BAB VI JUPE CURIGA
Hari berikutnya anak-anak itu berkumpul di Jones Salvage Yard. Bob dan Pete duduk di sekeliling meja besar di dalam markas, wajah mereka muram. Bob membolak-balik halaman sebuah majalah tanpa tujuan tertentu sementara Pete duduk bertopang dagu.
Tiba-tiba kepala Jupe muncul
dari Lorong Dua. Ia tersenyum ceria.
"Mengapa kau begitu
gembira?" tanya Bob curiga.
"Pasti Bibi Mathilda
telah membuat panekuk untuk sarapan," kata Pete, berusaha tertawa.
"Bibi Mathilda,"
kata Jupe, "memang telah membuat panekuknya yang telah terkenal di seluruh
dunia untuk sarapan ... tapi bukan itu yang membuatku gembira," katanya
dengan misterius.
Bob menyingkirkan majalah yang
sedari tadi dibolak-baliknya. "Kita baru saja menemui kasus pertama kita
yang tak terpecahkan dan kau bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa,"
katanya. "Ada apa?"
Jupe hanya setengah
mendengarkan. Ia sibuk di bagian belakang karavan, mencari sesuatu di salah
satu lemari kecil yang ada di markas.
"Aha!" serunya.
"Ini dia!" Ia mengeluarkan alat penjejak yang dulu dibuatnya untuk
sebuah kasus. Kotak logam kecil itu setiap beberapa saat meneteskan suatu
cairan. Jika ditempelkan pada sebuah kendaraan dengan magnet kuat yang terdapat
di baliknya, anak-anak tinggal mengikuti jejak cairan tersebut. "Kasus ini
jauh dari ’tak terpecahkan’!" kata Jupe. "Bahkan kita mungkin lebih
dekat ke pemecahannya daripada yang kita kira!"
"Apa?!" seru Bob
dan Pete. "Chief Reynolds bilang kita tidak boleh ikut campur lagi!"
"Tidak tepat,"
kata Jupe dengan senyum simpul di mukanya yang tembam. "Ia bilang ’tinggal
di rumah’, secara spesifiknya AKU tinggal di rumah!" kata Jupe penuh
kemenangan.
"Ia tidak pernah bilang
bahwa kalian berdua harus tinggal di rumah ... dan ia sama sekali tidak pernah
bilang bahwa kita tidak boleh ikut campur!"
Bob dan Pete tahu dari
pengalaman bahwa berdebat dengan Jupiter tentang sesuatu yang menyangkut daya
ingat tidak ada gunanya. Daya ingat Jupe sangat hebat, ia dapat mengingat apa
yang dikatakan orang- orang, kata per kata, dan dapat mengulanginya kapan pun
perlu.
Bob dan Pete duduk tegak
dengan bersemangat. "Apa yang ada di pikiranmu, Pertama?" tanya Bob.
"Aku sedang berbaring
di ranjang semalam," kata Jupe antusias, "memikirkan kasus kita
ketika aku menyadari bahwa ada satu orang di Rocky Beach yang akan memperoleh
keuntungan besar dengan mencemarkan nama baik kita. Bahkan orang ini akan
memiliki kesempatan untuk mendapatkan lima ratus dolar, tepatnya!"
"Aku tidak
mengerti," kata Pete. Bob berpikir sejenak, lalu menjentikkan jarinya
penuh semangat.
"Maksud Jupe Leo
Magellan, ahli sejarah kesenian yang bersama kita akan berbagi uang hadiah dari
Klub Rotary!" seru Bob. "Tentu saja! Mengapa tidak terpikir olehku
sebelumnya?"
"Tidak terpikir olehku
juga, Bob, sampai tadi malam," jawab Jupe. "Seharusnya aku sudah
harus menarik kesimpulan ini sejak awal," katanya, menyesali dirinya yang
telah melewatkan sesuatu yang jelas.
Pete merasa akhirnya ia
mengerti. "Jadi Magellan memfitnah kita dengan pencurian-pencurian itu,
berharap dapat mencemarkan nama baik kita sehingga ia akan mengantungi seluruh
seribu dolar hadiah itu, benar bukan?"
"Tepat sekali,
Pete," ujar Jupiter. "Dan sekarang kalian berdua akan mengunjungi
Museum Kesenian dan Ilmu Pengetahuan Rocky Beach. Salah satu dari kalian akan
menanyai Mr. Magellan sementara yang lainnya mengamati dari jauh untuk melihat
apa yang terjadi ... dan kemudian membuntutinya seandainya ia pergi setelah
ditanyai."
Bob menimbang-nimbang.
"Menurutmu dia akan gugup dengan pertanyaan kita dan kelepasan bicara,
Jupe?"
