Dewi Ular - Lorong Penembus Kubur(2)


Seri Dewi Ular
Karya Tara Sagita
LORONG TEMBUS KUBUR(2)





4
Wanita Penghilang Tangis misterius ...
SIANG mulai merayap meninggalkan pagi. Samon sengaja
singgah dulu ke rumah Kumala sebelum sampai kantor.
Selain ingin minta maaf kepada Buron, karena tak bisa menepati
janjinya semalam, Sam juga ingin membicarakan masalah Ajeng
kepada Buron.
Memang lebih tepatnya kepada Kumala, namun agaknya hari itu
ia belum bisa bertemu dengan bidadari penguasa ular itu.
"Buron masih tidur tuh, Sam," ujar Sandhi. "Mungkin karena dia
tidur pukul empat, nungguin kamu nggak datang-datang, jadi ya
begitulah... kebluk! Dibangunin susah."
"Aku cuma. mau klarifikasi tentang janjiku semalam dan minta
maaf sebesarbesarnya pada dia. Tapi aku juga punya kabar aneh
yang perlu kusampaikan. pada Kumala, atau dia. Karena kabar ini
berkaitan dengan masalah gaib..."
Dering telepon rumah terdengar nyaring. "Bentar, Sam... siapa
tahu itu telepon dari si dongo Buron,' Sandhi bergegas masuk untuk
nienyambut telepon. Semeatara.tamu ganteng itu tertegun sendirian
di teras. Hanyut dalam lamunan. Larut dalam kecamuk batinnya
sendiri.
"Gila! Badanku seperti habis digebukin orang sekampung? Sakit
semua, terutama di persendian," Sam bicara sendiri ,dalam hatinya.
"Kasihan Buron nungguin aku. Seandainya aku nggak kehabisan
bensin, seandainya nggak ketemu Ajeng, mungkin badanku nggak
kayak gini rasanya.. Dan, aku nggak ngecewain Buron. Kalau dia
ngadu sama Kumala, aku jadi nggak enak hati. Makanya, perlu diklarifikasi
sekarang juga.Eeh,ternyata dia belumpulang .. "
Sam paling tidak bisa.mengecewakan orang dengan sengaja., la
selalu berusaha menepati janji pada siapapun.Kalau toh terlanjur tak
bisa menepati, karena suatu halangan, maka. ia akan segera
menemui orang itu, mengklarifikasi, dan meminta maaf. Sebelum
hal itu ia lakukan, maka sepanjang hari ia akan gelisah. Kegelisahan
seperti itu jelas akan mengganggu konsentrasi kerjanya. Sam tidak
mau berlama-lama menanggung kegelisahan.
Sandhi agak lama menerima.telepon. Rupanya telepon itu dari
Pramuda, kakak angkatnya Kumala, orang pertama yang
menemukan Kumala ketika bidadari itu turun ke bumi, dan yang
sekarang menjadi pemilik perusahaan tempat di mana, Kumala
duduk sebagai konsultannya, (Baca serial Dewi Ular dalam episode :
"Roh Pemburu Cinta").
Karena Sandhi cukup lama melayani teleponnya Pramuda, maka
semakin banyak kesempatan bagi, Samon untuk.merenungi kejadian
tadi malam. Sejak dalam perjalanan tadi Sam selalu bertanya dalam
hatinya. dengan pertanyaan yang sama.
"Kenapa aka bisa jadi begini, ya?"
Masih kental dalam ingatannya ketika ia pulang dengan
membawa Mbak Ajeng, sebagai orang yang dipercaya mampu
menghentikan suara tangis misterius di kompleknya.
Pada dasarnya memang upaya tersebut tidak sia-sia.,Mbak Ajeng
memang punya kemampuan di bidang gaib.
Kemampuan itu sungguh sesuatu yang sangat mengejutkan bagi
Sam, karna sama sekali tak menyangka kalau penjual roti bakar di
waung tenda itu ternyata memiliki kekuatan supranatural .... Bukan
kemampuan yang pas-pasan..
Tapi cukup profesional. Padahal penampilan Mbak Ajeng biasabiasa
saja. Tidak selayaknya penampilan seorang dukun atau
paranormal yang sering mempromosikan diri dalam iklan-iklan
media cetak.
Tanpa harus bertukar pakaian lebih dulu, Mbak Ajeng langsung
saja dibawa Samon dari warungnya yang sedang dikemasi Barno,
pelayannya.
Ketika memasuki komplek perumahan tempat tinggal Sam,
perempuan itu menurunkan kaca pintu mobil. Dan, suara tangis
wanita yang misterius itu masih ada.
"Berhenti sebentar, Sam," pintanya.
Samon pun menuruti, menghentikan mobilnya dalamposisi masih
tetap di tengah jalan. Mbak Ajeng menelengkan kepala, menyimak
suara tangis itu.
Kemudian ia menyuruh Samon menjalankan mobilnya kembali.
".Aku butuh tempat untuk melakukan upacara ritual kecil-kecilan.
Apa ada tempat untuk itu ?”
“Hmm, tempat untuk itu Yaaah... paling bisa di rumahku, Mbak.
Kalau di rumah ketua Rwmalah ntar diprotes atau ada kesalah
pahaman."
"Di rumahmu, boleh juga.. Tapi, apa nggak mengganggu
anggota keluarga lainnya yang mungkin.sedang..."
"Aku cuma tinggal sama Bi Inun, pelayan.",
"Nggak ada yang lain?"
