototi dinding karavan seakan-akan bisa menembusnya dengan pandangan, ia mulai mencubit bibirnya dengan jari telunjuk dan jempol -suatu tanda bahwa ia sedang memeras otak.

 

"Kelihatannya Pete dibawa ke tempat komplotan itu membongkar mobil-mobil yang mereka curi. Jadi kita masih menghadapi masalah yang sama, yaitu menemukan tempat itu." ia menatap orang-orang di sekitarnya. "Bukan sekadar memastikan bahwa tempat itu berada di dalam bangunan penitipan mobil. Kita harus tahu persis di mana letaknya. Kita bahkan harus masuk ke sana."

 

"Tunggu dulu," kata Ty. "Kita menduga bahwa Pete ada di tempat itu. Dan kita juga menduga bahwa tempat itu berada di dalam bangunan penitipan mobil. Kenapa kita tidak menghubungi Pete saja, supaya dia bisa memberitahu kita di mana dia berada? Pete kan membawa walkie-talkie."

 

"Ya!" seru Kelly sambil melompat berdiri.

 

"Jangan," ujar Bob. "Kita belum yakin seratus persen bahwa chop-shop itu memang berada di dalam bangunan penitipan mobil. Dan kita tidak bisa menghubungi Pete lewat walkie-talkie. Kita tidak tahu apakah dia sendirian atau di tengah-tengah orang banyak."

 

"Bob benar," kata Jupiter. "Aku punya rencana lain. Tapi semuanya tergantung apakah Tiburon dan anak buahnya tampil di luar kota malam ini. Bob, kau bisa mencari keterangan..."

 

"Mereka memang keluar kota!" Bob memotong. "Wah, kita benar-benar mujur. Kebetulan saja aku membaca jadwal pertunjukan mereka tadi siang. El Tiburon and the Piranhas manggung di Malibu malam ini."

 

"Keberuntungan menyertai orang-orang yang selalu bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan," Jupiter berkomentar. "Kau mempelajari jadwal mereka, karena pengalamanmu mengatakan bahwa kita mungkin membutuhkan keterangan itu."

 

"Boleh jadi," kata Bob. "Tapi kenapa kau mengharapkan bahwa mereka keluar kota?"

 

"Tiburon pernah minta tolong pada Ty untuk mengantarkan sebuah Mercedes ke bodega milik Torres, bukan?" kata Jupiter. "Nah, Mercedes itu pasti bukan satu-satunya mobil yang ia curi untuk dirinya sendiri. Dan aku rasa kecuali para anggota band masih ada orang lain yang mengantarkan mobil ke bodega itu. Kalian masih ingat: Torres memberi isyarat klakson ketika ia membawa Cadillac berwarna Jingga ke tempat penitipan mobil. Baru kemudian pintunya dibuka. Pete sempat bercerita bahwa Torres memberi isyarat yang sama ketika membawa mobil lain. Dan aku yakin, pesan yang harus disampaikan oleh Ty di bodega pasti merupakan semacam kata sandi."

 

Ty menatap Jupiter dengan tajam. "Apa rencanamu, Jupe?"

 

"Tiburon sedang ke luar kota. Kita harus mencari mobil mewah. Kendaraan itu akan kita bawa ke bodega, untuk diserahkan pada Torres. Kalau kita beruntung, maka dia akan langsung mengantarkannya ke markas para pencuri mobil."

 

"Tapi apakah itu bisa menolong Pete?" tanya Kelly.

 

"Dua orang di antara kita akan bersembunyi di dalam mobil," Jupiter menjelaskan. "Sejak semula aku sudah punya rencana seperti ini. Aku mengurungkannya karena terlalu berbahaya. Tapi sekarang tidak ada pilihan lain. Kita harus berani mengambil risiko."

 

"Siapa yang akan mengemudikan mobil itu?" tanya Bob.

 

"Kaulah satu-satunya dari kita yang tidak begitu dikenal oleh Torres," ujar Jupiter. "Kau yang akan menyetir mobil itu. Ty dan aku akan bersembunyi di belakang."

 

"Setelah mengantarkan mobil itu, apalagi yang harus kulakukan?" Bob ingin tahu.

 

"Ambil mobilmu, lalu ikuti Torres."

 

"Bagaimana aku bisa membawa mobilku dan mobil curian itu pada saat yang bersamaan?"

 

"Kelly akan mengikuti kita, lalu menunggu di tempat yang aman."

 

Masing-masing mempertimbangkan usul Jupiter.

 

"Jupe, dari mana kita bisa mendapat mobil mewah?" Ty akhirnya bertanya. "Mobil-mobil kita takkan dilirik sebelah mata oleh para pencuri. Apakah kita benar-benar harus mencuri mobil?"

 

Jupiter menatap Kelly. "Aku berharap, Kelly bisa meminjamkan Jaguar ayahnya. Komplotan pencuri itu pasti tertarik."

 

"Mobil ayahku?" tanya Kelly terkejut "Ehm... baiklah! Asal saja Pete bisa keluar dari tempat itu. Dan kalian harus berjanji untuk hati-hati."

 

"Jangan khawatir," Jupiter menenangkan pacar sahabatnya itu. "Apakah kau bisa mengambilnya sekarang juga?"

 

"Bisa saja," jawab Kelly sambil mengangguk.

 

"Aku akan mengantarkan Kelly," kata Bob. "Sekaligus aku akan menunjukkan bagaimana caranya menyetir mobilku."

 

"Kalau kalian kembali nanti," ujar Jupiter, "kita akan merencanakan setiap detil."

 

"Tiburon pasti butuh waktu untuk mencuri mobil," kata Ty.

 

Jupiter mengangguk. "Kita tunggu sampai tengah malam." ia menatap orang-orang di sekelilingnya. Tak ada yang berkomentar. "Oke, kalau begitu kita berangkat pukul 00.00 tepat."