"Benar. Dan jika ia
kelepasan, kita akan merekamnya di kaset!" Jupe mengeluarkan sebuah alat
perekam kecil dari dalam laci di salah satu dari banyak lemari yang berjajar di
salah satu dinding markas. "Nyalakan ini, Data, saat kau bicara dengannya.
Aku berharap ia akan cukup marah atau, lebih mungkin, cukup arogan karena kita
hanya anak- anak, dan kelepasan," kata Jupe menerangkan. "Maka kita
akan punya cukup bukti untuk membersihkan nama kita!"
Pete nampak ragu-ragu.
"Kedengarannya bagus, Jupe, tapi bagaimana jika Magellan tidak mau bicara
apa-apa? Semua orang tahu ia benci anak-anak. Bahkan ia mungkin saja tidak
memberi kita kesempatan sama sekali untuk bicara!"
"Menurut perasaanku,
hanya dengan melihat kalian saja ia akan merasa ketakutan," kata Jupiter.
"Salah satu dari kalian harus membuatnya bicara. Kita hanya akan
menggunakan alat penjejak sebagai alternatif terakhir. Ingat, Chief Reynolds tidak
ingin kita terlibat lebih jauh!"
"Apakah sebaiknya kami
pergi sekarang?" tanya Bob.
"Jangan. Kita tunggu
sampai menjelang waktu tutup museum sehingga kalian berdua dapat melihat ke
mana ia pergi jika perlu," jawab Jupe.
"Baiklah," kata
Bob. "Aku hendak pulang untuk beberapa jam kalau begitu. Aku berjanji pada
ayahku untuk membantu membersihkan garasi hari ini."
"Baik," kata Jupe.
"Sementara itu Pete dan aku dapat bekerja untuk Bibi Mathilda ... ia sudah
berulang kali mengeluhkan tumpukan besar kayu di pojok pangkalan. Pasti ia akan
terkejut jika kita mengerjakannya tanpa disuruh."
"Setelah makan siang
dengan roti ham, kentang goreng, kue-kue, dan limun, tentu saja," kata
Pete menyeringai.
"Tentu saja," kata
Jupe setuju, menjilat bibirnya. Ketiga anak itu berebut keluar dari karavan
dengan perut keroncongan.
BAB VII LELAKI PEMBENCI
ANAK-ANAK
Hari telah siang ketika Bob
mengayuh sepedanya kembali ke Jones Salvage Yard. Dengan gesit ia meloncat
turun dari sepedanya dan mencungkil sebuah mata kayu yang terdapat pada salah satu
papan pagar. Ia memasukkan jarinya ke dalam lubang dan menarik tuas yang
membuka Gerbang Hijau Satu dan masuk ke bengkel Jupe di pojok pangkalan. Pete
dan Jupe sudah berada di sana.
"Siap berangkat?"
tanya Bob.
"Aku tidak mengerti
mengapa aku yang harus bicara dengan orang ini!" gerutu Pete. "Bob
lebih baik daripada aku dalam hal-hal seperti ini!"
Jupe sedang sibuk memasukkan
sebuah kaset ke dalam alat perekam kecil. "Suatu latihan yang bagus,
Dua," katanya, "pokoknya kau ingat saja untuk berdiri tegak, bicara
dengan lambat dan jelas, dan bersikap seperti seorang dewasa menghadapi situasi
semacam ini."
"Tapi apa yang harus
kutanyakan kepadanya?" seru Pete, mengusap rambutnya dengan gugup.
Jupiter bersandar pada mesin
cetak dan berpikir selama beberapa saat, memikirkan apa yang akan dikatakannya
jika ia berada dalam situasi itu. Akhirnya ia menganggukkan kepala.
"Bilang saja,
'akhir-akhir ini banyak terjadi pencurian di daerah Rocky Beach ... apakah Anda
sebagai seorang direktur museum khawatir karenanya, Mr. Magellan?' ... lalu
lihat apa reaksinya. Lanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu dan
lihat apa yang terjadi," Jupe menjelaskan dengan sabar. "Jika ia
bereaksi --dugaanku --dengan penuh emosi, kita akan punya cukup bahan di dalam
kaset ini untuk menuntaskan kasus ini sebelum matahari terbenam!"
"Aku masih tidak
mengerti mengapa Bob mendapat tugas yang gampang!" Pete menggerutu.
"Dalam kasus berikutnya
aku akan mengambil tugas yang kotor," Bob tertawa sambil mendorong
sepedanya keluar melalui jalan rahasia yang sama. "Sekarang, mari kita
pergi!"
"Aku selalu siap di
samping telepon seandainya terjadi sesuatu," seru Jupe.