“Nggak ada. Biasanya sama,adikku; Johan. Tapi dia lagi ada
tugas dari kantornya ke Medan. Sudah tiga hari ini aku cuma tinggal
sendirian."
Mbak Ajeng.diam sebentar. Menyimak suara tangis yang masih
saja terdengar, padahal mereka sudah jauh dari tempat mobil
berhenti tadi.
"Suara tangis ini bukan berasal dari sekitar sini.”
"0, ya? Jadi, dari mana?"
"Dari alam lain."
"Dari... dari alamgaib, maksudnya?"
Ajeng mengangguk kalem. Setelah diam sesaat, ia bicara lagi
dengan sesekati memperhatikan tempat-tempat tertentu yang
dianggap rawan.
Akhirnya ketika hendak melintasi jembatan sungai kecil berair
sangat dangkal, Ajeng meminta Samon menghentikan mobilnya lagi.
Samon pun menuruti permintaan itu.,
Lalu, perempuan itu melongokkan kepalanya sampai keluar
mobil.
"Naah, itu sumbernya," seraya menunjuk ke suatu arah, di mana
terdapat serumpun bambu hias pelengkap taman. Bambu hias yang
kecil-kecil dengan daunnya yang indah itu tumbuh merimbun di
sepanjang sungai, hingga tikungan jalan.
"Di dekat tanaman bambu itu terdapat lorong tembus kubur. Tak
kelihatan oleh mata awam sih, tapi yang jelas di situ ada semacam
rongga panjang yang menghubungkan dimensi kita dengan dimensi
alam sana. Suara tangis itu adanya di alam kubur. Kenapa suaranya
bisa sampai, sini? Karena suara itu keluar melatui lorong tembus
kubur yang di bambu-bambu itu."
"Tapi kenapa terdengar seluruh komplek? Padahal komplek ini
luas sekali."
"Suara gaib dengan suara biasa jangan disamakan dong. Suara
gaib bisa memenuhi. sebuah kota, tergantung kekuatan gelombang
suara tersebut. Kalau kekuatan suara gaib itu mempunyai frekuensi
tinggi, maka satu kota pun bisa mendengar suara itu. Tapi kalau
frekuensinya rendah, yaah... hanya radius tertentu yang dapat
mendengarnya."
"Tapi, dulunya nggak begini kok. Baru malam ini aja ada suara
aneh kayak gitu."
"Lorong tembus kubur dapat terbuka apabila mengalami getaran
hebat, semacam gempa alam gaib.yang membuat tanah kubur
merekah. Begitu Pula kalau di sana terjadi lagi guncangan semacam
gempat cukup hebat, maka lorong tembus kubur akan. tertutup
dengan sendirinya.”
Sam menggumam sambil manggutmanggut.Mobil berjalan pelan
diarahkan ke rumahnva.
"Jadi bagaimana mengatasinya? Menyumbat lorong itu?"'
"Kalau sumbatannya eggak kuat bisa jebol dan semakin lebar
ruang pantulnya. Ntar semua suara kubur bisa terdengar di seluruh
perumahan ini. Termasuk jeritan roh yang tersiksa di alam
kuburnya, bisa kedengaran lho."'
"lih, menyeramkan sekali kalau sampai terjadi begitu."
"Nah., jadi lebih baik membujuk yang bersangkutan agar
berhenti menangis. Atau menjauh dari lorong tembus kubur itu
kalau dia masih ingin menangis. Caranya, dengan melakukan ritual
kecil. Maksudnya ritual yang tidak membutuhkan tumbal, darah,
bayi,atau sejenisnya."
"Jadi, apa yang harus kita persiapkan dalamritual nanti?"
"Air putih, kopi pahit, dan teh pahit. Ada kan?'
„Ada. Biar nanti pelayanku yang siapkan."'
"0, oh... nggak Usah. Biar aku sendiri yang membuatnya, karna
aku tahu ukuran pahitnya kopi yang disukai roh-roh penasaran
macam itu."
"O, jadi... Mbak Ajeng sendiri yang mau bikin minumannya?
Boleh., Nanti saya bantu menyiapkan segala sesuatunva.",
"Satu lagi... aku butuh, kamar khusus."
"'Kamar khusus? Hmmm, paling ada j uga kamar tidurku."
"Ya, nggak apa. Asal tidak buat mondar mandir orang. Terkunci
rapat. Jangan sampai ada yang melihat ritualku, kecuali... kamu
nggak apa-apa. Karena, kamu kan pemilik kamarnya."
"Aku di luar saja nanti supaya..."
"Oo, nggak, nggak, nggak....!" sergah Ajeng. "Kamu harus ada
dalam kamar itu. Sebab, aku takut kalau ada barang yang hilang,
lalu hati kecilmu mencurigaiku. Demi, keamanan bersama, kamu
harus ada di kamar itu. Mau tiduran kek., mau duduk, atau mau apa
saja terserah."
Nada bicaranya sudah mulai tegas-tegas, sulit disangkal atau
dibantah oleh Sam. Yang bisa dilakukan Sam adalah menuruti apa
yang menjadi perintah Ajeng.
Sam sendiri punya rasa heran dalam hatinya, mengapa.ia
menjadi sangat patuh pada perempuan itu? Bahkan ia sadar dirinya
jadi seperti robot yang tidak pernah bisa menolak perintah apapun.
Wajah cantik itu memang sudah mulai tampak berwibawa,sejak
menjelaskan tentang lorong kubur tadi.
Setibanya di rumah Sam, persiapan tadi segera dilakukan.
Mereka juga masih mendengar suara tangis tersebut seperti berasal
dari belakang rumah. Jelas sekali.
