William Arden
Trio
Detektif
Komplotan
Pencuri Mobil Mewah
1. Kunjungan Saudara Jauh
Hari
pertama liburan musim semi di Rocky Beach, California. Pete Crenshaw sedang
mengutak-atik mesin mobilnya, sebuah Corvair tua berwarna biru.
"Mobil
brengsek!" ia menggerutu pada Jupiter Jones. "Aku sudah mengecek
semuanya. Tapi kenapa belum mau jalan juga?"
Jupiter
Jones baru keluar dari kantor Jones Salvage Yard alias Pangkalan
Jones-pangkalan yang menjual barang-barang bekas-milik paman dan bibinya, ia
menuju karavan tua yang digunakan sebagai markas besar Trio Detektif. Namun
kemudian ia berhenti di samping Pete, lalu memperhatikan mobil sahabatnya
dengan saksama.
"Nanti
kalau sudah jalan lagi, kau bisa menjualnya padaku," ujar Jupiter.
Pete
mengelap tangannya yang penuh oli pada T-shirt bergambar ombak raksasa.
"Sony,
Jupe," katanya, "tapi mobil ini benar-benar barang langka. Corvair
adalah mobil pertama buatan Amerika yang sukses dengan mesin di belakang. Para
pemilik mobil ini sampai membentuk berbagai klub untuk tukar-menukar informasi.
Kalau mesinnya bisa kubetulkan, maka mobil ini bisa kujual dengan harga tinggi.
Kau punya uang berapa?"
"Hanya
500 dollar," Jupiter berterus-terang. "Tapi aku butuh kendaraan!
Seorang detektif harus memiliki kendaraan sendiri."
"Aku
tahu," balas Pete. "Tapi aku sendiri juga perlu uang untuk mentraktir
Kelly. Lagi pula Bob dan aku sudah punya mobil. Dua mobil kan cukup untuk
kita."
"Tapi
lain, dong!" Jupiter mendesah. "Ya... biarkan saja, deh! Aku akan
berusaha melupakan urusan ini dengan makan sebanyak-banyaknya. Kau akan
menyesal kalau aku jadi gembrot lagi."
Pete
mulai nyengir.
"Hei,
seharusnya kau merasa lebih gembira dengan pakaianmu yang trendy itu,"
katanya sambil ketawa.
Jupiter
mengenakan sweater longgar berwarna hijau tentara, dan celana berpotongan
baggy. ia sengaja memilih pakaian itu untuk menyembunyikan lemak yang gagal
dikurangi oleh diet yang dijalankannya sejak beberapa waktu.
"Ini
adalah mode terakhir bagi pemuda-pemuda dinamis," jawab Jupe. "Dan
warna hijau tentara sangat cocok dengan warna rambutku."
Pakaian
yang dikenakan Jupiter memang cocok dengan potongan tubuhnya. Pete, serta sebagian
besar pemuda berusia 17 tahun lainnya, masih gemar memakai jeans dan T-shirt.
Kelly Madigan-pacar Pete-selalu berusaha agar Pete mau memakai celana yang rapi
dan baju polo seperti Bob Andrews, anggota Trio Detektif yang ketiga. Namun
sampai sekarang ia belum berhasil.
"Begini
saja, deh," ujar Pete, "setelah mobilku jalan lagi, aku akan mencari
mobil seharga 500 dollar yang masih bagus untukmu."
"Janji
itu sudah kauucapkan sejak beberapa minggu lalu," Jupiter mengomel,
"tapi kau terlalu sibuk mengurusi Kelly."
"Siapa
bilang???" Pete segera memprotes. "Lagi pula, Kelly kan sudah
berusaha mencari teman kencan untukmu."
"Ah,
percuma saja. Gadis itu tidak cocok dengan seleraku," ujar Jupiter.
"Jupe,
kaulah yang menghabiskan seluruh waktu untuk menerangkan teori relativitas
padanya!"
Sebelum
Jupiter sempat membalas, ia dan Pete dikejutkan oleh suara klakson dari luar
pintu gerbang. Jupiter segera melirik ke jam tangannya. Ternyata baru jam
sembilan kurang sepuluh menit. Jones Salvage Yard sebenarnya baru buka pukul
sembilan. Tapi sepertinya ada seseorang yang sudah tak sabar menunggu.
Berkali-kali orang itu menekan klakson.
"Hmm,
sekalian mulai kerja saja," kata Jupiter, sambil menekan tombol pada
sebuah kotak kecil yang terpasang pada ikat pinggangnya.
Kotak
kecil itu adalah alat pengendali jarak jauh untuk membuka pintu gerbang.
Jupiter sendiri yang merancangnya. Selain dia, hanya Paman Titus dan Bibi
Mathilda yang memiliki alat serupa. Alat kontrol utama terdapat di ruang
kantor.
Pintu
gerbang segera membuka. Jupiter dan Pete sempat terheran-heran ketika sebuah
Mercedes 450SL Convertible (sedan dengan atap yang bisa dibuka) berwarna merah
memasuki pekarangan. Mobil berpintu dua itu berhenti di depan kantor. Seorang
laki-laki muda berambut gelap melompat keluar, tanpa membuang waktu untuk
membuka pintu.
Pria
muda itu mengenakan celana jeans belel, sepatu lars, topi koboi, jaket baseball
yang telah lusuh, dan menenteng ransel usang yang penuh lencana dan gambar
tempel. Sambil bersiul-siul ia mengeluarkan sebuah bungkusan dan sebuah amplop
dari ranselnya Kemudian ia memasuki ruang kantor.
Pete
nyaris tak bisa melepaskan matanya dari mobil mewah di hadapannya.
"Wah,
ini baru mobil, Jupe!" katanya sambil terkagum-kagum.
"Mobil
itu memang menarik," ujar Jupiter, sambil memperhatikan sleeping-bag yang
tergulung di balik kursi sopir. "Hanya saja aku lebih tertarik pada pengemudinya."
"Aku
belum pernah melihat orang itu, Jupe. Kau mengenalnya?"
'Tidak.
Tapi meskipun penampilannya seperti koboi, aku yakin dia berasal dari daerah
Pantai Timur. Dia datang ke sini dengan menumpang mobil orang. Dia tidak punya
uang atau pekerjaan, dan dia saudaraku."
"Oke,
Tuan Detektif," ujar Pete sambil menggeleng, "dari mana kau bisa
menarik kesimpulan seperti itu?"
Jupiter
nyengir.
"Pertama,
jaket yang dipakainya bertulisan New York Mets-klub baseball profesional dari
New York; kedua, kulitnya belum terbakar matahari; dan ketiga, bungkusan yang
dibawanya berasal dari Bloomingdale's Department Store-toko serba ada yang
tersebar di bagian timur Amerika Serikat. Semuanya itu menunjukkan bahwa dia
berasal dari Pantai Timur, dan kemungkinan besar dari New York."
"Hmm,
masuk akal," Pete mengakui.
"Kemudian
aku memperhatikan bahwa sol sepatu larsnya sudah tipis. Lencana-lencana serta
gambar tempel pada ranselnya berasal dari setiap negara bagian yang dilewati
Highway 1-80-jalan raya yang membelah Amerika Serikat dari timur ke barat,
sedangkan pelat nomor pada Mercy itu berasal dari California. Ini menunjukkan
bahwa dia datang ke California tanpa mobil. Dan karena tidak ada orang waras
yang mau berjalan kaki sejauh itu, maka dia pasti menumpang mobil orang."
"Itu
sih jelas!" kata Pete sambil mengangguk.
Jupiter
mendesah perlahan, lalu melanjutkan penjelasannya.
"Pakaiannya
kotor dan sudah berminggu-ming-gu tidak pernah dicuci. Dia tidur di
sleeping-bag, dan bukan di kamar hotel. Dan sekarang sudah menjelang jam
sembilan. Hampir semua orang sedang dalam perjalanan ke tempat kerja
masing-masing. Semuanya ini menandakan bahwa dia tidak punya uang maupun
pekerjaan."
Pete
mengerutkan alis. "Lalu, dari mana kau tahu bahwa dia saudaramu?"
"Mudah
saja: dia membawa bungkusan dan surat-apalagi kalau bukan hadiah dan surat
pengantar untuk seorang saudara?"
"Jupe,
kali ini kau terlalu mengkhayal," kata Pete. "Dan kau juga keliru
mengenai keadaan keuangan dia. Hanya orang kaya yang bisa naik Mercy 450SL
Convertible!" ,
"Aku
juga tidak tahu bagaimana dia bisa memperoleh mobil seperti itu," jawab
Jupiter. "Tapi aku yakin, dia pasti hanya anak jalanan yang sedang
berkelana."
"Busyet,
kau benar-benar sinting!"
Mereka
masih berdebat, ketika Pete tiba-tiba menyenggol lengan sahabatnya. Orang asing
tadi baru saja keluar dari ruang kantor, ia ditemani Bibi Mathilda.
Laki-laki
muda itu melangkah ringan, ia nampak santai dan tidak terburu-buru. Bibi
Mathilda kelihatannya agak kurang sabar menghadapi sikap orang itu.
Dari
dekat baru ketahuan bahwa si pengemudi Mercy ternyata lebih tua dari Jupiter
dan Pete. Usianya mungkin sudah mendekati kepala tiga. Senyumnya agak miring,
dan hidungnya nampak seperti sudah pernah patah berkali-kali. Matanya berwarna
gelap dan menyorot tajam.
"Jupiter,
Pete," ujar Bibi Mathilda ragu-ragu, "ini keponakanku Ty Cassey dari
New York." Kini giliran Pete untuk mendesah. Kesimpulan Jupiter terbukti
tepat
"Babylon,
Long Island," Ty Cassey berkata riang. "Kurang lebih satu jam dari
Big Apple-itu nama lain untuk New York. Ibuku dan Bibi Mathilda bersepupu.
Ketika aku mengatakan bahwa aku mau pergi ke California untuk menikmati
cuacanya yang nyaman, ibuku menyuruh aku untuk mengunjungi Bibi Mathilda di
Rocky Beach. Dia juga menitipkan sepucuk surat"
Sambil
berbicara, Ty memandang ke sekeliling. Ia memperhatikan tumpukan bekas
bahan-bahan bangunan serta bekas barang-barang rumah tangga. Beberapa oven dan
lemari es tua nampak bersebelahan dengan perabot dan patung-patung taman,
ranjang kuno, serta lemari TV. Selain itu masih ada mesin pinball, lampu neon,
dan aneka macam barang bekas lainnya.
Bahkan
Paman Titus pun tidak bisa mengingat semua barang yang menumpuk di pekarangan.
Dan biasanya Jupiter-lah yang kena getahnya. Waktu luangnya sering tersita
untuk mencari barang-barang yang tertimbun di bawah tumpukan rongsokan. Untuk
mengatasi keadaan yang kacau-balau itu, Jupiter lalu menggunakan komputernya
untuk membuat daftar barang.
"Aku
tidak bertemu Amy sejak kami sama-sama masih kecil," Bibi Mathilda
bercerita. "Dia pernah mengirim surat, memberitahukan bahwa dia akan
menikah, tetapi aku tidak sadar bahwa itu sudah tiga puluh tahun yang lalu.
Baru sekarang aku tahu bahwa dia punya anak."
"Kami
empat bersaudara," kata Ty. "Semuanya sudah dewasa. Yang lain masih
tinggal di Babylon. Tapi aku merasa bahwa sudah waktunya untuk melihat-lihat
negeri ini."
Mata
Ty berbinar-binar ketika menatap kumpulan barang bekas di pekarangan Paman
Titus. Kemudian perhatiannya beralih pada mobil Pete.
"Hei,
di mana kau mendapatkan Corvair itu? Itu benar-benar mobil klasik!"
Dalam
sekejap Ty dan Pete telah sibuk mengamati mesin mobil itu. Mereka langsung
asyik berbincang-bincang mengenai mesin, seakan-akan sudah berkawan baik selama
bertahun-tahun.
Akhirnya
Pete mendesah dan mengusap rambutnya yang coklat kemerah-merahan.
"Aku
sudah memeriksa setiap bagian. Semua onderdil yang rusak sudah kuganti. Tapi
mesinnya tetap saja tidak mau jalan," ia menggerutu.
"Dan
untuk selanjutnya pun akan tetap begitu, Pete," Ty berkomentar sambil
ketawa. "Ini masalahnya: kau memasang sebuah alternator dan
menyambungkannya ke rangkaian listrik."
"Betul,"
balas Pete. "Tanpa alternator, mesin takkan bisa dihidupkan dan aki tidak
mungkin diisi."
Jupiter
dan Bibi Mathilda menatap Ty dan Pete secara bergantian. Mereka tak memahami
sepa-tah kata pun.
"Mobil
ini justru tidak bisa jalan kalau kau menggunakan alternator," kata Ty.
"Corvair kan mobil tua. Mesinnya masih menggunakan generator-bukan
alternator! Mestinya ada sebuah tabung hitam yang kau ganti dengan alternator
ini, bukan?"
Pete
segera membongkar kotak berisi onderdil mobil.
"Yang
ini, maksudmu?" ia bertanya.
Ty
mengangguk. Ia mengambil tabung itu, kemudian mulai mengutak-atik mesin mobil
Pete. Dalam beberapa menit saja ia sudah menyambungkan beberapa kabel dan
mengencangkan sejumlah baut.
"Hmm,
kelihatannya semua sudah beres," ia akhirnya berkata. "Coba kau
hidupkan mesinnya, Pete!"
Pete
masuk ke mobilnya dan memutar kunci kontak. Mesin mobilnya terbatuk-batuk
sejenak, kemudian hidup!
"Wow!"
Pete berseru sambil nyengir. "Dari mana kau tahu begitu banyak tentang
mesin?"
Ty
tersenyum. "Sejak kecil aku sudah sering mengutak-atik mesin. Karena
itulah aku mau cari pekerjaan sebagai mekanik di sini. Aku mau bekerja sambilan
di sebuah bengkel, dan menghabiskan sisa waktu di pantai. Bukankah di
California lebih banyak mobil ketimbang di negara bagian mana pun? Aku hanya
perlu sedikit waktu untuk menyesuaikan diri."
Ia
menatap Bibi Mathilda. "Aku harap Bibi tidak keberatan kalau aku tinggal
di sini untuk sementara-sampai aku mendapatkan pekerjaan. Aku bisa tidur di
mana pun. Soal makan aku juga tidak rewel. Tapi kalau terlalu merepotkan, aku
akan mencari tempat lain."
"Tidak
perlu," kata Bibi Mathilda. "Kau bisa menempati kamar tidur tamu di
rumahku di seberang jalan."
"Oke,
kalau begitu," ujar Ty. "Terima kasih banyak."
"Sip!"
Pete berseru. "Jadi aku bisa belajar seluk-beluk permesinan. Sepertinya
kau memang ahlinya, Ty."
"Dia
memang ahlinya," sebuah suara tiba-tiba berkata dari belakang.
Mereka
berbalik, lalu melihat dua pria berjas dan berdasi yang sedang menatap Ty.
Tampang keduanya tidak ramah.
"Terutama
kalau menyangkut mobil yang bukan miliknya," pria yang lebih tinggi
menambahkan. "Karena itulah dia harus ditahan!"
2. Dituduh Mencuri
Mobil
Baik
Jupiter maupun Pete belum pernah melihat pria berbadan tinggi yang sedang
menatap tajam ke arah Ty. Namun mereka mengenali laki-laKi yang lebih pendek
dan berambut gelap. Dia adalah Detektif Roger Cole dari kantor polisi Rocky
Beach.
"Ada
apa, Detektif Cole?" tanya Jupiter.
"Ini
Ty Cassey, sepupu Jupiter," Pete menjelaskan. "Dia baru datang dari
New York."
"Sepupumu
berada dalam kesulitan, Jupiter," kata Detektif Cole. Orangnya kecil dan
biasanya selalu tersenyum. Pembawaannya tenang. Matanya yang biru menyorot
hangat. Namun kini ia nampak serius.
"Perkenalkan,"
ia berkata sambil melirik ke arah pria di sampingnya, "ini Sersan Maxim
dari bagian pencurian kendaraan bermotor. Sersan Maxim akan mengajukan beberapa
pertanyaan pada saudaramu, Jupiter."
Sersan
Maxim menatap Detektif Cole, kemudian memperhatikan Pete dan Jupiter sambil
mengerutkan kening. "Anda mengenal anak-anak ini, Cole?"
"Ya,"
ujar Cole sambil mengangguk. "Mereka berteman baik dengan Kepala Polisi
Rocky Beach."
"Siapa
mereka?" Sersan Maxim bertanya dengan ketus.
"Mereka
bisa disebut detektif swasta," Cole menjelaskan. "Mereka sudah sering
membantu kami dalam beberapa tahun terakhir."
Jupiter
segera mengeluarkan kartu nama yang ia rancang sendiri, lalu menyerahkannya pada
sersan polisi yang nampaknya masih terheran-heran.
TRIO
DETEKTIF "KAMI MENYELIDIKI APA SAJA"
Jupiter
Jones, Pendiri Pete Crenshaw, Rekan
Bob
Andrews, Rekan
"Biasanya
kami mencari barang hilang, atau membantu menjelaskan kejadian-kejadian yang
ganjil-hal-hal kecil seperti itulah, Sersan Maxim. Tetapi kami juga sudah
beberapa kali membantu Chief Reynolds dalam kasus-kasus yang lebih
serius," Jupiter menerangkan.
Ia
sengaja tidak menyinggung bahwa Trio Detektif didirikan sebelum para anggotanya
duduk di bangku High School Atau bahwa mereka berhasil memecahkan beberapa
kasus rumit, yang membuat polisi angkat tangan dan menyerah.
Sersan
Maxim memelototi kartu nama yang diberikan oleh Jupiter.
"Maksudnya,
anak-anak ini ikut campur dalam penanganan kasus kriminal?" ia bertanya
pada Detektif Cole.
"Mereka
justru memecahkan kasus-kasus yang sama sekali luput dari perhatian kami,"
ujar Cole.
"Hmm,
itu urusan Anda," Maxim menggerutu. "Tapi saya menganjurkan agar
mereka tidak ikut campur dalam kasus-kasus saya. Dan itu berlaku mulai
sekarang. Saudara Ty Cassey, Anda terpaksa kami tahan sehubungan dengan kasus
pencurian sebuah Mercedes 450SL Convertible berwarna merah. Cole, tolong
jelaskan hak-hak yang dimilikinya."
Detektif
Cole lalu mengatakan bahwa Ty berhak untuk tidak memberi keterangan dan berhak
menghubungi seorang pengacara. Petugas polisi itu juga memperingatkan Ty bahwa
setiap ucapannya bisa, dan akan digunakan sebagai bukti yang memberatkan di
sidang pengadilan.
"Oke!
Sekarang coba jelaskan mengapa Anda mengendarai mobil curian!" Sersan
Maxim berkata pada Ty.
"Sebentar
Ty," Jupiter segera mencegah sepupunya. "Mungkin lebih baik kalau kau
bicara dengan seorang pengacara dulu."
Wajah
Bibi Mathilda mulai pucat. Sejak kedatangan kedua polisi itu ia belum
mengucapkan sepatah kata pun.
"Pengacara?"
ia bertanya sambil menatap Jupe dan Pete. "Maksud kalian, Ty
benar-benar...?"
"Saya
tidak perlu pengacara," ujar Ty sambil ketawa. "Ini cuma soal
salah-paham. Saya yakin, kakak laki-laki itu hanya melaporkan mobilnya sebagai
hilang dicuri, karena saya tidak segera mengembalikannya. Barangkali dia takut,
jangan-jangan saya berubah pikiran di tengah jalan."
"Laki-laki
yang mana?" tanya Detektif Cole.
"Sebaiknya
mulai dari awal saja, Bung!" Sersan Maxim berkata ketus.
"Boleh
saja," balas Ty. "Sepuluh hari yang lalu saya berangkat dari New York
dengan tujuan Rocky Beach. Dan dua hari yang lalu, saya tiba di kota Oxnard.
Karena sudah malam, saya mampir di sebuah pub-kedai minum untuk menikmati
segelas bir sambil menonton pertunjukan band. Karena musiknya bagus, saya agak
lama di sana. Kemudian saya berkenalan dengan seorang Lati-no-warga AS
keturunan Spanyol. Namanya Tiburon-atau seperti itulah. Dari dulu saya memang,
paling tidak bisa mengingat nama orang. Pokoknya, kami ngobrol untuk beberapa
saat. Saya menceritakan bahwa saya sedang dalam perjalanan menuju Rocky Beach.
Kemudian, tidak lama sebelum pub itu tutup, dia bertanya apakah saya mau
membantunya -sekaligus membantu diri sendiri."
Ty
nyengir. "Karena memang suka menolong diri sendiri, ya, saya setuju saja.
Ternyata, pada malam itu dia meminjam Mercedes kakaknya. Tapi dia berjanji
untuk mengembalikan mobil itu keesokan harinya. Nah, di Oxnard dia ketemu dengan
seorang wanita yang kemudian mengajaknya ke Santa Barbara. Masalahnya, wanita
itu bawa kendaraan sendiri. Karena itulah si Latino minta tolong pada saya
untuk mengantarkan mobil kakaknya ke Rocky Beach. Dia memberi uang untuk beli
bensin, dan menambahkan seratus dollar sebagai bonus untuk saya. Dengan tawaran
seperti itu, mana mungkin saya menolak?"
"Maksud
Anda," Sersan Maxim bertanya, "Anda belum pernah bertemu dengan orang
itu?"
"Baru
kali itu saya menginjak kota Oxnard," ujar Ty. "Sebelumnya saya
bahkan tidak tahu kalau tempat itu ada."
"Kalau
itu terjadi dua hari yang lalu," kata Detektif Cole. "kenapa Mercy
ini masih ada di tangan Anda?"
Ty
kembali nyengir. "Waktu saya berangkat dari Oxnard, malam sudah larut. Dan
kemarin cuacanya begitu bagus, sehingga saya beberapa kali berhenti untuk
menikmati keindahan alam di sepanjang jalan. Apa gunanya cuaca yang nyaman
kalau tidak untuk dinikmati?"
"Jadi,
kemarin Anda berjalan-jalan sepanjang hari," Sersan Maxim menyimpulkan.
"Lalu,
bagaimana dengan hari ini?" tanya Detektif Cole.
"Semalam
saya tidur di mobil, dan pagi ini saya mencari rumah Bibi Mathilda dulu,"
Ty menjelaskan.
"Maksud
saya, setelah dari sini, saya akan segera mengantarkan mobil ini."
Ty
tersenyum penuh harap. Suasana di Jones Salvage Yard menjadi hening. Pete dan
Jupe saling berpandangan. Bibi Mathilda berdiri sambil menundukkan kepala. Dan
Sersan Maxim memelototi Ty.
"Daya
khayal Anda lebih hebat dibandingkan para pendiri Disneyland," petugas itu
berkata dengan tajam. "Kalau Anda mengira bahwa kami percaya..."
"Begini
saja," ujar Detektif Cole cepat-cepat, "bagaimana kalau kita semua
menemui kakak si laki-laki bernama Tiburon itu?"
"Oke,"
Sersan Maxim berkata dengan geram.
"Kalau
mobil itu memang dicuri, dan sepupu saya tidak bohong," kata Jupiter,
"maka kakak si Tiburon itu tidak akan mengakui apa-apa di hadapan
polisi."
"Pokoknya
kasus ini harus diusut sampai tuntas," kata Maxim.
"Anda
duluan saja, Cassey," ujar Detektif Cole. "Bersikap wajar saja.
Jangan perlihatkan bahwa Anda sedang diawasi. Jupiter dan Pete akan menemani Anda.
Katakan saja bahwa mereka teman Anda, dan bahwa Anda mengajak mereka supaya
Anda tidak perlu jalan kaki setelah mengantarkan mobil. Kami akan mengikuti
Anda dari jauh."
Ty
mengangguk, kemudian melompat ke Mercedes 450SL. Pete dan Jupe menuju Pontiac
Fiero berwarna hitam yang diparkir di dekat gerbang. Pete membeli mobil itu
dalam keadaan rusak, kemudian membetulkannya sendiri. Gang Pete tidak cukup
untuk mengetok dan mengecat mobil itu, tapi mesinnya dalam keadaan mulus.
Mereka
mengikuti Ty, yang telah keluar ke jalanan. Kedua polisi membuntuti mereka
dengan sebuah Dodge Aries.
Iring-iringan
itu menuju ke arah pelabuhan di bagian barat kota. Alamat yang diberikan pada
Ty ternyata sebuah bodega-toko bahan makanan -di daerah barrio-perkampungan
orang-orang keturunan Spanyol. Barrio itu merupakan kumpulan rumah-rumah mungil
yang dicat dengan warna-warna cerah. Di sana-sini terdapat restoran Mexico,
sejumlah motel, serta beberapa kedai minum yang nampak jorok.
Tulisan
berwarna hitam di atas pintu bodega mengatakan bahwa pemiliknya bernama Joe
Torres. Ty memarkir Mercedes yang dikemudikannya persis di depan toko itu. Pete
berhenti di belakangnya. Kedua polisi menjaga jarak, dan mengawasi mereka dari
jauh. Dalam sekejap saja orang-orang sudah mulai berkerumun di sekitar Mercedes
yang kelihatan mengkilap.
"Kalian
saja yang masuk," kata Pete. "Aku jaga mobil di luar."
Jupiter
mengikuti Ty ke dalam bodega.
Di
dalam, beberapa langganan sedang menawar buah-buahan dan sayur-mayur: mangga,
pepaya, frijole jicama, tomatillo, serta untaian cabe berwarna hijau, merah,
dan kuning. Pemilik toko di belakang meja layan menatap tajam kearah Ty dan
Jupe. Ia segera tahu bahwa mereka bukan langganan yang biasa datang.
Ty
tersenyum lalu mengangguk ramah.
"Mr.
Torres? Perkenalkan, saya Ty Cassey. Saya dimintai tolong oleh seseorang
bernama Tiburon untuk menemui kakaknya."
"Lalu
kenapa?" pria di balik meja layan bertanya. Tingginya sekitar 170 senti.
Matanya hampir sama hitamnya dengan rambutnya. Sejenak ia menatap Jupiter,
kemudian kembali berpaling pada Ty.
"Tiburon
membayar saya untuk membawa mobil kakaknya dari Oxnard ke sini," Ty
berkata. "Dia memberikan alamat ini pada saya."
Torres
mengangkat bahu. Ia berbalik dan berseru ke ruang belakang, "Hei ada yang
kenal seseorang bernama Tiburon? Atau kakaknya?"
Dua
pemuda Latino muncul. Mereka nampak sangar dan tidak bersahabat. Hanya satu
dari mereka yang membuka mulut.
"Tidak
ada, Joe."
Joe
Torres menghadap ke arah Ty.
"Sorry,
Bung! Kelihatannya kami tidak bisa membantu."
Ty
kini tidak tersenyum lagi. "Anda pasti mengenalnya!" sepupu Jupiter
itu ngotot.'"Tiburon sendiri yang menyebutkan alamat ini. Mobil kakaknya
ada di luar!"
Torres
menggeleng dan ketawa. "Anglo-he, orang Inggris, kau benar-benar
loco-sinting. Siapa yang punya mobil seperti itu di daerah barrio, heh? Kau
sinting, amigo!"
Tiba-tiba
Ty melangkah maju dan menggenggam baju Torres. "Kau bohong! Tiburon
menyuruh aku datang ke sini!"
"Hei!"
Torres mencoba mendorong Ty, tapi cengkeraman Ty terlalu kuat. Torres tidak
berhasil melepaskan diri. "Nacio! Carlos!"
Sebelum
kedua pemuda itu sempat bergerak, Detektif Cole serta Sersan Maxim bergegas
memasuki toko dan mengamankan Ty. Jupiter menduga, mereka ikut mendengarkan
percakapan dengan bantuan alat penyadap suara yang sangat peka. .
Torres
melompat mundur dan mendelik ke arah Ty.
"Kau
benar-benar sinting, Anglo!"
"Sinting,"
kata Sersan Maxim, "dan seorang pencuri. Borgol tangannya, Cole! Kita bawa
dia ke kantor."
Ty
hanya berdiri seperti patung ketika Detektif Cole memasang borgol, ia menatap
Jupiter, lalu menggeleng sambil mengatakan bahwa ia bukan pencuri. Kemudian ia
digiring ke mobil para polisi.
Sersan
Maxim membawa Ty pergi. Detektif Cole menyusul naik Mercedes. Joe Torres
berdiri di belakang Jupiter dan berseru, "Dasar Anglo sinting!
Dungu!"
Kedua
pemuda Latino pun keluar dari toko. Mereka berdiri di depan pintu sambil
memperhatikan Jupiter. Pete rnelihat gelagat buruk, dan segera memanggil
sahabatnya dari mobil, "Ayo, Jupe! Kita pulang saja."
Tetapi
Jupiter malah menghampiri Torres.
"Mr.
Torres, dari mana Ty mengetahui alamat ini, jika tidak diberitahu oleh
seseorang?"
"Apalagi
ini?!" Torres membentak sambil melotot.
"Masalahnya,"
Jupe menambahkan, "dia baru tiba di kota ini. Dia datang dari New York."
Wajah
Torres mulai merah padam.
"Kau
terlalu banyak omong. Hei, Nacio! Carlos! Si Mulut Besar ini perlu dikasih
pelajaran!"
Dengan
sikap mengancam, ketiga orang itu mendekati Jupiter.
3. Bob dan Lisa...
dan Karen... dan...!
"Dasar
sok tahu!" ujar Joe Torres, sambil mendorong bahu Jupiter.