Bob mengangguk dan kedua
detektif itu mengayuh sepeda mereka menuju museum kesenian. Mereka baru
beberapa blok dari pangkalan ketika Bob menoleh ke arah Pete dengan raut wajah
serius.
"Ada apa?" tanya
Pete.
"Mungkin aku
salah," kata Bob, "tapi sepertinya ada yang membuntuti kita!"
"Mana?" tanya Pete
gugup. Sudah lama ia belajar dari Jupe bahwa sebagai seorang detektif mereka
tidak boleh menoleh ke belakang untuk melihat apakah ada yang membuntuti ...
itu sama saja memberi tahu yang membuntuti bahwa mereka tahu. Ia menunggu Bob
memastikan kecurigaannya.
"Sebuah mobil hitam,
kira-kira satu blok di belakang kita," kata Bob. "Aku menyadarinya
ketika kita meninggalkan pangkalan tadi."
"Apakah sebaiknya kita
lakukan aksi ban kempis?"
Bob mengangguk setuju. Aksi
ban kempis adalah hasil rekaan Jupe untuk menghadapi situasi semacam ini. Pete
menghentikan sepedanya dan meloncat turun sementara Bob berputar dan
menunggunya memeriksa bannya. Pete memeriksa jeruji roda dan menekan-nekan ban
depannya beberapa kali, memeriksanya dengan seksama, memberi kesempatan kepada
Bob untuk melihat dengan jelas mobil hitam yang misterius itu.
"Kurasa ia tahu,"
kata Bob muram. "Ia berbelok di persimpangan.
Marilah berharap ini hanya
kebetulan." *****
Beberapa menit kemudian
kedua anak itu tiba di sebuah jalan dengan pepohonan di tepinya. Pemandangan
dari jalan itu sungguh mengagumkan, sebuah bangunan besar dari batu dengan
banyak pilar marmer. Sebuah air mancur yang sangat besar dengan dua malaikat
terdapat di depan museum. Spanduk-spanduk berbagai warna mengumumkan pameran
yang sedang berlangsung. Bob sangat menyukai museum. Ia dan Jupe sering
mengunjungi beberapa museum kala sedang tidak ada kasus. Sebaliknya, Pete lebih
memilih olahraga daripada seni dan hanya berkunjung ke museum jika ada perlu.
Jika tidak ada apa-apa ia lebih suka berselancar atau menonton bisbol dengan
ayahnya. Pete tidak dapat menemukan sesuatu yang lebih membosankan daripada
sebuah museum!
Sambil berjalan mendekati
anak tangga besar berwarna putih yang menuju ke pintu depan, Bob berbisik
kepada Pete.
"Pete, lihat!"
Pete menatap ke arah yang
ditunjuk Bob. Leo Magellan berada di tempat parkir museum, sedang keluar dari
mobilnya.
Sebuah sedan hitam!
Direktur museum itu
memasukkan kunci ke dalam sakunya dan bergegas menuju pintu samping museum. Ia
nampak sangat kesal dan sambil berjalan ia bergumam kepada dirinya sendiri.
"Aku ingin tahu, ke mana
ia pergi sesore ini?" tanya Pete keras. "Apakah menurutmu itu mobil
yang sama, Data?"
Bob ragu-ragu. "Sukar
dikatakan. Mirip memang."
"Mari segera kita
selesaikan tugas ini," desah Pete.
Bob mendorong sepedanya
menuju tempat parkir dan mengeluarkan alat penjejak dari keranjang yang
terdapat di sepedanya. Pete memarkir sepedanya dan berjalan menuju pintu depan
museum. Pete berhenti di anak tangga teratas dan berbalik menatap Bob. Bob
memberi senyum yang menenangkan dan jempol teracung. Pete menarik nafas
panjang.
"Lakukan apa yang akan
dilakukan Jupiter," katanya pada dirinya sendiri. Ia menekan tombol
perekam pada alat perekam yang dibawanya dan memasuki museum.
Di dalam ruangan yang besar
suasana begitu sunyi seperti sebuah kuburan. Tulang belulang seekor
Tyrannousaurus Rex yang nampak ganas menatap Pete dengan lapar sementara
Penyelidik Kedua mencari Leo Magellan. Remaja berbadan tinggi itu menelan ludah
dan berjalan dengan cepat. Ternyata ia tidak perlu bersusah payah mencari
direktur museum yang pemarah itu, ia cukup mengikuti pendengarannya. Dari suatu
tempat di lantai dua terdengar suara Magellan berseru marah kepada seseorang,
suaranya yang tinggi bergema di dalam museum.
Pegangan tangga yang terbuat
dari kayu oak terdapat pada salah satu sisi tangga. Sambil mengusap keringat di
dahi, Pete meraihnya dan mulai menaiki tangga.