 

Lima menit sebelum tengah malam, sebuah Jaguar XJ6 yang mulus berhenti di depan bodega milik Joe Torres. Toko bahan makanan itu masih buka.

 

Jupiter bersembunyi di tempat bagasi. Ty, yang lebih langsing, melintang pada lantai di belakang kursi sopir. Seluruh tubuhnya dibungkus selimut tipis, sehingga tidak kelihatan dari luar. Bob mengenakan topi baseball, dan kacamatanya yang lama. Kelly mengendarai VW Kodok kepunyaan Bob, dan terus menjaga jarak.

 

Joe Torres serta kedua tukang pukulnya, Nacio dan Carlos, keluar dari bodega. Terkagum-kagum mereka menatap Jaguar yang berhenti di depan mereka. Bob segera membuka jendela.

 

"Seorang laki-laki bernama Tiburon memberi saya seratus dollar untuk membawa mobil kakaknya dari Malibu ke sini. Apakah Anda kakaknya itu?"

 

Torres mengangguk. "Ya, betul! Tugasmu sudah selesai, Bung. Jadi, silakan turun dari mobil."

 

"Apakah saya bisa ikut sampai ke pusat kota?" "Panggil taksi saja," kata Torres dengan ketus. "Kau kan sudah dibayar."

 

Bob turun dari Jaguar, lalu menghilang di kegelapan malam. Dengan tegang Jupiter dan Ty menunggu perkembangan selanjutnya. Mereka mendengar suara langkah tiga orang mendekati mobil.

 

"Hei, di bangku belakang ada selimut."

 

Joe Torres ketawa. "Di Malibu kini ada orang yang benar-benar sial: sudah kehilangan mobil, kedinginan lagi!"

 

Pintu sopir terdengar membuka.

 

"Aku akan mengantarkannya sekarang juga," ujar Torres. "Anak-anak di chop-shop masih bekerja. Lagi pula Jaguar ini terlalu mencolok di lingkungan barrio. Untung saja Tiburon lebih hati-hati memilih orang kali ini -tidak seperti dua hari yang lalu."

 

Pintu sopir menutup dan mesin mobil dihidupkan. Beberapa detik kemudian Jaguar itu telah meluncur di jalan.

*

 

Terburu-buru Bob masuk ke VW kodoknya.

 

"Bagaimana?" Kelly bertanya dengan cemas. "Semuanya beres?"

 

"Torres percaya bahwa aku memang disuruh oleh Tiburon," jawab Bob. "Sejauh ini rencana Jupe berjalan lancar. Torres sama sekali tidak curiga. Kelihatannya aku memilih kata-kata yang tepat."

 

Kelly menunjuk ke depan. "Itu dia! Mobil ayahku!" "Oke," kata Bob.

 

Ia segera mulai mengikuti Jaguar yang sudah jauh di depan mereka. Tidak ada tanda-tanda bahwa Torres menyadari bahwa ia sedang dibuntuti.

 

"Jangan sampai kehilangan jejak!" ujar Kelly. "Aku sudah berusaha sebisa mungkin," balas Bob sambil menginjak pedal gas dalam-dalam. Tetapi VW Kodok milik Bob memang bukan saingan sebuah Jaguar. Perlahan tapi pasti, jarak antara kedua mobil itu bertambah jauh.

 

Di dalam tempat bagasi, Jupiter harus berpegangan erat-erat Ketika Jaguar itu tiba-tiba berhenti, Jupe nyaris membentur dinding pemisah antara tempat bagasi dengan ruang penumpang. Untung saja Joe Torres tidak mendengar apa-apa. Kemudian pria itu memberi isyarat dengan menekan klakson: sekali panjang, dua kali pendek, sekali panjang, dan sekali pendek. 

 

Jupiter mendengar sebuah pintu besar membuka. Jaguar itu segera masuk.

 

"Bonus dari Tiburon," Torres berkata.

 

"Wah, bos bisa marah-marah lagi. Kita sudah cukup repot karena Mercedes itu."

 

Suara itu milik Max, si penjaga pintu!

 

Salah satu pintu membuka, dan seseorang naik ke mobil. Kemudian Jaguar itu kembali bergerak. Dalam kegelapan, Jupiter bisa merasakan bahwa mobil itu meluncur dan membelok dengan pelan. Setelah beberapa detik, mobilnya berhenti lagi.

 

Jupiter mendengar bunyi mendesis. Ia ingat betul kapan dan di mana ia pernah mendengar bunyi seperti itu: di tempat penitipan mobil pada saat lift mobil sedang bergerak turun.

 

Jupe merasakan sentakan yang mengagetkan. Kemudian lift mobil itu mulai bergerak ke atas.

 

Jupiter berusaha menentukan seberapa jauh mereka naik, tetapi ia tidak bisa memastikannya.

 

Tiba-tiba lift berhenti. Jaguar itu mulai bergerak lagi, tetapi ke arah yang salah! Terheran-heran Jupiter menyadari bahwa mobil itu mundur.

 

"Aduh, Bob!" Kelly mendesah "Kita kehilangan jejak."

 

"Torres membelok di tikungan berikut," kata Bob dengan geram. "Mudah-mudahan saja kita bisa menyusulnya."

 

Bob menambah kecepatan dan melewati tikungan itu.

 

Jaguar milik ayah Kelly nampak berhenti di depan sebuah bangunan berlantai tiga yang terbuat dari batu bata.

 

"Jangan-jangan dia tahu bahwa kita mengikutinya," ujar Kelly dengan was-was.

 

"Tidak mungkin!" balas Bob. "Torres belum pernah melihat mobilku. Dia takkan memperhatikan sebuah VW Kodok yang kebetulan lewat."

 

Bob memutar mobilnya, lalu berhenti di pojok jalan. Ia dan Kelly segera turun dan mengintip dengan hati-hati. Jaguar milik ayah Kelly telah lenyap. Kemudian mereka menyusuri jalan yang gelap sampai ke pintu tempat penitipan mobil.