"Saya
kira...," Jupiter segera memprotes.
Sekali
lagi Torres mendorongnya. "Jangan banyak omong! Kau akan memperoleh
kesulitan dengan mulutmu yang besar itu."
Nacio
dan Carlos masih berdiri di ambang pintu. Keduanya nampak cengar-cengir. Namun
ketika Torres hendak mendorong lagi, Jupiter tiba-tiba melakukan gerakan judo
migishizentai.
Ia
meraih kemeja Torres, kemudian menariknya sehingga pria itu kehilangan
keseimbangan. Kemudian Jupiter melancarkan gerakan o goshi, dan membanting
pemilik bodega itu ke trotoar.
Torres
meraung-raung ketika membentur permukaan beton yang keras, dan tetap tergeletak
di trotoar.
Nacio
dan Carlos terbengong-bengong.
Jupiter
tidak menunggu sampai mereka berhasil mengatasi rasa kaget ia segera kabur ke
arah mobil Pete. Sahabatnya itu telah menghidupkan mesin dan membuka pintu.
Begitu Jupe melompat masuk. Pete langsung tancap gas.
"Gerakan
yang jitu!" Pete memuji ketika mereka'meninggalkan daerah barrio.
"O
goshi!" ujar Jupiter sambil ketawa. "Baru minggu lalu aku
mempelajarinya."
"Judo
memang hebat, tapi karate lebih bertenaga."
"Kalau
aku sudah berhasil mengurangi berat badan, aku juga akan mulai belajar
karate."
Pete
tidak menanggapinya. Sudah bertahun-tahun Jupiter berniat mengurangi berat
badannya. Setiap kali ada diet baru, Jupiter pasti segera menjalankannya. Tapi
sampai sekarang hasilnya belum nampak.
"Kau
pasti berpendapat bahwa Joe Torres berbohong, bukan?" Pete mengalihkan
pembicaraan.
"Aku
yakin 100 persen. Dan ini berarti bahwa Ty kemungkinan besar mengatakan yang
sebenarnya. Kita harus berusaha agar Ty bisa keluar dari tahanan. Hanya Ty yang
bisa membantu kita untuk membebaskannya dari tuduhan mencuri mobil."
"Sebaiknya
kita juga memberitahu Bob," kata Pete.
Ketika
sampai di Jones Salvage Yard, mereka segera pergi ke karavan yang berfungsi
sebagai markas besar Trio Detektif, untuk menelepon Bob.
Dulu
karavan tua itu disembunyikan di balik tumpukan barang rongsokan. Namun ketika
Jupiter membuat inventaris-daftar barang-untuk Paman Titus, ia beserta kedua
sahabatnya sekaligus membereskan semuanya. Kemudian mereka memasang kunci
elektronik, sistem alarm, alat anti penyadapan, dua buah komputer, serta AC.
Bu
Andrews mengatakan bahwa Bob sedang berada di tempat kerjanya, perusahaan
pencari bakat Rock-Plus & Co. Karena itu Jupiter kemudian menelepon ke
sana. Tetapi yang menyahut ternyata hanya mesin penerima telepon. Gntuk sesaat
telinga Jupiter dihantam oleh musik rock yang hingar-bingar. Kemudian ia
mendengar rekaman suara Bob, yang harus berteriak-teriak untuk mengatasi
kebisingan itu. Bob minta agar si penelepon meninggalkan pesan.
"Mungkin
dia sedang mencari pemain drum," Pete menduga-duga. "Bob pernah
bilang bahwa semua pemain drum agak sinting dan tidak bisa diatur."
"Kalau
begitu nanti saja kita coba lagi," ujar Jupiter. "Sekarang kita harus
memberitahu Bibi Mathilda mengenai Ty."
Mereka
menuju ruang kantor di seberang pekarangan. Bibi Mathilda nampak gelisah ketika
kedua anak itu masuk.
"Mana
Ty?" ia bertanya.
"Dia
dibawa ke kantor polisi," jawab Jupiter.
Kemudian
ia dan Pete menceritakan kejadian di bodega.
"Kalau
begitu memang dia yang mencuri mobil itu," kata Bibi Mathilda dengan
geram. "Pete dan aku tidak sependapat," Jupiter segera menyangkal.
"Kami yakin, si Torres pasti sengaja berbohong. Kita harus berusaha agar
Ty dilepaskan dari tahanan, supaya dia bisa membantu kita untuk membuktikannya.
Hanya Ty yang bisa mengidentifikasi laki-laki bernama Tiburon itu. Apakah Bibi
bersedia menghubungi seorang pengacara?"
Bibi
Mathilda menggeleng. "Jangan terburu-buru, Jupiter Jones. Sebenarnya kita
tidak tahu apa-apa mengenai Ty, bukan? Jangan-jangan dia bukan keponakanku.
Sebelum melakukan apa-apa, aku akan menelepon sepupuku Amy di Babylon dulu. Aku
ingin memperoleh kepastian mengenai Ty."
"Cepat,
nanti jejaknya keburu dingin," Jupiter mendesak. "Kami akan menunggu
di bengkel."
Jupiter
dan Pete kembali menyeberangi pekarangan, lalu menuju bengkel di samping markas
besar. Jupiter telah melengkapi bengkelnya dengan berbagai peralatan elektronik
yang ia beli atau ia rakit sendiri, ia bahkan memasang antene parabola.
"Aku
akan menelepon Bob lagi," ujar Jupe.
"Tidak
perlu," balas Pete sambil menunjuk ke gerbang. "Lihat, tuh!"
Sebuah
VW kodok warna merah memasuki pekarangan. Sepasang kaki wanita nongol di
jendelanya. Mobil itu diikuti oleh sebuah VW Golf yang masih baru, dan berisi
dua gadis remaja. Salah satunya duduk di sandaran kursi sambil melambaikan
handuk, ia dan temannya segera turun ketika VW kodok tadi berhenti di dekat
bengkel.
Bob
Andrews keluar dari mobilnya. Tiga gadis berpakaian pantai turun lewat pintu
yang satu lagi.
"Kami
mau pergi ke pantai," Bob berseru pada kedua sahabatnya. "Ayo, kalian
ganti pakaian dan ikut!"
"Pergi
ke pantai?" tanya Jupe sambil menatap kelima gadis yang mengelilingi Bob.
"Hei,
temanmu boleh juga, Bob," kata gadis yang paling pendek sambil mendekati
Jupiter. Dengan tinggi badan sekitar 150 senti, gadis itu nampak mungil, ia
berambut pirang dan bermata biru.
Jupiter
sendiri tidak terlalu jangkung-tingginya hanya 174 tiga perempat senti. Karena
itu ia paling suka pada gadis-gadis yang pendek. Tetapi Jupe juga selalu
menjadi, merah padam kalau seorang gadis tersenyum padanya.
"Aku...
aku..."
"Sony,
Bob!" kata Pete. "Aku ada latihan karate hari ini. Kecuali itu, kau
kan tahu, Kelly tidak suka ramai-ramai ke pantai."
"Hei,
kita kan lagi libur, Pete! Sekali ini kau tidak usah latihan, deh. Apa kau
lupa, aku juga latihan di tempat yang sama?" balas Bob sambil ketawa.
"Katakan pada Kelly bahwa kau sekali-sekali ingin melakukan sesuatu yang
kau kehendaki. Jangan takut, Kelly pasti betah kalau sudah sampai ke
pantai."
"Ya,
pasti asyik," ujar gadis yang pendek.
"Apalagi
kalau teman-temanmu ikut, Bob," ia menambahkan sambil melirik Jupiter.
Jupiter
menjadi pucat pasi. "Aku... ehm.... Kami harus... ehm...
maksudku...," ia tergagap-gagap.
"Maksudku
begini, Bob: ada kasus baru yang harus kita tangani! Polisi menduga bahwa
sepupuku yang bernama Ty Cassey terlibat pencurian mobil. Dia ditangkap dan
dijebloskan ke tahanan. Kita harus menemukan para pencuri yang sebenarnya, dan
membebaskan Ty."
"Kasus
baru?" tanya Bob. Matanya nampak berbinar-binar. "Pencurian
mobil?"
"Bibi
Mathilda akan menghubungi pengacaranya untuk membebaskan Ty. Setelan itu kita
akan menyelidiki kebenaran cerita sepupuku itu."
"Cerita
apa?" Bob kembali bertanya.
"Tapi
bagaimana kalau Ty ternyata berbohong, Jupe?" ujar Pete. "Maksudku,
belum tentu dia memang sepupumu."
"Hei,
kalian bicara tanpa menjelaskan duduk perkara sebenarnya!" Bob berseru
dengan kesal.
"Lho,"
kata Pete berlagak tak bersalah, "aku pikir kau mau pergi ke pantai."
Seorang
gadis berambut merah yang ikut di VW kodok Bob berkata, "Ayo, Bob! Apa
lagi yang kita tunggu?"
'Teman-temanku
dapat kasus baru, Lisa," Bob menjelaskan.
"Jadi
tidak sih, kita pergi?" seorang gadis lain bertanya.
"Apakah
kau tidak ingin ikut ke pantai bersama kami?" gadis yang pendek bertanya
pada Jupiter.
"Kami...
kami... harus membantu sepupuku," jawab Jupiter gugup. "Mungkin lain
kali..."
"Jupiter
benar," kata Bob. "Bagaimana kalau besok saja kita ramai-ramai ke
pantai? Oke? Sekarang aku harus membantu teman-temanku. Kami bekerja sebagai
detektif."
"Tapi
kita ke sini kan naik mobilmu, Bob," Lisa mengomel. "Bagaimana caranya
kami kembali ke coffee-shop'
"Kalian
semua bisa ikut mobil Karen," ujar Bob. "Sampai besok, ya! Oke,
Lisa?"
Kelima
gadis itu memasang tampang masam. Bob mengantarkan mereka sampai ke mobil
Karen, kemudian melambaikan tangan ketika mereka berangkat. Empat gadis
membalas lambaiannya. Tapi Lisa, si Rambut Merah, nampak benar-benar kesal. Bob
hanya menggelengkan kepala kemudian segera kembali pada Pete dan Jupiter.
"Sekarang
tolong jelaskan semuanya," ia berkata. "Dan awas kalau kasus ini
tidak semenarik yang kalian gambarkan tadi. Gadis-gadis tadi benar-benar kesal
padaku-terutama Lisa."
Melihat
pakaian Bob, Jupiter menyimpulkan bahwa sahabatnya itu baru pulang dari tempat
kerjanya di kantor Rock-Plus & Co.
"Kau
yakin bahwa kau tidak perlu kembali ke kantor?" Pete menyindir.
"Jangan-jangan nanti kau tiba-tiba teringat bahwa kau harus kerja
lagi."
Belakangan
ini Bob memang sibuk sekali.
Sejak
berhenti bekerja sambilan di perpustakaan, mengganti kacamatanya dengan lensa
kontak, dan mendapat pekerjaan baru di perusahaan pencari bakat milik Saxon
Sendler, hampir seluruh waktunya tersita untuk urusan kantor. Karena itu ia
jarang berkumpul dengan kedua anggota Trio Detektif yang lain. Pete benar-benar
sebal, dan ia sering menegur Bob sehubungan dengan kelakuannya itu. Setiap kali
Jupiter harus melerai mereka.
"Tadi
aku menelepon ke rumahmu, Bob," ujar Jupiter cepat-cepat. "Tapi ibumu
mengatakan, kau lagi bekerja."
"Memang,"
jawab Bob. "Tapi Sax harus pergi ke Los Angeles, sehingga tidak
membutuhkan aku hari ini. Dalam perjalanan pulang, aku mampir di coffee-shop
dan bertemu dengan gadis-gadis tadi. Sudahlah, lebih baik kalian katakan saja
apa yang telah terjadi."
Dengan
singkat Jupiter menceritakan segala sesuatu yang diketahuinya-termasuk
keterangan Ty mengenai bagaimana ia bisa mengendarai sebuah Mercedes mewah,
padahal untuk menginap di hotel murahan pun ia tak punya uang.
"Terus
terang saja," ujar Jupiter, "cerita sepupuku itu memang kurang
meyakinkan. Tapi rasanya dia tidak mungkin mengarang nama seperti Tiburon.
Dalam bahasa Spanyol, Tiburon berarti ikan hiu."
"Barangkali
Tiburon tahu bahwa Mercedes itu mobil curian, lalu menggunakan nama
samaran," kata Pete.
Hmm,
belum tentu juga," Bob menanggapinya sambil mengerutkan kening. "Di
Rocky Beach pun ada orang dengan nama seperti itu. Dia lebih dikenal sebagai El
Tiburon and the Piranhas!"
4. Bob Beraksi
Terheran-heran
Jupiter dan Pete menatap rekan mereka.
"Siapa
atau apa El Tiburon and the Piranhas itu?" tanya Jupiter.
"Mereka
adalah sebuah band Latino dengan spesialisasi irama Salsa " Bob
menjelaskan. "Tetapi mereka
juga
bisa memainkan musik rock biasa. El Tiburon adalah pemain lead-guitar. Dia juga
merangkap sebagai penyanyi. Selain itu masih ada pemain gitar pengiring, pemain
bas, pemain drum, dan pemain keyboard"
"Salah
satu band yang ditangani oleh bos-mu?" tanya Pete.
"Bukan,"
ujar Bob sambil menggeleng. "Mereka ditangani oleh Jake Hatch, saingan
utama Sax di Rocky Beach. Sax berpendapat: musik mereka menyakitkan telinga.
Tapi mereka sering main di pub-pub kecil, dan di pesta-pesta pribadi. Mereka
juga tampil sebagai band pengganti, terutama di pub-pub Latino."
"Apakah
di antara anggota mereka ada laki-laki bernama Joe Torres?" tanya Pete. ia
lalu menyebutkan ciri-ciri pemilik bodega di daerah barrio itu.
"Tidak
ada, anggota band itu masih muda-muda. Aku kira El Tiburon-lah yang paling tua
di antara mereka. Dan usianya baru sekitar dua puluh dua atau dua puluh tiga
tahun."
"Apakah
mereka sering tampil di Rocky Beach?" Jupiter bertanya.'
"El
Tiburon and the Piranhas tampil di sepanjang pantai California bagian
selatan-bahkan di Los Angeles.
Mereka
salah satu band paling populer yang ditangani oleh Hatch. Semua band yang baik
sudah dipegang oleh Sax. Hatch benar-benar kesal karena itu. Tapi Sax tidak
peduli. Dia hanya tak habis pikir bagaimana Hatch bisa menarik keuntungan
dengan band-bandnya yang buruk itu."
"Apakah
ada kemungkinan bahwa El Tiburon sempat main di..." ujar Jupiter.
Tiba-tiba
Bibi Mathilda bergegas keluar dari ruang kantor, dan menyeberangi pekarangan,
ia mengenakan scarf sutera baru berwarna cerah. Jupe menebak bahwa scarf itu
merupakan hadiah yang dibawa Ty dari New York.
"Ty
ternyata memang keponakanku, tapi ibunya benar-benar keterlaluan," Bibi
Mathilda langsung marah-marah. "Aku ingat lagi ketika berbicara dengan
dia. Dari dulu aku tidak pernah menyukai Amy-itulah sebabnya kenapa aku
melupakannya selama ini. Pantas saja Ty kabur ke California."
"Apa
yang dikatakannya, Bibi Mathilda?" "Macam-macam, terutama mengenai
Ty. Kasihan anak itu," wanita yang sedang marah itu berkata sambil
menggeleng.
"Apakah
dia menyinggung bahwa Ty berurusan dengan polisi?" Jupiter mendesak.
"Bahwa dia terlibat pencurian mobil?"
"Amy
menyebutnya sebagai pemalas, tidak bertanggung-jawab, tak bisa diandalkan, dan
banyak hal yang lebih buruk dari itu!" "Bibi Mathilda?!" Jupiter
mendesah. Wanita itu masih menggerutu sesaat, namun kemudian menggelengkan
kepala. "Amy tidak mengatakan apa-apa mengenai pencurian mobil. Ty memang
pernah berurusan dengan polisi ketika masih seumur kalian. Masalah kenakalan
remaja seperti vandalisme-merusak tanpa alasan-dan sebagainya. Dia juga pernah
kecanduan obat bius. Tapi itu terjadi sepuluh tahun yang lalu. Sejak itu dia
tidak pernah macam-macam lagi. Kelihatannya dia sudah sadar."
Jupiter
mengangguk. "Apakah sepupu Bibi itu akan membantu untuk mengeluarkan Ty
dari tahanan?"
"Tidak!
Dia bilang bahwa dia tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk anaknya yang
tidak keruan itu. Dia berpendapat bahwa Ty harus bertanggung-jawab atas
perbuatannya sendiri. Aku sudah menelepon pengacaraku. tapi dia mengatakan
bahwa takkan mudah untuk membebaskan Ty."
"Kenapa?"
tanya Pete.
"Apakah
ada sesuatu yang tidak kami ketahui?" ujar Bob.
Bibi
Mathilda nampak serius. "Pihak polisi tidak bersedia melepaskannya,
meskipun dengan uang jaminan."
"Atas
dasar apa?" Jupiter berseru.
"Karena
Ty sudah pernah berurusan dengan polisi, dan karena dia berasal dari negara
bagian lain. Dan yang lebih penting: dia akan dijadikan saksi terhadap komplotan
pencuri mobil yang diduga beroperasi di Rocky Beach."
"Kapan
kita memperoleh kepastian apakah Ty bisa dilepaskan atau tidak?"
"Nanti
siang aka ada rapat," Bibi Mathilda berkata. "Tapi sebelum itu,
pengacaraku mau bicara dengan seorang hakim dulu."
"Tapi
Bibi akan terus berusaha, bukan?" tanya Jupiter penuh harap. "Kami
memerlukan bantuan Ty dalam kasus ini."
Wanita
itu mengangguk, kemudian kembali ke ruang kantor untuk menelepon pengacaranya
lagi. Ketiga detektif remaja saling berpandangan di dalam bengkel.
"Jupe,
apa ada yang bisa kita lakukan tanpa dia?" tanya Pete.
"Untuk
sementara kita memang terpaksa bergerak tanpa bantuan Ty," jawab Jupiter
sambil merenung. "Hmm, rupanya polisi menduga ada komplotan pencuri mobil
yang beroperasi di Rocky Beach. Berarti akhir-akhir ini pasti banyak kasus
pencurian mobil di sekitar sini." Ia berpaling pada Bob. "Bob, apakah
kau bisa mencari keterangan'mengenai El Tiburon and the Piranhas? Aku perlu
tahu, apakah mereka tampil di Oxnard pada malam Ty dimintai tolong oleh Tiburon
untuk membawa Mercedes itu ke sini."
"Beres!
Aku akan menanyakannya pada Jake Hatch."
"Wah,
jangan! Orang lain tidak boleh tahu bahwa kita sedang menyelidiki kasus
ini."
"Kalau
begitu aku akan mencari jalan lain," Bob menanggapi keberatan sahabatnya
sambil nyengir.
"Bagaimana
kalau sekarang juga?" Jupiter mendesak.
"Oke?
Ayo, kita ke sana."
"Aduh,"
Pete mendesah. "Aku tidak bisa bolos latihan karate. Sore ini ada
demonstrasi kata baru."
"Memangnya
kenapa?" tanya Jupiter.
"Kata
adalah jenis latihan yang disampaikan secara turun-temurun," Bob
menjelaskan. "Seluruh semangat karate terkandung dalam gerakan-gerakan
itu. Jumlahnya ada sekitar 50. Kita harus melakukan gerakan-gerakan tertentu
pada waktu yang tepat. Setiap bulan kami mempelajari kata baru."
"Kecuali
itu, setelah latihan aku harus menjemput Kelly," Pete menambahkan.
"Dia ikut senam aerobik pada waktu yang sama."
"Kalau
begitu Bob dan aku saja yang pergi," ujar Jupiter. "Nanti kita ketemu
lagi di sini, oke?"
Bob
kembali tersenyum. "Kau bakal rugi besar, Pete! Tapi tak apa-apa. Nanti
akan kuceritakan bagaimana caranya kami mengelabui Jake Hatch. Bayangkan
wajahnya kalau dia..."
"Ah,
sudahlah!" Pete berseru dengan kesal. "Aku bolos saja. Setelah urusan
ini selesai, aku akan menjemput Kelly. Ayo, berangkat, deh!"
Semuanya
ketawa ketika Pete mengambil mobilnya, dan Bob bergegas menuju VW Kodok yang
antik, namun mengkilap dan terawat baik. Sementara Jupiter masih berpikir akan
ikut siapa, sebuah sedan Jaguar XJ6 berwarna perak memasuki pekarangan. Seorang
gadis langsing berambut cokJat turun dari mobil itu. Ia melambaikan tangan pada
si pengemudi.
"Terima
kasih banyak, Daddy! Aku akan,diantar pulang oleh Pete. Sampai nanti!"
Sedan
Jaguar itu segera pergi. Kelly Madigan berlari menyeberangi pekarangan, lalu
menggandeng tangan Pete. Tingginya hanya sebahu pacarnya itu.
"Daddy
tidak bisa mengantarku ke tempat senam, karena itu aku minta didrop di sini
saja," ujar Kelly. Sambil berjinjit ia mencium ujung hidung Pete.
"Kita toh akan ketemu seusai latihan."
Pete
nampak gugup. "Ehm, Kelly... hari ini aku tidak latihan. Aku...."
"Kau
tidak latihan? Kenapa?"
"Kami...
kami dapat kasus baru yang cukup berat, Kelly. Sepupu Jupiter berada dalam
kesulitan. Kami harus membereskan kasus ini, supaya Ty bisa keluar dari
tahanan."
"Kasus
baru? Hmm, aku tahu bahwa itu penting untukmu, tapi kita kan selalu latihan
karate dan senam aerobik pada hari Senin. Bagaimana kau bisa mengantarkanku
pulang, kalau kau sedang sibuk menangani kasus itu? Lagi pula Ibu menunggu kita
untuk makan malam. Kau tidak lupa, kan? Aku yakin, Jupe dan Bob bisa menangani
tugas untuk hari ini. Ayo, nanti kita terlambat."
Kelly
melambaikan tangan ke arah Jupiter dan Bob, lalu menarik pacarnya yang nampak
kebingungan. Sambil mengangkat bahu Pete masuk ke mobilnya. Sesaat kemudian ia
dan Kelly sudah berada dalam perjalanan menuju tempat latihan.
"Itulah
sebabnya mengapa aku tidak mau pacaran!" ujar Bob sambil mengerutkan
kening. "Aku tidak mau terikat. Jauh lebih menyenangkan kalau kita bebas
menentukan pilihan. Betul tidak, Jupe?"
"Kalau
punya pilihan...," Jupiter mendesah. "Astaga, Jupe! Aku kan sudah
sering memperkenalkan teman-temanku padamu. Begitu juga Pete. Masa di antara
sekian banyak gadis tidak ada yang kau sukai?"
"Masalahnya,
mereka tidak menyukai aku!" "Ah, cukup banyak gadis yang menyukaimu.
Si kecil Ruthie tadi, misalnya. Aku yakin, dia pasti menyukaimu. Sekarang
semuanya tergantung pada usahamu." Jupiter tersipu-sipu. Langsung saja ia
mengalihkan pembicaraan. "Ngomong-ngomong, bagaimana caranya memperoleh
keterangan mengenai El Tiburon and the Piranhas?"
"Jangan
takut. Ayo, kita berangkat"
"Ke
mana?"
"Ke
kantor Jake Hatch!"
"Tapi
dia tidak boleh tahu bahwa kita sedang menyelidiki mereka."
Bob
tersenyum. "Serahkan saja semuanya padaku!"
Beberapa
waktu kemudian mereka berhenti di depan sebuah bangunan tua berlantai tiga yang
nampak tak terurus. Bangunan itu terletak di pinggir daerah pusat perbelanjaan.
Bob memarkir mobilnya di pekarangan belakang.
Bangunan
tua itu tidak dilengkapi lift. Ruang tangga hanya diterangi cahaya yang masuk
melalui sky-light (jendela di atap). Setelah naik ke lantai tiga, Bob membuka
pintu sebelah kanan di ujung selasar. Bersama Jupiter ia memasuki sebuah ruang
tunggu. Ruang kerja Jake Hatch berada di belakangnya.
"Hi,
Gracie," Bob menegur seorang wanita muda. "Mr. Hatch ada?"
Wanita
muda yang cantik itu duduk di balik meja tulis, dan lagi sibuk mengetik. Namun
begitu melihat Bob, ia segera tersenyum ramah.
"Kau
kan tahu, dia sedang makan siang."
Bob
duduk di tepi meja dan menampilkan senyum yang menawan. "Memang, justru
karena itu aku datang jam segini."
Wanita
muda di hadapannya ketawa. Ia sekitar lima tahun lebih tua dari Bob. Tetapi sorot
matanya mengatakan bahwa ia senang bertemu dengan pemuda itu.
"Bob
Andrews, kau terlalu yakin pada diri sendiri."
"Apakah
salah kalau aku lebih suka ngobrol denganmu dibandingkan dengan Jake,
Gracie?" tanya Bob.
Senyumnya
semakin lebar. "Lagi pula, aku mengajak temanku Jupiter supaya bisa berkenalan
denganmu. Jupe, ini Grace Salieri, sekretaris terbaik dalam bisnis ini."
"Senang
berkenalan dengan Anda, Miss Salieri," kata Jupiter.
"Panggil
aku Gracie saja, Jupiter," wanita muda itu membalas sambil tersenyum.
"Dan kau, Bob-sebaiknya kau simpan basa-basimu untuk kesempatan lain. Apa
tujuanmu sebenarnya, hmm?"
"Sax
punya klien yang mencari band yang bisa main salsa," Bob menjelaskan.
"Kami kebetulan tidak punya. Orang itu sempat melihat pertunjukan yang
menarik di Oxnard beberapa hari yang lalu. Dia lupa nama bandnya. Tapi ada
kemungkinan dia nonton El Tiburon and the Piranhas. Sax ingin tahu apakah
mereka tampil di Oxnard dua malam yang lalu, dan apakah mereka sudah dipesan
untuk beberapa hari mendatang?"
"Jake
pasti minta komisi penuh untuk Tiburon."
"Sax
bilang, dia tidak peduli. Dia hanya ingin menyenangkan kliennya."
Gracie
berdiri dan masuk ke ruang kerja bosnya.
"Mau
ke mana dia, Bob?" tanya Jupiter.
"Mengecek
daftar pertunjukan yang tertempel di ruang kerja Jake. Sax juga memakai sistem
ini. Lebih cepat dibandingkan dengan komputer."
Grace
Salieri kembali. "Yep, Tiburon dan anak buahnya memang tampil di Oxnard.
Dua malam yang lalu mereka manggung di pub The Deuce. Dan selama dua hari
mendatang mereka akan main di The Shack"
"Sip,
Gracie! Terima kasih banyak!" kata Bob. ia membungkuk dan mencium kening
wanita muda itu.
"Sax
akan menanyakan di mana kliennya melihat band yang disukainya itu. Kalau memang
di The Deuce, maka Jake akan memperoleh komisi yang lumayan besar."
Gracie
ketawa, lalu berlagak mengusir Bob dan Jupiter
Ketika
menuruni tangga, Bob berkata pada sahabatnya.
"Nah,
dengan cara ini semuanya beres. Biarpun Gracie menceritakan kedatangan kita,
Jake Hatch hanya akan memikirkan uang yang bakal diperolehnya. Sedangkan kita
sekarang sudah mendapat kepastian bahwa Tiburon memang berada di Oxnard ketika
Ty mampir ke sana."
"The
Shack adalah nama restoran pizza," ujar Jupiter. "Kita bebas masuk ke
sana. Kalau Ty sudah keluar dari tahanan, mungkin dia bisa mengidentifikasi Tiburon.
Kalau tidak, kita bias menemui Tiburon dan mengajukan beberapa
pertanyaan."
"Kapan?"
"Nanti
malam. Kita berkumpul di markas besar," kata Jupiter. "Setelah itu
kita pergi ke The Shack, untuk menemui El Tiburon and the Piranhas."
5. Ikan Buas di Atas
Panggung
The
shack merupakan restoran pizza yang sedang in, dan selalu ramai
dikunjungi-terutama oleh anak-anak High School setempat. Letaknya di bagian
timur kota Rocky Beach. Jupiter dan Bob tiba pukul delapan. Pete ternyata tidak
bisa ikut ia harus menemani Kelly ke sebuah pesta. Jupiter hanya geleng-geleng
saja.
Hampir
semua bar atau pub yang menampilkan musik hidup, juga menyajikan minuman
beralkohol. Karena itu remaja-remaja di bawah usia 21 tahun dilarang masuk.
Undang-undang itu ditaati dengan ketat. Jika anak-anak di bawah umur berkeras
ingin menyaksikan suatu pertunjukan, mereda harus duduk di belakang panggung-di
bawah pengawasan petugas keamanan. Tapi The Shack hanya menyediakan minuman
ringan, sehingga anak sekolah pun bebas keluar masuk.
Hampir
setiap malam The Shack jadi tempat berkumpul anak-anak muda. Namun malam ini
merupakan suatu perkecualian.
Ketika
Jupiter dan Bob masuk, mereka melihat dua pemuda tanggung sedang bermain
pinball. Dua orang lagi sedang makan pizza sambil menatap pesawat TV yang tak
bersuara. Empat gadis Latino duduk di atas salah satu meja di pinggir lantai
dansa. Gadis-gadis itu rupanya pacar-pacar para pemain band, sebab hanya
merekalah yang memperhatikan band di atas panggung.
The
Shack nyaris kosong, tetapi musik yang dimainkan terasa memekakkan telinga.