"Anak-anak!" seru
Magellan. "Pasti anak-anak yang telah melakukannya! Dan kau menganggap
dirimu petugas keamanan!" Pete mengitari sebuah sudut dan melihat Leo
Magellan menggoyang-goyangkan jarinya di hadapan seorang lelaki dengan seragam
dan rambut terpotong pendek. Di pinggangnya tergantung sepucuk pistol. Magellan
adalah seorang lelaki yang sangat pendek dengan alis lebat berwarna hitam. Ia
berteriak-teriak kepada si petugas keamanan yang mukanya memerah.
"Kita harus segera mengganti tali pembatas dengan
sesuatu yang lain untuk menjaga agar para perusak itu tidak mendekati
barang-barang yang dipamerkan! Untuk apa kugaji kau?"
Pete mendengar si petugas
keamanan menggeramkan suatu jawaban dengan marah.
"Bukan waktu dinasku!
Jensen yang berada di lantai ini semalam!" Jensen!
Pete berpikir keras. Nama
itu lagi! Pete berdehem dan mendekati direktur museum yang sedang marah itu.
"Maaf, sir," Pete
memulai.
"Nah, ini pastilah
salah seorang dari mereka! Tangkap dia!" seru Magellan. Petugas keamanan
berbadan besar itu mulai melangkah ke arah Pete.
"Tolonglah, sir, saya
hanya hendak menanyakan beberapa hal," katanya memohon.
"Lantai dua ini sudah
di luar batas, nak. Kusarankan kau segera pergi sebelum aku memanggil
polisi," kata si petugas keamanan. "Kecuali, tentu saja, jika kau
datang untuk mengaku."
"Apakah ada yang
merusak benda-benda museum, sir?" tanya Pete, berusaha bersikap sedewasa
mungkin.
"Seolah-olah kau tidak
tahu," dengus Magellan. "Zaman sekarang anak- anak nakal akan
melakukan apapun demi kesenangan mereka!" keluhnya. "Tapi aku tidak
mengerti mengapa ada orang yang sampai hati menggambarkan tanda tanya pada
jambangan dari Dinasti Won dengan cat semprot! Museum harus mengeluarkan banyak
biaya untuk memperbaikinya!"
Magellan mengacungkan
jarinya ke arah Pete.
"Siapa namamu,
nak?" serunya, matanya yang lebar menyipit. "Apa yang kau lakukan di
sini?"
Pete mulai berjalan mundur
menuju tangga. Ia tidak suka arah pembicaraan ini. "Saya dengar se--
seruan ...," katanya tergagap. "Saya perlu bi-- bicara dengan Anda,
sir."
Museum direktur yang pemarah
dan petugas keamanan yang bertubuh besar itu mendekati Pete. Anak itu tidak
membuang waktu lagi. Pete berbalik dan duduk di pegangan tangga yang terbuat
dari oak dan meluncur turun sejauh lima meter ke lantai satu. Kakinya sudah
mulai berlari sebelum menyentuh lantai.
Kedua lelaki itu berlari
menuruni tangga mengejar Pete namun sementara itu Penyelidik Kedua yang atletis
itu telah berada di luar pintu dan berlari menuju sepedanya.
"Bob!" panggilnya.
"Data ... di mana kau?"
Tapi Bob tidak nampak batang
hidungnya. Pete bergegas menuju tempat mereka memarkir sepeda. Sepeda Bob
hilang!
BAB VIII TIDAK ASING LAGI
TERHADAP BAHAYA
Bob menyaksikan Pete memasuki
museum, lalu berjalan ke arah sedan hitam milik Leo Magellan di tempat parkir.
Ia hendak menaruh alat penjejak. Kira-kira sepuluh meter lagi Bob akan sampai
ketika tiba-tiba sebuah tangan membekap mulutnya dan sebuah suara kasar
berbisik di telinganya, "Jangan ribut, nak, atau akan kupatahkan
lehermu!"
Bob merasa tubuhnya diseret
dengan kasar ke arah sebuah van tua berwarna putih. Van itu dipenuhi karat,
pintu belakangnya terbuka seperti sebuah mulut yang lapar hendak menelan Bob!
Ia meronta-ronta namun lelaki itu terlalu kuat. Putus asa, Bob menghentakkan
dagunya ke atas dan menggigit tangan penyerangnya sekeras-kerasnya. Lelaki itu
mengerang kesakitan. Bob berteriak sekuat-kuatnya.
"Tolong! Penculik!
Tolong!" Ia berusaha melepaskan diri. Namun penculiknya terlalu cekatan
dan meremas pergelangan tangan Bob seperti penjepit. Bob meringis kesakitan. Ia
hanya punya beberapa detik untuk menyusun rencana. Seperti biasa ia berusaha
memikirkan apa yang akan dilakukan Jupe jika berada dalam situasi yang sama.