Tapi Ajeng sarankan agar Sam jangan menghiraukan suara itu
lagi, karena suara tersebut mengandung gelombang mistik yang
dapat merusak sistem kerja otak, emosi dan khususnya kejiwaan
orang yang mendengarnya.
"Perempuan ini benar-benar pintar,': ujar Sam membatin. "Dia
bukan dukun kampungan. Dia memiliki pola pikir akademis,bisa
menghubungkan hal gaib dengan logika..Hebat betul dia. Sudah
hebat pengetahuannya hebat pula daya pikatnya. Dari tadi belum
reda jantung berdebar-debar membayangkan berada dalam
pelukannya. Biasanya aku nggak semudah ini membayangkan halhal
seperti itu. Aku jadi benar-benar tertarik padanya.”
Setelah minuman selesai dibuat, Sam disuruh membawanya ke
kamar. Sam menurut saja tanpa keluh kesah atau gerutuan batin.
Mbak Ajeng pergi ke kamar. Mandi sebentar, kemudian keluardari
kamar mandi. sambil menyuruh Sam menutup dan mengunci
pintu kamar. Sam mematuhi perintah itu. Jantungnya, makin
berdetak-detak, karna sadar. dirinya sekarang berada dalam kamar
hanya berdua dengan Ajeng.
"Matikan lampunya, buka sedikit pintu kamar mandi, biar ada
penerangan samar-samar," katanya sambil ia melepaskan sweater.
Suasana kamar jadi remang-remang, karena hanya mendapat
penyinaran dari bias cahaya lampu kamar mandi. Suasananya
cenderung romantis. bagi Simon. Ajeng meletakkan minuman tadi di
lantai bersama nampannya.
"Nah, sekarang kamu mau tiduran di ranjang, mau menghadap
ke arah mana saja, ya, terserah.'.. tapi, yang jelas aku harus
melepas pakaianku."
"Hahh ?! "
"Ya, aku harus telanjang bulat supaya auraku sampai ke alam
sana. Okey?"
"Tap... tapi kalau... hmm..."
"Kamu mau ngintip?. Nggak usah ngintip. Lihat langsung juga
boleh kok," seraya dia melirik penuh makna.
Ajeng benar-benar melepas semua pakaiannya. Samon berusaha
untuk buang muka. Namun has-rat yang semakin. menggelora
memaksa matanya untuk sesekali melirik sebentar, lalu memandang
ke arah lain lagi. Hal itu ia lakukan berulang-ulang sambil duduk
dikursi komputer.
Namun karna tak boleh menyalakan lampu, tentunya, juga
komputer, maka yang dialami Sam adalah siksaan dari keresahan
bertubi-tubi. Keringat dingin pun mulai membasah di sekitar leher
dan pelipisnya.
Sekitar 5 menit lamanya. Ajeng duduk bersila di lantai seperti
orang sedang meditasi., Kursi komputer berada menyamping dari
posisi duduknya Ajeng, sehingga mata Samon berkali-kali tertuju
pada gumpalan dada yang tampak besar, kencang dan menjorok ke
depan. Meski ia sudah buang muka, namun tanpa disadari mukanya
kembali berpaling dan menatap keindahan tubuh Ajeng dalam
keremangan cahaya sensual itu.
Tiba-tiba, terdengar suara seperti. benda, jatuh di permukaan air,
cpluung ... ! Samon memperhatikan 3 minuman di depan Ajeng. la
mulai terperangah, karena melihat dengan mata kepalanya sendiri,
minuman teh pahit menyusut dengan sendirinya. Seperti ada yang
menghisapnya memakai pipet sedotan.
Suuuuutt...! Minuman teh itu pun akhirnya tinggal bagian ampas.
"Gila..?!Bisa begitu, ya?! Siapa yang minum tuh? Eeh, eeh...
kopinya juga?!"
Samon melebarkan matanya, maka tampak jelas olehnya air kopi
yang masih panas itu menyusut dengan cepat, sampai tinggal
bagian ampasnya saja.
Minuman air putih juga demikian. Kurang dari setengah menit
setelah penyusutan minuman itu, suara tangis, perempuan itu
berhenti. Hilang.
Sekarang yang ada hanya keheningan malam. Sam mencoba
mempertajam pendengarannya, namun hasilnya tetap sama. Suara
tangis misterius itu telah berhenti total. Ajeng berhasil membuat
tangis itu berhenti.
"Hebat ... Hebat sekali dia ! " sanjung Samon dalam hatinya.
Ajeng mengusap, wajahnya dengan telapak tangan, pertanda
acaranya sudah selesai. Samon buru-buru buang.muka, biar tak
ketahuan habis melakukan kenakalan dengan mata.
Namun, ternyata perempuan itu justru memanggilnya dengan
suara lirih.
"Sam...! Hey, Sam...!”
"Ya, Mbak ... ?" Sam tak menengok.
"Samsebentar, kuberitahu hasilnya...”
Lagi-lagi Sam patuh dengan perintah itu. la menghampiri dan,
jongkok di damping Ajeng.
Perempuan itu sedikit memutar badan agar berhadapan. Dan,
Samon menjadi salah tingkah dalam melemparkan pandangan
matanya.
"Kau tadi lihat minuman itu, susut sendiri?"
""Ya, lihat, Mbak."
"Suara tangis itu juga sudah berhenti, bukan?"
"Ya, sudah berhenti."
"Sekarang tinggal kau memenuhi syarat-nya, seperti yang
kubilang di warung tadi.".
"Sya.... syaratnya apa...”
"Mendekatlah... dekat lagi..."