"Lalala
bamba... bamba... bamba!"
Seorang
pemuda Latino sedang asyik menyanyikan sebuah lagu berirama Latin, ia diiringi
gitar, bas, serta keyboard. Si pemain drum menggebuk peralatannya dengan
semangat tinggi. Panggung kecil itu penuh sesak dengan berbagai peralatan,
sehingga para pemain band nyaris tak punya tempat untuk bergerak. "La...
bam... baaa!"
El
Tiburon and the Piranhas! Mereka berjingkrak-jingkrak, berputar-putar, dan
nyengir seperti orang gila di ruangan yang hampir kosong itu. Wajah-wajah
mereka nampak basah karena keringat. ,
"Astaga,
permainan mereka ternyata memang buruk," Jupiter berbisik pada Bob.
"Menurut
Sax, suara mereka lebih merdu kalau berteriak daripada kalau lagi
menyanyi," balas Bob sambil mengangguk.
"El
Tiburon pasti laki-laki berpakaian serba putih itu, bukan?"
"Betul,
si jangkung yang berdiri di depan sambil memainkan lead-guitar."
Jupiter
memperhatikan pemuda Latino itu dengan saksama. El Tiburon memang orang
panggung sejati, ia tampil penuh gaya, meskipun tidak didukung oleh bakat yang
memadai. Keempat anggota Piranha di belakangnya mengenakan celana hitam dan
kemeja merah.
"Tempat
ini bukan tempat nongkrong anak-anak Latino," ujar Bob sambil memandang
sekeliling. "Aku tidak mengerti kenapa Jake menyuruh mereka main di
sini."
"Aku
juga agak heran," Jupiter berkomentar.
Kelima
anggota band kini mulai memainkan musik rock 'n' roli. Para pengunjung
menghentikan kesibukan masing-masing, dan mulai memperhatikan panggung. Orang-orang
mulai berdatangan, tetapi The Shack tetap kelihatan kosong. Tiba-tiba Bob
menyentuh lengan Jupiter.
"Jupe,
itu Jake Hatch!"
Seorang
pria pendek dan gempal baru saja melangkah masuk. Wajahnya pucat, ia mengenakan
setelan jas abu-abu yang nampak mahal.
Jake
Hatch melirik ke arah panggung. Kemudian ia menyadari bahwa lebih dari setengah
kursi masih kosong.
"Apakah
dia akan mengenalimu?" tanya Jupiter.
"Pasti!"
jawab Bob. "Dia mungkin tidak tahu kenapa kita menginginkan Tiburon, tapi
Gracie pasti cerita bahwa aku berkunjung ke sana."
Hatch
masih berdiri di dekat pintu. Dengan wajah masam ia menyaksikan penampilan El
Tiburon. Lagu yang tengah dimainkan berakhir. Para anggota band segera
meletakkan alat musik masing-masing, lalu bergabung dengan para gadis di depan
panggung. Jake Hatch menyalakan sebatang cerutu. Kemudian ia melihat Bob, dan
mengerutkan alis. Langsung saja ia menghampiri anak muda itu.
"Nah?"
ujar Hatch sambil menarik kursi. "Rupanya Sendler membutuhkan El Tiburon
and the Piranhas, heh? Asal tahu saja: aku tidak akan berbagi komisi dengan
dia."
"Kami
mungkin memerlukan sebuah band Latino dalam waktu dekat ini," jawab Bob
tenang. "Sax mengirimku untuk menyaksikan penampilan Tiburon. "Dia
sendiri mencari band di LA*"
*LA
= Los Angeles
Hatch
ketawa terkekeh-kekeh. "Menurut Gracie situasinya bukan seperti itu.
Kalian punya klien yang sempat menonton Tiburon dan teman-temannya di Oxnard
beberapa hari yang lalu. Dan orang itu ingin mengontrak mereka."
"Tapi
belum tentu kami berhasil menemukan Tiburon, bukan?" balas Bob sambil
nyengir. "Saya bisa menghubungi dia bersama klien kami. Tapi komisinya
harus dibagi rata."
Wajah
Hatch menjadi merah padam. "Suatu hari aku akan mengusir Sax Sendler dari
Rocky Beach! Semua orang tahu bahwa-dia tukang tipu yang bersedia melakukan apa
pun juga untuk mendapatkan order. Kau pun akan mengalami nasib seperti dia,
kalau kau tidak segera membenahi diri."
"Terima
kasih atas peringatan Anda," ujar Bob.
"Hei,
Andrews," kata Hatch. ia mengepulkan asap cerutunya. "Aku punya
nasihat untukmu: tinggalkan Sendler! Kau tidak punya masa depan kalau terus
ikut dia. Ngomong-ngomong, apakah kau berminat memperoleh tambahan uang?"
"Rejeki
tidak boleh ditolak." Bob tersenyum.
"Kalau
begitu, ceritakan tentang segala kegiatan Sendler. Siapa saja klien-kliennya?
Bagaimana dia menangani band-band yang dipegangnya?"
"Wah,
Mr. Hatch!" Bob berlagak terkejut. "Itu namanya berkhianat"
"Ah,
semua orang melakukannya."
"Sorry,
Mr. Hatch. Tapi saya tidak punya kebiasaan seperti itu."
Jake
Hatch langsung melotot.
"Jangan
sok jujur, Bung! Memangnya untuk apa kau datang ke sini, heh? Kaupikir aku
tidak tahu bahwa Sendler mengutusmu untuk mengontrak Tiburon tanpa
sepengetahuanku?"
"Siapa
bilang?" Bob menanggapinya sambil tersenyum. "Sax sama sekali
tidak..."
Jupiter
cepat-cepat menendang kaki Bob di bawah meja. Sahabatnya itu tidak boleh
mengemukakan bahwa Sax Sendler sama sekali tidak tahu-menahu mengenai
kedatangan mereka kesini. Jake Hatch pasti akan menyadari bahwa cerita mengenai
klien yang mencari band Latino hanya isapan jempol belaka. Sekarang pun dia
sudah mulai curiga. Namun sebelum Hatch sempat mengatakan sesuatu, El Tiburon
keburu muncul.
"Hei,
kalian pasti sedang berbicara mengenai El Tiburon, heh?" pemimpin band itu
berseru. "Kalian pasti penggemarku! Betul-tidak? Kalian menyukai musik
kami. Kalian harus menyaksikan El Tiburon and the Piranhas."
"Ehm...,"
Bob mulai berkata.
"Kalian
memang hebat," Jupiter mendahuluinya. "Terutama Anda. Anda pasti El
Tiburon?"
"Yeah,
saya sendiri!" si pemain gitar merangkap penyanyi berkata sambil
menegakkan badan. Wajahnya berbentuk memanjang. Tampangnya mencerminkan rasa
percaya diri yang tinggi.
"Hei,
kalian mau foto dengan tanda-tangan? Jake, berikan dua lembar foto pada
mereka!"
Hatch
menatap Jupiter dengan penuh curiga, ia tidak tahu apa hubungan pemuda itu
dengan Bob.
Keraguannya
itu nampak jelas pada wajahnya. Jika Jupiter memang penggemar El Tiburon, maka
Hatch harus bersikap ramah. Tapi kalau Jupiter hanya menemani Bob, maka Hatch
tidak sudi berurusan dengannya. Supaya aman, ia akhirnya memutuskan untuk
mengulur waktu, sekaligus memberitahu Tiburon mengenai Bob.
"Foto-fotonya
ada di mobil. Nanti aku ambil satu." Sambil melirik ke arah Bob, ia
menambahkan, "Yang satu ini bukan penggemarmu. Dia bekerja di
tempat..."
"Hei,
man! Memangnya aku tidak bisa mengenali penggemarku?!" Tiburon berseru
dengan kesal.
"Tolong
ambilkan dua lembar foto untuk kawan-kawanku ini, oke?"
Baik
Bob maupun Jupiter menduga Hatch akan meledak. Tetapi pencari bakat itu hanya
menelan ludah, ia berusaha untuk tersenyum, kemudian keluar lewat pintu depan.
"Apa
aku boleh minta satu foto untuk sepupuku Ty?" Jupiter bertanya setelah
Hatch pergi.
"Boleh
saja. Jake pasti akan membawa setumpuk. Sepupumu juga penggemar kami?"
"Sebenarnya
bukan," kata Jupiter. "Ty bilang dia mengenal Anda. Dia ingin
berbicara dengan Anda."
"Dia
juga pemain musik? Aku mengenal banyak pemain musik yang tergabung di band
lain."
"Bukan,"
jawab Jupiter. "Dia adalah pemuda yang Anda mintai tolong untuk membawa
mobil kakak Anda ke Rocky Beach. Ty sudah berusaha, tetapi dia tidak berhasil
menemukan kakak Anda."
Senyum
di bibir El Tiburon menghilang perlahan-lahan. Kemudian ia kembali
nyengir-namun kini maknanya berbeda sama sekali.
"Yeah,
aku sudah dengar cerita mengenai si Anglo yang sinting itu. Dia mencuri mobil
mewah, lalu bercerita pada semua orang bahwa aku minta dia untuk
mengantarkannya ke tempat kakakku. Hah, dasar loco! Polisi pun tidak mau
percaya pada cerita gila seperti itu. Sepupumu, heh? Sayang sekali."
"Jadi,
Anda tidak tahu apa-apa mengenai Ty maupun mobil itu?" tanya Bob.
Tiburon
ketawa. "Hei, Bung! Saudaramu itu seharusnya tinggal di Oxnard saja. Coba
pikir, aku sama sekali tidak punya kakak di Rocky Beach!"
Pemimpin
band itu berdiri. Sambil ketawa ia kembali ke panggung.
Bob
mengerutkan kening, lalu menatap Jupiter. "Jupe? Kalau dia tidak punya
kakak di sini, maka itu berarti Ty telah membohongi kita!"
Di
atas panggung keempat rekan El Tiburon sedang memandang ke arah Jupiter dan
Bob. Jake Hatch kembali sambil membawa setumpuk foto. ia menatap kedua detektif
remaja, kemudian menoleh ke arah El Tiburon and the Piranhas, yang sedang sibuk
menyetem alat masing-masing.
"Ayo,"
ujar Jupiter cepat-cepat. "Kita pergi dari sini."
"Bagaimana
dengan foto El Tiburon?" tanya Bob heran.
"Aku
punya akal lain. Perhatikan saja."
Mereka
berpapasan dengan sejumlah orang yang baru masuk, kemudian meninggalkan
restoran pizza itu. Ketika melewati papan pengumuman, Jupiter cepat-cepat
menarik foto El Tiburon. Bob masih penasaran ketika mereka sampai ke mobilnya.
"Jupe,
Tiburon tidak mungkin berbohong mengenai kakaknya! Dan itu berarti bahwa Ty
yang membohongi kita."
"Belum
tentu," Jupe membela sepupunya. "Bagaimana kalau Tiburon menyuruh Ty
mengantarkan mobil curian ke Rocky Beach, kemudian memberikan alamat yang ia
sebutkan sebagai alamat kakaknya? Kecuali itu," ia menambahkan,
"Tiburon hanya mungkin mendengar cerita mengenai Ty dari kita berdua, dari
polisi, atau dari Joe Torres dan kedua tukang pukulnya. Kita tidak mengatakan
apa-apa. Polisi pun pasti tidak akan membuka rahasia dinas. Berarti tinggal Joe
Torres dan teman-temannya. Salah satu dari mereka-mungkin juga
semuanya-mengenal Tiburon, dan membohongi kita dan polisi!"
"Wah,
benar juga, Jupe!" kata Bob.
"Masih
ada lagi," ujar Jupiter. "Kita sama sekali tidak menyinggung kota
Oxnard di hadapan Tiburon tadi. Tapi dia tahu bahwa Ty memperoleh Mercedes itu
di sana."
"Wow!
Kalau bukan Torres yang menceritakan hal ini pada Tiburon, berarti Ty
mengatakan yang sebenarnya. Hmm, bagaimana langkah selanjutnya?"
"Kita
akan menunggu sampai El Tiburon and the Piranhas keluar dari The Shack."
6. Ikuti Hiu Itu!
Musik
yang keluar dari The Shack memecahkan keheningan malam. Sambil menunggu, Bob
dan Jupiter menggigil kedinginan di dalam VW kodok kepunyaan Bob. Iklim di
California Selatan sebenarnya merupakan iklim gurun-panas pada siang hari,
tetapi dingin di waktu malam. Di awal musim semi, rasa dinginnya terasa menusuk
sampai ke tulang.
Alunan
musik tetap terdengar sampai lewat tengah malam. Orang-orang nampak
keluar-masuk The Shack. Kemudian suasana menjadi hening. Para pengunjung yang
masih tersisa meninggalkan restoran pizza itu. Dan beberapa saat kemudian
kelima anggota band bermunculan. Mereka nampak kesal, dan menyumpah-nyumpah
dalam bahasa Spanyol.
Sesaat
kemudian Jake Hatch menyusul. Nampaknya ia lagi naik pitam. Di bawah lampu
jalanan, ia mengacungkan kepalan tangan ke arah seorang pria yang kelihatannya
seperti pemilik restoran itu. Tiburon and the Piranhas berdiri mengelilingi bos
mereka sambil berkacak pinggang. Akhirnya Hatch menyerukan sesuatu pada para
anggota band, lalu menuju sebuah Rolls-Royce berwarna perak, ia menyalakan
mesin dan langsung pergi. Si pemilik hanya geleng-geleng, lalu masuk lagi.
Tiburon dan anak buahnya menghilang di balik restoran.
"Ikuti
mereka, Bob!" ujar Jupiter cepat-cepat.
"Di
belakang sana hanya ada tempat parkir, Jupe. Mereka pasti muncul lagi,"
kata Bob. Sambil mengangguk ke arah Jake Hatch menghilang tadi, ia menambahkan,
"Gila, aku tidak mengerti dari mana da dapat uang untuk membeli mobil
mewah seperti itu. Yang pasti, bukan dari perusahaan pencari bakatnya. Bahkan
Sax pun tidak sanggup membeli Rolls-Royce-biar bekas sekalipun."
Bob
masih terheran-heran ketika iring-iringan mobil milik para anggota band muncul
dari balik restoran.
"Astaga!"
Jupiter berseru.
Sebuah
sedan besar muncul dari kegelapan. Tetapi baik merek maupun tahun pembuatannya
sudah tidak dapat dipastikan. Seluruh permukaan mobil itu ditutupi
grafiti-coret-coretan. Bahkan jendela-jendelanya pun penuh coret-coretan.
Warna
asli mobil itu sampai tidak terlihat lagi. Bagian bawahnya hampir menyentuh
permukaan aspal. Karena begitu rendah, Jupiter agak sukar mengenali bentuk asli
mobil itu.
"Sebuah
low-rider-mobil dengan body direndahkan!" ia berseru.
Jarak
dari permukaan aspal ke bagian bawah mobil itu hanya sekitar 15 senti.
Suspensinya sengaja direndahkan, dan mungkin juga dimodifikasi dengan sistem
hidrolik. Kalau mobil itu memang dilengkapi dengan sistem hidrolik, maka si
pengemudi bisa menaikkan kendaraannya jika akan melaju di jalan bebas hambatan.
Mobil pertama itu diikuti oleh empat buah mobil serupa. Semuanya membelok ke
arah daerah barrio.
Low-rider
semacam itu hanya dipakai oleh remaja-remaja Latino, dan merupakan bagian dari
gaya hidup anak muda yang tinggal di daerah barrio. Tujuan utamanya adalah
untuk membedakan diri dari kaum Anglo, sekaligus untuk nam-pang di depan
gadis-gadis. Mobil jenis low-rider biasanya selalu diurus dengan telaten. Para
pemilik low-rider tak segan-segan mengeluarkan uang untuk mengecat, memoles,
dan memasang berbagai perhiasan. Yang penting, kendaraan mereka bisa tampil
dalam kondisi prima pada malam Minggu.
Namun
penampilan kelima low-rider yang kini lewat di hadapan Jupiter dan Bob berbeda
sekali. Mobil-mobil itu penuh dengan tulisan cat semprot beraneka warna, yang
memuji kehebatan El Tiburon and the Piranhas.
"Iklan
yang murah-meriah," Jupiter berkomentar. "Kita pun tidak perlu takut
kehilangan jejak. Mereka pasti tidak berani ngebut."
Bob
menunggu beberapa saat, lalu mulai /mengikuti iring-iringan low-rider itu.
Berulang kali ia terpaksa mengurangi kecepatan, untuk menjaga jarak.
Akhirnya
mereka tiba di tepi daerah barrio. Bob tertinggal beberapa ratus meter, ketika
para low-rider membelok ke sebuah tempat cuci mobil. Letaknya bersebelahan
dengan sebuah restoran Mexico-tidak jauh dari Rocky Beach High School. Kalau
lagi libur, lapangan parkir restoran itu selalu penuh sesak-bahkan sampai lewat
tengah malam. Bob dan Jupiter pun suka mengunjungi tempat berkumpul anak-anak
muda itu.
Pelan-pelan
keduanya melewati tempat cuci mobil. El Tiburon and the Piranhas, serta keempat
gadis yang menemani mereka, telah turun dari s mobil. Kini mereka bergerombol
di ruang tunggu, sambil menikmati makanan kecil dan minuman ringan. Beberapa
remaja Latino lainnya bergabung dengan mereka.
"Sebaiknya
kita cari tempat untuk mengawasi mereka," ujar Jupe. "Restoran Mexico
itu kelihatannya cocok."
"Cocok
untuk apa?" tanya Bob sambil nyengir.
"Apa
maksudmu?" balas Jupiter.
"Aku
kira kau lagi diet."
"Tapi
aku sudah hampir mati kelaparan," Jupiter memohon pengertian sahabatnya.
"Hei,
aku tidak peduli kalau kau gendut."
"Aku
tidak gendut! Mungkin agak... ehm... berat, tapi..."
"Sony,
Jupe, aku hanya main-main. Gendut atau langsing-pokoknya Pete dan aku
menyukaimu. Sudahlah, apa yang akan kita lakukan sekarang?"
"Kita
akan mengawasi mereka dari restoran itu," ujar Jupiter dengan kikuk.
"Tapi kalau tidak memesan apa-apa, kita pasti terlalu menarik perhatian
orang-orang."
Bob
segera memutar kendaraannya, ia sengaja menoleh ke samping untuk menyembunyikan
senyumnya. Kemudian ia memasuki pelataran parkir di depan restoran. Mereka
turun dan bergabung dengan beberapa teman sekolah yang sudah mengantri
sebelumnya.
Bob
dan Jupe membawa makanan mereka ke sebuah meja di teras. Bangku di meja ini
sudah lenyap, sehingga mereka terpaksa duduk di atas meja. Tapi tempat cuci
mobil di sebelah terlihat dengan jelas.
Sebenarnya
tempat cuci mobil itu sudah tutup, karena malam telah larut. Para pegawai sudah
pulang semua, kecuali seorang pria setengah baya yang berdiri di balik meja
layan. Melihat sikap orang itu terhadap El Tiburon and the Piranhas, Jupe
segera menyadari bahwa mereka merupakan langganan istimewa.
Kini
kelihatan jelas bahwa El Tiburon adalah pemimpin kelompok anak muda itu. Hanya
dia yang duduk di kursi. Yang lain berdiri mengelilinginya. El Tiburon
berbicara, dan teman-temannya mendengarkannya dengan patuh. Kecuali seorang
gadis. Gadis itu menuju ke meja layan untuk membeli makanan kecil. Tapi El
Tiburon segera menudingnya, lalu berteriak dengan keras.
"Hei,
kembali ke sini!" Jupiter dan Bob mendengar suaranya. "Aku tidak suka
kalau ada yang tidak memperhatikanku kalau aku sedang bicara! Mengerti?!"
Pria
di balik meja layan mengangkat bahu dan menggelengkan kepala. Gadis tadi
langsung ber-balik dan membentak El Tiburon. Seketika Tiburon berdiri dan
menarik lengan gadis itu. Kemudian salah seorang pemuda yang bukan anggota The
Piranhas melangkah maju, dan menepis tangan Tiburon.
Semua
orang di tempat cuci mobil tersentak kaget Tiburon mengulurkan tangan dan
menggenggam kemeja lawannya. Tapi sekali lagi tangannya ditepis oleh pemuda
itu. Tiburon langsung melayangkan tinju. Pembela gadis tadi membalas dengan
pukulan kiri. Tiburon menghindar, menangkis, kemudian menghajar lawannya sampai
terjatuh. Kali ini tidak ada perlawanan lagi.
Tiburon
mengatakan sesuatu dan ketawa. Semua ikut ketawa. Kecuali gadis yang menentang
Tiburon tadi. ia langsung berjongkok di samping pemuda yang dipukul roboh.
Tiburon kembali duduk, lalu meneruskan ceritanya seakan-akan tidak terjadi
apa-apa.
Jupiter
dan Bob .mengikuti kejadian itu dari meja mereka. "Sikapnya lebih mirip
pemimpin gang daripada pemimpin band," ujar Bob.
"Ya,"
kata Jupiter. "Kelihatannya memang begitu. Mungkin bandnya merupakan
bagian dari sebuah gang. Aku rasa..." Tiba-tiba Jupe terdiam.
Sebuah
mobil baru saja berhenti di depan tempat cuci mobil. Seorang pria turun, dan
menuju ke ruang tunggu.
"Astaga,
itu Joe Torres!" Jupiter berseru.
Tiburon
berdiri dari kursinya, mengatakan sesuatu pada salah satu anggota The Piranhas,
kemudian bergegas keluar untuk menemui Torres. Kedua orang itu
berbincang-bincang di tempat gelap, sementara anggota-anggota gang yang lain
menunggu di dalam.
"Ternyata
Torres memang berbohong," ujar Bob. "Sebetulnya dia mengenal Tiburon.
Sekarang aku yakin bahwa Ty memang disuruh mengantarkan Mercedes itu ke tempat
Torres. Cerita Tiburon mengenai kakaknya hanya isapan jempol."
"Mungkin
ya, mungkin tidak," kata Jupiter. "Torres memang berbohong ketika
mengatakan bahwa ia tidak mengenal Tiburon. Tapi itu tidak membuktikan apa-apa,
Bob. Barangkali Torres hanya bermaksud melindungi Tiburon, tetapi tidak tahu
apa-apa mengenai mobil curian itu. Mungkin juga Tiburon hanya diperalat, tanpa
menyadari persoalan sesungguhnya."
"Lalu
bagaimana caranya kita memastikan hal ini?"
"Kita
harus cari keterangan lagi," jawab Jupiter. "Kita akan mengawasi
mereka untuk beberapa waktu."
"Tapi
sekarang sudah larut malam," kata Bob. "Kalau Sax kembali dari Los
Angeles malam ini, maka besok aku harus kerja lagi."
"Kita
harus mencari kepastian apakah Tiburon tahu bahwa Mercedes itu mobil curian.
Kalau ternyata tidak, maka kita harus menemukan orang yang menyuruh Tiburon
minta tolong pada Ty untuk membawa mobil itu ke bodega milik Torres."
"Ya,
Tuhan!" Bob tiba-tiba berseru tertahan. "Jupe, awas!"
Tiburon
telah kembali ke ruang tunggu. Joe Torres sedang menuju restoran tempat Bob dan
Jupiter berada!
"Aduh!"
kata Jupiter. Ia mulai dilanda panik. "Dia pasti akan mengenaliku."
Restoran
Mexico itu sudah hampir kosong. Para pengunjung yang masih makan menempati
meja-meja yang saling berjauhan. Pelataran parkir diterangi lampu, dan nyaris
tak terisi. Meja layan di dalam pun nampak sepi.
"Cepat!"
kata Bob. "Berlututlah!"
Jupiter
berlutut di samping meja yang tak berbangku. Bob buru-buru melepaskan jaket
jeans-nya, kemudian duduk di punggung Jupiter! Ia menutupi lututnya dengan
jaket, seakan-akan kedinginan, lalu duduk dengan santai sambil bersandar pada
tepi meja.
Bob
berlagak tak peduli ketika Torres melewati mejanya. Dalam hati ia berharap agar
pemilik bodega itu tidak menyadari bahwa tak ada bangku pada kedua sisi meja. Untung
saja Torres hanya sekilas saja melirik ke arah Bob, kemudian langsung menuju
meja layan.
"Busyet,
Bob! Ternyata kau lebih berat dari yang kuduga," bisik Jupiter.
"Apakah aku sudah bisa berdiri lagi?"
"Jangan
dulu! Dia masih di meja layan. Mungkin saja dia tiba-tiba menoleh ke sini.
Sebaiknya kau tetap bersembunyi."
Jupiter
mendesah.
Bob
ketawa. "Belum pernah aku duduk di bangku seempuk ini."
"Tunggu
pembalasanku nanti!" Jupiter menggerutu.
Bob
segera menyikut sahabatnya. Hampir saja Jupiter memberontak. Gntung saja ia
teringat bahwa keselamatannya sedang terancam. Bob-baru berhenti menggoda
Jupiter ketika Torres kembali ke tempat cuci mobil. Kali ini pria Latino itu
sama sekali tidak memperhatikan Bob.
"Oke,
dia sudah pergi," kata Bob sambil berdiri.
Jupiter
bangkit, memijat-mijat punggungnya, lalu bersandar pada meja sampai bisa
berdiri tegak lagi. Ia memelototi Bob, kemudian nyengir.
"Syukurlah
kau tidak kehabisan akal tadi," Jupiter memuji. "Tapi aku rasa lebih
baik kita segera pergi dari sini. Mungkin saja yang lainnya menyusul untuk
membeli makanan. Aku tidak berminat dijadikan bangku lagi."
Mereka
bergegas menuju VW Kodok kepunyaan Bob, kemudian pulang ke rumah Jupiter. Pintu
gerbang Jones Salvage Yard sudah terkunci. Tempat penumpukan barang bekas itu
nampak gelap gulita. Begitu juga rumah Paman Titus.
"Semuanya
sudah tidur," kata Jupiter. "Coba lihat apakah Ty sudah
kembali."
Setelah
masuk, kedua sahabat mengendap-endap ke ruang tidur tamu di lantai dua.
Pintunya terbuka. Tempat tidurnya kosong. Bob mulai cemas.
"Barangkali
polisi sudah memperoleh bukti-bukti tambahan," katanya.
"Mungkin
saja," jawab Jupiter. "Besok pagi aku akan menanyakannya pada Bibi
Mathilda. Tapi aku tetap berpendapat bahwa Ty mengatakan yang sebenarnya."
"Mudah-mudahan
saja kau benar, Jupe."
"Bagaimanapun
juga, besok pagi kita bertiga kumpul di markas besar setelah sarapan."
"Kecuali
kalau Kelly sudah menyusun acara untuk Pete."
Jupiter
berlagak tidak mendengar komentar sahabatnya itu. "Kalau
dipikir-pikir," ia berkata sambil merenung, "sebuah band yang tampil
di sepanjang daerah pantai merupakan penyamaran yang baik untuk komplotan
pencuri mobil."
7. Cadillac
Berwarna Jingga
Pada
pagi hari berikutnya, Pete mengenakan T-shirt bertulisan Bop Til You Drop! Setelah
mengeluarkan mobilnya dari garasi, ia segera menuju Jones Salvage Yard. ia
benar-benar penasaran mengenai apa yang terjadi semalam. Tetapi ternyata pintu
pekarangan masih dikunci, sehingga Pete menyeberang jalan ke rumah Jupiter.
Jupiter
masih sarapan bersama Bibi Mathilda dan Paman Titus. Dengan wajah murung ia
duduk sambil menghadapi menu dietnya.
"Kami
belum berhasil mengeluarkan Ty dari tahanan," ia melaporkan pada Pete.
Bibi
Mathilda pun kelihatan kesal. "Hakim belum menentukan jumlah uang jaminan
yang harus kami bayar. Pengacaraku sudah berusaha, tapi tak ada jalan untuk
mendesak-desak seorang hakim. Pihak kejaksaan tetap berkeras bahwa Ty patut
dicurigai. Mereka takut Ty akan melarikan diri. Namun pengacaraku yakin, bahwa
kita pasti akan memperoleh keputusan hari ini. Tetapi dia juga mengatakan,
keputusan itu belum tentu menggembirakan."
Paman
Titus, seorang pria berkumis tebal, menatap istrinya. "Kau yakin
keponakanmu itu bisa dipercaya? Terus terang saja, ceritanya kurang masuk
akal."
"Kami
yakin sekali, Paman Titus," kata Jupiter. "Sejauh ini fakta yang kami
kumpulkan sudah cukup banyak. Kami hampir bisa memastikan bahwa Ty tidak
berbohong."
"Sekarang
tinggal membuktikannya," Pete menambahkan.
Paman
Titus mengerutkan kening. "Kalian harus hati-hati! Komplotan pencuri
mobil-tidak bisa dianggap enteng."
"Kami
akan hati-hati, Paman Titus," Jupiter berjanji sambil menghabiskan
sarapannya. "Pete dan aku ke markas dulu, ya. Kami masih menunggu Bob.
Setelah itu kami mau pergi untuk mencari keterangan tambahan. Apakah Bibi bisa
meninggalkan pesan kalau Ty sudah dibebaskan?"
"Oke,
Jupiter. Aku mau menelepon pengacaraku dulu. Habis itu aku menyusul kalian.
Sudah waktunya untuk mulai bekerja."
Pete
dan Jupiter menyeberangi jalan, lalu membuka kunci elektronik pada pintu
gerbang pekarangan dengan bantuan alat pengendali jarak jauh pada ikat pinggang
Jupe. Setelah berada di markas besar, Jupiter menceritakan kejadian semalam
secara terinci. Pete ketawa ketika mendengar cerita mengenai El Tiburon and the
Piranhas, yang bermain nyaris tanpa penonton. Tapi ketika Jupiter menyinggung
kehadiran Joe Torres di tempat cuci mobil. Pete mulai bersemangat.