Tanpa ragu-ragu, Bob
melemaskan tubuhnya dan berpura-pura pingsan, ia melorot ke jalan. Diam-diam ia
menempelkan alat penjejak ke bemper van itu dan mengaktifkannya.
Ia dan Pete sering kali
menggoda Jupe karena ia terlalu pintar namun mereka sering kali pula harus
berterima kasih atas penemuan-penemuan Jupe. Ketika penculiknya meraih bajunya
dan melemparkannya dengan kasar ke bagian belakang van, Bob berusaha mengintip
wajah penyerangnya melalui kelopak matanya. Pria misterius itu mengenakan
masker ski namun Bob dapat melihat bahwa tubuhnya besar dan berotot. Pintu
dibanting hingga tertutup dan Bob berada di dalam kegelapan di dalam van. Ia
dapat merasakan bahwa ia terbaring di atas terpal dan ada beberapa kotak yang
sepertinya berisi peralatan di sekitarnya. Detektif yang bertanggung jawab atas
catatan dan riset itu bergegas meraba-raba isi kotak-kotak itu, berusaha
mencari sesuatu untuk digunakan sebagai senjata atau alat pencongkel pintu.
Ia hanya dapat berharap
bahwa Pete akan melihat jejak yang ditinggalkannya dan menebak apa yang telah
terjadi. Tapi Bob segera menyadari bahwa Pete akan mencari jejak dari mobil
Magellan. Bob merasa panik. Mungkinkah Pete mengetahui bahwa Bob telah
menempelkan alat penjejak pada mobil yang lain? Ia memaksakan dirinya untuk
tenang. Jupe selalu mengatakan bahwa kehilangan akal sehat dalam situasi
tertekan adalah hal paling buruk yang bisa dilakukan seseorang! Tetap tenang
adalah kuncinya. Dan lagipula, Bob Andrews tidak asing lagi terhadap bahaya.
Ini bukanlah kali pertama ia terjebak. Sebelum ini ia selalu berhasil keluar
dari situasi bahaya dan ia akan keluar dari yang saat ini dihadapinya pula ...
seandainya saja ia bisa tetap tenang.
Setelah berhasil meyakinkan
dirinya, Bob kembali mencari-cari dengan sikap yang berbeda. Tangannya
menemukan suatu alat yang terasa seperti sebuah kunci pas besar. Ia merasa bisa
tersenyum. Nanti jika penjahat itu membuka pintu, ia akan mendapatkan kejutan
besar! Bob merasa van itu melambat. Hatinya berdebar kencang. Mobil itu terasa
mendaki, kembali ke posisi rata, dan berhenti. Bob mendengar pintu terbuka dan
tertutup kembali, kemudian langkah-langkah menuju pintu belakang van.
Ia menggenggam senjatanya
erat-erat dan bersiap untuk bertempur! Pintu van itu tiba-tiba terbuka dan
cahaya terang menimpa mata Bob ketika ia mengayunkan senjatanya sambil keluar.
Namun Bob merasa hatinya mengkerut ketika melihat bahwa penculiknya mempunyai
refleks secepat kilat dan menguasai suatu ilmu bela diri. Penculik itu
menangkap kunci pas yang terayun dengan tangan kosong dan merampasnya dari
genggaman Bob hampir-hampir tanpa usaha. Kemudian kakinya terayun seperti kilat
dan menyapu kaki Bob. Bob terjatuh berdebam, nafasnya serasa terputus. Selagi
ia berusaha menarik nafas, ia menyadari sesuatu. Orang ini sangat kecil. Orang
yang menculiknya bertubuh besar dan berotot. Pasti ini rekannya! Setelah
matanya terbiasa akan cahaya, ia melihat bahwa ia berada di sebuah garasi di
depan sebuah gudang yang terbengkalai. Cahaya matahari lenyap ketika pintu
garasi yang besar tertutup.
Seorang lelaki Asia bertubuh
kecil, kira-kira setinggi Bob, berdiri di hadapannya. Lelaki itu mengenakan
pakaian hitam, ia menyeringai keji, menampakkan gigi-gigi yang kuning dan tidak
rata.
"Kupu-kupu terjebak di
sarang laba-laba," katanya dengan bahasa Inggris yang buruk. "Kini
kita menunggu laba-laba untuk kembali."