Sam mendekatkan telinganya, menyangka akan dapat bisikan.
Tapi tangan Ajeng meraih dagu Sam dan memalingkan wajah
Sam pelan-pelan hingga beradu wajah dengannya. Bibir Ajeng
merekah dengan mata sayu dan suara mendesah.
"Saamm, eehhmm.,."
"Mmmm:.. mmbak..."
(jisokam : halaman ini gurem gak jelas , hanya saja ianya tidak
keluar dari pakem )
Paginya , ketika ia harus berangkat ke tempat kerja, maka
sekujur tubuh Sam merasakan pegal dan sakit-sakit semua,
terutama pada setiap persendian tulang dan urat-urat tertentu. la
juga merasakan lemah, tak bertenaga, dan pandangan matanya
sering kabur.
Kondisi seperti itu berusaha disembunyikan. Sam yang harus
mengantar pulang Ajeng sebelum ia menuju kantornya,masih bisa
tampak tenang dan sehat-sehat saja. Bahkan sempat bercanda
dengan Ajeng dalam mobil yang sedang berjalan.
"Kamu nggak jera kan, Sam?"
"Jera kalau cuma sekali ini," jawabnya berseloroh.
"Maunya tiap hari, ya? Hmmm,. itu berarti kamu harus memiliki
aku. Dan untuk memiliki aku ada, syaratnya."
"Syarat melulu," Sam tertawa. "Okey, apa syaratnya? Coba
sebutkan, siapa tahu aku bisa memenuhi Syarat itu."
"Aah, kayaknya nggak mungkin kamu bisa memenuhi syarat itu,
karena... syarat itu jauh dari jangkauanmu. Bukan bidangmu."
"Sebutkan saja, siapa tahu aku bisa."
Ajeng berpaling menatap ke arah kanannya. Pria handsome itu
dipandangi beberapa saat, setelah itu baru bicara lagi.
"Syaratnya, kau harus bisa mencari kelemahan seseorang yang
menjadi saingan profesiku. Kalau kau bisa menemukan kelemahan
orang tersebut, maka kau bisa memiliki seluruh tubuhku, dan kau
bisa menikmatinya kapan saja kau mau."
"Saingan? Siapa orang yang menjadi sainganmu itu, Mbak?"
"Kau pasti mengenalnya."
Samon berpaling menatapnya, Ajeng bersuara tegas dan jelas.
"Kumala Dewi!"
Jantung Samon seperti tersundut api.
Andai saja saat itu ia tidak sedang memegang stir mobil, maka
tubuhnya pasti akan tersentak kaget mendengar nama itu
disebutkan Mbak Ajeng-nya. Samon buru-buru berlagak bingung,
seolah-olah merasa asing dengan nama tersebut.
"Kumala Dewi...? Orang mana . itu?"
Ajeng tersenyum tipis bernada sinis. Memandang lurus ke depan
dengan rona keangkuhan mulai membayang di wajahnya.
"Aku tahu kau sudah, mengenalnya. Semalam pun kau ingin
pergi ke rumahnya, bukan? Aku. membaca pikiranmu dan
mendengar suara hatimu, Sam."
"Gawat...!" gumam hati Sam mulai kikuk. Ia seperti berada di
lorong yang sempit. Tak ada jalan untuk mengelak lagi.
"Kalau kau bisa mendapatkan kelemahan Kumala Dewi, maka
kau akan memiliki kehangatanku selamanya."
Kerongkongan terasa kering. Napas menjadi sesak. Sam merasa
sulit melontarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Bahkan nenelan
ludahnya sendiri saja sulit sekali. Yang bisa bicara, hanya hatinya."
Siapa perempuan ini sebenarnya?
oooOdwOooo

5
SEBENARNYA hanya Kumala Dewi yang tahu bahwa suara tangis
misterius yang didengar di komplek perumahan Jatiwangi itu
ternyata adalah suara tangisnya si Barbie.
Bukan tangis dari alam kubur seperti yang dikatakan Mbak Ajeng
kepada Samon.
Hanya saja, agaknya Ajeng memang punya kemampuan
supranatural yang tinggi, sehingga ia mampu memberikan minuman
kepada Barbie melalui lapisan alamgaib.
"Masih jauh lagi perjalanan kita, ya Kak?" tanya Barbie yang
tampaknya sudah mulai lelah mengikut i langkah kaki Kumala.
"Kakak nggak tahu, apa masih jauh atau sudah dekat, Barbie.
Yang jelas kita harus terus berusaha mencari jalan keluar. Jangan
menyerah. Setiap usaha yang gigih pasti ada hasilnya, Sayang !"
Rambut anak itu diusap-usap , seperti diacak-acak.
Kumala suka memperlakukan demikian. Barbie pun tidak merasa
jengkel. Yang membuat ia jengkel adalah perjalanan itu sendiri.
Kumala membawanya berjalan melintasi padang rumput orange,
tanpa bekal makanan dan minuman.
Barbie merasa lelah, dan ingin istirahat. Tapi Kumala tak
memahami hal itu, sehingga Barbie pun terpaksa bicara dengan
cemberut.
"Kalau jalan terus begini, nanti kakiku jadi buntung, Kak."
"Kenapa buntung?."
"Kan capek jalan terus...! "
Dewi Ular tertawa kecil. "Ooo, ya, ya... kalau begitu, kita
istirahat, di bawah pohon sana, ya? disana rindang, dan kalau
terjadi apa-apa kita bisa berlindung. okey?"