"Jadi,
Torres mengenal Tiburon?" ia bertanya.
"Ya!"
ujar Jupe sambil mengangguk. "Sekarang kita tinggal membuktikan bahwa
memang Tiburon yang menyuruh Ty membawa Mercedes itu dari Oxnard ke sini, dan
bahwa dia tahu bahwa mobil itu mobil curian."
"Tapi
dari mana kita mulai?" tanya Pete.
"Pertama-tama
kita rangkum semua fakta yang sudah terkumpul. Kemudian kita susun hipotesis,
yang akan kita gunakan sebagai landasan untuk menentukan tindakan
berikutnya."
"Sony,
Jupe, tapi aku bukan ilmuwan-apa yang harus kita susun?"
"Sebuah
hipotesis, Pete. Sebuah asumsi, sebuah perumpamaan. Dalam hal ini, kita anggap
Joe Torres sebagai anggota komplotan pencuri. Dengan demikian cara terbaik
untuk membuktikan keterlibatan Tiburon adalah dengan mengawasi gerak-gerik
Torres."
"Kedengarannya
cukup menarik," Pete menanggapinya. "Kapan kita berangkat ke bodega
itu?"
"Begitu
Bob datang."
"Kalau
begitu aku mau mengutak-atik Corvair-ku dulu."
"Oh
ya, mumpung lagi bicara soal mobil-kapan kau akan mencarikan mobil
untukku?"
"Aku
kan sudah bilang: kalau Corvair-ku sudah beres. Tidak lama lagi, kok. Sekarang
kita toh harus menunggu sampai Bob datang, bukan?"
"Ah,
alasan saja."
"Oke,
oke! Kita pergi sekarang juga. Aku tahu suatu tempat di mana orang-orang
menjual mobil mereka. Kita mulai dari sana saja."
"Tapi
kita belum bisa pergi," Jupiter mendesah. "Sebentar lagi Bob akan datang."
Pete
keluar dari markas besar sambil menggerutu.
Setelah
ditinggal sendiri, Jupiter membuka laci paling bawah di meja kerjanya. Setelah
meyakinkan diri bahwa keadaannya aman, ia lalu mengeluarkan sepotong coklat. Ia
melahapnya sambil menunggu Bob, yang setiap saat bisa muncul di pintu.
Tapi
Bob tidak datang-datang. Lima menit berlalu, sepuluh menit, setengah jam.
Jupiter
keluar dari karavan dan menengok ke bengkel. Ternyata tidak ada siapa-siapa. Ia
mengelilingi markas besar, lalu melihat Pete membungkuk di atas mesin mobilnya.
"Dia
terlambat lagi," kata Jupiter.
"Aku
sudah menduganya," jawab Pete sambil tetap bekerja.
"Bob
terlalu menyukai pekerjaannya yang baru," Jupiter berkomentar. "Dia
begitu semangat bekerja di kantor Sax Sendler, sehingga melupakan urusan Trio
Detektif."
"Bukan
itu masalahnya," Pete menyangkal. "Bob terlalu sibuk mengurusi
gadis-gadis itu. Dia terlalu senang menjadi pusat perhatian mereka, sehingga
tidak sempat memperhatikan urusan lain."
"Ah,
masa sih gadis-gadis itu begitu penting baginya?" balas Jupiter.
Kepala
Pete muncul dari bawah kap mesin, ia mengerutkan kening dan memelototi
sahabatnya. Pada detik yang sama Karen, gadis dengan VW Golf kemarin, memasuki
pekarangan.
"Halo,
Bobby ada di sini?" ia berseru.
Jupiter
menggeleng.
"Sorry,
kami juga lagi menunggu dia!" jawab Pete.
Karen
segera meninggalkan pekarangan sambil tersenyum dan melambaikan tangan.
Beberapa saat kemudian sebuah Honda masuk. Pengemudinya adalah Ruthie, gadis
yang kelihatannya tertarik pada Jupiter.
"Halo,
Jupiter! Eh, namamu Jupiter, bukan? Apakah kau sudah ketemu Bob pagi ini?"
Kali
ini Jupiter bahkan tidak sanggup menggeleng.
"Kami
belum ketemu dengan dia, Ruthie," Pete menjawab pertanyaan gadis pirang
itu sambil tersenyum.
Sebelum
pergi, Ruthie sekali lagi melirik ke arah Jupiter.
"Jupe,
perasaanku mengatakan bahwa dia menyukaimu," bisik Pete. "Seharusnya
kau ajak dia pergi malam ini. Ke bioskop, misalnya, atau ke sebuah
restoran."
Jupiter
masih terbengong-bengong. "Kau yakin dia menyukaiku?" ia bertanya
kemudian.
"Seratus
persen!"
"Kalau
begitu, kenapa dia tidak mengatakan apa-apa?"
"Astaga,
Jupe! Zaman memang sudah berubah, tetapi kau jangan berharap bahwa seorang
gadis mau bersikap seperti itu."
Jupiter
segera mengalihkan pembicaraan. "Kalau Bob sudah datang..."
Untuk
ketiga kalinya sebuah mobil masuk ke pekarangan. Pengemudinya adalah Lisa,
gadis yang berambut merah, ia sama sekali tidak tersenyum. "Bob minta
tolong untuk menyampaikan pesan pada kalian. Sax sudah kembali dari Los
Angeles, sehingga Bob harus masuk kerja. Dan nanti sore kami mau pergi, jadi
dia sibuk sepanjang hari."
Tanpa
menunggu jawaban Lisa langsung memutar kendaraannya, lalu pergi lagi. Pete
hanya bisa geleng-geleng.
"Sepertinya
dia tidak menyukai kita. Dia pasti berpikir bahwa Bob terlalu banyak
menghabiskan waktu dengan kita. Wah, ini bisa repot"
"Semuanya
gara-gara Bob," ujar Jupiter. "Kalau begitu kita terpaksa mengawasi
Torres tanpa dia."
Sebelum
pergi, mereka menanyakan keadaan Ty pada Bibi Mathilda. Tetapi Bibi Mathilda pun
belum mendapat kabar dari pengacaranya.
Kemudian
kedua sahabat itu berangkat naik mobil Pete-sebuah Pontiac Fiero. Mereka menuju
ke daerah barrio, dan berhenti agak jauh dari bodega milik Torres.
"Penampilan
kita terlalu mencolok," kata Jupiter, ketika mereka mendekati toko bahan
makanan itu sambil berjalan kaki. "Kita harus mencari tempat untuk
bersembunyi."
Jupiter
bukan cemas karena ia orang Anglo. Barrio di Rocky Beach tidak sama dengan
barrio raksasa di Los Angeles, New York, atau kota-kota besar lainnya, di mana
semua penduduknya keturunan Spanyol. Penduduk daerah barrio di Rocky Beach
lebih bercampur-baur, meskipun sebagian besar memang orang Latino.
Yang
membuat Jupiter agak cemas adalah: mereka orang asing di sini. Jika mereka
terus berdiri di tempat terbuka, maka cepat atau lambat orang-orang akan
curiga.
Pete
menunjuk sebuah bangunan tua.
"Kita
bersembunyi di balik tembok itu saja! Dari sana kita tetap bisa mengawasi
bodega."
"Oke,"
ujar Jupe. "Kelihatannya rumah itu tak berpenghuni. Cocok sekali untuk
kita."
Mereka
segera menuju ke sana, lalu menunggu.
Waktu
berjalan dengan lambat. Ini memang bagian terberat dan paling membosankan dari
tugas seorang detektif-menunggu sampai terjadi sesuatu.
Menjelang
jam 12.00 Jupiter tiba-tiba tersentak. "Pete!"
Tiga
anggota El Tiburon & the Piranhas baru saja turun dari salah satu low-rider
mereka, kemudian langsung masuk ke bodega.
"Ah,
barangkali saja mereka hanya mau berbelanja," kata Pete.
Setengah
jam berlalu. Kemudian ketiga pemuda Latino tadi keluar lagi. Tetapi mereka
tidak membawa barang belanjaan.
"Aku
semakin yakin bahwa Torres bersekongkol dengan mereka," Pete berkomentar.
"Mungkin
saja mereka sekadar ngobrol-ngo-brol saja," ujar Jupiter.
Pete
dan Jupiter kembali menunggu selama dua jam.
Kemudian
sebuah Cadillac berwarna Jingga muncul dan berhenti di depan bodega.
Pengemudinya bergegas masuk. Beberapa detik kemudian Joe Torres keluar, dan
segera naik ke mobil itu.
"Ayo,
Pete!" Jupiter berseru.
Mereka
berlari ke mobil Pete, lalu melompat masuk. Pete menyalakan mesin tepat ketika
Cadillac itu melewati mereka, ia segera menjalankan mobilnya.
Cadillac
itu berada beberapa puluh meter di depan mereka. Torres rupanya tidak
terburu-buru. Pete terpaksa menjaga jarak, sebab Torres kemarin sempat melihat
mobilnya.
Setelah
meninggalkan daerah barrio, Torres membelok ke kiri dan menyusuri jalan berdebu
di pinggir jalan bebas hambatan. Mobil mewah itu melewati tempat penumpukan
bahan bangunan, gudang-gudang tua, bengkel mobil, dan bangunan niaga lainnya.
Pete tetap mengikutinya, tetapi dalam jarak yang lebih jauh.
Kemudian
Cadillac itu membelok ke kanan. Pete mencapai tikungan itu tepat pada waktu
Torres berhenti di depan sebuah gedung berlantai tiga, yang terbuat dari batu
bata berwarna merah. Bangunan itu berada di tepi jalan layang.
"Lebih
baik kita berhenti dan jalan kaki saja," kata Jupiter.
Pete
segera memarkir mobilnya di tepi jalan. Mereka mendengar Torres menekan klakson
-sekali panjang, dua kali pendek, sekali panjang, dan sekali pendek. Pintu
gerbang bangunan tadi membuka, dan Torres bersama Cadillac-nya segera
menghilang ke dalam.
Dengan
hati-hati Jupiter dan Pete mendekat. Gedung yang dimasuki Torres merupakan
bangunan pojok. Pada lantai dasarnya tidak ada jendela. Kaca jendela pada
lantai dua dan tiga dilapisi cat berwarna putih. Di samping pintu gerbang ada
pintu yang lebih kecil.
Di
atas pintu gerbang terdapat tulisan: TEMPAT PENITIPAN MOBIL, BENGKEL CAT, FULL
SERVICE.
Tulisan
di bawahnya berbunyi: PARKIR MINGGUAN, BULANAN, ATAU TAHUNAN.
Pete
dan Jupiter segera membelok. Bangunan di belakang bangunan bengkel merupakan
gedung perkantoran berlantai tiga. Tidak ada pintu lain menuju ke bengkel.
Jendela-jendela di sisi samping pun dilapisi cat.
"Hmm,"
ujar Pete. "Paling tidak Torres tidak bisa melihat kita dari dalam."
"Tapi
kita juga tidak bisa melihat dia. Mau tidak mau kita harus masuk untuk
mempelajari keadaan di dalam," Jupiter menanggapinya. Pete nampak
ragu-ragu. "Nanti dulu, Jupe. Kita tidak tahu apa yang ada di dalam sana.
Bisa-bisa kita malah masuk perangkap."
"Kau
punya usul yang lebih baik?"
"Tidak,"
jawab Pete sambil menggeleng. "Tapi aku tetap kurang setuju dengan
rencanamu."
"Kita
memang harus hati-hati," kata Jupiter ketika mereka kembali ke pintu
depan. "Kau masuk duluan untuk mempelajari medan. Setelah itu kita atur
langkah selanjutnya."
"Wah,
bagus benar!" Pete memprotes.
"Kita
kan tidak bisa melewati pintu kecil itu secara bersamaan," Jupiter membela
diri. "Kecuali itu, Torres belum pernah melihatmu. Sebaliknya dia pasti
langsung mengenali aku."
Pete
mendesah. "Kenapa sih, logikamu selalu mengharuskan aku untuk bergerak
duluan?"
"Wah,"
Jupiter berlagak tak bersalah, "aku juga tidak tahu. Tapi begini saja: kau
yang buka pintu. Aku akan berada tepat di belakangmu. Kita intip dulu sebelum
masuk. Bagaimana?"
"Itu
lebih baik," kata Pete.
Ia
menarik napas dalam-dalam, membuka pintu, lalu maju selangkah. Sambil
merapatkan diri pada tembok, ia melihat ke sekeliling. Jupiter segera
menyusulnya.
Ruangan
di depan mereka nampak gelap-gulita. Tak ada suara sama sekali.
8. Lenyap Tanpa
Bekas
Perlahan-lahan
mata Jupiter dan Pete mulai terbiasa dengan kegelapan di dalam tempat penitipan
mobil.
Mereka
berada di dalam sebuah ruangan besar. Satu-satunya sumber cahaya adalah
sky-light di langit-langit. Puluhan mobil nampak berderet-deret di antara
pilar-pilar. Di sebelah kanan, sebuah ramp menuju ke lantai dua. Sebuah lift
hidrolik khusus mobil menempel pada dinding belakang ruangan itu. Kedua sisinya
dibatasi oleh rangka kayu yang diberi kawat ayam. Pintunya berupa rangka kayu
yang bisa digeser ke atas.
Di
ujung kanan ruangan itu, bersebelahan dengan ramp, terdapat beberapa pintu. Di
seberangnya terlihat pintu kaca yang menuju ke ruang kantor. Ruang itu nampak
gelap-gulita. Tak seorang pun kelihatan-termasuk Torres.
"Jangan-jangan
ini semua mobil curian," bisik Pete, sambil memperhatikan deretan
kendaraan di ruangan itu.
Jupiter
menggeleng. "Aku rasa ini tempat penitipan mobil biasa. Lihat saja, semua
pilar dan tembok diberi nomor secara berurutan."
"Tapi
mana tukang jaganya? Dan kenapa tidak ada peralatan bengkel sama sekali?
Tulisan di depan tadi mengatakan bahwa di sini ada bengkel."
"Hmm,
itu pertanyaan yang bagus."
Jupiter
dan Pete terdiam sambil memasang telinga. Setelah beberapa saat, mereka
mendengar suara sayup-sayup dari lantai atas.
"Suara
apa itu?" tanya Pete was-was.
"Pasti
ada orang di atas," bisik Jupiter. "Bangunan ini sudah tua.
Tembok-tembok dan lantai-lantainya cukup tebal untuk meneruskan bunyi."
"Maksudmu,
kita harus naik ke sana?" tanya Pete sambil membelalakkan mata. "Wah,
mudah-mudahan saja ada jalan lain kecuali ramp dan lift itu."
"Mestinya
sih ada tangga. Coba kita cari. Kita mulai saja dari pintu di sebelah
ramp."
Mereka
segera menuju ke sana. Pete membuka pintu. Di baliknya ternyata ada tangga yang
penuh debu. Di dalam ruang tangga, bunyi tadi terdengar lebih jelas. Tetapi
Pete dan Jupiter belum dapat menentukan dari mana bunyi itu berasal. Mereka
juga tidak mendengar suara langkah maupun suara orang.
Dengan
hati-hati mereka naik sampai ke lantai dua. Jupe membuka pintu dan mengintip. Ruangan
yang nampak lebih terang ini berisi mobil-mobil yang perlu diperbaiki. Sebagian
besar seperti sudah terlupakan. Tiga buah mobil dihubungkan dengan peralatan
elektronik untuk menganalisis kompresi silinder, sistem injeksi bahan bakar,
serta sistem pengapian. Lampu-lampu indikator pada peralatan itu nampak
berke-dap-kedip. Tetapi di sini pun tidak ada siapa-siapa.
"Sepertinya
para tukang bengkel terburu-buru pergi dari sini," kata Pete. "Lihat
saja, mereka meninggalkan peralatan itu dalam keadaan masih hidup."
"Yang
pasti, mereka tidak ke bawah," ujar Jupe. "Kita tidak berpapasan
dengan siapa pun waktu kita masuk."
"Kalau
begitu, ke mana mereka?" tanya Pete. "Dan ke mana Joe Torres, serta
Cadillac berwarna Jingga itu?"
"Torres
dan mobil itu pasti berada di lantai tiga."
Perlahan-lahan
Jupiter menutup pintu. Kemudian mereka kembali menaiki tangga. Ruangan paling
atas ternyata juga yang paling terang. Sejumlah mobil nampak di antara pilar-pilar.
Jumlahnya lebih besar ketimbang kendaraan-kendaraan di lantai dua, tetapi masih
kalah banyak dibandingkan mobil-mobil di lantai dasar. Semua mobil yang ada di
sini sudah diketok dan kini tinggal dicat.
Namun
di lantai ini pun tidak ada orang sama sekali! Berbagai peralatan bengkel
berserakan di lantai. Ruang-ruang pengecatan berisi mobil, dan kompresor-kompresor
udara pun sedang bekerja. Tetapi Torres dan Cadillac berwarna Jingga itu tetap
tidak kelihatan.
"Aneh!"
kata Jupe.
"Menurut
ayahku," ujar Pete, "tukang-tukang bengkel memang pasti berhenti
kerja kalau tidak diawasi terus-menerus."
"Ayahmu
mungkin benar," Jupiter menanggapinya, "tapi aku yakin, para pegawai
bengkel ini pasti masih bekerja sampai beberapa saat yang lalu. Kemudian Torres
datang, dan semuanya menghilang. Sebaiknya kita mencari tahu ke mana."
"Maksudmu,
kita menyelidiki bangunan ini?"
"Tenang
saja, kau sudah lihat sendiri bahwa tidak ada siapa-siapa, bukan?"
"Tapi
bagaimana kalau mereka tiba-tiba kembali?"
"Sebagai
detektif kita harus berani ambil risiko," Jupiter berkeras. "Torres
dan Cadillac itu tidak mungkin lenyap begitu saja."
Dengan
berat hati Pete pun mengikuti sahabatnya. Mereka berjalan menyusuri deretan
kendaraan, sehingga langsung bisa bersembunyi seandainya para pekerja bengkel
muncul secara mendadak. Namun ternyata tidak ada yang datang. Tanpa terganggu
Pete dan Jupiter mengelilingi ruangan besar itu. Mereka tidak menemukan pintu
ataupun tangga lain.
"Dari
tadi tidak ada mobil yang jalan," kata Pete. "Berarti Cadillac itu
harus ada di sini. Mungkin kita tidak melihatnya waktu naik ke sini."
Jupiter
nampak ragu-ragu. "Rasanya tidak masuk akal. Tapi baiklah, kalau begitu
kita ke bawah saja dan mulai mencari lagi."
Dengan
hati-hati mereka turun ke lantai dua. Cadillac itu tetap lenyap. Namun kali ini
mereka melihat seorang tukang bengkel yang sedang bekerja.
"Dari
mana dia datang?" Pete berbisik.
"Entahlah,"
jawab Jupiter. "Tapi jangan lupa, kita tadi tidak sempat memeriksa ruangan
di lantai ini.
"Mana
mungkin kita selidiki ruangan ini, Jupe?!" Pete memprotes. "Apa kau
tidak lihat bahwa ada orang yang lagi kerja?"
"Pokoknya,
kita harus memastikan apakah Cadillac itu ada di sini atau tidak."
Pete
hanya mendesah tertahan. Tanpa bersuara Pete dan Jupiter membuka pintu, lalu
menyelinap keluar dari ruang tangga. Mereka berjalan pelan-pelan, sambil
berlindung di balik mobil-mobil. Setiap saat tukang bengkel tadi bisa menoleh
dan melihat mereka. Untung saja orang itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Dia sama sekali tidak menyadari kehadiran kedua detektif muda.
"Cadillac
itu pasti ada di lantai dasar," bisik Pete setelah yakin bahwa kendaraan
yang mereka cari tidak ada di situ.
"Kecuali..."
Jupiter terdiam, ia nampak merenung dan agak tegang. "Ayo, kita periksa
lantai dasar sekali lagi."
Mereka
kembali menuruni tangga. Tetapi kare-terlalu terburu-buru, Jupiter terpeleset
dan jatuh.
Ia
kaget setengah mati. Apalagi Pete! Mereka diam seperti patung dan menahan
napas. Satu, dua, tiga menit berlalu. Perlahan-lahan Jupiter berdiri lagi.
Suasana di lantai dasar tetap hening,
"Uuuh,
hampir saja," bisik Pete.
Jupiter
mengangguk. Wajahnya nampak agak pucat. Namun kemudian ia segera membuka pintu
ruang tangga. Lampu di ruang kantor ternyata belum menyala juga. Dan Cadillac
berwarna Jingga itu masih belum kelihatan. Pete dan Jupiter memeriksa setiap
sudut ruang-an-namun sia-sia saja.
"Apa
hendak dikata, Jupe," kata Pete, "kelihat-annya mobil itu memang
tidak ada di sini."
"Tidak
mungkin!" Jupiter membalas dengan tegas. "Aku rasa aku sudah
menemukan..."
Tiba-tiba
keheningan dipecahkan oleh suara mendesis. Sambil terheran-heran Pete dan
Jupiter mulai mencari sumber suara itu. Sesaat kemudian mereka telah
menemukannya. Lift mobil sedang turun dari lantai tiga. Kini lantainya sudah
kelihatan.
"Hei!
Mau apa kalian di sini?"
Kepala
seorang pria berambut gelap muncul dari jendela sedan Buick berwarna hitam,
yang berada pada landasan lift. Pria itu menunjuk kearah Jupiter, yang berdiri
persis di bawah sebuah lampu. Kepala Joe Torres muncul dari jendela seberang.
"Max,
anak itu yang mendatangiku di bodega!" ia berseru. "Hei, kau!
Berhenti!!!"
Jupiter
segera melompat mundur, lalu bersembunyi di balik sebuah mobil bersama Pete.
Kini lift telah sampai di lantai dasar. Pengemudi sedan Buick itu segera tancap
gas. Ia menuju ke pintu gerbang, untuk mencegah Pete dan Jupiter melarikan
diri. Torres langsung turun. Ia disusul oleh si pengemudi, yang berpotongan
pendek tapi kekar.
"Dugaanmu
ternyata benar," bisik Pete. "Torres memang ada di sini."
"Nanti
saja kita bicarakan dia," ujar Jupiter. "Sekarang kita harus
secepatnya keluar dari sini."
"Kelihatannya
mereka tidak terlalu tangguh," kata Pete sambil mengamati kedua lawan
mereka. "Kau sudah pernah mengalahkan Torres dengan judo-mu. Aku bisa
mengatasi si pendek dengan karate-ku."
Torres
dan rekannya berdiri di dekat pintu gerbang sambil memandang ke sekeliling.
"Hei,
menyerah sajalah!" si Pendek berseru. "Kau takkan bisa lolos dari
sini."
"Jangan
remehkan dia, Max," ujar Torres. "Bocah itu bisa judo."
Max
menarik pistol yang terselip di ikat pinggangnya. "Dia takkan berdaya
melawan ini!"
Melalui
celah di antara deretan mobil, Pete dan Jupiter melihat senjata api di tangan
si Pendek.
"Wah,
sekarang mereka kelihatan lebih berbahaya," ujar Pete sambil menelan
ludah.
"Tapi
mereka tidak tahu bahwa kau ada di sini," Jupiter berbisik. "Ini
keuntungan yang harus kita manfaatkan. Aku akan mencoba memancing agar mereka
melewati tempat persembunyianmu. Pertama-tama kau sikat laki-laki yang bawa
pistol. Kemudian kita berdua membereskan Torres."
Dengan
tenang Jupiter berdiri dan menampakkan diri. Sedetik kemudian Torres dan si
Pendek telah melihatnya.
"Itu
dia!" Torres berseru. "Hei, berhenti!"
Cepat-cepat
Jupiter menjauhi pintu. Ia menyusuri deretan mobil seakan-akan hendak kabur
lewat ramp. Kedua lawannya masuk perangkap.
"Joe,
potong jalannya!" si Pendek berteriak. "Aku akan lewat sisi
ini," ia menambahkan, lalu mengejar Jupiter.
Di
sebelah kanan, Torres mulai berlari untuk mencegat Jupiter. Tanpa menyadarinya,
mereka semakin mendekati tempat persembunyian Pete. Jupiter berlagak ketakutan.
"Nah,
Gendut! Mau ke mana kau sekarang?" ujar Max ketika berhasil memojokkan
Jupiter. Pistolnya diarahkan ke dada anak itu.
Pada
detik yang sama Pete beraksi. Ia melancarkan tendangan yokogeri-kekomi ke arah
pistol di tangan si Pendek, yang langsung terpental. Tendangan itu segera
disusul oleh pukulan shuto-uchi, yang mengenai bagian samping leher Max. Lawan
Pete itu roboh tanpa sempat berteriak.
Torres
mengambil ancang-ancang untuk menyerang Pete. Kemudian ia melihat Jupiter
mendekat dari belakang, dan segera berbalik.
Kesempatan
ini tidak disia-siakan oleh Pete. Tanpa ragu-ragu ia melayangkan tendangan
mawashi-geri. Torres pun terhempas ke lantai dan tidak bangun lagi.
"Ayo,
Jupe! Kabur," teriak Pete.
Keduanya
segera berlari ke arah pintu.
9. Ty Bebas!
Beberapa
saat kemudian mereka telah berada di dalam mobil Pete. Jupiter masih sempat
menoleh ke belakang, sebelum sahabatnya tancap gas. Torres dan rekannya berdiri
di depan pintu bengkel. Mereka melotot ke arah Pontiac Fiero yang menjauh
dengan cepat. Kemudian keduanya kembali ke dalam.
"Pelatih
karatemu pasti kecewa," Jupiter berkomentar. "Ternyata dalam sekejap
saja mereka sudah berdiri lagi. Mereka pasti akan mengejar kita naik Buick
hitam tadi."
"Hei,
baru seminggu yang lalu aku dapat ban hitam," Pete membela diri, ketika
mobilnya meluncur ke arah jalan bebas hambatan. "Kalau tidak salah, kau
hendak mengatakan sesuatu sebelum Torres dan rekannya memergoki kita,
bukan?"
"Memang!"
jawab Jupiter. "Kau lihat bahwa Torres akan diantar oleh rekannya
itu?" "Tentu saja aku melihatnya. Kenapa?"
Pete
memasuki jalan bebas hambatan, kemudian menarik napas panjang. Torres dan
rekannya takkan bisa menyusul.
"Aku
yakin, Cadillac Jingga itu sebenarnya mobil curian," Jupiter menjelaskan.
"Mobil itu dititipkan ke tempat Torres. Kemudian dia membawanya ke bengkel
tadi. Berarti harus ada yang mengantarkannya pulang ke bodega. Itulah yang akan
dilakukan oleh laki-laki bernama Max tadi!"
"Kalau
begitu, di mana Cadillac-nya?"
"Jawaban
untuk pertanyaanmu ada di dalam bengkel itu," kata Jupiter.
"Ah,
tidak masuk akal! Kita sudah memeriksa bangunan itu dari bawah sampai atas. Dan
kita tidak menemukan apa-apa. Tidak ada pintu besar yang bisa dilewati
mobil."
"Torres
juga ada di sana. Tapi kita tidak melihatnya, bukan?"
"Torres
bisa saja bersembunyi di salah satu ruang kantor. Tapi sebuah Cadillac tidak
mungkin lenyap begitu saja."
"Hmm,
mungkin saja kau benar. Tapi aku tetap yakin bahwa mobil itu dicuri, dan bahwa
mereka menyembunyikannya di bengkel itu," Jupiter berkeras.
"Masalahnya, di mana?"
Kedua
sahabat itu masih memikirkan teka-teki yang mereka hadapi, ketika Pete
meninggalkan jalan bebas hambatan di dekat Jones Salvage Yard.
Begitu
mereka memasuki pekarangan, Bibi Mathilda keluar dari ruang kantornya.
"Hakim akhirnya menentukan jumlah uang jaminan untuk membebaskan Ty.
Kalian bisa mengantarkan aku ke gedung pengadilan?"
Jupiter
segera pindah ke belakang, supaya Bibi Mathilda bisa duduk di depan bersama
Pete.
Kali
ini Pete tidak perlu terburu-buru. Ketika mereka sampai di gedung pengadilan,
jam di mobilnya menunjukkan pukul empat lewat beberapa menit Setelah masuk,
Bibi Mathilda memperkenalkan Jupiter dan Pete pada seorang pria berwajah serius
yang telah menunggu mereka.
"Ini
pengacaraku, Steve Gilbar. Steve, ini Jupiter, keponakanku. Dan ini sahabatnya,
Pete Cren-shaw. Mereka sedang berusaha untuk membuktikan bahwa Ty tidak
bersalah."
Steve
Gilbar segera bersalaman dengan Jupe dan Pete.
"Terus
terang saja," katanya. "Kasus ini memang agak berat. Pihak polisi
yakin sekali bahwa Ty merupakan anggota komplotan pencuri mobil yang beroperasi
antara Santa Monica sampai Ventura.
Mereka
berhasil mempengaruhi hakim untuk menetapkan jumlah uang jaminan yang luar
biasa besar." ia berpaling pada Bibi Mathilda. "Anda membawa
uangnya?"
Bibi
Mathilda mengangguk. "Berapa yang harus saya bayar, Steve?"
"Tujuh
puluh lima ribu dollar! Menurut saya, ini benar-benar keterlaluan. Tapi pihak
kejaksaan berkeras bahwa Ty memegang peranan penting dalam kasus ini. Mereka
berpendapat bahwa mereka berhadapan dengan sebuah komplotan chop-shop. Menurut
pihak kejaksaan, Ty bisa membantu mereka untuk menggulung seluruh komplotan
itu."