Lelaki Asia itu tertawa
kejam dan mendorong Bob melalui suatu koridor ke sebuah ruangan kecil dengan
tulisan "Kantor" di pintunya. Ruangan itu benar-benar kosong. Si pria
Asia menggenggam pundak Bob, membuatnya berhenti. Tanpa berkata-kata ia
meletakkan sebuah kaleng cat semprot ke dalam genggaman Bob dan dengan cepat
menariknya kembali. Bob lalu didorong masuk dengan kasar ke dalam ruangan itu,
pintu terbanting tertutup di belakangnya. Bob tidak perlu lama-lama berpikir
untuk menyadari mengapa si pria Asia memberinya sebuah kaleng cat semprot dan
mengambilnya lagi. Dinding-dinding ruangan itu penuh dengan lukisan cat
semprot. Tepatnya, tanda tanya! Dan kini sidik jarinya ada di kaleng cat!
Bob Andrews menyadari
sulitnya situasi yang dihadapinya dan tanpa membuang waktu lagi mulai memeriksa
tempat ia terkurung. Dinding ruangan itu menjulang ke langit-langit setinggi
lima meter. Satu-satunya jendela terletak tiga meter di atas lantai, di luar
jangkauan Bob. Lantainya sendiri dari beton dan tanpa retakan. Sepertinya tiada
harapan bagi Bob dan ia terduduk di lantai, merasa kalah.
BAB IX PETE SANG PENYELAMAT
Sepertinya sudah
berhari-hari sejak Bob didorong masuk ke van di tempat parkir museum namun
dengan melihat ke arlojinya Bob tahu bahwa hanya beberapa jam telah berlalu.
Tetap saja harapannya memudar secepat terbenamnya matahari merah di garis
cakrawala. Kira-kira sejam lagi hari akan gelap ... suatu pikiran yang membuat
jantung Bob berdebar kencang.
Di mana Pete? Apakah dia
belum juga sadar bahwa alat penjejak tertempel pada mobil yang berbeda?
Tentulah ia akan kembali ke markas dan melapor kepada Jupe. Jupe lalu akan
kembali ke tempat kejadian dan dengan cepat mengetahui apa yang telah terjadi!
Bob bangkit dan mulai
berjalan mondar-mandir di ruangan kecil itu. Sekonyong-konyong harapannya
timbul kembali. Ia mendengar sesuatu di luar jendela. Ia menahan nafas dan
menunggu suara itu terdengar kembali.
Terdengar lagi! Suara logam
berdenting diikuti sesuatu yang bergeser pada suatu logam. Bob menjauhi dinding
dan melihat ke atas ke arah jendela.
Sebuah bayang-bayang wajah
muncul di bagian luar kaca jendela yang buram. Bob menghembuskan nafas lega.
Pete mengintip melalui jendela! Penyelidik Kedua menyeringai ke arah Bob lalu
memberi isyarat agar anak itu tidak bersuara sementara ia berusaha membuka daun
jendela yang berkarat. Jendela itu akhirnya terbuka, berderit seolah-olah
memprotes. Bob menatap pintu dengan panik, lalu berpaling kembali ke arah Pete.
"Kau ada tali?"
bisik Bob.
Pete menggelengkan kepala.
"Lempar kemejamu ke
sini!" bisiknya.
Bob bergegas membuka
kemejanya dan melemparkannya ke Pete, yang kemudian menghilang selama beberapa
saat yang serasa berabad-abad.
Sementara menunggu Pete
muncul kembali, Bob mendengar suara lain. Suara pintu garasi yang besar
terbuka. Penculiknya telah kembali!
"Pete!" bisiknya.
"Pete, cepat!"
Kemudian Bob mendengar suara
langkah. "Ada yang datang!" desisnya. Langkah-langkah itu semakin
dekat ... di mana Pete?
Tepat pada saat itu kepala
Pete muncul kembali di jendela. Ia telah merobek kemeja Bob dan kemejanya
sendiri menjadi beberapa helai kain memanjang dan mengikat potongan-potongan
itu menjadi semacam tali. Ia melemparkan tali itu melalui jendela dan Bob
menangkapnya tepat pada saat pintu ruangan itu terbuka!
"Oh, kupu-kupu
mengepakkan sayapnya, eh?" kata si orang Asia. Lelaki pendek itu menyerbu
masuk sementara Pete menarik tali itu. Lelaki itu menangkap kaki Bob tapi tidak
berhasil menahannya karena Bob menendang-nendang dengan liar sambil memanjat.
Ketika Bob memanjat keluar
melalui ambang jendela, ia melihat bahwa Pete telah menumpukkan beberapa drum
minyak sehingga ia dapat mencapai jendela. Ia menjejakkan kaki di atas drum itu
dan memandang ke dalam ruangan. Si pria Asia telah menggenggam tali itu dan
mulai memanjat. Ketika ia telah dekat dengan jendela, Pete melepaskan tali dan
meloncat turun. Terdengar suara berdebam dengan jatuhnya lelaki Asia itu ke
lantai.