Dari tadi Kumala mencoba melakukan komunikasi gaib, tapi tidak
berhasil Hubungan gaib di situ tidak mendapat sinyal.
Ia baru mengetahuinya, dan semakin merasa harus lebih
tangguh lagi dalam upaya menemukan jalan ke luar. Sebab kini ia
yakin betul dirinya sudah terasing dari alam mana pun.
"Kak, lihat ke atas deh... Pohon ini ada buahnya, Kak."
"Hmm, ooh... iya, ada buahnya. Buah apa ini, ya? Mangga
blukan, jeruk bukan...?"
"Aku lapar, Kak,". rengek si kecil Barbie..
"Tapi buah pohon ini belum tentu bisa dimakan, Sayang. siapa
tahu mengandung racun mematikan."
Barbie mengeraskan jari telunjuknya. jari itu dijulurkan ke batang
pohon yang menyerupai,pohon beringin.
Jruub....!
Dengan mudahnya jari itu bisa masuk ke batang pohon yang
keras itu. Kumala Dewi terperanjat melihat apa yang dilakukan
Barbie.
Benar-benar hebat anak ini. Jarinya bisa berubah menjadi seperti
mata pisau dengan mudahnya dia mencolokkan jarinya pada batang
pohon sekeras ini .
Sebenarnya Kumala sendiri bisa melakukan hal itu. Tapi yang
membuatnya kagum adalah kondisi Barbie yang masih kecil. Sangat
muda sekali. Tapi sudah mampu melakukan hal seperti itu.
Dibandingkan yang sudah dewasa, maka Barbie Akan mendapat
nilai plus, karena kecil-kecil sudah memiliki kesaktian seperti itu.
"Kayaknya nggak mengandung racun, Kak," kata Barbie.
"Darimana kau bisa tahu?"
"Lihat aja...," is menunjukkan jari tangannya yang basah, "getah
pohon ini tidak langsung kering di jariku. Berarti tidak mengandung
racun, Kak."
"Oo, begitu ya caramu mendeteksi, racun?" pikir Kumala.
"Aku mau makan buah ini, ya Kak,"
"Baik kalau kau yakin tidak beracun , Kakak akan ambilkan."
Dewi Ular tidak memanjat pohon itu. Cukup dengan
menghentakkan telapak tangannya ke batang pohon satu kali..
maka buah-buah berwarna merah itu pun berjatuhan.
Duug ... ! Duuur ... !
Pohon bergetar dan buahnya berjatuhan. Barbie bersorak girang
sambil memunguti. buah yang bentuknya mirip mangga, tapi
kulithya mirip kulit jeruk. Warnanya ungu seperti terong.
"Ini sejenis apel barangkali" gumam Kumala sambil memeriksa
salah satu dari buah tersebut. Mengandung air dan mudah digigit.
Tanga dikupas. lebih dulu,. Barbie langsung menggeragotnya seperti
ia makan buah apel .
"Bawalah beberapa sebagai bekal perjalanan kita, Barbie."
"Kakak nggak mau? Nggak lapar, ya Kak?"
"Belum. Tapi mungkin nanti kakak akan memakannya kalau
sudah benar-benar lapar."
Mereka mulai melangkah lagi. Sambil berjalan ke arah mana saja,
Dewi Ular sebentar-sebentar melepaskan sentilan dari jari
tangannya ke udara, sekeliling mereka. Sentilan itu mengandung
tenaga inti yang dapat untuk menengarai adanya ruang kosong,
rongga, sekat dan sebagainya, yang diharapkan dapat menjadi jalan
keluar dari alam aneh itu.
Ketika mereka berada di tanah sedikit tinggi, salah satu buah
yang dibawa Barbie jatuh menggelinding. “ Yaah ,jatuuuh .....!”
Barbie tak mau kehilangan salah satu bekalnya. Ia buru-buru
mengejar-buah itu dan memungutnya.
Pada saat itulah Kumala Dewi melihat sekelebat bayangan hitam
yang segera menyambar Barbie.
Wuuust..!
"Kakaaaaak ..... "
"Heyyy...! Lepaskan dia!" seruan itu diiringi gerakan melayang
cepat, seperti terbang.
Zlaaap...!
Bayangan hitam itu menenteng Berbie dengan satu tangan, Anak
mungil bak boneka itu berteriak-teriak sambil meronta. Agaknya ia
tak berhasil melepaskan tangan yang menentengnya karena tangan
bayangan itu tak dapat dipegangnya.
"Kakak..,. kakaaak... kakak .. !!! "
Zwwwubs...!
Dewi Ular menerjang bayang hitam tanpa raga. Usahanya itu siasia.
Seperti menerobos gugusan asap hitam. Ia terpaksa kembali
mengejar dengan gerakan melayang terbang. Berkali-kali ia berhasil
menerjang lawannya, namun lawannya selalu. lolos karena tak
dapat dipegang.
"Celaka! Dia nggak bisa disentuh?! ,Hmmm, kalau begitu aku
harus gunakan Aji Tapak Serap...”
Dewi Ular sengaja hinggap di salah satu gugusan batu kuning.
Kedua telapak tangannya segera saling gosok, kemudian dijulurkan
ke depan dalam satu sentakan.
Huup ... ! Energi penghisap dikerahkan.
Maka, bayangan hitam yang sudah lari menjauh itu dapat tertarik
mundur. Terhisap oleh kedua telapak tangan Kumala. Bahkan
rambut panjang Barbie pun ikut meriap-riap terhisap, tangan
tersebut
Bruuussb...!
"Aaaaaaa !!"