 

Pintu gerbang ternyata terkunci rapat.

 

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" bisik Kelly cemas.

 

"Mudah-mudahan saja belum ada yang mengunci pintu kecil setelah Jupe pergi dari sini," kata Bob.

Ia meraih ke dalam kantong jaket, lalu mengeluarkan kartu identitas yang terbuat dari plastik. Kartu itu diselipkannya ke celah sempit antara pintu dan kusen. Beberapa detik kemudian mereka telah berada di dalam.

 

Bob dan Kelly memperhatikan deretan mobil yang berada dalam ruangan remang-remang itu.

 

"Jupe pasti parkir di sini tadi siang," kata Bob. "Coba kita cari mobil ayahmu, Kelly."

 

Mereka mulai menyusuri deretan mobil-mobil, dan akhirnya berhenti di depan lubang lift. Landasannya berada di salah satu lantai atas. Mereka berusaha menangkap suara-suara, tetapi suasana di sekeliling benar-benar hening. Tak ada suara. Dan tak ada Jaguar.

 

"Kok tidak ada?" ujar Kelly heran.

 

"Ssst!" Bob mendesis. "Jangan keras-keras."

 

Tiba-tiba saja lift mulai bergerak turun.

 

"Cepat!" bisik Bob.

 

ia meraih lengan Kelly dan menarik gadis itu ke balik deretan mobil terdekat. Mereka segera berjongkok ketika landasan lift mulai kelihatan. Begitu sampai di lantai dasar, Joe Torres langsung menyeberangi ruangan dan keluar ke jalan.

 

Bob dan Kelly menunggu sebentar, lalu masuk ke lift.

 

"Mobil ayahku pasti ada di atas sana," kata Kelly sambil mendongak.

 

"Menurut Jupe, chop-shop itu berada di bangunan ini," ujar Bob. "Masalahnya, di mana?"

 

"Sayang sekali kau telah tahu tentang chop-shop kami, Bob Andrews," seseorang tiba-tiba berkata. "Seharusnya kau tetap menekuni bidang musik saja."

 

Jake Hatch berdiri di belakang mereka. Tangannya menggenggam sepucuk pistol. Pria kekar di sampingnya juga membawa senjata api.

 

 

15. Terperangkap!

 

Di dalam tempat persembunyiannya, Jupiter memasang telinga. Tetapi ia tidak mendengar apa-apa. Selama beberapa saat tidak ada suara sama sekali.

 

Jaguar itu seakan-akan menembus dinding, menggelinding ke bagian kanan dari suatu ruangan tertutup, kemudian berhenti. Untuk sesaat masih ada bunyi samar-samar. Kemudian suasana kembali hening.

 

Tiba-tiba Jupiter mendengar suara palu di luar. Jupiter segera mengetuk dinding pembatas ke ruang penumpang.

 

"Ty?"

 

Suara Ty nyaris tak terdengar. "Hei, Jupe? Kau baik-baik saja?"

 

"Ya. Di mana kita berada sekarang?"

 

"Coba aku intip sebentar." Jupiter menunggu.

 

"Sepertinya kita berada di salah satu lantai bengkel," ia akhirnya mendengar suara Ty. "Ruangan ini tidak sebesar ruangan-ruangan yang lain. Kita berhenti di salah satu pojok. Di seberang ada tiga orang yang sedang menangani sebuah Maserati. Salah satu dari meieka kelihatan seperti Pete!"

 

"Tolong keluarkan aku dari sini," kata Jupiter.

 

Ia mendengar Ty turun dari mobil, kemudian memutar kunci tempat bagasi Jupiter segera menyelinap keluar, lalu bersembunyi di samping mobil mewah itu bersama Ty.

 

Di seberang ruangan yang memanjang, Jupiter melihat tiga laki-laki yang sedang membongkar sebuah Maserati berwarna merah tua.

 

Salah satu dari mereka memang Pete.

 

"Rupanya mereka langsung mempekerjakannya di sini," ujar Ty sambil merendahkan suara.

 

"Mungkin mereka sedang kekurangan tenaga kerja," kata Jupiter. "Dan selain itu juga ada jaminan dari Tiburon. Hmm, mudah-mudahan saja Pete masih membawa walkie-talkienya. Aku akan mencoba menghubungi dia. Yang lainnya terlalu jauh untuk mendengar apa-apa."

 

Pete sedang membongkar bemper belakang, sedangkan kedua mekanik lainnya lagi melepaskan bemper depan. Sambil kerja mereka berbincang-bincang, tanpa memperhatikan rekan mereka yang baru. Keduanya berbadan kurus kecil dan berwajah licik. Gerakan mereka nampak lamban. Jupiter dan Ty melihat gagang pistol nongol dari kantong salah satunya.

 

"Kelihatannya mereka tidak mempedulikan Pete," Ty berkomentar.

 

Pengamatan Ty ternyata keliru. Jupiter menghidupkan sinyal panggil pada walkie-talkienya. Suara lemah pada pesawat Pete akan memberitahunya bahwa mereka ada di dekatnya. Namun Pete tidak bereaksi, ia tetap bekerja seakan-akan tidak mendengar apa-apa. Justru salah satu dari kedua mekanik lain yang mengangkat kepala.

 

"Suara apa itu?"

 

"Oh, itu hanya alarm pada jam tangan saya," jawab Pete dengan tangkas. "Malam ini sebenarnya ada acara TV yang ingin saya tonton. Saya lupa mematikan alarmnya."

 

"Ngomong-ngomong, sudah jam berapa sekarang?"

 

"Hampir setengah satu," ujar Pete.

 

"Hei, berarti kita harus buru-buru, nih. Kita masih harus mengerjakan Jaguar di pojok sana. Dan Tiburon beserta rombongannya mungkin masih akan membawa mobil-mobil lain."

 

"Astaga!" Pete berseru. "Bukankah sudah terlalu malam untuk membawa mobil ke sini?"

 

Kedua mekanik itu ketawa.