Pete mendarat di tengah
kepulan debu, diikuti oleh Bob.
"Ahhh!" seru Bob.
Rasa nyeri merambati kaki
kanannya, membuat Bob menahan nafas. Beberapa waktu yang lalu Bob pernah dengan
bodohnya mencoba memanjat tebing di dekat Rocky Beach seorang diri. Ia terjatuh
dan kakinya patah di tempat yang tak terhitung banyaknya - demikian menurut
Dokter Alvarez. Sejak saat itu ia terpaksa menggunakan penopang sampai kakinya
cukup kuat untuk dipakai berjalan lagi.
Meskipun sudah
berbulan-bulan ia tidak lagi mengenakan penopang itu, nampaknya Bob telah
membebani bekas patahan di kakinya terlalu berat ketika ia meloncat dari atas
drum. Pete berlari mendekat dan dengan tangannya menopang Bob.
"Kau tak apa-apa?"
tanyanya sambil memandang ke arah jendela. "Bisa berjalan?"
Bob menggertakkan giginya.
"Yah, tapi tidak jauh-jauh."
"Sepedaku kusembunyikan
di semak-semak tidak terlalu jauh dari sini. Kira-kira kau bisa
mencapainya?" Bob nampak membulatkan tekad.
"Kita coba saja!"
katanya keras kepala.
Pete tersenyum dan membantu
temannya tertatih-tatih secepat yang ia bisa ke sepedanya, selama ini
terus-menerus memandang ke belakang untuk melihat kalau si pria Asia mengejar
mereka. Ketika mereka tiba di tempat sepeda Pete, ia menyuruh Bob duduk di
setang sementara ia mengayuh secepat-cepatnya menuju Jones Salvage Yard.
"Bagaimana kau
menemukanku?" tanya Bob lega. "Apakah kau mengikuti jejak dari alat
penjejak?"
Pete menceritakan bagaimana
ia nyaris tidak berhasil kabur dari Leo Magellan dan si petugas keamanan.
"Aku tidak bisa kembali
ke museum sampai mereka pergi!" katanya. "Ketika aku kembali, aku
tidak melihat jejak dari tempat mobil Magellan diparkir tadi. Aku tahu kau
takkan pergi tanpa alasan jelas, jadi aku mengikuti firasatku, mencari-cari di
sekeliling tempat parkir hingga kutemukan jejak itu. Kuikuti sampai kemari. Kau
beruntung, aku langsung menemukanmu pada jendela pertama!" "Wah,
pekerjaan yang bagus, Pete!" kata Bob kagum. "Tunggu sampai kita
telah kembali ke pangkalan dan bercerita kepada Jupe tentang petualangan yang
dilewatkannya sementara ia menunggui telepon!"
Matahari sedang terbenam
ketika Pete mengayuh sepedanya melewati gerbang besi besar di pangkalan. Konrad
menyuruh mereka menuju bengkel Jupe, tempat Jupe marah-marah sejak kepergian
mereka.
"Jupe sedang
kesal," kata Konrad memperingatkan. "Sebaiknya hati- hati, jangan
sebut-sebut tentang pekerjaan," ia tersenyum. Menurutnya tidak ada anak
Amerika yang bekerja lebih keras daripada dia."
Anak-anak itu tertawa dan
bisa menebak apa yang telah terjadi. Bibi Mathilda telah memojokkan Jupe dan
menyuruhnya mengerjakan salah satu proyeknya yang tidak habis-habis, menumpuk,
memilah-milah, mengatur, dan memperbaiki barang bekas! Pete mengayuh sepedanya
menuju bengkel Jupe, Bob masih tetap duduk di setang. Mereka menemukan teman
mereka yang gempal itu sedang duduk dengan muram di sebuah kursi lipat,
memandangi lampu khusus di atas mesin cetak yang akan menyala jika ada yang
menelepon ke markas.
Jupe mengangkat mukanya
ketika melihat teman-temannya datang dan segera menyadari bahwa Bob
terpincang-pincang. Rasa cemas merambati wajahnya. "Kau cedera! Apa yang
terjadi? Ada masalah?"
"Bisa dibilang
demikian," kata Pete.
"Sementara kau terjebak
di sini, bekerja setengah mati untuk Bibi Mathilda, kami menemukan kepingan
baru untuk teka-teki ini," kata Bob bercanda. "Seandainya saja Bibi
Mathilda dan Paman Titus menyuruhmu bekerja lagi besok, Pete dan aku pasti
sudah berhasil memecahkan kasus ini!"
Tapi Jupe nampak sangat
serius. "Kau mencederai kembali kakimu, Data. Kita harus membawamu ke
rumah sakit dengan segera!"