Barbie menjerit karena tubuhnya melayang tersedot tangan
Kumala. la sudah berhasil lepas dari tangan si bayangan hitam.
Dalam sekejap. sudah tubuh anak itu sudah tertangkap dalam
pelukan Dewi Ular.
Zzuuub...!
"Ooh, Kaaak...! “
"Tenang, tenang... Kau sudah dalam pelukanku, Barbie!"
Kumala Dewi memeluk Barbie dalam gendongannya. Tapi si
bayangan hitam tak mau t inggal diam begitu saja. Ia masih
penasaran ingin merampas Barbie dari tangan Kumala.
Seberkas sinar perak melesat dari tangan bayangan .itu- Dewi
Ular menyentakkan,kakinya dan, tubuh pun melesat ke atas dengan
cepat sambil menggendong Barbie.
Wuuuut ... !
Sinar perak itu berhasil dihindari,dan menghantam salah satu
pohon.di kejauhan sana
Blegaaarrrr...!.
Dentuman itu besar dan keras sekali. Alam aneh itu seperti akan
tenggelam ke dasarnya. Terguncang hebat. Hal itu membuat
Kumala dapat mengukur kekuatan lawannya yang tidak bisa
dianggap enteng.. Kini ia bergerak menuju salah satu pohon yang
tumbuh di, dataran tinggi.
"Kak, bayangan itu mengejar kita!" seru Barbie.
"Turunlah dulu. Diamdi balik pohon, ya?!"
Melihat bayangan itu, melayang cepat, Dewi Ular segera
menyambutnya dengan gerakan meluncur, cepat pula.
Zlaaaap ... !
Sebelum saling bertabrakan di udara, Kumala Dewi berubah
menjadi sinar hijau berbentuk seperti naga kecil. Sinar itu
menerjang bayangan hitam yang tampak kehilangan konsentrasi
sekejap.
Woouuwwb...! Blegaaaaarrr...!
Benturan sinar hijau dengan bayangan hitam menghasilkan
ledakan dahsyaf dengan semburan cahaya api berukuran besar.
Ketika cahaya api itu padam, asapnya bergumpal-gumpal
membentuk seperti sebongkah batu raksasa berwarna hitam pekat
dan melambung ke atas dengan cepat.
Wooouuww bbbss....!
Di atas sana gumpalan asap hitam pekat itu berangsur-angsur
pudar. Dewi Ular kembali menghampiri Barbie setelah yakin bahwa
lawannya telah musnah bersama gumpalan asap hitampekat tadi.
"Kamu nggak apa-apa kan?"
Barbie menggeleng ,tiga buah tadi masih dipeluknya dengan dua
tangan, seakan takut, terjatuh lagi.
"Syukurlah kalau kamu nggak apa-apa. Udah, tenang aja. Jangan
takut, Kakak akan selalu melindungimu, Barbie."
"Aku nggak takut kok," kata anak itu. "Aku cuma jijik dijepit
tangan yang nggak bisa kuraba. Baunya amis, Kak."
"Kenapa tadi kamu nggak gunakan kesaktianmu ? “
"Aku lupa cara menggunakannya."
Dewi Ular tarik napas panjang. Memaklumi keadaan Barbie.
"Itu tadi bayangannya siapa, Kak?"
"Entahlah. Tapi mungkin itu tadi bangsa siluman penghuni alam
ini. Atau sejenisnya."..
"Siluman itu apa?"
"Kakak jelaskan sambil jalan, yuk."
"Aku capek. Kakak gendong. aku kayak tadi, ya?"
"Barbie, kamu...."
"Nanti gantian, aku gendong Kakak."
Kumala tersenyum geli. "Cerdik juga anak ini. Pinter merayu."
Karena bujukan itu lucu, menyenangkan, maka Kumala Dewi tak
keberatan menuruti keinginan Barbie. Pikirnya, dengan menggendong
Barbie gerakannya bisa lebih cepat lagi, sehingga seluruh
alam ini bisa dijelajahi dalam waktu lebih cepat dibandingkan harus
jalan kaki seperti tadi.
Namun rencana, tetaplah rencana. Langkah sang dewi jelita
terhalang lima sosok bayangan hitam tanpa raga. Tak jelas bentuk
rupanya. Tak jelas bentuk pakaiannya. Atau mungkin malah tidak
berpakaian. Lelaki atau perempuan juga, tak jelas. Sulit dibedakan.
Lima bayangan itu berukuran lebih tinggi dari yang tadi.
"Woow... kereeen ... !"
"'Husy! Diam kau,Barbie. Keren, keren... apanya, yang keren?"
"Mereka lebih besar dari yang tadi, Kak. Mereka juga termasuk si
Lukman kan?"
“si Lukman. Siluman!" bisik Kumala sambil tetap menggendong
Barbie.
Lalu, tiba-tiba ia mendengar suara serak sedikit menggema.
"Kami bukan siluman!"
Barbie yang berada di gendongan belakang Kumala berbisik,
"Ayo, tebak... yang mana yang bicara, Kak?"
Kumala tak menghiraukan bisikan itu, karena memang sulit
membedakan yang mana yang, bicara mulut mereka tak jelas ada di
sebelah mana, begitu pula mata dan telinganya. Bentuk kepala
mereka hanya oval polos hitam.
Dewi Ular bersikap tenang dengan gerakan. mata lincah penuh
waspada. Kelima bayangan itu mendekat. Kakinya tidak melangkah,
melainkan melayang di atas permukaan tanah. Mereka berhenti,
dalam jarak sekitar sepuluh langkah dari tempat Kumala, berdiri.
"Mau apa kalian menghadangku?"