"Komplotan
chop-shop!" Jupiter berseru.
"Apa
sih artinya chop-shop?" tanya Bibi Mathilda bingung.
"Para
pencuri itu tidak menjual mobil dalam keadaan utuh, melainkan membongkar
bagian-bagiannya untuk dijual sebagai onderdil lepas," Jupiter
menjelaskan.
"Bagian-bagian
mobil itu dibersihkan, kemudian dibungkus lagi agar kelihatan seperti
baru," Pete menambahkan. "Kemudian bagian-bagian tersebut dijual pada
para pedagang suku cadang."
"Masa
pedagang-pedagang itu tidak tahu bahwa mereka membeli barang curian?" Bibi
Mathilda kembali bertanya.
"Sebagian
besar dari mereka sadar sepenuhnya," jawab Steve Gilbar. "Tetapi
kalau harganya cocok, mereka tidak peduli tentang asal-usul barang-barang
itu."
"Khusus
untuk suku cadang dengan nomor seri-seperti blok mesin, misalnya-para penjahat
menggunakan cara lain," kata Pete. "Barang-barang itu dinaikkan ke
kapal, lalu dijual di luar negeri."
"Hasil
yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan jika mereka menjual mobil dalam
keadaan utuh,"
Jupiter
melengkapi keterangan Pete. Bibi Mathilda menggelengkan kepala terheran-heran.
"Tindak
kejahatan semacam ini pasti sukar diberantas," katanya. "Kalau sebuah
mobil sudah dibongkar, maka polisi tidak bisa berbuat apa-apa lagi,
bukan?"
"Tepat
sekali," Steve Gilbar berkomentar. "Justru karena itulah pihak polisi
sebenarnya enggan melepaskan Ty. Cara terbaik untuk menghentikan
pencurian-pencurian itu adalah dengan menggulung seluruh komplotan pada saat
tengah beraksi." ia melirik ke jam dinding. "Sudah waktunya,
Mathilda. Anda membawa surat-surat yang diperlukan?"
Bibi
Mathilda mengangguk.
"Anda
paham bahwa uang itu akan hilang jika Ty melarikan diri?"
"Ya,
saya paham, Steve."
"Baiklah,
kalau begitu. Jupiter, Pete-kalian tunggu di sini saja."
"Astaga!"
Jupiter berkata pada Pete, setelah ditinggal oleh Bibi Mathilda dan pengacaranya.
"Ternyata kita berhadapan dengan komplotan chop-shop. Dan mereka beraksi
di sepanjang daerah pantai. El Tiburon dan bandnya hanya kedok saja."
"Tapi
kita belum punya bukti, Jupe," jawab Pete. "Sejauh ini kita baru
menemukan bahwa Torres berbohong mengenai Tiburon, dan bahwa dia pergi ke
bengkel itu. Selebihnya masih teka-teki."
"Jangan
lupa: kita juga sudah tahu bahwa seseorang menyerahkan mobil curian pada Ty. Selain
itu masih ada Cadillac berwarna Jingga yang lenyap secara misterius."
"Terus
terang saja, Jupe," kata Pete, "soal itu aku masih ragu-ragu."
"Dan,"
Jupiter menambahkan, "sekarang kita bisa minta bantuan Ty."
Tidak
lama kemudian Bibi Mathilda, Steve Gilbar, dan Ty, muncul di ujung selasar. Ty
nampak pucat dan letih. Tetapi ia tersenyum lebar, dan mengayunkan langkah
dengan gayanya yang santai.
"Bagaimana
keadaanmu, Ty?" tanya Pete.
"Baik-baik
saja," yang ditanya menjawab dengan tenang.
"Corvair-mu
sudah jalan lagi?"
"Aku
belum sempat membereskannya."
"Kami
terlalu sibuk menyelidiki komplotan pencuri mobil itu," Jupiter
menerangkan.
"Komplotan
pencuri mobil?" tanya Ty sambil mengerutkan kening.
Steve
Gilbar mengangguk. "Pihak polisi berpendapat bahwa ada komplotan pencuri
mobil yang sedang beraksi di sepanjang daerah pantai."
"Pantas
saja mereka keberatan untuk melepaskan aku dengan uang jaminan," Ty
berkomentar. "Urusan seperti ini memang bukan soal kecil. Bagaimana hasil
penyelidikan kalian sampai sekarang?"
"Nanti
saja kalian bicara mengenai ini," ujar Steve Gilbar. "Ty, minggu
depan kau akan dihadapkan ke pengadilan. Pada saat itu kita akan mengetahui apakah
jaksa mengajukan tuntutan atau tidak. Sementara itu jangan tinggalkan Rocky
Beach, mengerti?"
Baik
Ty maupun Bibi Mathilda mengangguk.
"Sampai
ketemu tiga hari mendatang."
Setelah
Steve Gilbar pergi, yang lainnya menuju mobil Pete. Bibi Mathilda duduk di
depan. Jupiter dan Ty terpaksa berdesak-desakan di belakang.
"Kalau
saja Pete mau meluangkan waktu untuk membantu mencari," kata Jupiter,
"maka aku sudah bisa mengendarai mobil sendiri sekarang."
Ty
tersenyum. "Tenang saja, Jupe! Aku akan membantumu. Tapi sebelumnya aku
ingin tahu apa saja yang sudah kalian temukan. Apa yang bisa kita lakukan untuk
membuktikan bahwa aku bukan pencuri mobil?"
Secara
bergantian Pete dan Jupiter menceritakan semua fakta dan dugaan mereka. Ty
mendengarkan keterangan mereka dengan cermat. Namun matanya terus melekat pada
kaca spion di atas kepala Pete.
"Jadi,
Pete dan aku menduga, band yang dipimpin Tiburon hanya samaran bagi komplotan
pencuri mobil itu," Jupiter menyelesaikan keterangannya, ia mengeluarkan
sebuah foto dari kantong.
"Ini
foto El Tiburon yang kuambil dari papan pengumuman di depan The Shack. Coba
perhatikan baik-baik, Ty! Inikah orang yang minta tolong padamu untuk membawa
Mercedes itu ke Rocky Beach?"
Ty
segera mengamati foto itu. "Mungkin, Jupe. Tapi aku tidak bisa
memastikannya. Malam itu aku sudah minum beberapa gelas bir. Ruangan di pub itu
agak gelap dan penuh asap rokok. Aku tidak begitu memperhatikan wajah orang
itu. Tapi kira-kira memang seperti ini tampangnya."
"Dia
tidak ikut bermain di atas panggung?"
"Tidak."
"Pub
mana yang kaukunjungi?" tanya Jupiter.
"The Blue.. ehm.... Yeah! The Blue
Lights!"
"Bukan
The Deuces?" Jupiter kembali bertanya.
"Tiburon
pasti takkan berani berbuat macam-macam di tempat dia manggung," kata
Pete.
"Aku
pasti mengenali Tiburon kalau aku bisa melihatnya dari dekat, dan berbicara
dengan dia," ujar Ty, sambil memelototi foto di tangannya.
"Itu
bisa diatur," kata Jupiter. "Nanti malam kita berkumpul di markas
besar untuk membicarakan rencana selanjutnya."
Ty
masih melihat ke kaca spion di atas kepala Pete. "Hei, ada yang mengikuti
kita sejak dari gedung pengadilan. Barangkali polisi yang takut kalau-kaiau aku
melarikan diri. Tetapi mungkin juga anggota komplotan pencuri mobil itu."
Di
belakang mereka ada tiga mobil. Sebuah Nissan berwarna merah, sebuah Porsche,
dan di antaranya sebuah sedan hitam buatan Amerika.
"Apa
merknya?" tanya Jupiter. "Sebuah Buick?"
"Barangkali,"
kata Ty. "Kelihatannya seperti mobil buatan GM*"
*General
Motor = pabrik mobil di Detroit
Pete
dan Jupiter bercerita mengenai Buick hitam yang dipakai oleh Max untuk
mengantarkan Torres pulang ke bodeganya. Ty kembali melirik ke kaca spion.
"Mungkin
saja, tapi mungkin juga polisi."
"Apa
yang akan kita lakukan?" tanya Pete.
"Kita
balik saja keadaannya," jawab Ty sambil nyengir. "Kitalah yang akan
mengawasi gerak-gerik mereka."
Beberapa
saat kemudian mereka sampai di rumah. Ty dan Bibi Mathilda segera masuk. Pete
dan Jupiter menyeberang jalan. Pete cepat-cepat bersembunyi di balik pintu
gerbang. Mobil tadi ternyata bukan buatan Buick.
"Sebuah
Oldsmobile," kata Pete. "Pengemudinya belok di tikungan
berikut."
"Coba
kita intai mereka," Jupiter mengusulkan.
Kedua
sahabat itu menyeberang pekarangan, lalu memanjat tumpukan peti bekas agar
dapat mengintip lewat pagar. Mobil hitam tadi berada tepat di depan hidung
mereka.
Begitu
melihat Jupiter dan Pete, pengemudinya langsung tancap gas.
"Mereka
pasti kaget karena kita tiba-tiba muncul," ujar Pete.
"Aku
rasa begitu," balas Jupe.
Mereka
kembali ke markas besar, lalu menelepon Ty untuk melaporkan kejadian itu.
"Oke,"
ujar Ty. "Kelihatannya mereka memang polisi. Sebaiknya kita tunggu sampai
besok pagi sebelum melangkah lagi."
10. Menyusun
Rencana
TY
berdiri di jendela markas besar. Pandangannya menyorot tajam, seakan-akan dapat
menembus pagar kayu yang mengelilingi Jones Salvage Yard. ia cemas mengenai
mobil hitam yang sejak kemarin selalu mengawasi gerak-geriknya.
"Mereka
itu ada di luar sana," kata Ty. "Aku bisa merasakannya."
"Siapa?"
tanya Pete. "Polisi atau para penjahat itu?"
"Itu
tidak bisa kita pastikan," ujar Jupiter dari balik meja kerjanya.
"Jupe
benar," kata Ty. "Masalahnya, siapa yang mereka buntuti? Kalau
kalian-maka mobil itu berisi orang-orang yang kalian curigai. Kalau aku-berarti
mereka adalah polisi."
Jupiter
mengangguk. "Torres dan Tiburon memang tidak tahu kapan kau akan
dilepaskan dari tahanan. Dan kecuali itu, mereka pasti tidak berani
dekat-dekat, karena takut kau akan mengenali Tiburon."
"Bagaimana
kalau kita berpencar?" Pete mengusulkan. "Nanti kita bisa lihat mobil
mana yang mereka ikuti."
Jupiter-
kembali mengangguk. "Kebetulan ada beberapa hal yang perlu kuselidiki. Dan
sebaiknya ada yang pergi ke bengkel itu, untuk melihat apakah Tiburon atau anak
buahnya muncul di sana. Bob kemungkinan besar harus bekerja lagi hari ini.
Jadi, kau yang awasi bengkel, Pete. Ty dan aku akan pergi naik pick-up Paman
Titus."
"Sekaligus
kita cari mobil untukmu," kata Ty.
Kali
ini Jupiter mengangguk penuh semangat. "Kalau mereka mengikutimu, Pete,
jangan pergi ke bengkel itu sampai kau berhasil menghilangkan jejak."
Kemudian
Jupiter dan Ty menemui Paman Titus untuk meminjam salah satu mobil
perusahaannya. Mereka naik ke pick-up di depan ruang kantor, sementara Pete
masuk ke Fiero-nya. Jupe bersembunyi, sehingga hanya Ty yang terlihat dari
luar.
Ty
dan Pete keluar lewat pintu gerbang, lalu menuju arah yang berlawanan. Jika
mobil hitam itu sedang mengawasi Jones Salvage Yard, maka pengemudinya harus
memilih siapa yang akan ia ikuti.
Ty
membelok pada tikungan pertama, ia menambah kecepatan, membelok pada tikungan
berikut, memutar kendaraannya, kemudian kembali ke arah dari mana ia datang.
Oldsmobile
hitam kemarin ternyata sedang menuju ke arah mereka. Pengemudinya segera
96
berhenti
di tepi jalan, namun Ty tidak bisa di kelabui.
"Ternyata
akulah yang mereka incar," katanya. "Berarti itu mobil polisi.
Rupanya mereka bersembunyi di sekitar pekarangan Paman Titus. Hei, Jupe!
Semangat sedikit, dong! Sebentar lagi kau sudah punya mobil sendiri. Biar saja
para petugas itu kebingungan memikirkan kenapa seorang pencuri mobil membeli
mobil bekas."
Ty
mendatangi show-room-ruang pamer -demi show-room. ia memeriksa semua mobil yang
harganya terjangkau oleh Jupiter. Kemudian, di sebuah show-room kecil di dekat
pelabuhan, Ty menemukan sebuah Honda Civic berumur 10 tahun.
Pemiliknya
sedang butuh uang, dan memasang harga tepat 500 dollar. ia mengatakan bahwa
mobil itu beberapa bulan lalu baru turun mesin. Ty segera memeriksa mesinnya,
kemudian mencoba mobil itu bersama Jupiter. Akhirnya ia menjelaskan pada
Jupiter bahwa harga yang diminta oleh si pemilik memang pantas.
Jupiter
tidak berpikir dua kali. ia langsung setuju. Namun baru besok Honda Civic itu
bisa dibawa, karena surat-suratnya harus disiapkan dulu. Kecuali itu, Ty juga
minta agar beberapa hal dibereskan dulu. Si pemilik berjanji untuk memasang
bukaan jendela, dan mengganti sebuah lampu yang putus. Jupiter sendiri nyaris
tidak bisa berkata apa-apa karena terlalu gembira, ia hanya berdiri sambil
mengelus-elus mobil berwarna biru-putih itu.
97
"Akhirnya
aku punya mobil sendiri," Jupiter bergumam. "Kalau boleh, aku akan
membawanya sekarang juga."
"Boleh
sih boleh saja," balas Ty sambil ketawa. "Tapi lebih baik kau tunggu
sampai besok. Sementara itu kita bisa pakai mobil Paman Titus untuk
penyelidikanmu. Oke, Jupe, ke mana kita sekarang?"
Jupiter
nyengir lebar. "Ke kantor polisi."
Untuk
mencapai tempat penitipan mobil di tepi jalan layang, Pete memilih menyusuri jalan-jalan
yang sepi. Berulang-kali ia melirik ke kaca spion. Namun Oldsmobile hitam itu
tetap tidak kelihatan. Untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan, Pete
berhenti agak jauh dari tempat tujuannya. Kemudian ia berjalan kaki ke arah
bengkel, dan bersembunyi di balik pagar yang mengelilingi pekarangan kosong di
seberang jalan.
Jam
demi jam berlalu. Beberapa mobil datang untuk diservis, dicat, atau sekadar
parkir saja. Para pengemudi berhenti di depan bengkel, lalu menekan klakson
sampai dibukakan pintu. Yang membuka pintu adalah Max.
Pete
mencoba menebak apakah ada mobil curian di antara kendaraan-kendaraan yang
dilihatnya, ia agak curiga, karena beberapa pengemudi kelihatannya bukan orang
baik-baik. Tapi Pete juga menyadari bahwa itu bukan bukti bahwa mereka pencuri
mobil.
98
Namun
ketika melihat sebuah BMW berwarna abu-abu, segala keraguannya mendadak lenyap.
Pengemudi
mobil itu nampak menoleh ke kiri-kanan. Rupanya ia ingin meyakinkan diri bahwa
keadaannya aman. Baru setelah itu ia menekan klakson: sekali panjang, dua kali
pendek, sekali panjang dan sekali pendek. Pintu membuka, dan BMW itu meluncur
masuk.
Pria
yang duduk di belakang kemudi adalah Joe Torres.
Pete
segera keluar dari tempat persembunyian, lalu bergegas mengambil mobil, ia
memindahkan kendaraannya ke dekat bengkel, supaya lebih mudah mengawasi pintu
masuk.
Sepuluh
menit kemudian sebuah Buick hitam berisi dua laki-laki keluar dari bengkel.
Mereka melewati Pete tanpa memperhatikannya. Laki-laki di sebelah sopir adalah
Joe Torres.
Pete
segera memutar Fiero-nya, dan mulai membuntuti Buick itu.
Ty
ketawa ketika mereka memasuki pelataran parkir di depan kantor polisi Rocky
Beach. "Para petugas yang mengikuti kita pasti bingung sekali."
Oldsmobile
hitam itu melewati mereka dengan ragu-ragu, seakan-akan pengemudinya belum
percaya pada apa yang ia lihat.
"Sebetulnya
apa tujuan kita kemari?" tanya Ty ketika ia dan Jupiter memasuki kantor
polisi.
99
"Jika
Tiburon dan anak buahnya memang mencuri mobil kalau mereka manggung di luar
kota, maka seharusnya sudah banyak orang yang melaporkan hal itu."
"Masuk
akal," ujar Ty sambil mengangguk. "Tapi bagaimana kita bisa
memperoleh laporan-laporan itu?"
Jupiter
nyengir. "Lihat saja nanti."
Ia
menanyakan Sersan Cota, lalu diantar ke ruangan komputer di ujung selasar.
Seorang petugas berambut gelap sedang duduk di depan salah satu komputer.
"Halo,
Jupiter! Ayo, masuk."
Sersan
Cota dan Jupiter sama-sama menggemari komputer. Jupiter sering mampir ke kantor
polisi untuk berbincang-bincang mengenai perkembangan terakhir dalam bidang
ini.
Setelah
mengagumi laser-printer di meja polisi itu, Jupiter berkata, "Sersan Cota,
ini Ty, sepupu saya. Dia datang dari New York untuk membantu kami memecahkan
sebuah kasus."
Sersan
Cota menatap Ty sejenak, kemudian tersenyum. "Senang berkenalan dengan
Anda." Kemudian ia kembali berpaling pada Jupiter. "Hmm, apa yang
bisa saya lakukan untukmu, Jupe?"
"Saya
mendapat tugas dari guru saya untuk menyusun laporan mengenai pencurian
mobil," Jupiter mengarang cerita. "Saya memerlukan data mengenai
semua kasus pencurian yang terjadi bulan lalu antara Santa Monica dan
Ventura."
100
"Itu
saja? Tunggu sebentar."
Sersan
polisi itu menekan beberapa tombol di komputer. Sesaat kemudian printernya
mulai bekerja.
"Wah,
banyak juga, ya?" ujar Ty, setelah mereka menunggu selama lima menit.
Sersan
Cota mengangguk. "Kami yakin, pasti ada komplotan baru yang beroperasi di
daerah ini. Tapi dalam keadaan biasa pun banyak pencurian mobil," ia
berkata sambil menyerahkan beberapa lembar kertas pada Jupiter.
"Terima
kasih, Sersan Cota."
"Jangan
ragu-ragu untuk datang lagi kalau kau memerlukan informasi tambahan,
Jupe."
Setelah
sampai di luar, Jupiter dan Ty segera menuju ke pick-up. Oldsmobile hitam, yang
sejak pagi membayang-bayangi mereka, kini tidak kelihatan. Namun ketika mereka
berangkat, mobil itu muncul lagi.
"Rupanya
mereka belum sadar bahwa kita sudah tahu bahwa mereka membuntuti kita,"
ujar Ty.
ia
menuju ke Jones Salvage Yard.
Sedan
Buick berwarna hitam itu ternyata tidak membawa Joe Torres ke tokonya, melainkan
ke sebuah bangunan tua di tepi daerah pusat perbelanjaan. Pengemudinya hanya
berhenti sebentar untuk menurunkan Torres, kemudian langsung berangkat lagi.
101
Pete
parkir di pinggir jalan, kemudian menyusul Torres ke bangunan tua itu. Di
dalamnya ternyata tidak ada lift. Ruang tangga hanya diterangi oleh
jendela-jendela kecil. Torres naik sampai ke lantai tiga, kemudian membuka
pintu di ujung selasar.
Tulisan
pada pintu itu berbunyi: JAKE HATCH, PEMANDU BAKAT.
Pete
benar-benar kaget, ia segera turun lagi dan bergegas ke mobilnya. Kemudian ia
menuju rumah Jupiter.
"Jupe!"
Pete berseru sambil turun dari mobil. Jupiter dan Ty berada di dalam markas
besar. Mereka sedang mempelajari data yang diberikan oleh Sersan Cota.
"Jupe!
Torres membawa sebuah BMW ke bengkel itu! Aku membuntutinya dan..."
Jupiter
segera membalik. "Pete, ada kabar gembira! Aku sudah punya mobil sekarang!
Keadaannya masih bagus. Mesinnya baru dibetulkan dan..."
"Selamat
Jupe, tapi dengar dulu..."
"...memang
hanya Honda Civic, tapi lumayanlah. Sekarang kita punya tiga mobil
untuk..."
"Jupe!
Torres pergi ke kantor Jake Hatch!"
"...warnanya
biru-putih, dan..." Jupiter terdiam. "Apa? Torres ke mana?"
"Ke
kantor Jake Hatch!"
"Jake
Hatch? Itu kan si pemandu bakat yang menangani Tiburon dan bandnya?" tanya
Ty.
102
Yang
lainnya mengangguk. "Hmm, sekarang masalahnya mulai jelas," Ty
bergumam.
"Apa
yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Pete. "Mengawasi gerak-gerik
Jake Hatch?"
"Mungkin
nanti," kata Jupiter. "Pertama-tama kita harus membandingkan tempat-tempat
yang tercantum pada print-out ini dengan tempat-tempat di mana El Tiburon and
the Piranhas tampil bulan lalu."
"Bagaimana
caranya?" Pete kembali bertanya.
"Ah,
mudah saja," suara Bob tiba-tiba terdengar di belakang mereka.
Jupiter,
Pete, dan Ty, begitu sibuk berbicara, sehingga tidak mengetahui kedatangan Bob.
"Apanya
yang mudah?" Pete langsung ngotot.
"Kita
datangi kantor Jake Hatch, lalu memeriksa jadwal El Tiburon and the
Piranhas!" jawab Bob sambil nyengir.
"Kalau
kita tertangkap di sana," Jupiter berkomentar, "maka kita tidak akan
bisa membantu Ty."
"Aku
akan menelepon Gracie untuk menanyakan di mana Jake Hatch nanti malam. Dia
selalu menyaksikan penampilan band-bandnya, persis seperti Sax. Kita akan
mengetahui kapan kita bisa pergi ke kantornya dan berapa lama kita boleh berada
di sana. Aku akan mengajak Gracie makan pizza, dan membiarkan pintu dalam
keadaan tidak terkunci. Jadi kau dan Pete takkan mengalami kesulitan."
103
Wajah
Pete menjadi merah. "Sony, tapi aku sudah punya janji untuk malam ini. Aku
akan mengajak Kelly ke bioskop."
"Kalau
begitu aku saja yang menemani Jupe," Ty langsung berkata.
"Tapi
bagaimana dengan para polisi itu?"
"Ada
apa dengan polisi?" tanya Bob.
Jupiter
lalu menjelaskan bahwa Ty sejak kemarin terus-menerus dibayang-bayangi oleh
sebuah Oldsmobile berwarna hitam.
"Kita
harus melepaskan diri dari kejaran mereka," ujar Ty. "Mereka akan
tahu bahwa kita sudah mengetahui kehadiran mereka. Tapi aku kira memang sudah
waktunya."
Kemudian
Bob mengangkat gagang telepon untuk menghubungi Grace Salieri di kantor Jake
Hatch.
Jupiter
dan Ty menunggu di dalam pick-up. Mobil itu berhenti di seberang bangunan tua
di tepi daerah pusat perbelanjaan. Bob berhasil mengajak Grace Salieri untuk
makan pizza. Ty dan Jupiter pun berhasil meloloskan diri dari kejaran para
polisi. Jake Hatch sedang pergi untuk menyaksikan penampilan salah satu bandnya
di Malibu, dan tidak akan kembali sebelum pukul 22.00. Karena itu Jupiter dan
Ty punya cukup waktu untuk beraksi dengan tenang.
"Itu
mereka!" kata Jupiter.
104
Bob
muncul di pintu sambil menggandeng Grace Salieri. Sekretaris Jake Hatch itu
nampak ketawa, seakan-akan merasa geli karena diajak kencan oleh seorang pemuda
seusia Bob. Namun ia menggenggam lengan Bob dengan kedua tangan, dan kelihatan gembira
sekali. Begitu mereka menghilang ke arah pusat kota, Ty dan Jupiter
menyeberangi jalan dan masuk ke bangunan tua itu. Sebagian besar jendela nampak
gelap. Tetapi lampu di ruang tangga dan selasar masih menyala.
Kantor
Jake Hatch di lantai tiga pun gelap-gulita. Sesuai rencana, pintunya tidak
dikunci. Ty dan Jupiter menemukan jadwal untuk semua band tertempel di dinding.
Langsung saja Jupiter mulai menyebutkan tanggal dan tempat penampilan El
Tiburon and the Piranhas. Ty membandingkan keterangan itu dengan data yang
tercantum pada print-out yang diberikan oleh Sersan Cota.
Beberapa
saat kemudian Jupe berhenti. Ty menatapnya sambil mengerutkan kening.
"Hampir setiap kali Tiburon dan bandnya manggung, di daerah sekitar tempat
itu ada mobil yang hilang dicuri. Ini lebih dari mencurigakan, Jupe."
"Masalahnya:
apakah ini bisa dijadikan bukti untuk meyakinkan polisi bahwa kau tidak
bersalah?"
Ty
menggeleng lemah. "Aku rasa tidak." "Aku juga ragu-ragu,"
ujar Jupiter. "Mereka memang harus tertangkap basah. Aku akan
105
menyebutkan
beberapa tempat dan tanggal penampilan dari band-band lain. Coba lihat apakah
ada mobil yang dicuri di tempat itu, dan pada tanggal yang sama."
Hasilnya
ternyata serupa. Hampir setiap kali sebuah band yang ditangani Jake Hatch
tampil, print-out yang diberikan Sersan Cota mengatakan bahwa ada mobil dicuri
di daerah itu.
"Jake
Hatch pasti terlibat. Mungkin malah dia dalangnya," kata Ty yakin.
"Tapi
kita tetap belum bisa membuktikannya."
"Oke,
bagaimana selanjutnya?"
Jupiter
kembali mempelajari jadwal penampilan di dinding. "El Tiburon and the
Piranhas main di Lemon Tree Lounge malam ini. Alamatnya di Topango Canyon,
dekat Malibu. Tidak ada salahnya kalau kita pergi ke sana. Barangkali saja kita
bisa membereskan kasus ini malam ini juga."
106
Edit
by: zhe (zheraf.wapamp.com)
http://www.zheraf.net
11.
Kehilangan Jejak
Ketika
Bob kembali ke markas besar setelah makan pizza bersama Gracie, Jupiter dan Ty
sudah menunggu. Mereka segera melaporkan temuan mereka.
"The
Lemon Tree? Yeah, itu nama sebuah pub di Topango Canyon. Tempatnya lumayan
besar. El Tiburon dan anak buahnya boleh bersyukur karena bisa tampil di sana.
Tapi Jupe, anak-anak seumur kita tidak boleh masuk."
"Bagaimana
kalau aku yang mengajak kalian?" tanya Ty.
"Mungkin
bisa. Tapi itu tergantung pada berapa sering mereka dirazia oleh polisi."
"Kita
harus mencoba masuk," Jupiter memutuskan.
Bertiga
mereka berdesak-desakan di dalam pick-up, lalu mulai menuju Coast Highway-jalan
bebas hambatan yang menyusuri pantai. Ketika sampai di Topango Canyon, mereka
membelok ke sebuah jalan gelap yang menuju ke pegunungan. Jarak antara jalan
bebas hambatan dan The Lemon Tree sekitar lima mil. Bangunan kayu itu
dikelilingi pepohonan. Mobil-mobil diparkir di sebuah lapangan kosong di
sebelahnya. Para pemain band sudah mulai beraksi. Musik mereka memecahkan
keheningan malam.
The
Lemon Tree ternyata sudah penuh sesak. Mungkin karena itu tidak ada petugas
yang mengawasi pintu. Setelah mencari tempat duduk selama beberapa menit,
Jupiter, Bob, dan Ty, akhirnya menemukan sebuah meja pojok yang tidak mencolok.
Para
pengunjung di sekitar mereka sedang ngo-brol, minum, dan ketawa-ketawa. Hampir
tidak ada yang memperhatikan El Tiburon and the Piranhas.
"La
bamba... bamba... bamba..!" "Itu orangnya?" tanya Jupiter sambil
menunjuk ke arah panggung.
Ty
memperhatikan si penyanyi dengan saksama.
"Sony,
aku belum bisa memastikannya," ia lalu mengakui. "Penampilannya lain
sekali di atas panggung. Maksudku, dia mirip dengan laki-laki yang kujumpai di
Oxnard. Tapi aku memang kurang bisa mengingat wajah orang."
"Barangkali
ada baiknya kalau kau memperhatikan dia untuk beberapa waktu," Bob
mengusulkan.
Selama
sepuluh menit mereka duduk sambil menonton pemuda Latino di atas panggung.
Beberapa pengunjung sedang asyik berdansa. Ty menuju ke bar, dan kembali dengan
membawa segelas bir dan dua gelas Coca-Cola.
Ketika
minumannya habis, Ty belum juga bisa memastikan apakah Tiburon orang yang
mereka cari. Pada waktu istirahat, Jupe mengajak sepupunya ke belakang panggung
agar bisa melihat Tiburon dengan lebih jelas.
"Rasanya
memang dia," kata Ty, "tapi aku masih agak ragu-ragu."