 

"Bos selalu bilang: rejeki jangan ditolak, haha-ha!"

 

"Kalau begitu, saya akan memeriksa Jaguar itu," kata Pete. "Mobil ini toh sudah hampir selesai."

 

"Oke, biar kami saja yang membereskannya."

 

Pete meletakkan alat-alat ke lantai, kemudian membersihkan tangannya. Setelah yakin bahwa kedua mekanik tadi sudah mulai bekerja lagi, ia menuju ke Jaguar.

 

"Siapa yang ada di sini?" bisik Pete. ia membungkuk ke dalam Jaguar seakan-akan sedang memeriksa sesuatu. "Di mana Kelly?"

 

"Aku dan Ty," jawab Jupiter. "Kelly ada bersama Bob. Mestinya mereka sedang menunggu di luar. Menurut rencana mereka mengikuti kami ke sini. Kau sudah menemukan sesuatu?"

 

"Dugaanmu benar, Jupe," ujar Pete. "Di sini ternyata memang ada chop-shop. Mereka mengatakan bahwa mobil-mobil ini banyak kekurangan, sehingga bisa dibeli dengan harga rendah. Tapi sikap Tiburon sudah menjelaskan duduk perkara sebenarnya."

 

"Apakah kedua rekanmu bersenjata?" tanya Ty.

 

"Hanya salah satu dari mereka."

 

"Kenapa hanya ada dua orang yang bekerja bersamamu?" Ty kembali bertanya..

 

Pete berlagak memeriksa pintu Jaguar.

 

"Tiburon mengatakan bahwa mereka sedang kekurangan tenaga. Tiga tukang bengkel mereka sedang sakit. Tapi dia mengatakannya sambil ketawa. Jadi aku menarik kesimpulan bahwa mereka ada di penjara. Yang lainnya sedang mencuri mobil di luar. Kita beruntung sekali."

 

"Kalau begitu kita ringkus mereka sekarang juga, sebelum yang lainnya kembali ke sini. Setelah itu kita telepon polisi," kata Jupiter. Pete mengangguk, lalu duduk di belakang kemudi untuk menjalankan mobil. Jupiter dan Ty segera menyelinap ke bangku belakang dan menundukkan kepala. Pete menghidupkan mesin, lalu menjalankan Jaguar itu dengan pelan ke arah kedua mekanik.

 

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Dinding sebelah kiri membuka, seolah-olah digeser ke samping!

 

"Sebuah pintu rahasia!" Jupe berseru dengan suara tertahan. "Pintu rahasia di belakang lift! Rupanya begini caranya membawa mobil-mobil curian itu ke sini!"

 

Baru sekarang mereka menyadari bahwa sebagian dinding terbuat dari batu bata palsu yang ditempelkan pada sebuah pintu geser.

 

"Kita berada di bangunan sebelah tempat penitipan mobil," kata Ty. "Ruangan ini benar-benar tersembunyi. Mobil-mobil curian masuk dalam keadaan utuh, kemudian keluar dalam keadaan terbongkar."

 

"Hei, lihat!" Pete tiba-tiba berkata sambil membelalakkan mata.

 

Jake Hatch dan Max, si penjaga pintu, keluar dari lift. Mereka menggiring Bob dan Kelly sambil menodongkan pistol.

 

"Ya, Tuhan!" Pete mendesah. "Mereka menangkap Kelly dan Bob. Kita harus menyelamatkan mereka!"

 

"Sebaiknya kita bertindak sekarang juga," kata Ty. "Sebelum anggota komplotan yang lain datang."

 

"Tapi mereka bersenjata," ujar Jupiter was-was. Pete segera menginjak rem. ia benar-benar kebingungan. Apa yang harus mereka lakukan?

 

Jake Hatch dan Max menggiring Bob dan Kelly ke arah para mekanik. Jake Hatch nampak geram sekali.

"Kami menangkap mereka di bawah," ia menggerutu. "Mereka sedang mencari sebuah chop-shop di bangunan sebelah. Sekarang mereka telah menemukannya. Sayang sekali mereka takkan sempat memberitahu siapa-siapa."

 

"Teman-teman kami tahu di mana kami berada," Bob mencoba menggertak. "Ty akan membawa polisi ke sini."

 

"Itu si konyol yang dimintai tolong oleh Tiburon untuk membawa Mercedes merah itu dari Ox-nard,"

 

Max menjelaskan. "Dia memang sempat membawa polisi ke tempat Torres."

 

"Dasar tolol!" Jake Hatch marah-marah. "Aku kan sudah melarang mereka untuk mencuri mobil tanpa izin."

 

"Tiburon baru tiga kali melakukannya, Bos," kata Max.

 

"Tiga kali terlalu banyak!" Jake Hatch berkomentar sambil menggelengkan kepala. "Dan sekarang kita harus menyingkirkan kedua anak ingusan ini." ia memandang sekeliling. "Mana anak baru itu?"

 

"Dia lagi mengambil Jaguar di pojok sana," ujar salah seorang mekanik.

 

"Awas," bisik Pete. "Mereka melihat ke sini. Bersiap-siaplah!"

 

Ia kembali menjalankan mobil ayah Kelly pelan-pelan.

 

"Jaguar yang mana?" tanya Hatch sambil mengerutkan alis.

 

"Yang dibawa Torres setengah jam lalu," kata si mekanik. "Hadiah dari Tiburon, katanya."

 

"Dasar brengsek! Untung saja masih mulus." Hatch berpaling pada Bob dan Kelly. "Sorry mengenai semuanya ini, Andrews. Tapi seharusnya kau tidak perlu mencampuri urusanku."

 

Pete semakin mendekat. Hatch, Max, dan kedua mekanik berdiri menghadap Bob dan Kelly.

 

"Hei, Max! Mobil ini harus kubawa ke mana?" tanya Pete sambil mengeluarkan kepala lewat jendela.