"Anak itu milik kami."
Sekarang siapa, yang bicara ketahuan.yang paling tengah. Sebab
ada gerakan dari tangannya saat meminta anak itu.
"Lupakan keinginan kalian. Anak ini tidak-akan kulepaskan
apapun yang kalian lakukan terhadap kami."
"Kau boleh pergi, tapi tinggalkan anak itu "
"Kenapa kalian menginginkan anak ini?"
"Dia telah memakan buah kejantanan kami.,”
"Apa ...?!” Dewi Ular terkejut, bahkan merasa ragu. Dengan
pengertiannya sendiri tentang maksud mereka.
"Kami tidak akan mengganggu. siapa pun, yang datang ke alam
ini, selama mereka tidak mengusik kehidupan kami. Tetapi anak itu
telah memakan buah kejantanan kami, sehingga ia harus kami
makan untuk mengembalikan buah kejantanan kami itu "
"Buah kejantanan bagaimana maksud kalian?"
"Di alam ini, kaum jantan meletakkan buah kejantanannya di
pohom-pohon, supaya tetap segar dan subur. Kami mengambilnya
apabila sudah waktunya bagi kaum jantan membuahi ladang
kenikmatan kaum betina kami."
Yang paling ujung kiri menimpali.
"Jika salah satu dari kami kehilangan buah kejantanan, maka
yang bersangkutan akan dikucilkan oleh kaum betina, karna
dianggap masih anak-anak. Dikucilkan oleh kaum betina merupakan
siksaan paling berat dan sangat memalukan bagi harga diri kaum
jantan."
"Wah, wah, wah...," Kumala mendesis pelan setelah mengerti
betul maksud mereka.
Ia segera berbisik kepada Babrie.
"Hey, buang buah-buah itu."
"Katanya buat bekal perjalanan kita Kak."
"Sudahlah, turuti saja. perintah. kakak. Buang buah-buah itu.
Kau belum pantas memakannya, Barbie. Itu untuk wanita dewasa."
"Maksudnya bagaimana sih, Kak?"
"Aaduuuh, ini anak cari penyakit aja. Udah, buruan lemparkan
semua.buah itu ke mereka."
Barbie yang masih belum paham itu terpaksa menurut i perintah
sang kakak. Tiga buah yang sedianya untuk bekal di perjalanan
terpaksa dilemparkan ke arah lima bayangan. tersebut .
"Ambillah itu. Dan, maafkan anak ini. Anak ini tidak tahu apa-apa
tentang yang kalian bicarakan tadi."
Tiga bayangan memungut buah yang dilemparkan Barbie. Tapi
yang paling tengah masih menuntut diserahkannya Barbie kepada
mereka.
"'Kami harus memakan anak itu! Karena dia sudah memakan dua
buah kejantanan kami .. !"
"Kalau begitu kalian harus berhadapan denganku.;,"
"Apa boleh buat...!"
Wuuut... !
Tiba-tiba bayangan yang tengah melepaskan pukulan tanpa maju
sedikit pun. Gelombang pukulan itu berupa gumpalan asap biru
yang meluncur.deras ke arah Dewi Ular.
Namun hal itu sudah diwaspadai oleh Dewi Ular. Maka, dengan
cepat is pun melepaskan sinar hijau dari kedua matanya. Sinar hijau
lurus itu menghantamgumpalan kabur biru.
Jgaaarrr...!
Ledakan itu menimbulkan gelombang hawa panas yang
menyentak kuat. Kelima bayangan terpental, Dewi Ular sendiri. juga
terpental. Barbie hampir saja jatuh dari gendongannya kalau saja
anak itu tidak berpegangan rambut Kumala kuat-kuat. Kumala
menyeringai bukan karena hentakan gelombang panas tadi,
melainkan karena rambutnya ditarik Barbie kuat-kuat.
"Auuh, lepaskan rambutku, Barbie...!"
Barbie melepaskan pegangan pada rambut Kumala. Kini dewi
jelita itu berdiri dengan tegak-kembali, dan tetap menggendong
Barbie di punggungnya. Namun kini ia sadar bahwa ternyata dirinya
sudah dikepung oleh beberapa bayangan hitam yang berukuran
tinggi-besar, seperti yang lima tadi. Mereka mengurung Kumala
dalam jarak sekitar 30 meter.
Salah satu dari kelima bayangan yang tadi terpental berkelebat
masuk dalam kepungan, berhadapan dengan Kumala.
"Kau telah terkepung! Serahkan anak itu, dan kami akan
tunjukkan padamu jalan keluar dari alam ini. "
"Kalian boleh ambil anak ini kalau sudah bisa lumpuhkan
kekuatan Dewi Ular!"'
"Hahh ?!"
Bayangan yang berhadapan dengan Kumala tersentak kaget.
Diiringi gerakan mundur antara dua meter. Ternyata yang
tercengang kaget bukan hanya dia, tapi hampir semua bayangan
hitam yang mengepungnya.
Bahkan suara mereka mulai terdengar gemuruh dengan masingmasing
menyebut nama Dewi Ular.
"Dewi Ular... ooh, celaka... Ya, Dewi Ular... Dia rupanya... ?!”
Dalam hati.Kumala. bertanya, "Ada apa mereka? Kenapa ada
yang mundur sampai jauh ? “
Lalu, bayangan yang di depan Kumala itu bersuara lagi. Kali ini
suaranya lemah dan terkesan gemetar.
"Benarkah... benarkah kau adalah Dewi Ular...? ! “
"Ya. Kenapa?"
"Putri sang Nagadini?"