El
Tiburon and the Piranhas kembali ke panggung. Suasana semakin ramai. El Tiburon
terus menyanyi dan beraksi penuh semangat. Namun sejauh ini belum ada petunjuk
yang bisa dihubungkan dengan mobil-mobil curian.
"Mereka
tidak bersikap seperti pencuri mobil," kata Ty.
"Memang
tak ada yang bisa mencuri mobil dari atas panggung," Bob berkomentar
dengan lesu.
"Kita
akan membuntuti mereka," ujar Jupiter. "Barangkali mereka baru
beraksi seusai pertunjukan."
Di
luar, bulan purnama telah menampakkan diri. Jupiter, Bob, dan Ty, menunggu di
bawah bayang-bayang pepohonan sambil mendengarkan suara angin bertiup. Meskipun
musik telah berhenti, hampir tidak ada pengunjung yang keluar dari The Lemon
Tree. Musik memang bukan daya tarik utama di pub ini. Kemungkinan besar inilah
alasan kenapa El Tiburon and the Piranhas bisa tampil di sini.
Beberapa
mobil lewat di jalan raya yang berkelok-kelok. Seekor anjing terdengar menyalak
di kejauhan. Namun yang paling dominan adalah suara percakapan yang keluar
melalui pintu pub yang terbuka.
Akhirnya
El Tiburon dan anak buahnya muncul sambil membawa peralatan mereka. Kelima
low-rider mereka, serta sebuah van untuk mengangkut peralatan, diparkir di
ujung lapangan parkir. Para anggota band memasukkan peralatan mereka ke van,
lalu naik ke mobil masing-masing.
"Sepertinya
mereka tidak akan beraksi malam ini," bisik Bob.
Jupiter
menatap ke arah mobil-mobil yang penuh coret-coretan. "Kita harus
mendekat!"
"Bagaimana
kalau mereka melihat kita?" tanya Ty was-was.
Tapi
Jupiter tidak ambil pusing. Sambil membungkuk ia segera bergerak maju. Tiburon
dan anak buahnya baru saja menghidupkan mesin, kemudian menggelinding ke arah
jalan raya.
"Mobil-mobil
mereka kelihatan lebih tinggi dibandingkan ketika kita terakhir melihat
mereka," kata Bob.
"Tentu
saja," Ty menanggapinya. "Mereka kan harus lewat jalan bebas hambatan
untuk kembali ke Rocky Beach."
Tali
sepatu Jupiter terlepas, ia berjongkok untuk membetulkannya-tanpa melepaskan
pandangan dari mobil-mobil yang sedang mendekat. Tiba-tiba saja ia menjatuhkan
diri.
"Jupe?"
Bob berseru dengan suara tertahan.
"Jupiter!"
Ty ikut memanggil sepupunya.
"Aku
melihat sesuatu," Jupiter berbisik. "Coba kalian jongkok. Perhatikan
bagian bawah mobil-mobil itu!"
Tiga
sosok gelap berbaring di tepi jalan ketika El Tiburon dan anak buahnya lewat.
Dalam posisi dinaikkan, low-rider yang mereka pakai kelihatan seperti mobil
biasa.
"Persis
seperti mobil normal," kata Bob. "Kecuali coret-coret itu."
"Betul,"
ujar Jupiter dengan suara serak. "Coba lihat bagian bawahnya. Ada sesuatu
yang aneh!"
Ty
dan Bob segera mengikuti petunjuk Jupiter.
"Menurutku
tidak ada yang aneh," bisik Bob.
"Ya,
aku juga tidak melihat sesuatu yang janggal," kata Ty. Namun kemudian ia
membelalakkan mata.
"Eh,
tunggu dulu! Bagian bawah mobil-mobil itu tidak dilindungi plat baja.
Mobil-mobil itu bukan low-rider dalam keadaan dinaikkan, tetapi mobil-mobil
biasa."
"Mobil
biasa yang dicat sehingga menyerupai mobil para anggota band," Jupiter
menambahkan. "Coba perhatikan dengan saksama: mobil apa yang mereka
pakai?"
"Astaga,
sebuah Mercedes! Dan dua buah Volvo!" Bob berseru terkejut
"Dan
di belakang masih ada sebuah BMW dan sebuah Jaguar!" ujar Ty, yang tak
kalah kagetnya.
"Karena
itulah aku tiba-tiba menjatuhkan diri," kata Jupiter. "Bentuk mobil
yang kita lihat di The Shack berbeda sama sekali. Aku yakin, bukan para anggota
band yang mencuri mobil-mobil itu. Mereka hanya bertugas membawa kendaraan-kendaraan
itu ke Rocky Beach. Takkan ada yang mencurigai sebuah mobil yang penuh
coret-coretan."
Ketika
mobil terakhir meninggalkan lapangan parkir, Jupiter segera kembali berdiri.
"Cepat! Kita harus mengikuti mereka untuk mengetahui ke mana mereka
pergi."
Ty,
Bob, dan Jupiter, berlari ke pick-up, lalu mulai mengejar El Tiburon and the
Piranhas. Karena tidak menggunakan low-rider seperti biasa, para anggota band
kali ini bisa melaju dengan kencang. Namun Ty pun menekan pedal gas
dalam-dalam, sementara Jupiter dan Bob berpegangan erat-erat. Dalam sekejap
saja lampu belakang iring-iringan di depan mereka sudah kelihatan.
"Kalau
semuanya memang curian," ujar Bob, "bagaimana caranya mobil-mobil itu
bisa sampai ke lapangan parkir tadi? Dan ke mana low-rider milik para anggota
band?"
"Aku
rasa mobil-mobil tadi dicuri sebelum pertunjukan. Setelah dicoret-coret dengan
cat semprot, anggota komplotan yang lain membawa mobil-mobil itu ke tempat
parkir," kata Jupiter.
"Yeah,"
Ty berkomentar, "untuk mencuri mobil dibutuhkan pengalaman. Memang sering
ada pencurian mobil yang dilakukan oleh anak-anak muda. Tapi biasanya mereka
segera ketangkap. Para pencuri mobil profesional bersikap lebih hati-hati.
Mereka mencari mobil yang diinginkan, lalu memilih saat yang paling aman untuk
beraksi. Setelah itu mereka langsung menyembunyikan mobil tersebut. Aku pikir
Jupe benar-mobil-mobil tadi dicuri oleh penjahat profesional, dicat, dan dibawa
ke lapangan parkir. Kemudian para anggota band membawa semuanya ke Rocky
Beach."
"Tapi
bagaimana El Tiburon dan anak buahnya bisa sampai ke The Lemon Tree?"
tanya Bob.
Ty
mengangkat bahu. "Barangkali ada yang mengantar mereka. Mungkin juga
mereka mengambil mobil-mobil itu di suatu tempat dekat sini, kemudian baru
pergi ke tempat pertunjukan."
"Hmm,
kalau mobil-mobil itu memang dicuri oleh pencuri profesional," ujar Bob,
"untuk apa mereka melibatkan El Tiburon and the Piranhas?"
"Masalahnya,
pihak polisi sudah tahu siapa saja yang patut dicurigai," jawab Ty.
"Jika ada laporan mengenai pencurian mobil, maka setiap polisi di daerah
sekitar tempat kejadian akan mencari para penjahat yang pernah terlibat dalam
kasus serupa."
"Kalau
begitu El Tiburon hanya semacam kurir, dong," Bob berkomentar. "Wah,
benar-benar lihai! Pihak polisi pasti tidak mencurigai sekelompok pemain musik
yang baru pulang setelah manggung."
"Kemungkinan
besar El Tiburon dan anak buahnya memang hanya mengantarkan mobil-mobil itu ke tempat
tujuan sebenarnya," ujar Jupiter. "Jadi, kalau kita mengikuti mereka,
maka mereka tanpa sadar akan membawa kita ke markas besar komplotan itu."
"Tapi
bagaimana dengan mobil yang dibawa oleh Ty ke Rocky Beach?" tanya Bob.
"Kejadian itu sama sekali tidak cocok dengan teorimu, Jupe. Mobil itu
bahkan tidak dicoret-coret sama sekali."
"Hmm,
betul juga," Jupiter bergumam. "Barangkali Tiburon mencuri mobil itu
untuk dipakai sendiri, mungkin seusai pertunjukan malam itu."
"Berani
benar dia meminta tolong pada seseorang seperti aku," kata Ty. "Dia
kan tidak tahu siapa aku! Bos-nya pasti marah besar ketika mendapat laporan
mengenai kejadian itu."
"Karena
mobil itu tidak akan dibawa oleh para anggota band," Jupiter menambahkan,
"maka Tiburon tidak perlu mencoret-coretnya dengan cat semprot"
"Ty,
awas!" Bob tiba-tiba berseru sambil melotot ke depan.
Sebuah
truk gandengan raksasa membelok dari sebuah jalan kecil dan menghalangi arus
lalu-lintas. Ty terpaksa berhenti sampai kendaraan beroda-18 itu mulai maju.
Para pengemudi dari arah berlawanan kini bisa melaju lagi, tetapi Ty terpaksa
menyesuaikan kecepatan dengan kendaraan berat di depannya.
Akhirnya
mereka mencapai sepotong jalan lurus yang cukup panjang untuk menyusul dengan
aman. Ty segera tancap gas dan meneruskan pengejaran para low-rider gadungan.
Setelah sampai di Coast Highway, Ty menambah kecepatan. Namun sampai tiba di
Rocky Beach, mereka tidak menemukan jejak El Tiburon dan gangnya.
"Coba
ke bengkel atau ke tempat cuci mobil," kata Jupiter.
Ty
mengikuti petunjuk sepupunya. Tetapi iring-iringan mobil yang mereka cari tetap
lenyap tanpa bekas.
"Apa
yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Ty.
"Untuk
malam ini tidak ada lagi yang bisa kita lakukan," ujar Jupiter kecewa.
"Tapi besok kita akan memikirkan jalan untuk menangkap para pencuri mobil
itu."
12. Menyusup ke
Markas Lawan
Ketika
Jupiter dan Ty keluar dari rumah Paman Titus pada pagi berikutnya, Pete dan Bob
sudah menunggu di depan pintu gerbang Jones Salvage Yard. Berempat mereka lalu
masuk ke markas besar untuk menyusun rencana selanjutnya.
Jupiter
duduk di belakang mejanya. "Aku yakin seratus persen, komplotan pencuri
mobil itu dipimpin oleh Jake Hatch. Yang sulit adalah membuktikannya."
Semuanya
nampak merenung. Tanpa berkata apa-apa, mereka memikirkan cara untuk
menghentikan kegiatan para penjahat itu.
"Aku
sangat berterima kasih atas bantuan kalian," Ty akhirnya memecahkan
keheningan. "Tapi kita harus ingat, yang kita hadapi adalah sebuah gang
yang terorganisasi dengan baik. Mereka sangat berbahaya. Mungkin lebih baik
kalau kita membawa kasus ini ke polisi. Pencurian mobil melibatkan uang dalam
jumlah besar, dan uang biasanya berarti kekerasan."
"Tapi
kita belum punya bukti untuk meyakinkan polisi," kata Jupiter.
"Ya,"
Pete menambahkan. "Jangan-jangan mereka hanya menertawakan kita
nanti."
Ty
menggelengkan kepala. "Kalian benar," ia mengakui dengan lesu.
"Berarti
kita tidak boleh berhenti sebelum memperoleh bukti-bukti yang kuat," ujar
Jupiter. "Setuju?"
"Setuju!"
jawab Bob.
"Kita
tidak boleh menyerah!" kata Pete.
"Hmm,
kita sudah tahu bahwa Tiburon dan anak buahnya membawa mobil curian yang
disamarkan sebagai low-rider," Jupiter berkata sambil mengerutkan kening.
"Dan hampir bisa dipastikan bahwa mobil-mobil itu dibawa ke bengkel di
dekat jalan layang. Tapi kita sudah mendatangi bengkel itu tanpa menemukan
apa-apa. Wah, sayang sekali semalam kita kehilangan jejak Tiburon dan
gangnya."
"Kalau
memang ada chop-shop di sana," ujar Ty, "maka komplotan itu pasti
punya jalan rahasia untuk melarikan diri seandainya mereka didatangi
polisi."
"Berarti
dari luar kita tidak bisa berbuat apa-apa," Bob menyimpulkan.
"Dengan
kata lain," Pete melanjutkan, "kita harus menyusup ke dalam."
"Itulah
yang aku pikirkan sepanjang malam," ujar Jupiter. "Salah satu dari
kita harus masuk ke bengkel itu."
Suasana
di markas besar kembali hening. Bob mengerutkan alis dengan cemas.
"Nanti
dulu, Jupe," katanya. "Mereka sudah beberapa kali melihat kita."
"Tapi
mereka belum pernah melihat aku-kecuali Tiburon," kata Ty. "Aku bisa
menumbuhkan kumis, menggunakan penyamaran, atau..."
"Torres
sudah pernah melihatmu," Jupiter memotong ucapan sepupunya. "Jangan,
sebaiknya aku saja yang menyusup ke sana."
"Jangan
macam-macam, Jupe!" Pete berseru. "Kau pernah membanting Torres, dan
berhadap-an langsung dengan Tiburon. Mereka pasti masih ingat tampangmu. Aku
rasa akulah yang paling tepat untuk tugas ini."
Yang
lainnya saling berpandangan.
"Pete
benar, Jupe," ujar Bob kemudian.
Ty
mengangguk.
"Baiklah,"
Jupiter mengalah. "Kalau begitu, sekarang kita cari jalan agar Pete bisa
bergabung dengan mer.eka tanpa menimbulkan kecurigaan."
"Aku
bisa melamar sebagai mekanik di bengkel itu," Pete mengusulkan.
"Risikonya
terlalu besar," kata Ty. "Lagi pula kemungkinan untuk berhasil kecil
sekali. Kalau mereka memang membongkar mobil curian di sana, maka mereka hanya
akan menerima tenaga yang dikirim oleh seseorang yang mereka kenal."
"Bagaimana
kalau kau melamar sebagai petugas jaga, Pete?" tanya Jupiter.
"Terlalu
mencolok," Ty berkomentar.
"Hei,
aku tahu!" Bob tiba-tiba berseru. "Tempat cuci mobil di samping
restoran Mexico! Tiburon dan gangnya sering nongkrong di sana. Sebuah tempat
cuci mobil selalu memerlukan tenaga pembantu untuk mengelap mobil-mobil yang
selesai dicuci. Kalau Pete bekerja di sana, maka dia punya kesempatan untuk
mendekati Tiburon. Setelah akrab, mungkin saja Tiburon mengusulkan pada bosnya
untuk menempatkan Pete di bengkel."
"Yeah,
itu dia!" ujar Ty sambil mengangguk. "Pete bisa menyombongkan diri
sebagai mekanik yang hebat Kemudian-sambil lalu saja-dia bisa menyinggung bahwa
dia sedang perlu uang banyak. Setelah itu tinggal membuktikan bahwa Pete memang
jago bongkar-pasang mesin mobil."
"Tapi
itu makan waktu," Jupiter mengemukakan keberatannya. "Kecuali...
kecuali kalau kita mengutak-atik mobil Tiburon sehingga tidak bisa jalan!
Kerusakannya harus sulit ditemukan, tetapi mudah diperbaiki oleh seseorang yang
tahu bagian mana yang harus dibetulkan. Dengan demikian Pete bisa memamerkan
kehebatannya di depan Tiburon."
"Aku
bisa mencopot beberapa kabel di bagian bawah mesin," kata Ty.
"Tiburon takkan tahu bagian mana yang rusak."
"Oke,"
ujar Bob, "inilah rencana yang paling masuk akal."
"Tapi
kita harus yakin bahwa Tiburon memang membawa mobilnya ke tempat itu,"
kata Pete.
"Jangan
khawatir," kata Jupiter. "Tiburon dan anak buahnya hampir setiap hari
datang ke sana. Tapi untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan, kita
memang perlu mempersiapkan rencana cadangan"
"Seperti
apa, misalnya?" tanya Bob.
"Salah
satu dari kita akan menyewa tempat parkir di tempat penitipan mobil,
bersembunyi di dalam mobil untuk mengamati kegiatan di bengkel itu.
Mudah-mudahan saja kita bisa menemukan di mana para penjahat membongkar
mobil-mobil itu."
"Siapa
yang akan ke sana?" tanya Ty.
"Hari
ini aku harus kerja sampai sore," kata Bob. "Dan setelah itu aku
harus menemani Lisa dan teman-temannya ke pantai. Sudah dua kali aku
membatalkan janji dengan mereka. Eh, Jupe, Ruthie sebenarnya ingin agar kau
ikut."
"Ty
pasti akan diikuti oleh polisi," kata Jupiter cepat-cepat. "Jadi
tinggal aku yang bisa pergi ke bengkel itu. Berarti aku tidak bisa ikut ke pantai
bersama teman-temanmu, Bob. Sekaligus aku mau mengambil mobilku yang
baru."
"Tunggu
dulu," ujar Pete. "Bagaimana kalau Torres dan laki-laki berpistol itu
ada di bengkel? Mereka tahu tampangmu, Jupe."
"Kalau
Torres ada di sana," balas Jupiter, "maka aku harus kabur secepat
mungkin. Mengenai Max aku tidak terlalu khawatir. Dia tidak sempat
memperhatikanku waktu itu. Lagi pula tidak ada orang lain kecuali aku. Kau kan
sudah kebagian tugas di tempat cuci mobil."
Pete
menelan ludah. "Baiklah, aku akan pergi ke tempat cuci mobil itu dan
melamar sebagai tenaga pembantu."
"Aku
akan meminjam pick-up Paman Titus dan mengantar Jupe untuk mengambil
mobilnya," kata Ty.
"Setelah
itu aku akan mengawasi Pete dari restoran Mexico yang kalian ceritakan. Kalau
aku diikuti polisi, maka mereka hanya akan melihat bahwa aku sedang
makan."
Jupiter
membuka laci meja kerjanya, lalu mengambil sejumlah uang untuk membayar sewa
tempat parkir. Kemudian ia pergi ke bengkelnya. Beberapa saat kemudian ia
kembali sambil membawa tiga buah walkie-talkie berukuran mini
"Pete,
sebaiknya kau bawa satu," katanya. "Jangkauannya memang tidak terlalu
jauh, tetapi cukup untuk menghubungi Ty di restoran. Dan aku bisa berhubungan
dengan siapa saja yang berada di luar tempat penitipan mobil."
Tidak
lama kemudian semuanya berangkat. Bob menuju kantor Sax Sendler. Pete pulang
dulu untuk ganti pakaian, kemudian pergi ke tempat cuci mobil. Sedangkan Ty dan
Jupiter menuju ke show-room untuk mengambil Honda Civic.
"Nanti
kita ketemu di markas besar," Jupiter berseru pada Ty, setelah mengambil
mobilnya.
Ty
tersenyum. "Hati-hati di jalan!"
Jupiter
nyengir seperti anak kecil yang memperoleh mainan baru. Untuk pertama kali ia
mengendarai mobil milik sendiri. Honda Civic itu ternyata praktis sekali. Tanpa
kesulitan Jupiter bisa menyelip ke tempat-tempat sempit yang tidak mungkin
dimasuki oleh mobil buatan Amerika, ia benar-benar menikmati perjalanan menuju
tempat penitipan mobil di pinggir jalan layang.
Ketika
sampai di tempat tujuan, ia berhenti di depan gerbang dan menekan klakson. Seorang
pria muncul dari pintu kecil di samping gerbang. Orang itu adalah Max!
"Mau
apa?"
Jupiter
berusaha keras agar tetap tenang. Tetapi sepertinya Max tidak mengenalinya
lagi. Untung saja! Jupe menarik napas panjang dan tersenyum.
"Saya
ingin menitipkan mobil selama satu minggu," katanya dengan gaya yakin.
Max
langsung berbalik. "Sorry, tidak ada tempat kosong."
"Hampir
sepanjang waktu saya akan meninggalkan mobil saya di sini," ujar Jupiter
seakan-akan tidak mendengar apa-apa. "Tapi sewaktu-waktu saya mungkin
perlu mengambilnya. Apakah ini bisa diatur?"
"Kau
tidak dengar apa yang saya katakan tadi?" tanya Max sambil melotot.
"Semuanya sudah penuh!"
Ia
kembali masuk. Jupiter duduk di mobilnya dan memikirkan jalan keluar. Namun
akhirnya ia terpaksa mengakui bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan. Sambil
mendongkol Jupe pulang lagi. Dalam hati ia berharap agar Pete lebih sukses.
Ternyata
tidak ada siapa-siapa di markas besar. Jupiter terpaksa menunggu. Untuk mengisi
waktu, ia mengambil sekeping coklat dari laci rahasianya. Kemudian ia keluar
untuk mengagumi mobilnya.
Tiba-tiba
telepon di dalam karavan berdering.
"Jupe!"
Ternyata Ty yang menelepon. "Dua orang baru saja berhenti kerja di tempat
cuci mobil. Mereka menyerahkan beberapa potong lap pada Pete, dan menyuruhnya
untuk segera mulai mengeringkan mobil-mobil."
"Bagaimana
dengan Tiburon dan gangnya?"
"Mereka
belum datang. Aku akan menunggu mereka di restoran Mexico. Kau sendiri
bagaimana? Berhasil?"
"Tidak,"
jawab Jupiter dengan lesu. ia menceritakan bahwa pintu masuk ke bengkel itu
dijaga oleh Max.
Ty
diam sejenak, kemudian berkata, "Aku tidak percaya bahwa tidak ada tempat
lagi. Dia pasti hanya minta uang rokok. Kalau kau bisa menjemputku, maka aku
akan mengantarkanmu ke sana."
"Maksudmu,
kita harus menyogok dia?"
"Tentu
saja! Orang seperti Max selalu mengharapkan uang rokok untuk bantuan mereka.
Kau harus membuka dompet supaya dilayani oleh. dia."
"Oke,
aku akan segera menjemputmu."
Jupe
bergegas ke mobilnya, kemudian menuju restoran Mexico di samping tempat cuci
mobil. Ty sudah menunggu di depan pintu.
"Seharusnya
kau tunggu di sini dan mengamati kegiatan di tempat kerja Pete," ujar
Jupiter.
"Selama
ini belum terjadi apa-apa. Lagi pula aku hanya pergi sebentar."
"Oke,
tapi kau yang pegang kemudi," kata Jupiter. "Aku akan bersembunyi di
belakang."
Mereka
berangkat. Ty duduk di depan, sementara Jupe berbaring di lantai. Namun
beberapa saat kemudian Ty tiba-tiba mengumpat.
"Brengsek!
Kita diikuti lagi, Jupe. Kali ini mereka naik Aries berwarna biru."
Kemudian
ia mulai berbicara pada para polisi. "Oke, kalian sendiri yang cari
perkara. Bersiaplah, Jupe!"
Sedetik
kemudian Honda Civic itu sudah meluncur seperti roket. Jupiter berpegangan
erat-erat. Ty mengemudi seperti setan jalanan. Setiap tikungan disikatnya tanpa
mengerem, sehingga Jupiter terpontang-panting di belakang.
"Mobilku!"
Jupiter meratap. "Ty! Kau akan menghancurkannya!"
Ty
ketawa. "Tenang saja. Mobil ini tahan bantingan."
Sambil
terguncang-guncang Jupiter mendengar mobilnya dipaksa ngebut seperti mobil
rally. Mesinnya meraung-raung. Tanpa ampun Ty ngebut melewati rel kereta, jalan
berbatu-batu, dan kubangan lumpur. Kemudian ia menginjak rem dan berhenti.
"Nah,
berhasil kan?" ia berujar sambil ketawa. "Kau baik-baik saja,
Jupe?"
"Rasanya
sih ya," jawab Jupe. "Bagaimana keadaan mobilku?"
"Hanya
sedikit kotor. Jangan nampakkan diri. Kita sudah hampir sampai."
Jupiter
terbaring dengan kaku ketika mobilnya kembali berhenti. Ty menekan klakson.
Sekali
lagi Max muncul di pintu. "Ada apa?"
"Saya
butuh tempat parkir untuk seminggu," kata Ty.
"Tidak
ada tempat kosong."
"Tunggu
sebentar, Anda kelihatan seperti seseorang yang memahami arti kata servis. Saya
akan bayar di muka. Berapa sewanya untuk satu minggu?"
Untuk
beberapa detik tidak ada jawaban. Kemudian, "Lima puluh dollar."
"Wah,
itu hanya setengah dari perkiraan saya. Begini saja deh: saya akan membayar
seratus. Tunai! Sekarang juga! Saya sudah bawa uangnya."
Beberapa
detik berlalu sebelum Max menjawab, "Oke, mungkin masih ada tempat untuk
mobil Anda."
Pintu
gerbang membuka, dan Ty segera masuk, ia memarkir mobil Jupiter di deretan
paling belakang.
"Jupe,
kita sudah di dalam," Ty berbisik sambil menunduk.
Jupiter
mendesah. "Seratus dollar yang kau-berikan itu adalah uang terakhir di kas
kami." "Sorry, tapi tidak ada jalan lain, Jupe. Aku akan kembali ke
tempat cuci mobil dan mengawasi perkembangan di sana. Barangkali saja Pete
perlu bantuan. Sekitar jam lima aku akan ke sini lagi."
13. Nyaris
Terjebak!
Di
tempat cuci mobil, Pete sedang sibuk mengelap mobil, ia dan para petugas
lainnya membawa potongan-potongan kain, serta botol-botol beris cairan
pembersih kaca.
Sambil
kerja, Pete terus mencari petunjuk mengenai Joe Torres, atau Tiburon dan anak
buahnya. Namun sampai siang berlalu pun belum terjadi apa-apa.
Pete
tetap bekerja.
Dan
Ty terus menunggu.
Di
dalam tempat penitipan mobil yang remang-remang, Jupiter menegakkan badan agar
bisa mengintip ke luar jendela. Ternyata tak ada tanda-tanda kehidupan di
sekitarnya.
Kemudian
ia mendengar suara para pegawai bengkel yang sedang bekerja di lantai dua. ia
bahkan mendengar bunyi samar-samar dari lantai tiga-suara kompresor angin yang
mendengung-dengung.
Jupiter
berusaha keras untuk menangkap bunyi-bunyi lain. Sebuah Cadillac berwarna
Jingga pernah menghilang di bangunan ini. Dan Joe Torres serta Max bisa lenyap,
kemudian muncul lagi entah dari mana.
Dari
mana, dari mana?
Pukul
empat sore, Ty melirik jam tangannya. Sampai sekarang belum ada perkembangan
yang mencurigakan. Ia hanya melihat bahwa Pete dan rekan-rekan kerjanya tak
pernah beristirahat. Mereka sibuk terus-persis seperti sekawanan semut hitam
yang rajin.
Tak
ada tanda-tanda mengenai Tiburon, anak buahnya, ataupun pacar-pacar mereka. Joe
Torres juga belum muncul. Sedangkan sekarang sudah waktunya untuk menjemput
Jupiter di tempat penitipan mobil.
Dengan
berat hati Ty harus mengakui bahwa usaha mereka gagal-paling tidak untuk hari
ini.
Dua
kali Jupiter terpaksa menunduk ketika Max, si penjaga, melewati mobilnya. Jam
tangan Jupe menunjukkan pukul empat lewat tiga puluh, ketika ia menyelinap
keluar dari Honda Civic-nya. Dalam keadaan setengah gelap, anak itu
mengendap-endap menuju lift mobil.
Sambil
bergerak maju, Jupiter terus memasang telinga untuk berjaga-jaga terhadap
segala kemungkinan. Ia tidak boleh kepergok oleh Max. Selain penjaga itu
rupanya tidak ada siapa-siapa di lantai dasar. Dan selama Jupe berada di sini
juga tidak ada mobil lain yang masuk ke bengkel.
Kini
ia mengelilingi seluruh lantai dasar. Jupiter ingin mengecek apakah ada yang
luput dari pengamatannya ketika ia dan Pete memeriksa bangunan ini. Jupe bahkan
membuka pintu ruang kantor, dan mengintip ke dalam. Ternyata ruangan itu tak
berperabot, dan hanya digunakan sebagai gudang.
Jupiter
berhenti di depan lift mobil. Kali ini landasannya berada di lantai dasar. Jupe
menoleh ke atas, namun tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.
Tiba-tiba
ia dikejutkan oleh suara langkah!
Max,
si penjaga, sedang berjalan menuruni ramp. Tiburon and the Piranhas tiba di
tempat cuci mobil dengan mengendarai low-rider masing-masing. Mereka nampak
seperti segerombolan bandit di film-film koboi, yang kembali ke tempat
persembunyian setelah merampok sebuah bank. Jam di ruang kantor menunjukkan
pukul lima. Tempat cuci mobil baru saja tutup. Pete sedang menerima upahnya
untuk hari ini, ketika Tiburon memasuki ruang kantor.
"Terima
kasih, Sir," ujar Pete keras-keras, sehingga ucapannya terdengar oleh
semua orang di ruangan itu. "Saya sangat membutuhkan uang ini. Ayah saya
dipecat dari pekerjaannya. Kalau Anda kebetulan mendengar bahwa seseorang
memerlukan mekanik yang hebat, tolong beritahu saya."
"Beres,
Crenshaw," ujar si pemilik tempat cuci mobil. "Kelihatannya kau
memang pekerja yang baik. Saya akan memberitahumu kalau ada lowongan sebagai
mekanik."
"Sebagai
mekanik saya benar-benar jempolan," Pete menekankan. "Dan saya mau
melakukan apa saja asal bisa mendapatkan uang."