Jupiter dan Ty melihat perubahan pada wajah Bob dan Kelly ketika mereka mengenali suara Pete. Saraf mereka terasa tegang sewaktu Pete mengurangi kecepatan.

 

"Lho, kenapa dia ada di sini?" seru Joe Torres sambil menuding Bob. ia baru saja keluar dari lift. "Anak ini yang mengantarkan mobil untuk..."

 

"Sekarang, Pete!" teriak Jupiter.

 

Kaki Pete segera menginjak pedal gas. Sedan Jaguar itu melesat maju-tepat ke arah keempat pria yang berdiri sambil terbengong-bengong.

 

 

16. El Tiburon Angkat Bicara

 

Jaguar yang dikemudikan Pete meluncur ke arah keempat orang itu.

 

Mereka berdiri seperti patung. Mereka dicengkeram rasa panik, sehingga tidak dapat menggerakkan lengan untuk membidikkan pistol. Dengan mata terbelalak mereka menatap mobil yang semakin mendekat.

 

Baru kemudian semuanya berlompatan ke segala arah untuk menyelamatkan diri.

Max, si penjaga pintu, membentur lantai dengan keras, ia mengerang kesakitan dan terpaksa melepaskan pistol.

 

Kedua mekanik meloncat kalang-kabut. Pistol di kantong salah satunya terselip ke luar, kemudian jatuh ke tumpukan bagian-bagian Maserati yang telah dibongkar.

 

Hanya Jake Hatch yang tetap berkepala dingin, ia melompat, berguling-guling di lantai, kemudian berlutut sambil mengarahkan pistolnya ke arah Pete yang duduk di balik kemudi Jaguar. Bob mendorong Kelly ke balik sebuah tiang, lalu menendang pistol di tangan Jake Hatch sampai terpental jauh. Hatch mencoba menghajar Bob. Tetapi pemuda itu segera membalas dengan melancarkan pukulan sikut ke kepala lawannya. Jake Hatch langsung roboh.

 

Pete mengerem habis, dan berhenti beberapa senti di depan Maserati yang sudah setengah terbongkar.

 

Langsung saja ia turun dari mobil. Dengan satu lompatan panjang ia menghampiri Jake Hatch, yang sedang mencoba untuk kembali berdiri.

 

Ty juga sudah keluar dari tempat persembunyiannya, ia menyerbu ke arah Joe Torres, yang masih berdiri di dekat pintu elevator sambil berusaha menarik pistolnya dari kantong. Keduanya terjatuh ke lantai.

 

Jupiter berlari ke arah Bob, yang sedang bergelut melawan Max. Tukang pukul yang kekar itu sudah bangkit lagi, dan mencoba meraih pistolnya. Bob melancarkan tendangan tobi-yo-ko-geri, tetapi Max segera menangkisnya. Kemudian ia membungkuk untuk memungut pistolnya.

 

Di luar dugaan Max, ia ditabrak dari belakang oleh Jupiter sehingga terjatuh lagi. Sambil mengumpat-umpat tukang pukul itu berdiri lagi. Kali ini Jupiter menumbangkannya dengan menggunakan suatu teknik lemparan judo, lalu melompat ke atasnya. Bob melompat ke atas Jupe. Max menyumpah-nyumpah, tetapi bobot kedua pemuda itu memaksanya untuk tetap terbaring di lantai.

 

Kedua mekanik yang belum kebagian lawan mulai berdiri. Namun kemudian mereka menyadari bahwa mereka sedang berhadapan dengan Kelly Madigan. Gadis itu telah memungut pistol Jake Hatch. ia membidikkannya ke arah kedua mekanik, yang mendadak berdiri seperti terpaku di tempat

 

"Tenang, Nona! Tenang!"

 

"Kami takkan bergerak!"

 

Keduanya mengangkat tangan untuk menutupi wajah masing-masing. Sudah jelas bahwa mereka takkan berani macam-macam.

 

"Untung saja kalian dikarunia otak yang encer," ujar Kelly sambil memberi isyarat dengan pistol. "Duduk, dan jangan bergerak!"

 

Pete menghajar dada Jake Hatch, sehingga pemimpin komplotan pencuri mobil itu sekali lagi terjatuh. Kali ini ia tetap terbaring sambil mengerang kesakitan.

 

Tanpa kesulitan yang berarti Ty berhasil meng-KO Joe Torres. ia mengambil pistol lawannya, lalu menyelipkan senjata api itu ke ikat pinggangnya. Kemudian ia menghampiri Kelly, dan mengambil pistol yang ada di tangan gadis itu.

 

Bob dan Jupiter menemukan gulungan kabel, dan menggunakannya untuk mengikat kaki dan tangan Max. Si penjaga pintu memberontak dan meronta-ronta, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.

 

Sambil nyengir, Bob kembali berdiri. "Nah, kelihatannya kita sudah berhasil meringkus komplotan pencuri mobil ini."

 

"Ya, kita berhasil!" Pete berseru dengan gembira.

 

"Lengkap dengan barang bukti," Jupiter menambahkan sambil melirik Maserati yang sudah setengah terbongkar.

 

"Sebaiknya kita ikat semuanya dan memungut pistol-pistol mereka," kata Ty. "Aku akan membidikkan pistol ini, supaya mereka jangan macam-macam."

 

Pete dan Jupiter menemukan segulung tali di salah satu pojok ruangan. Beberapa saat kemudian kedua mekanik dan Joe Torres pun sudah dalam keadaan terikat. Bob mengambil pistol si mekanik, kemudian memungut pistol Max dari lantai. Pete dan Jupiter membalik untuk mengikat Jake Hatch. Dia masih mengerang-erang sambil memegangi dadanya.

 

Namun sebelum sempat berbuat apa-apa, mereka mendengar suara langkah. Sekelompok orang tiba-tiba muncul dari suatu ruang kecil di belakang Maserati tadi.