"Betul."
Lalu, bayangan itu berseru kepada yang lain dalam-bahasa
mereka.
"Mahazoka, boozunnaaaa...!!" Wuuuuuuuuuuuuuuuuurrkkk
Sebegitu banyaknya bayangan hitam yang- mengurung Kumala
Dewi, tiba-tiba berlutut , dengan kepala tertunduk, membungkuk,
nyaris menyentuh tanah.
Beberapa saat kemudian mereka tegak kembali, namun tetap
berlutut.
Tak ada yang berani berdiri. Termasuk bayangan hitam yang
berhadapan dengan Kumala.
"Atas nama rakyatku, aku mohon ampun padamu, karena kami
tak tahu kalau kamu adalah. putri Hyang Dewi Nagadini yang
kesohor itu."
"Kalian kenal sama ibuku? “
"Kami adalah sekelompok roh tanpa raga yang pernah
diselamatkan oleh ibundamu dari ancaman kepunahan Dewa
Perang. Jika tidak ada pembelaan dari Hyang Dewi Nagadini, maka
alam ini sudah dihan-curkan oleh Dewa Nathalaga, karena dianggap
sebagai tempat persembunyian para jin. Karena pembelaan. dari
Hyang Dewi Nagadini, maka kami bersumpah akan mengabdi pada
beliau dan anak cucunya kelak."
"O0000...", Kumala nianggut-manggut. Selama ini ia belum
pernah mendengar ibunya bercerita tentang alam roh tanpa raga.
"Dewi Nagadini itu siapa; Kak?" bisik Barbie.
"'Mamaku..."
"Mama itu apa?"
"Ntar aja penjelasannya, ah!"
Kumala Dewi menurunkan Barbie, karena ia yakin, tempat itu
sudah aman. baginya. Dan, pimpinan roh tanpa raga itu
menyatakan. mencabut tuntutannya, Yang berarti Barbie sudah
tidak lagi menjadi incaran mereka.
Setelah menceritakan dirinya jatuh dan tersesat di alam itu, maka
pimpinan roh tanpa raga membawa Kumala ke salah satu bukit yang
tidak terlalu t inggi dan mudah didatangi. Di atas bukit itu Kumala
melihat lubang besar di udara. Lubang, besar itu memiliki tepian
bercahaya biru uranium.
"Itu tempatnyai Nyai Dewi!”
"Tempat apa itu?"
"Itu yang dinamakan Lorong Tembus Kubur."
"Ooo, menyeramkan juga namanya."
'Masuklah ke lorong itu. Karna hanya itulah satu-satunya jalan
keluar dari alam ini, Hyang Dewi Ular."
"Baiklah. Terima kasih atas bantuann itu. Boleh aku tahu
namamu?"
"Janggapala, Nyai Dewi..."
"Janggapala,, hmmm... baik. Damai sejahtera bersama rakyatmu,
Janggapala..."
"Selamat jalan, Nyai Dewi, Ular...!" Janggapala membungkuk,
memberi hormat penuh khitmad.
Dia belum bergerak dari posisi bungkuknya,,sebelum Dewi Ular
dan Barbie melompat masuk kelorong bercahaya.
Wuuussst... ! Kemudian hilang dari pandangan Janggapala.
Dewi Ular meluncur deras bagaikan terhisap kuat oleh energi
yang ada dalam Lorong Tembus Kubur itu. Tak lupa sikecil boneka
Barbie itu, dipeluknya kuat-kuat agar jangan sampai terpisah
darinya.
Perjalanan melayang cepat itu.melewati lautan mayat berbau
busuk. Tapi tak satu pun mayat yang hidup secara gaib di sana ada
yang berani mengganggu perjalanan Dewi Ular.
Sebab, mereka tahu, siapa pun yang muncul dari Lorong Tembus
Kubur berarti berasal dari alam Roh Tanpa Raga. Para mayat hidup
di situ tak ada yang berani melawan kesakt ian para penghuni alam
Roh Tanpa Raga.
Zlaaap, zlaaap, Zzuuuuuunuzzb... Brruuk...!
Dewi Ular dan Barbie jatuh terhempas ditempat yang berudara
hangat.
Ada cahaya sinar matahari., namun sudah redup. Ternyata
mereka berdua sudah berada di alam kehidupan manusia.
Dewi Ular segera membawa pergi Barbie keluar dari rumpun
bambu yang ada di pinggir sungai kecil.
"Kita di mana ini, Kak?"
"Di alam manusia. Tapi entah di mana ini?"
Kumala dan Barbie sudah berada di tepi jalan beraspal. la masih
bingung kemana arah, yang harus dituju.
Pada saat itu sebuah mobil hitam melintas di depannya.Tiba-tiba
mobil itu berhenti mendadak sampai suara remnya seperti perawan
menjerit. Ciiit...!! Lalu, dari dalam mobil itu nongol kepala seorang
pemuda tampan yang segera berseru keras-keras.
"Kumalaaa !!"
"Hah ! Samon " gumam Kumala yang belum sadar bahwa ia
sebenarnya berada: di komplek perumahan Jatiwangi Estate,
Tempat itu adalah tempat yang pernah ditunjukkan Ajeng kepada
Samon tentang adanya sebuah lorong gaib yang disebut Lorong
Tembus Kubur.
Ajeng benar. Tapi siapa Ajeng sebenarnya ? Mengapa ia merasa
bersaing berat dengan Kumala Dewi ? Hal itu akan dibahas oleh
Samon dan Kumala dalam kisah berikutnya ........
PARIT KEMATIAN
SELESAI ..