Ketika
menyadari bahwa Tiburon sedang menatapnya, Pete segera meninggalkan ruangan, ia
tidak mau bersikap berlebihan, sehingga malah menimbulkan kecurigaan. Setelah
keluar, Pete segera menuju ke mobilnya yang diparkir agak jauh.
Ketika
melewati restoran Mexico di sebelah, ia melihat ternyata Ty sudah pergi.
Jupiter
menahan napas ketika suara langkah Max semakin mendekat. Tidak ada waktu untuk
kembali ke mobilnya, ia bahkan nyaris tidak sempat bersembunyi di balik mobil
terdekat.
Kini
Max menyusuri jalan antara lift mobil dengan deretan mobil. Kalau saja ia
menoleh ke kiri, maka ia akan melihat Jupiter. Dan beberapa detik lagi Max
pasti menoleh ke arah itu.
Jupiter
membaringkan diri di lantai yang kotor dan penuh oli, lalu merayap ke bawah
sebuah mobil.
Dengan
tegang ia memperhatikan kaki Max, yang berada tepat di depan hidungnya. Penjaga
tempat penitipan mobil itu sempat berhenti, seakan-akan ada yang membuatnya
curiga.
Jupiter
bernapas pelan-pelan, dan menghapus keringat serta oli yang menempel di
wajahnya. Waktu berjalan sangat lambat. Bagi Jupiter rasanya seperti
berabad-abad. Dan Max masih tetap berhenti di tempat yang sama. Dengan
mengulurkan tangan, Jupiter bisa memegang sepatu penjaga pintu itu.
Kemudian
terdengar suara pintu membuka. Cahaya matahari menerangi ruangan besar itu.
"Siapa
itu?" Max bertanya seketika.
"Halo,
saya ingin mengambil mobil saya," Jupiter mendengar suara Ty.
"Mana
karcisnya?"
"Ada
di dompet," jawab Ty.
Kaki
Max menghilang. Jupiter menunggu semenit, kemudian keluar dari tempat
persembunyiannya.
Dengan
hati-hati ia mengintip ke arah pintu. Max sedang berjalan menghampiri Ty, yang
menunggu di ambang pintu.
Cepat-cepat
Jupiter berdiri dan melambaikan tangan, kemudian langsung kembali berjongkok.
Mudah-mudahan saja Ty melihatnya, lalu berbincang-bincang dengan Max sampai
Jupiter bisa kembali ke Honda Civic-nya.
"Kami
tutup pukul 18.00," Jupiter mendengar Max berkata. "Kalau Anda belum
kembali pada jam segitu, silakan cari tempat parkir lain sampai besok
pagi."
"Kebetulan
saya perlu kendaraan malam ini," jawab Ty. "Ehm... apakah saya bisa
pinjam telepon sebentar?"
"Teleponnya
ada di dinding sana."
"Apakah
Anda bisa menunjukkan tempatnya?"
"Busyet,
baru bayar seratus dollar saja sudah minta dilayani seperti raja," Max
mengomel sambil mengantarkan Ty.
Kesempatan
itu dimanfaatkan oleh Jupiter untuk kembali ke mobilnya. Beberapa saat kemudian
Ty menyusul, ia langsung menghidupkan mesin dan mulai menjalankan Honda Civic
itu. Ketika berhenti di depan pintu gerbang, Max menengok ke dalam.
"Ingat:
jam enam, atau tunggu sampai besok."
"Jam
berapa besok pagi?" tanya Ty.
"Pintu
dibuka mulai jam tujuh-tapi bukan oleh saya!"
Ty
ketawa mendengar lelucon itu. Max tidak ketawa. ia memang tidak bercanda.
Penjaga itu merasa bangga bahwa kedudukannya cukup penting, sehingga tidak
perlu datang pagi-pagi. Pelan-pelan Ty keluar dari tempat penitipan mobil.
"Bagaimana
keadaanmu, Jupe?"
"Lumayan,
tapi aku tidak menemukan apa-apa."
Di
belakang mereka, Max sudah menutup pintu. Ty membelok lalu berhenti di pinggir
jalan. Jupiter segera pindah ke depan.
"Apakah
Tiburon datang ke tempat cuci mobil?" ia bertanya.
"Aku
tidak melihatnya sampai aku berangkat untuk menjemputmu."
Setelah
tiba di Jones Salvage Yard, mereka segera masuk markas besar. Pete sedang
menghitung upah hari ini sebelum memasukkannya ke kas Trio Detektif. Jupiter
menelepon ke kantor dan rumah Bob, namun sahabatnya itu tidak ada di tempat.
Karena itu rencana selanjutnya terpaksa disusun tanpa menunggu dia.
"Sebaiknya
kita tetap berpegang pada rencana semula," ujar Jupiter. "Besok pagi
kita coba lagi. Pete pergi ke tempat cuci mobil. Ty menunggu kesempatan untuk
mengutak-atik low-ridernya Tiburon. Dan aku kembali ke tempat penitipan
mobil."
"Mudah-mudahan
saja Tiburon muncul agak lebih cepat daripada hari ini," kata Ty.
"Kalau tidak, kita bakal bengong-bengong lagi."
Ternyata
Tiburon datang setelah jam makan siang. Tetapi Ty tidak memperoleh kesempatan
untuk mendekati mobil pemimpin band itu. Jupiter juga tidak beruntung.
Sepanjang hari ia berjaga di tempat penitipan mobil tanpa melihat sesuatu yang
mencurigakan. Satu-satunya berita menggembirakan adalah bahwa Tiburon kelihatan
tertarik pada semangat kerja Pete.
"Untuk
orang Anglo kau cukup menyenangkan," kata Tiburon. "Jangan khawatir,
kita akan menemukan pekerjaan yang cocok untukmu, oke?"
Pete
menjawab bahwa ia berminat. Namun selanjutnya tidak terjadi apa-apa lagi.
Keadaan mulai gawat. Dalam tiga hari liburan musim semi akan berakhir.
Keesokan
harinya Ty akhirnya mendapat kesempatan yang ditunggu-tunggunya. Pagi-pagi
Tiburon dan gangnya sudah muncul. Mereka mampir ke restoran Mexico. Sementara
para anggota band sedang berdebat mengenai makanan yang akan mereka pesan, Ty
masuk ke kolong mobil Tiburon, lalu mencopot dua buah kabel listrik. Sebelumnya
ia sudah memberitahu Pete kabel mana yang akan ia copot. Pete tinggal
menyambungkannya kembali.
Ketika
kembali dari restoran, Tiburon berulang-kali memutar kunci kontak. Tetapi
mesinnya tetap tidak mau hidup. Sambil mengelap mobil, Pete melihat para pemuda
Latino berkumpul di sekitar mobil Tiburon. Kelihatannya mereka sedang membahas
kerusakan mobil itu.
Tidak
lama kemudian si pemilik tempat cuci mobil menghampiri mereka. Kemudian salah
satu pegawai senior menyusul. Dan akhirnya Tiburon berseru memanggil Pete.
"Hei,
Anglo! Coba ke sini sebentar!"
Sambil
membersihkan tangan, Pete menuju ke tempat parkir restoran Mexico.
"Aku?" ia bertanya.
"Katanya
jago mesin. Sekarang coba buktikan kehebatanmu."
Pete
membungkuk dan memperhatikan mesin mobil Tiburon. ia mengecek kabel aki,
memeriksa semua busi, dan berlagak sibuk. Kemudian ia masuk ke kolong mobil.
"Tolong
ambilkan kunci pas ukuran 12," ujar Pete dari bawah mobil.
Para
pemuda Latino langsung repot mencari alat-alat. Si pemilik tempat cuci mobil
pergi ke kantornya, lalu kembali dengan kunci pas yang diminta. Pete sebenarnya
tidak membutuhkannya, ia hanya berlagak agar kesannya lebih meyakinkan.
"Coba
distarter lagi," ia berkata setelah keluar dari kolong mobil.
Mesin
mobil itu langsung hidup.
"Hei,
rupanya kau benar-benar mengerti mesin," ujar Tiburon sambil menatap Pete.
"Aku akan menghubungi beberapa orang yang mungkin memerlukan tenaga ahli
seperti kau Bayaran-, nya betul-betul bagus. Maksudku betul-betul bagus.
Comprendes? Mengerti?"
Maksud
Tiburon sebenarnya adalah bahwa pekerjaan yang ditawarkannya tidak halal, dan
ia bertanya apakah Pete mengerti. Pete mengangguk dengan mantap.
Jupiter
nyaris ketiduran di mobilnya, ketika ia mendengar suara Ty di dekat pintu.
"Saya
perlu mengambil sesuatu dari mobil."
"Jangan
kebiasaan! Kami di sini tidak suka kalau orang keluar-masuk terus," Max menanggapinya
dengan dingin.
Jupiter
segera menundukkan kepala.
"Ada
apa?" ia berbisik.
Ty
membungkuk, seakan-akan memang sedang mencari sesuatu. "Rencana kita
berhasil! Tiburon memberitahu Pete bahwa Pete akan dijemput dan dibawa ke
sebuah bengkel."
"Kapan?"
"Hari
ini-tapi jamnya belum pasti. Kalau para pencuri mobil memang bermarkas di sini,
maka kau pasti akan melihat Pete nanti."
Setelah
Ty pergi, Jupiter kembali menunggu. Dari mobilnya, ia bisa melihat dengan jelas
ke mana Pete dibawa. Dengan demikian ia akan tahu di mana komplotan ini
membongkar mobil-mobil yang mereka curi.
Satu
jam berlalu. Kemudian dua jam. Jam tangan Jupiter menunjukkan pukul lima sore,
tetapi belum ada yang datang. Pukul 18.00 Jupiter mendengar Max mengunci pintu
gerbang. Pete belum datang. Tak seorang pun datang Jupiter mulai cemas.
Bagaimana kalau markas para pencuri mobil ternyata di tempat lain?
Tiba-tiba
saja lampu kecil pada walkie-talkie Jupe berkedap-kedip. Jupe segera menyalakannya.
Suara Ty terdengar pelan, namun se rius.
"Jupe!
Kita mendapat kesulitan! Kesulitan be sar!"
14. Ketiban Sial
"Aku
terkunci di dalam sini," Jupiter berkata melalui walkie-talkienya.
"Kau
harus berusaha keluar," suara Ty menjawab. "Coba lewat pintu yang
kecil."
Tanpa
bersuara Jupiter mengendap-endap ke pintu. Pintu untuk mobil ternyata telah
digembok, tetapi pintu yang kecil bisa dibuka dari dalam. Jupe segera
menyelinap keluar dan melihat pick-up Paman Titus di pojok jalan.
"Ayo,
masuk!" Ty mendesak.
"Ada
apa?"
Ty
nampak serius. "Sekitar lima belas menit lalu Bob dan Kelly Madigan, pacar
Pete, datang ke markas. Kelly bilang bahwa Pete telah menceritakan rencana kita
padanya. Dia tahu semuanya tentang El Tiburon dan mobil-mobil curian itu. Dia
juga tahu kenapa Pete melamar kerja di tempat cuci mobil."
"Aduh,"
Jupiter mendesah, "Pete tidak pernah bisa menyimpan rahasia."
"Kali
ini mungkin ada baiknya," kata Ty. "Kelly baru saja mengetahui bahwa
Tina Wallace, teman sekelasnya, adalah pacar El Tiburon! Mereka selalu
bersama-sama-dan Tina mengenal Pete. Tina tahu bahwa Pete anggota Trio
Detektif."
Jupiter
terbengong-bengong. "Gawat! Kalau dia melihat Pete..."
"Tina
bisa memberitahukan identitas Pete yang sebenarnya pada Tiburon."
"Dan
dia pasti akan melihat Pete kalau dia menemani Tiburon ke tempat cuci
mobil!" ujar Jupiter sambil membelalakkan mata.
"Menurut
Kelly, Tina gadis yang baik. Kemungkinan besar dia sama sekali tidak tahu bahwa
pacarnya anggota komplotan pencuri mobil. Tapi mungkin saja dia tanpa sengaja
membongkar penyamaran Pete."
Mereka
sampai di Jones Salvage Yard, dan langsung masuk ke markas besar. Bob dan Kelly
Madigan sudah menunggu. Gadis berambut gelap itu segera berdiri.
"Kalian
sudah menemukan Pete?" ia bertanya. "Kalian sudah menjemputnya?"
"Kami
sama sekali tidak tahu di mana dia berada," jawab Jupiter. "Ty, kau
yakin bahwa Pete sudah pergi
dari
tempat cuci mobil?"
"Tadi
Tiburon sempat kembali dan berbicara dengan Pete. Pete hanya mengacungkan
jempol kemudian pergi dengan Tiburon."
"Kalau
begitu," kata Bob, "kita harus mencarinya sampai ketemu."
"Tapi
bagaimana caranya?" tanya Kelly sambil menatap Jupiter, Bob, dan Ty,
ganti-berganti.
Bob
dan Ty memandang ke arah Jupiter. Kelly duduk dengan lesu. Matanya nampak
merah.
"Jupiter?"
ia berkata setengah berbisik. "Tolong...."
Jupiter
memelototi dinding karavan seakan-akan bisa menembusnya dengan pandangan, ia
mulai mencubit bibirnya dengan jari telunjuk dan jempol -suatu tanda bahwa ia
sedang memeras otak.
"Kelihatannya
Pete dibawa ke tempat komplotan itu membongkar mobil-mobil yang mereka curi.
Jadi kita masih menghadapi masalah yang sama, yaitu menemukan tempat itu."
ia menatap orang-orang di sekitarnya. "Bukan sekadar memastikan bahwa
tempat itu berada di dalam bangunan penitipan mobil. Kita harus tahu persis di
mana letaknya. Kita bahkan harus masuk ke sana."
"Tunggu
dulu," kata Ty. "Kita menduga bahwa Pete ada di tempat itu. Dan kita
juga menduga bahwa tempat itu berada di dalam bangunan penitipan mobil. Kenapa
kita tidak menghubungi Pete saja, supaya dia bisa memberitahu kita di mana dia
berada? Pete kan membawa walkie-talkie."
"Ya!"
seru Kelly sambil melompat berdiri.
"Jangan,"
ujar Bob. "Kita belum yakin seratus persen bahwa chop-shop itu memang
berada di dalam bangunan penitipan mobil. Dan kita tidak bisa menghubungi Pete
lewat walkie-talkie. Kita tidak tahu apakah dia sendirian atau di tengah-tengah
orang banyak."
"Bob
benar," kata Jupiter. "Aku punya rencana lain. Tapi semuanya
tergantung apakah Tiburon dan anak buahnya tampil di luar kota malam ini. Bob,
kau bisa mencari keterangan..."
"Mereka
memang keluar kota!" Bob memotong. "Wah, kita benar-benar mujur.
Kebetulan saja aku membaca jadwal pertunjukan mereka tadi siang. El Tiburon and
the Piranhas manggung di Malibu malam ini."
"Keberuntungan
menyertai orang-orang yang selalu bersiap-siap menghadapi segala
kemungkinan," Jupiter berkomentar. "Kau mempelajari jadwal mereka,
karena pengalamanmu mengatakan bahwa kita mungkin membutuhkan keterangan
itu."
"Boleh
jadi," kata Bob. "Tapi kenapa kau mengharapkan bahwa mereka keluar
kota?"
"Tiburon
pernah minta tolong pada Ty untuk mengantarkan sebuah Mercedes ke bodega milik
Torres, bukan?" kata Jupiter. "Nah, Mercedes itu pasti bukan
satu-satunya mobil yang ia curi untuk dirinya sendiri. Dan aku rasa kecuali
para anggota band masih ada orang lain yang mengantarkan mobil ke bodega itu.
Kalian masih ingat: Torres memberi isyarat klakson ketika ia membawa Cadillac
berwarna Jingga ke tempat penitipan mobil. Baru kemudian pintunya dibuka. Pete
sempat bercerita bahwa Torres memberi isyarat yang sama ketika membawa mobil
lain. Dan aku yakin, pesan yang harus disampaikan oleh Ty di bodega pasti
merupakan semacam kata sandi."
Ty
menatap Jupiter dengan tajam. "Apa rencanamu, Jupe?"
"Tiburon
sedang ke luar kota. Kita harus mencari mobil mewah. Kendaraan itu akan kita
bawa ke bodega, untuk diserahkan pada Torres. Kalau kita beruntung, maka dia
akan langsung mengantarkannya ke markas para pencuri mobil."
"Tapi
apakah itu bisa menolong Pete?" tanya Kelly.
"Dua
orang di antara kita akan bersembunyi di dalam mobil," Jupiter
menjelaskan. "Sejak semula aku sudah punya rencana seperti ini. Aku
mengurungkannya karena terlalu berbahaya. Tapi sekarang tidak ada pilihan lain.
Kita harus berani mengambil risiko."
"Siapa
yang akan mengemudikan mobil itu?" tanya Bob.
"Kaulah
satu-satunya dari kita yang tidak begitu dikenal oleh Torres," ujar
Jupiter. "Kau yang akan menyetir mobil itu. Ty dan aku akan bersembunyi di
belakang."
"Setelah
mengantarkan mobil itu, apalagi yang harus kulakukan?" Bob ingin tahu.
"Ambil
mobilmu, lalu ikuti Torres."
"Bagaimana
aku bisa membawa mobilku dan mobil curian itu pada saat yang bersamaan?"
"Kelly
akan mengikuti kita, lalu menunggu di tempat yang aman."
Masing-masing
mempertimbangkan usul Jupiter.
"Jupe,
dari mana kita bisa mendapat mobil mewah?" Ty akhirnya bertanya.
"Mobil-mobil kita takkan dilirik sebelah mata oleh para pencuri. Apakah
kita benar-benar harus mencuri mobil?"
Jupiter
menatap Kelly. "Aku berharap, Kelly bisa meminjamkan Jaguar ayahnya.
Komplotan pencuri itu pasti tertarik."
"Mobil
ayahku?" tanya Kelly terkejut "Ehm... baiklah! Asal saja Pete bisa
keluar dari tempat itu. Dan kalian harus berjanji untuk hati-hati."
"Jangan
khawatir," Jupiter menenangkan pacar sahabatnya itu. "Apakah kau bisa
mengambilnya sekarang juga?"
"Bisa
saja," jawab Kelly sambil mengangguk.
"Aku
akan mengantarkan Kelly," kata Bob. "Sekaligus aku akan menunjukkan
bagaimana caranya menyetir mobilku."
"Kalau
kalian kembali nanti," ujar Jupiter, "kita akan merencanakan setiap
detil."
"Tiburon
pasti butuh waktu untuk mencuri mobil," kata Ty.
Jupiter
mengangguk. "Kita tunggu sampai tengah malam." ia menatap orang-orang
di sekelilingnya. Tak ada yang berkomentar. "Oke, kalau begitu kita
berangkat pukul 00.00 tepat."
Lima
menit sebelum tengah malam, sebuah Jaguar XJ6 yang mulus berhenti di depan
bodega milik Joe Torres. Toko bahan makanan itu masih buka.
Jupiter
bersembunyi di tempat bagasi. Ty, yang lebih langsing, melintang pada lantai di
belakang kursi sopir. Seluruh tubuhnya dibungkus selimut tipis, sehingga tidak
kelihatan dari luar. Bob mengenakan topi baseball, dan kacamatanya yang lama.
Kelly mengendarai VW Kodok kepunyaan Bob, dan terus menjaga jarak.
Joe
Torres serta kedua tukang pukulnya, Nacio dan Carlos, keluar dari bodega.
Terkagum-kagum mereka menatap Jaguar yang berhenti di depan mereka. Bob segera
membuka jendela.
"Seorang
laki-laki bernama Tiburon memberi saya seratus dollar untuk membawa mobil
kakaknya dari Malibu ke sini. Apakah Anda kakaknya itu?"
Torres
mengangguk. "Ya, betul! Tugasmu sudah selesai, Bung. Jadi, silakan turun
dari mobil."
"Apakah
saya bisa ikut sampai ke pusat kota?" "Panggil taksi saja," kata
Torres dengan ketus. "Kau kan sudah dibayar."
Bob
turun dari Jaguar, lalu menghilang di kegelapan malam. Dengan tegang Jupiter
dan Ty menunggu perkembangan selanjutnya. Mereka mendengar suara langkah tiga
orang mendekati mobil.
"Hei,
di bangku belakang ada selimut."
Joe
Torres ketawa. "Di Malibu kini ada orang yang benar-benar sial: sudah
kehilangan mobil, kedinginan lagi!"
Pintu
sopir terdengar membuka.
"Aku
akan mengantarkannya sekarang juga," ujar Torres. "Anak-anak di
chop-shop masih bekerja. Lagi pula Jaguar ini terlalu mencolok di lingkungan
barrio. Untung saja Tiburon lebih hati-hati memilih orang kali ini -tidak
seperti dua hari yang lalu."
Pintu
sopir menutup dan mesin mobil dihidupkan. Beberapa detik kemudian Jaguar itu
telah meluncur di jalan.
*
Terburu-buru
Bob masuk ke VW kodoknya.
"Bagaimana?"
Kelly bertanya dengan cemas. "Semuanya beres?"
"Torres
percaya bahwa aku memang disuruh oleh Tiburon," jawab Bob. "Sejauh
ini rencana Jupe berjalan lancar. Torres sama sekali tidak curiga. Kelihatannya
aku memilih kata-kata yang tepat."
Kelly
menunjuk ke depan. "Itu dia! Mobil ayahku!" "Oke," kata
Bob.
Ia
segera mulai mengikuti Jaguar yang sudah jauh di depan mereka. Tidak ada
tanda-tanda bahwa Torres menyadari bahwa ia sedang dibuntuti.
"Jangan
sampai kehilangan jejak!" ujar Kelly. "Aku sudah berusaha sebisa
mungkin," balas Bob sambil menginjak pedal gas dalam-dalam. Tetapi VW
Kodok milik Bob memang bukan saingan sebuah Jaguar. Perlahan tapi pasti, jarak
antara kedua mobil itu bertambah jauh.
Di
dalam tempat bagasi, Jupiter harus berpegangan erat-erat Ketika Jaguar itu
tiba-tiba berhenti, Jupe nyaris membentur dinding pemisah antara tempat bagasi
dengan ruang penumpang. Untung saja Joe Torres tidak mendengar apa-apa.
Kemudian pria itu memberi isyarat dengan menekan klakson: sekali panjang, dua
kali pendek, sekali panjang, dan sekali pendek.
Jupiter
mendengar sebuah pintu besar membuka. Jaguar itu segera masuk.
"Bonus
dari Tiburon," Torres berkata.
"Wah,
bos bisa marah-marah lagi. Kita sudah cukup repot karena Mercedes itu."
Suara
itu milik Max, si penjaga pintu!
Salah
satu pintu membuka, dan seseorang naik ke mobil. Kemudian Jaguar itu kembali
bergerak. Dalam kegelapan, Jupiter bisa merasakan bahwa mobil itu meluncur dan
membelok dengan pelan. Setelah beberapa detik, mobilnya berhenti lagi.
Jupiter
mendengar bunyi mendesis. Ia ingat betul kapan dan di mana ia pernah mendengar
bunyi seperti itu: di tempat penitipan mobil pada saat lift mobil sedang
bergerak turun.
Jupe
merasakan sentakan yang mengagetkan. Kemudian lift mobil itu mulai bergerak ke
atas.
Jupiter
berusaha menentukan seberapa jauh mereka naik, tetapi ia tidak bisa
memastikannya.
Tiba-tiba
lift berhenti. Jaguar itu mulai bergerak lagi, tetapi ke arah yang salah!
Terheran-heran Jupiter menyadari bahwa mobil itu mundur.
"Aduh,
Bob!" Kelly mendesah "Kita kehilangan jejak."
"Torres
membelok di tikungan berikut," kata Bob dengan geram. "Mudah-mudahan
saja kita bisa menyusulnya."
Bob
menambah kecepatan dan melewati tikungan itu.
Jaguar
milik ayah Kelly nampak berhenti di depan sebuah bangunan berlantai tiga yang
terbuat dari batu bata.
"Jangan-jangan
dia tahu bahwa kita mengikutinya," ujar Kelly dengan was-was.
"Tidak
mungkin!" balas Bob. "Torres belum pernah melihat mobilku. Dia takkan
memperhatikan sebuah VW Kodok yang kebetulan lewat."
Bob
memutar mobilnya, lalu berhenti di pojok jalan. Ia dan Kelly segera turun dan
mengintip dengan hati-hati. Jaguar milik ayah Kelly telah lenyap. Kemudian
mereka menyusuri jalan yang gelap sampai ke pintu tempat penitipan mobil.
Pintu
gerbang ternyata terkunci rapat.
"Apa
yang akan kita lakukan sekarang?" bisik Kelly cemas.
"Mudah-mudahan
saja belum ada yang mengunci pintu kecil setelah Jupe pergi dari sini,"
kata Bob.
Ia
meraih ke dalam kantong jaket, lalu mengeluarkan kartu identitas yang terbuat
dari plastik. Kartu itu diselipkannya ke celah sempit antara pintu dan kusen.
Beberapa detik kemudian mereka telah berada di dalam.
Bob
dan Kelly memperhatikan deretan mobil yang berada dalam ruangan remang-remang
itu.
"Jupe
pasti parkir di sini tadi siang," kata Bob. "Coba kita cari mobil
ayahmu, Kelly."
Mereka
mulai menyusuri deretan mobil-mobil, dan akhirnya berhenti di depan lubang
lift. Landasannya berada di salah satu lantai atas. Mereka berusaha menangkap
suara-suara, tetapi suasana di sekeliling benar-benar hening. Tak ada suara.
Dan tak ada Jaguar.
"Kok
tidak ada?" ujar Kelly heran.
"Ssst!"
Bob mendesis. "Jangan keras-keras."
Tiba-tiba
saja lift mulai bergerak turun.
"Cepat!"
bisik Bob.
ia
meraih lengan Kelly dan menarik gadis itu ke balik deretan mobil terdekat.
Mereka segera berjongkok ketika landasan lift mulai kelihatan. Begitu sampai di
lantai dasar, Joe Torres langsung menyeberangi ruangan dan keluar ke jalan.
Bob
dan Kelly menunggu sebentar, lalu masuk ke lift.
"Mobil
ayahku pasti ada di atas sana," kata Kelly sambil mendongak.
"Menurut
Jupe, chop-shop itu berada di bangunan ini," ujar Bob. "Masalahnya,
di mana?"
"Sayang
sekali kau telah tahu tentang chop-shop kami, Bob Andrews," seseorang
tiba-tiba berkata. "Seharusnya kau tetap menekuni bidang musik saja."
Jake
Hatch berdiri di belakang mereka. Tangannya menggenggam sepucuk pistol. Pria
kekar di sampingnya juga membawa senjata api.
15. Terperangkap!
Di
dalam tempat persembunyiannya, Jupiter memasang telinga. Tetapi ia tidak
mendengar apa-apa. Selama beberapa saat tidak ada suara sama sekali.
Jaguar
itu seakan-akan menembus dinding, menggelinding ke bagian kanan dari suatu
ruangan tertutup, kemudian berhenti. Untuk sesaat masih ada bunyi samar-samar.
Kemudian suasana kembali hening.
Tiba-tiba
Jupiter mendengar suara palu di luar. Jupiter segera mengetuk dinding pembatas
ke ruang penumpang.
"Ty?"
Suara
Ty nyaris tak terdengar. "Hei, Jupe? Kau baik-baik saja?"
"Ya.
Di mana kita berada sekarang?"
"Coba
aku intip sebentar." Jupiter menunggu.
"Sepertinya
kita berada di salah satu lantai bengkel," ia akhirnya mendengar suara Ty.
"Ruangan ini tidak sebesar ruangan-ruangan yang lain. Kita berhenti di
salah satu pojok. Di seberang ada tiga orang yang sedang menangani sebuah
Maserati. Salah satu dari meieka kelihatan seperti Pete!"
"Tolong
keluarkan aku dari sini," kata Jupiter.
Ia
mendengar Ty turun dari mobil, kemudian memutar kunci tempat bagasi Jupiter
segera menyelinap keluar, lalu bersembunyi di samping mobil mewah itu bersama
Ty.
Di
seberang ruangan yang memanjang, Jupiter melihat tiga laki-laki yang sedang
membongkar sebuah Maserati berwarna merah tua.
Salah
satu dari mereka memang Pete.
"Rupanya
mereka langsung mempekerjakannya di sini," ujar Ty sambil merendahkan
suara.
"Mungkin
mereka sedang kekurangan tenaga kerja," kata Jupiter. "Dan selain itu
juga ada jaminan dari Tiburon. Hmm, mudah-mudahan saja Pete masih membawa
walkie-talkienya. Aku akan mencoba menghubungi dia. Yang lainnya terlalu jauh
untuk mendengar apa-apa."
Pete
sedang membongkar bemper belakang, sedangkan kedua mekanik lainnya lagi melepaskan
bemper depan. Sambil kerja mereka berbincang-bincang, tanpa memperhatikan rekan
mereka yang baru. Keduanya berbadan kurus kecil dan berwajah licik. Gerakan
mereka nampak lamban. Jupiter dan Ty melihat gagang pistol nongol dari kantong
salah satunya.
"Kelihatannya
mereka tidak mempedulikan Pete," Ty berkomentar.
Pengamatan
Ty ternyata keliru. Jupiter menghidupkan sinyal panggil pada walkie-talkienya.
Suara lemah pada pesawat Pete akan memberitahunya bahwa mereka ada di dekatnya.
Namun Pete tidak bereaksi, ia tetap bekerja seakan-akan tidak mendengar
apa-apa. Justru salah satu dari kedua mekanik lain yang mengangkat kepala.
"Suara
apa itu?"