 

"Hei, mana lift brengsek itu? Kami membawa enam mobil mulus," ujar El Tiburon, ketika ia masuk melalui sebuah pintu yang luput dari perhatian Jupiter dan teman-temannya. Kemudian ia berhenti dan membelalakkan mata. "Ay, Chihuahua! Ada apa ini?"

 

Keempat anggota bandnya, serta beberapa pemuda Latino lain, berdiri di belakang El Tiburon. Dia masih mengenakan pakaian panggungnya yang berwarna serba putih.

 

Jupiter maju dan menghampirinya. "Semuanya sudah selesai, Tiburon. Kami telah mengamankan bosmu, tukang pukulnya, Joe Torres, dan Maserati curian itu. Sebaiknya kau dan teman-temanmu menyerah saja."

 

"Oh, ya?" ujar Tiburon sambil memandang ke sekeliling, ia menatap pistol-pistol di tangan Ty dan Bob. Kemudian ia menatap anak buahnya.

 

Jake Hatch mendadak sembuh. Dengan geram ia berteriak, "Tiburon, bereskan anak-anak ingusan itu! Hajar mereka!"

 

Tiburon mengangkat bahu. "Nanti dulu, Bos! Mereka pegang pistol. Sedangkan kalian takkan bisa membantu."

"Ah, mereka kan hanya anak-anak kecil! Mereka sama sekali tidak bisa menggunakan pistol. Kalian bisa mengatasi mereka."

 

Pemuda Latino itu tersenyum.

 

"Mungkin saja," katanya. "Tapi aku rasa, sudah waktunya aku dan anak buahku mendapat kenaikan gaji."

 

"Upah kalian sudah terlalu tinggi," Hatch marah-marah. "Bereskan anak-anak ini! Gara-gara kau semuanya ini terjadi! Dasar Latino estupido! Dungu!"

 

Tiburon langsung memelototi bosnya. Para anggota band di belakangnya terdengar menggerutu dengan kesal.

 

Jupiter segera menyadari perubahan itu. ia bertindak dengan cepat, dan mulai berbicara pada Tiburon.

 

"Kau diperalat, Tiburon. Kalian semua diperalat oleh Hatch. Dia sama sekali tidak menghargai kalian. Bagi Hatch, El Tiburon and the Piranhas hanyalah sekelompok badut yang bisa dimanfaatkan."

 

Kelihatannya Tiburon tidak memperhatikan ucapan Jupiter. ia terlalu sibuk memelototi Jake Hatch.

"Hei, Bos! Kau mau minta bantuan pada sekelompok pemuda Latino yang dungu, heh?"

 

Wajah Jake Hatch menjadi merah padam. "Bereskan mereka, atau kupecat kalian semua! Dasar Latino tak berotak! Kalian takkan pernah lagi bekerja untukku.

 

El Tiburon menggeleng. "Hei, apa yang bisa kami lakukan? kami kan hanya segerombolan orang dungu. Latino estupido! Pemalas-pemalas tak berguna?" ia tersenyum sinis, lalu menatap Jupiter. "Hei, Anglo gendut, kami akan-menceritakan semuanya tentang Jake Hatch-dan komplotannya. Tapi kau harus mempengaruhi polisi agar bersikap ramah terhadap El Tiburon and the Piranhas, oke?"

 

"Tak ada yang bisa mempengaruhi polisi, Tiburon. Kau tahu itu," ujar Ty, yang masih menggenggam pistol.

 

"Tapi kami akan berusaha sebisa mungkin," Jupiter cepat-cepat menambahkan. "Kami tahu bahwa kalian hanya bertugas membawa mobil-mobil itu ke sini. Kalian bukan pencuri. Dan juga bukan kalian yang membongkar mobil-mobil itu."

 

Tiburon mengangguk. "Kau cukup cerdik untuk anak seusiamu. Yeah, mereka menyerahkan mobil-mobil curian yang sudah dicat agar mirip dengan low-rider kami. Mobil-mobil itu kami pakai ke tempat pertunjukan. Kemudian kami membawa semuanya ke sini."

 

"Bagaimana dengan Mercedes merah itu?" Ty bertanya dengan geram. "Mercy yang kaucuri di Oxnard?"

 

Tiburon mengangkat bahu. "Oke, memang ada mobil yang aku curi. Aku tergoda untuk mendapatkan uang dengan cepat."

 

"Tiburon," ujar Jupiter, "kalau kau bersedia menjadi saksi dalam kasus ini, maka haim pasti bersedia memberikan keringanan bagimu dan teman-temanmu."

 

"Jangan dengarkan ocehan busuk itu!" teriak Hatch. "Aku akan menaikkan gajimu. Bayaran kalian semua akan kunaikkan. Kalian akan menjadi band terkaya di kota ini."

 

Tiburon menatap Hatch, kemudian Jupiter dan Ty, lalu anak buahnya, ia mengangkat bahu.

 

"Oke, Anglo! Kita ke polisi saja."

 

Ty menurunkan pistol di tangannya. Pete nyengir lebar. Bob dan Jupiter menarik napas lega. Kelly berlari ke arah Pete, kemudian merangkul pacarnya itu. Pete tersipu-sipu. Kelly ketawa, mencium Pete, kemudian melepaskan rangkulannya.

 

Tiba-tiba saja Jake Hatch melompat maju dan menangkap Kelly, ia menggunakan gadis itu sebagai perisai, memuntir lengannya, dan mundur ke arah lift. Kalau ada yang nekat menembak, maka Kelly yang akan terkena lebih dulu.

 

"Semua tetap di tempat masing-masing! Jangan coba-coba jadi pahlawan. Nona manis ini yang akan menanggung akibatnya. Mengerti?"

 

Tak ada yang bergerak ketika Hatch memasuki lift bersama Kelly. Kemudian dinding palsu mulai menutup perlahan-lahan.

 

 

17. Mobil Siapa yang Tercepat?

 

Semuanya kaget setengah mati. Pete berlari ke dinding palsu yang kini telah tertutup rapat.