Bob terpaksa setuju. Ia
sangat ingin memberi tahu Jupe tentang hari menarik yang mereka lalui namun ia
harus mengakui bahwa kakinya benar-benar sakit.
"Sepertinya kau
benar," ia mengangkat bahu. "Tapi kami akan menceritakan apa yang
terjadi selama di jalan."
"Setuju," kata
Jupe. "Aku harus menelepon dari markas, setelah itu akan kuminta Paman
Titus mengantarkan kita ke rumah sakit.
Sementara itu kau menelepon
orangtuamu dari rumah dan memberi tahu apa yang terjadi."
Beberapa saat kemudian kedua
anak itu telah berdesak-desakan di dalam pick up pangkalan, Bob duduk di
pangkuan Pete. Jupe telah meminjami mereka dua kemeja miliknya, kemeja-kemeja
itu begitu besar sehingga kedua anak itu nampak kocak.
Tanpa merasa terganggu,
mereka menceritakan petualangan mereka hari itu kepada Jupe, memastikan mereka
tidak melupakan fakta bahwa ada seseorang bernama Jensen yang bekerja di museum
dan bahwa beberapa jambangan dari Dinasti Won telah dicemari dengan tanda
tanya.
"Dan kau yakin bahwa
orang yang menculikmu bukanlah orang yang mengeluarkanmu dari van?" tanya
Jupe.
"Positif," jawab
Bob. "Penculikku berbadan besar, sangat kuat. Yang mengeluarkanku bertubuh
kecil dan pendek, orang Asia. Jelas bukan orang yang sama."
Jupe nampak hanyut dalam
pikiran ketika Konrad memarkir kendaraan di depan pintu rumah sakit.
"Kita telah tiba,"
kata Konrad. "Akan kugendong Bob ke dalam."
"Tidak perlu, Konrad,
tidak separah itu," protes Bob.
"Tidak, Bob, kau tidak
boleh berjalan. Kugendong kau sekarang," kata lelaki Bavaria bertubuh
besar itu dengan tegas.
Ketika anak-anak itu
memanjat keluar, mereka melihat sebuah sedan abu-abu berhenti di samping pick
up. Yang datang adalah Worthington, supir pribadi anak-anak. Beberapa waktu
yang lalu Jupiter telah memenangkan hak menggunakan sebuah Rolls-Royce bersepuh
emas dari Rent-’n-Ride Auto Rental Company dalam sebuah kontes yang mereka
sponsori. Termasuk dalam hadiah itu adalah seorang supir cakap berkebangsaan
Inggris bernama Worthington. Selama beberapa kasus yang mereka tangani,
Worthington menyukai ikut serta dalam penyelidikan anak-anak itu dan kini
menganggap dirinya penyelidik keempat tidak resmi. Supir Inggris bertubuh
langsing itu bergegas menggabungkan diri.
"Master Andrews, Anda
cedera!" serunya.
"Tidak parah,
Worthington," kata Bob. "Hanya salah mendarat dan terlalu membebani
kakiku."
"Biarlah Dokter Alvarez
yang menilainya," kata Worthington serius. Mereka masuk ke lobi tempat
Dokter Alvarez dan orangtua Bob telah menunggu. Sementara Konrad menggendong
Bob untuk tes sinar X, Jupiter mengusap rambutnya dan menggeleng-geleng dengan
kesal.
"Aku merasa bertanggung
jawab atas cederanya Bob," katanya. "Seharusnya aku saja yang pergi
dan Bob menunggui telepon."
"Kau tidak boleh
menyalahkan dirimu, Pertama," kata Pete. "Sudah berapa kali kita
menghadapi situasi yang tidak mengenakkan ketika menangani kasus? Kau sendiri
pernah cedera, aku juga. Bob akan segera normal kembali."
"Master Crenshaw benar
sekali," kata Worthington. "Anda tidak sepatutnya merasa bersalah.
Ada sebuah kasus yang menyangkut reputasi Anda untuk dipecahkan, kecuali saya
benar-benar salah, Master Andrews pasti ingin Anda melanjutkan
penyelidikan."
"Kurasa kau
benar," desah Jupe. "Tidak ada gunanya menyesali yang telah terjadi.
Kau menemukan sesuatu, Worthington?"
"Menemukan?" tanya
Pete. "Menemukan apa?"
"Kau dan Bob bukan
satu-satunya yang menyelidik hari ini. Ketika kalian berada di museum, aku
menelepon beberapa orang, salah satunya Worthington, yang bersedia membantu
kita melakukan suatu penyelidikan. Baiklah, Worthington, apa yang kau
temukan?"
Worthington mengusap dagunya
dan berdehem. "Saya khawatir, Master Jones ... sepertinya kesimpulan Anda
benar-benar salah!"
Emoticon