"Oh,
itu hanya alarm pada jam tangan saya," jawab Pete dengan tangkas.
"Malam ini sebenarnya ada acara TV yang ingin saya tonton. Saya lupa
mematikan alarmnya."
"Ngomong-ngomong,
sudah jam berapa sekarang?"
"Hampir
setengah satu," ujar Pete.
"Hei,
berarti kita harus buru-buru, nih. Kita masih harus mengerjakan Jaguar di pojok
sana. Dan Tiburon beserta rombongannya mungkin masih akan membawa mobil-mobil
lain."
"Astaga!"
Pete berseru. "Bukankah sudah terlalu malam untuk membawa mobil ke
sini?"
Kedua
mekanik itu ketawa.
"Bos
selalu bilang: rejeki jangan ditolak, haha-ha!"
"Kalau
begitu, saya akan memeriksa Jaguar itu," kata Pete. "Mobil ini toh
sudah hampir selesai."
"Oke,
biar kami saja yang membereskannya."
Pete
meletakkan alat-alat ke lantai, kemudian membersihkan tangannya. Setelah yakin
bahwa kedua mekanik tadi sudah mulai bekerja lagi, ia menuju ke Jaguar.
"Siapa
yang ada di sini?" bisik Pete. ia membungkuk ke dalam Jaguar seakan-akan
sedang memeriksa sesuatu. "Di mana Kelly?"
"Aku
dan Ty," jawab Jupiter. "Kelly ada bersama Bob. Mestinya mereka
sedang menunggu di luar. Menurut rencana mereka mengikuti kami ke sini. Kau
sudah menemukan sesuatu?"
"Dugaanmu
benar, Jupe," ujar Pete. "Di sini ternyata memang ada chop-shop.
Mereka mengatakan bahwa mobil-mobil ini banyak kekurangan, sehingga bisa dibeli
dengan harga rendah. Tapi sikap Tiburon sudah menjelaskan duduk perkara
sebenarnya."
"Apakah
kedua rekanmu bersenjata?" tanya Ty.
"Hanya
salah satu dari mereka."
"Kenapa
hanya ada dua orang yang bekerja bersamamu?" Ty kembali bertanya..
Pete
berlagak memeriksa pintu Jaguar.
"Tiburon
mengatakan bahwa mereka sedang kekurangan tenaga. Tiga tukang bengkel mereka
sedang sakit. Tapi dia mengatakannya sambil ketawa. Jadi aku menarik kesimpulan
bahwa mereka ada di penjara. Yang lainnya sedang mencuri mobil di luar. Kita
beruntung sekali."
"Kalau
begitu kita ringkus mereka sekarang juga, sebelum yang lainnya kembali ke sini.
Setelah itu kita telepon polisi," kata Jupiter. Pete mengangguk, lalu
duduk di belakang kemudi untuk menjalankan mobil. Jupiter dan Ty segera
menyelinap ke bangku belakang dan menundukkan kepala. Pete menghidupkan mesin,
lalu menjalankan Jaguar itu dengan pelan ke arah kedua mekanik.
Tiba-tiba
terdengar suara gemuruh. Dinding sebelah kiri membuka, seolah-olah digeser ke
samping!
"Sebuah
pintu rahasia!" Jupe berseru dengan suara tertahan. "Pintu rahasia di
belakang lift! Rupanya begini caranya membawa mobil-mobil curian itu ke
sini!"
Baru
sekarang mereka menyadari bahwa sebagian dinding terbuat dari batu bata palsu
yang ditempelkan pada sebuah pintu geser.
"Kita
berada di bangunan sebelah tempat penitipan mobil," kata Ty. "Ruangan
ini benar-benar tersembunyi. Mobil-mobil curian masuk dalam keadaan utuh,
kemudian keluar dalam keadaan terbongkar."
"Hei,
lihat!" Pete tiba-tiba berkata sambil membelalakkan mata.
Jake
Hatch dan Max, si penjaga pintu, keluar dari lift. Mereka menggiring Bob dan
Kelly sambil menodongkan pistol.
"Ya,
Tuhan!" Pete mendesah. "Mereka menangkap Kelly dan Bob. Kita harus
menyelamatkan mereka!"
"Sebaiknya
kita bertindak sekarang juga," kata Ty. "Sebelum anggota komplotan
yang lain datang."
"Tapi
mereka bersenjata," ujar Jupiter was-was. Pete segera menginjak rem. ia
benar-benar kebingungan. Apa yang harus mereka lakukan?
Jake
Hatch dan Max menggiring Bob dan Kelly ke arah para mekanik. Jake Hatch nampak
geram sekali.
"Kami
menangkap mereka di bawah," ia menggerutu. "Mereka sedang mencari
sebuah chop-shop di bangunan sebelah. Sekarang mereka telah menemukannya.
Sayang sekali mereka takkan sempat memberitahu siapa-siapa."
"Teman-teman
kami tahu di mana kami berada," Bob mencoba menggertak. "Ty akan
membawa polisi ke sini."
"Itu
si konyol yang dimintai tolong oleh Tiburon untuk membawa Mercedes merah itu
dari Ox-nard,"
Max
menjelaskan. "Dia memang sempat membawa polisi ke tempat Torres."
"Dasar
tolol!" Jake Hatch marah-marah. "Aku kan sudah melarang mereka untuk
mencuri mobil tanpa izin."
"Tiburon
baru tiga kali melakukannya, Bos," kata Max.
"Tiga
kali terlalu banyak!" Jake Hatch berkomentar sambil menggelengkan kepala.
"Dan sekarang kita harus menyingkirkan kedua anak ingusan ini." ia
memandang sekeliling. "Mana anak baru itu?"
"Dia
lagi mengambil Jaguar di pojok sana," ujar salah seorang mekanik.
"Awas,"
bisik Pete. "Mereka melihat ke sini. Bersiap-siaplah!"
Ia
kembali menjalankan mobil ayah Kelly pelan-pelan.
"Jaguar
yang mana?" tanya Hatch sambil mengerutkan alis.
"Yang
dibawa Torres setengah jam lalu," kata si mekanik. "Hadiah dari
Tiburon, katanya."
"Dasar
brengsek! Untung saja masih mulus." Hatch berpaling pada Bob dan Kelly.
"Sorry mengenai semuanya ini, Andrews. Tapi seharusnya kau tidak perlu
mencampuri urusanku."
Pete
semakin mendekat. Hatch, Max, dan kedua mekanik berdiri menghadap Bob dan
Kelly.
"Hei,
Max! Mobil ini harus kubawa ke mana?" tanya Pete sambil mengeluarkan
kepala lewat jendela.
Jupiter
dan Ty melihat perubahan pada wajah Bob dan Kelly ketika mereka mengenali suara
Pete. Saraf mereka terasa tegang sewaktu Pete mengurangi kecepatan.
"Lho,
kenapa dia ada di sini?" seru Joe Torres sambil menuding Bob. ia baru saja
keluar dari lift. "Anak ini yang mengantarkan mobil untuk..."
"Sekarang,
Pete!" teriak Jupiter.
Kaki
Pete segera menginjak pedal gas. Sedan Jaguar itu melesat maju-tepat ke arah
keempat pria yang berdiri sambil terbengong-bengong.
16. El Tiburon
Angkat Bicara
Jaguar
yang dikemudikan Pete meluncur ke arah keempat orang itu.
Mereka
berdiri seperti patung. Mereka dicengkeram rasa panik, sehingga tidak dapat
menggerakkan lengan untuk membidikkan pistol. Dengan mata terbelalak mereka
menatap mobil yang semakin mendekat.
Baru
kemudian semuanya berlompatan ke segala arah untuk menyelamatkan diri.
Max,
si penjaga pintu, membentur lantai dengan keras, ia mengerang kesakitan dan
terpaksa melepaskan pistol.
Kedua
mekanik meloncat kalang-kabut. Pistol di kantong salah satunya terselip ke
luar, kemudian jatuh ke tumpukan bagian-bagian Maserati yang telah dibongkar.
Hanya
Jake Hatch yang tetap berkepala dingin, ia melompat, berguling-guling di
lantai, kemudian berlutut sambil mengarahkan pistolnya ke arah Pete yang duduk
di balik kemudi Jaguar. Bob mendorong Kelly ke balik sebuah tiang, lalu
menendang pistol di tangan Jake Hatch sampai terpental jauh. Hatch mencoba
menghajar Bob. Tetapi pemuda itu segera membalas dengan melancarkan pukulan
sikut ke kepala lawannya. Jake Hatch langsung roboh.
Pete
mengerem habis, dan berhenti beberapa senti di depan Maserati yang sudah
setengah terbongkar.
Langsung
saja ia turun dari mobil. Dengan satu lompatan panjang ia menghampiri Jake
Hatch, yang sedang mencoba untuk kembali berdiri.
Ty
juga sudah keluar dari tempat persembunyiannya, ia menyerbu ke arah Joe Torres,
yang masih berdiri di dekat pintu elevator sambil berusaha menarik pistolnya
dari kantong. Keduanya terjatuh ke lantai.
Jupiter
berlari ke arah Bob, yang sedang bergelut melawan Max. Tukang pukul yang kekar
itu sudah bangkit lagi, dan mencoba meraih pistolnya. Bob melancarkan tendangan
tobi-yo-ko-geri, tetapi Max segera menangkisnya. Kemudian ia membungkuk untuk
memungut pistolnya.
Di
luar dugaan Max, ia ditabrak dari belakang oleh Jupiter sehingga terjatuh lagi.
Sambil mengumpat-umpat tukang pukul itu berdiri lagi. Kali ini Jupiter
menumbangkannya dengan menggunakan suatu teknik lemparan judo, lalu melompat ke
atasnya. Bob melompat ke atas Jupe. Max menyumpah-nyumpah, tetapi bobot kedua
pemuda itu memaksanya untuk tetap terbaring di lantai.
Kedua
mekanik yang belum kebagian lawan mulai berdiri. Namun kemudian mereka
menyadari bahwa mereka sedang berhadapan dengan Kelly Madigan. Gadis itu telah
memungut pistol Jake Hatch. ia membidikkannya ke arah kedua mekanik, yang mendadak
berdiri seperti terpaku di tempat
"Tenang,
Nona! Tenang!"
"Kami
takkan bergerak!"
Keduanya
mengangkat tangan untuk menutupi wajah masing-masing. Sudah jelas bahwa mereka
takkan berani macam-macam.
"Untung
saja kalian dikarunia otak yang encer," ujar Kelly sambil memberi isyarat
dengan pistol. "Duduk, dan jangan bergerak!"
Pete
menghajar dada Jake Hatch, sehingga pemimpin komplotan pencuri mobil itu sekali
lagi terjatuh. Kali ini ia tetap terbaring sambil mengerang kesakitan.
Tanpa
kesulitan yang berarti Ty berhasil meng-KO Joe Torres. ia mengambil pistol
lawannya, lalu menyelipkan senjata api itu ke ikat pinggangnya. Kemudian ia
menghampiri Kelly, dan mengambil pistol yang ada di tangan gadis itu.
Bob
dan Jupiter menemukan gulungan kabel, dan menggunakannya untuk mengikat kaki
dan tangan Max. Si penjaga pintu memberontak dan meronta-ronta, namun ia tidak
bisa berbuat apa-apa.
Sambil
nyengir, Bob kembali berdiri. "Nah, kelihatannya kita sudah berhasil
meringkus komplotan pencuri mobil ini."
"Ya,
kita berhasil!" Pete berseru dengan gembira.
"Lengkap
dengan barang bukti," Jupiter menambahkan sambil melirik Maserati yang
sudah setengah terbongkar.
"Sebaiknya
kita ikat semuanya dan memungut pistol-pistol mereka," kata Ty. "Aku
akan membidikkan pistol ini, supaya mereka jangan macam-macam."
Pete
dan Jupiter menemukan segulung tali di salah satu pojok ruangan. Beberapa saat
kemudian kedua mekanik dan Joe Torres pun sudah dalam keadaan terikat. Bob
mengambil pistol si mekanik, kemudian memungut pistol Max dari lantai. Pete dan
Jupiter membalik untuk mengikat Jake Hatch. Dia masih mengerang-erang sambil
memegangi dadanya.
Namun
sebelum sempat berbuat apa-apa, mereka mendengar suara langkah. Sekelompok
orang tiba-tiba muncul dari suatu ruang kecil di belakang Maserati tadi.
"Hei,
mana lift brengsek itu? Kami membawa enam mobil mulus," ujar El Tiburon,
ketika ia masuk melalui sebuah pintu yang luput dari perhatian Jupiter dan
teman-temannya. Kemudian ia berhenti dan membelalakkan mata. "Ay,
Chihuahua! Ada apa ini?"
Keempat
anggota bandnya, serta beberapa pemuda Latino lain, berdiri di belakang El
Tiburon. Dia masih mengenakan pakaian panggungnya yang berwarna serba putih.
Jupiter
maju dan menghampirinya. "Semuanya sudah selesai, Tiburon. Kami telah
mengamankan bosmu, tukang pukulnya, Joe Torres, dan Maserati curian itu.
Sebaiknya kau dan teman-temanmu menyerah saja."
"Oh,
ya?" ujar Tiburon sambil memandang ke sekeliling, ia menatap pistol-pistol
di tangan Ty dan Bob. Kemudian ia menatap anak buahnya.
Jake
Hatch mendadak sembuh. Dengan geram ia berteriak, "Tiburon, bereskan
anak-anak ingusan itu! Hajar mereka!"
Tiburon
mengangkat bahu. "Nanti dulu, Bos! Mereka pegang pistol. Sedangkan kalian
takkan bisa membantu."
"Ah,
mereka kan hanya anak-anak kecil! Mereka sama sekali tidak bisa menggunakan
pistol. Kalian bisa mengatasi mereka."
Pemuda
Latino itu tersenyum.
"Mungkin
saja," katanya. "Tapi aku rasa, sudah waktunya aku dan anak buahku
mendapat kenaikan gaji."
"Upah
kalian sudah terlalu tinggi," Hatch marah-marah. "Bereskan anak-anak
ini! Gara-gara kau semuanya ini terjadi! Dasar Latino estupido! Dungu!"
Tiburon
langsung memelototi bosnya. Para anggota band di belakangnya terdengar
menggerutu dengan kesal.
Jupiter
segera menyadari perubahan itu. ia bertindak dengan cepat, dan mulai berbicara
pada Tiburon.
"Kau
diperalat, Tiburon. Kalian semua diperalat oleh Hatch. Dia sama sekali tidak
menghargai kalian. Bagi Hatch, El Tiburon and the Piranhas hanyalah sekelompok
badut yang bisa dimanfaatkan."
Kelihatannya
Tiburon tidak memperhatikan ucapan Jupiter. ia terlalu sibuk memelototi Jake
Hatch.
"Hei,
Bos! Kau mau minta bantuan pada sekelompok pemuda Latino yang dungu, heh?"
Wajah
Jake Hatch menjadi merah padam. "Bereskan mereka, atau kupecat kalian
semua! Dasar Latino tak berotak! Kalian takkan pernah lagi bekerja untukku.
El
Tiburon menggeleng. "Hei, apa yang bisa kami lakukan? kami kan hanya
segerombolan orang dungu. Latino estupido! Pemalas-pemalas tak berguna?" ia
tersenyum sinis, lalu menatap Jupiter. "Hei, Anglo gendut, kami
akan-menceritakan semuanya tentang Jake Hatch-dan komplotannya. Tapi kau harus
mempengaruhi polisi agar bersikap ramah terhadap El Tiburon and the Piranhas,
oke?"
"Tak
ada yang bisa mempengaruhi polisi, Tiburon. Kau tahu itu," ujar Ty, yang
masih menggenggam pistol.
"Tapi
kami akan berusaha sebisa mungkin," Jupiter cepat-cepat menambahkan.
"Kami tahu bahwa kalian hanya bertugas membawa mobil-mobil itu ke sini.
Kalian bukan pencuri. Dan juga bukan kalian yang membongkar mobil-mobil
itu."
Tiburon
mengangguk. "Kau cukup cerdik untuk anak seusiamu. Yeah, mereka
menyerahkan mobil-mobil curian yang sudah dicat agar mirip dengan low-rider
kami. Mobil-mobil itu kami pakai ke tempat pertunjukan. Kemudian kami membawa
semuanya ke sini."
"Bagaimana
dengan Mercedes merah itu?" Ty bertanya dengan geram. "Mercy yang
kaucuri di Oxnard?"
Tiburon
mengangkat bahu. "Oke, memang ada mobil yang aku curi. Aku tergoda untuk
mendapatkan uang dengan cepat."
"Tiburon,"
ujar Jupiter, "kalau kau bersedia menjadi saksi dalam kasus ini, maka haim
pasti bersedia memberikan keringanan bagimu dan teman-temanmu."
"Jangan
dengarkan ocehan busuk itu!" teriak Hatch. "Aku akan menaikkan
gajimu. Bayaran kalian semua akan kunaikkan. Kalian akan menjadi band terkaya
di kota ini."
Tiburon
menatap Hatch, kemudian Jupiter dan Ty, lalu anak buahnya, ia mengangkat bahu.
"Oke,
Anglo! Kita ke polisi saja."
Ty
menurunkan pistol di tangannya. Pete nyengir lebar. Bob dan Jupiter menarik
napas lega. Kelly berlari ke arah Pete, kemudian merangkul pacarnya itu. Pete
tersipu-sipu. Kelly ketawa, mencium Pete, kemudian melepaskan rangkulannya.
Tiba-tiba
saja Jake Hatch melompat maju dan menangkap Kelly, ia menggunakan gadis itu sebagai
perisai, memuntir lengannya, dan mundur ke arah lift. Kalau ada yang nekat
menembak, maka Kelly yang akan terkena lebih dulu.
"Semua
tetap di tempat masing-masing! Jangan coba-coba jadi pahlawan. Nona manis ini
yang akan menanggung akibatnya. Mengerti?"
Tak
ada yang bergerak ketika Hatch memasuki lift bersama Kelly. Kemudian dinding
palsu mulai menutup perlahan-lahan.
17. Mobil Siapa
yang Tercepat?
Semuanya
kaget setengah mati. Pete berlari ke dinding palsu yang kini telah tertutup
rapat.
"Bagaimana
cara membukanya? Cepat!" ia menatap Tiburon.
Tetapi
pemuda Latino itu hanya mengangkat bahu. "Aku sendiri tidak tahu. Biasanya
selalu ada yang membukakannya."
"Pikir
saja sendiri, Bung!" ujar Joe Torres sambil ketawa.
"Bos
kami terlalu cerdik untuk bocah-bocah tengil seperti kalian," Max
menambahkan.
Kedua
mekanik hanya bisa menggeleng. Mereka pun tidak tahu bagaimana caranya membuka
pintu rahasia itu Jupiter segera menghampiri Tiburon.
"Bagaimana
kalian bisa masuk ke sini tadi?"
"Lewat
tangga belakang," jawab Tiburon. "Kami selalu keluar lewat jalan
itu."
"Tangga?
Mana?" seru Pete. "Cepat, tunjukkan!"
"Oke,
tapi tangga itu keluar di jalan yang salah. Maksudku, kau harus ke depan dulu
untuk sampai ke pintu penitipan mobil."
"Tunjukkan
tangganya!" teriak Pete.
"Aku
akan menemanimu," kata Ty sambil menyelipkan pistol ke ikat pinggangnya.
"Bob, kau jaga bajingan-bajingan ini."
Tiburon
membawa Pete dan Ty ke pojok ruangan yang berseberangan dengan lift mobil.
Pintu ke ruang kantor ternyata tersembunyi di balik tonjolan dinding.
"Pintu
ini takkan bisa dibuka tanpa mengetahui letak kunci rahasianya," kata
Tiburon. ia menarik sebuah tabung pemadam api yang terpasang di dinding, dan
pintu kantor segera membuka.
Pete
dan Ty berlari menuruni tangga, lalu keluar ke jalanan. Bulan purnama nampak
jelas di langit yang gelap. Tanpa membuang-buang waktu Pete dan Ty berlari ke
pintu tempat penitipan mobil. Pintu besar itu masih tertutup dan terkunci
rapat.
"Dia
masih di dalam!" kata Pete.
"Kecuali
kalau ada jalan keluar lain," ujar Ty. "Hati-hati, Pete. Keselamatan
Kelly tergantung pada kita."
Pete
mengangguk, ia mencoba membuka pintu kecil di samping gerbang. Pintu itu
ternyata tidak dikunci. Mereka segera menyelinap masuk. Keadaan di dalam nyaris
gelap-gulita. Satu-satunya sumber cahaya adalah lampu redup di dekat lift.
Mereka
memasang telinga. Tidak ada suara apa pun.
"Dia
sudah pergi," ujar Pete dengan putus asa. "Dan dia membawa
Kelly."
Ty
mengerutkan kening. "Belum tentu! Kau dengar bunyi itu?"
Samar-samar
Pete mendengar bunyi ketukan. Sepertinya seseorang sedang mengetok permukaan
logam. Bunyi itu berasal dari sebelah kanan lift.
"Itu
pasti Kelly!" kata Pete "Ayo, Ty!" ia segera menyusuri deretan
mobil. Ty berada di belakangnya. Dalam sekejap saja mereka sudah sampai ke
jalan menuju lift. Mereka berhenti dan memasang telinga.
Tiba-tiba
sepasang lampu mobil menyala di sebelah kanan mereka. Cahaya itu menyorot tepat
ke arah Pete dan Ty.
Dari
ujung jalan terdengar suara mesin meraung-raung. Sebuah mobil sedan melesat ke
arah mereka. Makin dekat, kecepatan semakin bertambah.
Pete
dan Ty langsung melompat mundur. Mobil itu melewati mereka, ki-mudian menabrak
mobil-mobil yang sedang parkir.
"Sebuah
Rolls-Royce!" Pete berseru. ia tidak punya waktu untuk mengatakan apa-apa
lagi. Rolls-Royce itu memutar sambil menyerempet mobil-mobil lain, kemudian
kembali ke arah Pete dan Ty.
"Dia
mau menabrak kita!" teriak Ty. "Lompat!"
Sekali
lagi mereka menghindar. Rolls-Royce itu kembali menyeruduk mobil-mobil lain. Pete
dan Ty berusaha kabur. Namun ke mana pun mereka lari, Rolls-Royce itu tetap
mengejar mereka. Jake Hatch sama sekali tidak peduli bahwa ia
memporak-poranda-kan mobil-mobil yang ada di ruangan besar itu.
Ty
mengambil pistol dan berusaha membidik-kannya pada roda-roda Rolls-Royce yang
mengejar-ngejar mereka.
"Jangan!"
teriak Pete sambil membelalakkan mata. "Kelly juga ada di mobil itu."
"Aku
akan mencoba menembak bannya," balas Ty sambil melompat ke samping.
Rolls-Royce
itu telah rusak berat. Namun sedan yang kokoh itu jauh lebih kuat dibandingkan
mobil-mobil yang ditabraknya.
Tiba-tiba
saja Ty memperoleh kesempatan untuk menembak. Langsung saja ia menarik picu.
"Sial,
meleset!" ia mengumpat.
Rolls-Royce
itu membelok, menyerempet empat buah mobil, lalu kembali melaju.
"Dia
mencoba melarikan diri!" seru Pete.
"Gara-gara
aku menembak tadi," balas Ty. "Dia takut pada pistolku!"
Rolls-Royce
itu menuju ke arah pintu. Pete dan Ty berlari untuk memotong jalannya.
"Hatch
harus turun untuk membuka kunci pintu!" Pete berseru. "Itu kesempatan
kita!" Mereka hampir sampai di pintu, ketika Rolls-Royce itu membelok ke
kiri dan langsung tancap gas.
"Dia
tidak akan berhenti!" teriak Ty. Dengan kecepatan tinggi mobil mewah itu
menerjang pintu.
"Ayo,
ke mobilku!" teriak Pete. "Cepat!"
"Tidak
ada waktu," ujar Ty dengan napas tersengal-sengal. "Nanti dia keburu
kabur."
Pete
tidak menjawab, ia langsung bergegas ke jalanan.
Karena
melaju terlalu kencang, Jake Hatch tidak berhasil membelokkan Rolls-Roycenya
secara sempurna. Mobil itu menabrak pagar di seberang jalan, terpaksa mundur
beberapa meter, kemudian baru menjauh. Pete segera mengelilingi tempat
penitipan mobil untuk mengambil Fiero-nya.
"Dia
sudah terlalu jauh untuk dikejar," Ty berseru ketika mereka naik ke mobil
Pete.
Namun
ketika mereka membelok, Rolls-Royce itu ternyata belum jauh. Mobil itu nampak
menggelinding pelan, sambil berpindah-pindah dari jalur kiri ke jalur kanan.
"Hah,
pasti rusak berat!" Ty berseru. "Kita..."
"Astaga!
Lihat itu!" Pete memotong.
Di
dalam Rolls-Royce itu, Kelly sedang mengadakan perlawanan sengit. Gadis itu
berusaha mencegah Jake Hatch untuk membawanya kabur.
Tiba-tiba
saja pintu Rolls-Royce membuka, dan Kelly melompat keluar. Jake Hatch langsung
tancap gas.
Kelly
berdiri menghalangi mobil Pete, sehingga pacarnya itu terpaksa mengerem habis.
"Ayo
masuk, Kelly!" Pete berseru melalui jendela. "Kita akan
mengejarnya."
Kelly
segera membuka pintu, lalu memanjat melewati Ty ke bangku belakang.
"Pokoknya
aku tidak mau ketinggalan!" ia berkata dengan napas tersengal-sengal.
Pete
menatapnya sambil tersenyum.
"Kalau
begitu, bersiaplah!" ujar Pete. "Kau pasti akan terguncang-guncang di
belakang."
Pete
menyetir seperti kesetanan. Bahkan Ty pun menjadi pucat pasi. Dalam beberapa
menit saja mereka sudah berhasil mengejar Rolls-Royce di hadapan mereka. Dengan
kecepatan tinggi kedua mobil itu melewati jalan-jalan yang gelap.
Akhirnya
Hatch menyeberangi sebuah lapangan, menyelinap di antara pilar-pilar jalan
layang, kemudian meneruskan perjalanan di atas rel kereta api. Tapi ia tidak
berhasil mengecoh Pete. Ketika mencapai jalan lurus yang menyusuri pantai,
Hatch langsung menambah kecepatan. Namun Pete tidak mau menyerah.
Dalam
keputus-asaannya Hatch berusaha mencapai jalan layang. Ia harus melewati
tikungan tajam yang menembus di bawah jalur bebas hambatan. Untuk sesaat
kelihatannya ia akan berhasil mengambil tikungan yang patah itu.
Tapi
Pete tidak tinggal diam. Secara nekat ia memotong Rolls-Royce yang sedang
mengurangi kecepatan. Hatch membanting setir. Mobilnya meluncur tak terkendali,
lalu menabrak pilar beton yang kokoh.
Ty
langsung turun, ia membuka pintu Rolls Royce dan menarik Hatch keluar. Pemimpin
komplotan pencuri mobil itu digiringnya ke mobil Pete, didorong ke bangku
belakang, kemudian diduduki.
"Sekarang
Hatch baru tahu siapa yang memiliki mobil paling cepat di sini," ujar Ty.
Sambil
terkagum-kagum Kelly menatap pacarnya. Pete nyengir bangga. Dan mereka kembali
ke tempat penitipan mobil.
Ternyata
yang lainnya sudah menunggu di depan pintu. Tiburon dan gangnya berdiri di
sebelah kanan. Para tawanan dijaga oleh Bob. Pete langsung membawa Jake Hatch
ke rombongan itu.
"Sudah
ada yang memanggil polisi?" tanya Ty.
Bob
mengangguk. "Kata Jupe, dia yang akan menelepon polisi."
Pete
melihat ke sekeliling. "Hei, di mana dia?"
Sebuah
erangan mengerikan terdengar dari dalam tempat penitipan mobil. Jupiter berdiri
di antara bangkai-bangkai mobil, ia sedang menatap tumpukan logam yang sudah
tak bisa dikenali.
Kemudian
Bob membelalakkan mata. "Itukah mobilmu yang baru?" ia bertanya
hati-hati.
Honda
Civic kepunyaan Jupiter ternyata sudah hancur total! Jake Hatch telah
menabraknya berkali-kali.
"Mobilku!"
Jupiter mendesah. "Dan sekarang aku tidak punya uang lagi."
Yang
lainnya berusaha menghibur sebisa mungkin. Ty berjanji mencarikan mobil yang
lebih baik lagi.
"Kau
pasti akan mendapat ganti-rugi dari asuransi," ujar Ty. "Dan kita
akan mencari jalan untuk mengumpulkan uang tambahan." ia tersenyum lembut
"Eh, kau sudah menelepon polisi, Jupe?"
Jupiter
kembali mendesah. "Aku lupa sama sekali waktu melihat keadaan
mobilku." Kemudian ia memaksakan diri untuk tersenyum. "Tapi
setidak-tidaknya kita sudah berhasil meringkus komplotan ini. Dan ini berarti
bahwa kau sudah bebas dari segala tuduhan, Ty!"
Tiba-tiba
mobil-mobil patroli muncul di kedua ujung jalan. Beberapa petugas turun sambil
menggenggam pistol. Mereka dipimpin oleh Detektif Cole dan Sersan Maxim.
"Hei,"
ujar Ty. "Sersan Maxim pasti menyangka bahwa ia akhirnya berhasil
menangkapku pada waktu melakukan kejahatan!"
Dan
sambil nyengir lebar, Ty mengangkat tangan dan berlagak menyerah.
TAMAT
Edit
by: zhe (zheraf.wapamp.com)
http://www.zheraf.net
Emoticon