"Bagaimana cara membukanya? Cepat!" ia menatap Tiburon.

 

Tetapi pemuda Latino itu hanya mengangkat bahu. "Aku sendiri tidak tahu. Biasanya selalu ada yang membukakannya."

 

"Pikir saja sendiri, Bung!" ujar Joe Torres sambil ketawa.

 

"Bos kami terlalu cerdik untuk bocah-bocah tengil seperti kalian," Max menambahkan.

 

Kedua mekanik hanya bisa menggeleng. Mereka pun tidak tahu bagaimana caranya membuka pintu rahasia itu Jupiter segera menghampiri Tiburon.

 

"Bagaimana kalian bisa masuk ke sini tadi?"

 

"Lewat tangga belakang," jawab Tiburon. "Kami selalu keluar lewat jalan itu."

 

"Tangga? Mana?" seru Pete. "Cepat, tunjukkan!"

 

"Oke, tapi tangga itu keluar di jalan yang salah. Maksudku, kau harus ke depan dulu untuk sampai ke pintu penitipan mobil."

 

"Tunjukkan tangganya!" teriak Pete.

 

"Aku akan menemanimu," kata Ty sambil menyelipkan pistol ke ikat pinggangnya. "Bob, kau jaga bajingan-bajingan ini."

 

Tiburon membawa Pete dan Ty ke pojok ruangan yang berseberangan dengan lift mobil. Pintu ke ruang kantor ternyata tersembunyi di balik tonjolan dinding.

 

"Pintu ini takkan bisa dibuka tanpa mengetahui letak kunci rahasianya," kata Tiburon. ia menarik sebuah tabung pemadam api yang terpasang di dinding, dan pintu kantor segera membuka.

 

Pete dan Ty berlari menuruni tangga, lalu keluar ke jalanan. Bulan purnama nampak jelas di langit yang gelap. Tanpa membuang-buang waktu Pete dan Ty berlari ke pintu tempat penitipan mobil. Pintu besar itu masih tertutup dan terkunci rapat.

 

"Dia masih di dalam!" kata Pete.

 

"Kecuali kalau ada jalan keluar lain," ujar Ty. "Hati-hati, Pete. Keselamatan Kelly tergantung pada kita."

 

Pete mengangguk, ia mencoba membuka pintu kecil di samping gerbang. Pintu itu ternyata tidak dikunci. Mereka segera menyelinap masuk. Keadaan di dalam nyaris gelap-gulita. Satu-satunya sumber cahaya adalah lampu redup di dekat lift.

 

Mereka memasang telinga. Tidak ada suara apa pun.

 

"Dia sudah pergi," ujar Pete dengan putus asa. "Dan dia membawa Kelly."

 

Ty mengerutkan kening. "Belum tentu! Kau dengar bunyi itu?"

 

Samar-samar Pete mendengar bunyi ketukan. Sepertinya seseorang sedang mengetok permukaan logam. Bunyi itu berasal dari sebelah kanan lift.

 

"Itu pasti Kelly!" kata Pete "Ayo, Ty!" ia segera menyusuri deretan mobil. Ty berada di belakangnya. Dalam sekejap saja mereka sudah sampai ke jalan menuju lift. Mereka berhenti dan memasang telinga.

 

Tiba-tiba sepasang lampu mobil menyala di sebelah kanan mereka. Cahaya itu menyorot tepat ke arah Pete dan Ty.

 

Dari ujung jalan terdengar suara mesin meraung-raung. Sebuah mobil sedan melesat ke arah mereka. Makin dekat, kecepatan semakin bertambah.

 

Pete dan Ty langsung melompat mundur. Mobil itu melewati mereka, ki-mudian menabrak mobil-mobil yang sedang parkir.

 

"Sebuah Rolls-Royce!" Pete berseru. ia tidak punya waktu untuk mengatakan apa-apa lagi. Rolls-Royce itu memutar sambil menyerempet mobil-mobil lain, kemudian kembali ke arah Pete dan Ty.

 

"Dia mau menabrak kita!" teriak Ty. "Lompat!"

 

Sekali lagi mereka menghindar. Rolls-Royce itu kembali menyeruduk mobil-mobil lain. Pete dan Ty berusaha kabur. Namun ke mana pun mereka lari, Rolls-Royce itu tetap mengejar mereka. Jake Hatch sama sekali tidak peduli bahwa ia memporak-poranda-kan mobil-mobil yang ada di ruangan besar itu.

 

Ty mengambil pistol dan berusaha membidik-kannya pada roda-roda Rolls-Royce yang mengejar-ngejar mereka.

 

"Jangan!" teriak Pete sambil membelalakkan mata. "Kelly juga ada di mobil itu."

 

"Aku akan mencoba menembak bannya," balas Ty sambil melompat ke samping.

 

Rolls-Royce itu telah rusak berat. Namun sedan yang kokoh itu jauh lebih kuat dibandingkan mobil-mobil yang ditabraknya.

 

Tiba-tiba saja Ty memperoleh kesempatan untuk menembak. Langsung saja ia menarik picu.

 

"Sial, meleset!" ia mengumpat.

 

Rolls-Royce itu membelok, menyerempet empat buah mobil, lalu kembali melaju.

 

"Dia mencoba melarikan diri!" seru Pete.

 

"Gara-gara aku menembak tadi," balas Ty. "Dia takut pada pistolku!"

 

Rolls-Royce itu menuju ke arah pintu. Pete dan Ty berlari untuk memotong jalannya.

 

"Hatch harus turun untuk membuka kunci pintu!" Pete berseru. "Itu kesempatan kita!" Mereka hampir sampai di pintu, ketika Rolls-Royce itu membelok ke kiri dan langsung tancap gas.

 

"Dia tidak akan berhenti!" teriak Ty. Dengan kecepatan tinggi mobil mewah itu menerjang pintu.

 

"Ayo, ke mobilku!" teriak Pete. "Cepat!"

 

"Tidak ada waktu," ujar Ty dengan napas tersengal-sengal. "Nanti dia keburu kabur."

 

Pete tidak menjawab, ia langsung bergegas ke jalanan.

 

Karena melaju terlalu kencang, Jake Hatch tidak berhasil membelokkan Rolls-Roycenya secara sempurna. Mobil itu menabrak pagar di seberang jalan, terpaksa mundur beberapa meter, kemudian baru menjauh. Pete segera mengelilingi tempat penitipan mobil untuk mengambil Fiero-nya.

 

"Dia sudah terlalu jauh untuk dikejar," Ty berseru ketika mereka naik ke mobil Pete.

 

Namun ketika mereka membelok, Rolls-Royce itu ternyata belum jauh. Mobil itu nampak menggelinding pelan, sambil berpindah-pindah dari jalur kiri ke jalur kanan.

 

"Hah, pasti rusak berat!" Ty berseru. "Kita..."

 

"Astaga! Lihat itu!" Pete memotong.

 

Di dalam Rolls-Royce itu, Kelly sedang mengadakan perlawanan sengit. Gadis itu berusaha mencegah Jake Hatch untuk membawanya kabur.

 

Tiba-tiba saja pintu Rolls-Royce membuka, dan Kelly melompat keluar. Jake Hatch langsung tancap gas.

 

Kelly berdiri menghalangi mobil Pete, sehingga pacarnya itu terpaksa mengerem habis.

 

"Ayo masuk, Kelly!" Pete berseru melalui jendela. "Kita akan mengejarnya."

 

Kelly segera membuka pintu, lalu memanjat melewati Ty ke bangku belakang.

 

"Pokoknya aku tidak mau ketinggalan!" ia berkata dengan napas tersengal-sengal.

 

Pete menatapnya sambil tersenyum.

 

"Kalau begitu, bersiaplah!" ujar Pete. "Kau pasti akan terguncang-guncang di belakang."

 

Pete menyetir seperti kesetanan. Bahkan Ty pun menjadi pucat pasi. Dalam beberapa menit saja mereka sudah berhasil mengejar Rolls-Royce di hadapan mereka. Dengan kecepatan tinggi kedua mobil itu melewati jalan-jalan yang gelap.

 

Akhirnya Hatch menyeberangi sebuah lapangan, menyelinap di antara pilar-pilar jalan layang, kemudian meneruskan perjalanan di atas rel kereta api. Tapi ia tidak berhasil mengecoh Pete. Ketika mencapai jalan lurus yang menyusuri pantai, Hatch langsung menambah kecepatan. Namun Pete tidak mau menyerah.

 

Dalam keputus-asaannya Hatch berusaha mencapai jalan layang. Ia harus melewati tikungan tajam yang menembus di bawah jalur bebas hambatan. Untuk sesaat kelihatannya ia akan berhasil mengambil tikungan yang patah itu.

 

Tapi Pete tidak tinggal diam. Secara nekat ia memotong Rolls-Royce yang sedang mengurangi kecepatan. Hatch membanting setir. Mobilnya meluncur tak terkendali, lalu menabrak pilar beton yang kokoh.

 

Ty langsung turun, ia membuka pintu Rolls Royce dan menarik Hatch keluar. Pemimpin komplotan pencuri mobil itu digiringnya ke mobil Pete, didorong ke bangku belakang, kemudian diduduki.

 

"Sekarang Hatch baru tahu siapa yang memiliki mobil paling cepat di sini," ujar Ty.

 

Sambil terkagum-kagum Kelly menatap pacarnya. Pete nyengir bangga. Dan mereka kembali ke tempat penitipan mobil.

 

Ternyata yang lainnya sudah menunggu di depan pintu. Tiburon dan gangnya berdiri di sebelah kanan. Para tawanan dijaga oleh Bob. Pete langsung membawa Jake Hatch ke rombongan itu.

 

"Sudah ada yang memanggil polisi?" tanya Ty.

 

Bob mengangguk. "Kata Jupe, dia yang akan menelepon polisi."

Pete melihat ke sekeliling. "Hei, di mana dia?"

 

Sebuah erangan mengerikan terdengar dari dalam tempat penitipan mobil. Jupiter berdiri di antara bangkai-bangkai mobil, ia sedang menatap tumpukan logam yang sudah tak bisa dikenali.

 

Kemudian Bob membelalakkan mata. "Itukah mobilmu yang baru?" ia bertanya hati-hati.

 

Honda Civic kepunyaan Jupiter ternyata sudah hancur total! Jake Hatch telah menabraknya berkali-kali.

 

"Mobilku!" Jupiter mendesah. "Dan sekarang aku tidak punya uang lagi."

 

Yang lainnya berusaha menghibur sebisa mungkin. Ty berjanji mencarikan mobil yang lebih baik lagi.

 

"Kau pasti akan mendapat ganti-rugi dari asuransi," ujar Ty. "Dan kita akan mencari jalan untuk mengumpulkan uang tambahan." ia tersenyum lembut "Eh, kau sudah menelepon polisi, Jupe?"

 

Jupiter kembali mendesah. "Aku lupa sama sekali waktu melihat keadaan mobilku." Kemudian ia memaksakan diri untuk tersenyum. "Tapi setidak-tidaknya kita sudah berhasil meringkus komplotan ini. Dan ini berarti bahwa kau sudah bebas dari segala tuduhan, Ty!"

 

Tiba-tiba mobil-mobil patroli muncul di kedua ujung jalan. Beberapa petugas turun sambil menggenggam pistol. Mereka dipimpin oleh Detektif Cole dan Sersan Maxim.

 

"Hei," ujar Ty. "Sersan Maxim pasti menyangka bahwa ia akhirnya berhasil menangkapku pada waktu melakukan kejahatan!"

 

Dan sambil nyengir lebar, Ty mengangkat tangan dan berlagak menyerah.

 

TAMAT

 

Edit by: zhe (zheraf.wapamp.com)

http://www.zheraf.net