Benarkah Rasulullah saw
melakukan perjalanan malam itu dengan naik buraq: kuda bersayap?
Bagaimana sains modern melihat peristiwa dahsyat itu?bagaimana badan
rasulullah bisa berubah menjadi cahaya, dan melintasi dimensi-dimensi
langit sampai di dekat surga? Agfus mustofa mengajak kita untuk terpesona di sidratul muntaha.
Dalam buku ini
diceritakan bahwa Tiga Dimensi adalah ruang suatu obyek. Saya masih
ingat ketika belajar matematika geometri dulu, tiga dimensi memiliki
koordinat x, y dan z, dimana perpindahan suatu obyeknya, ditandai
pergerakan koordinat x, y dan z. Manusia sebagai obyek tiga dimensi
dapat bergerak kedalam tiga arah, depan-belakang, kanan-kiri dan
atas-bawah.
Dimensi yang lebih
sederhana adalah dua dimensi. Sebuah bayangan, adalah contoh sederhana
obyek dua dimensi, dimana ruang obyek dua dimensi terbatas pada
koordinat x dan y saja. Jika bayangan adalah suatu makhluk maka
pergerakannya dapat dirasakan oleh dunia bayangan. Jika manusia sebagai
makhluk tiga dimensi hadir dalam dimensi bayangan, maka ketika manusia
menggunakan pergerakan yang tidak dimiliki dunia bayangan maka bayangan
tidak akan dapat melihat manusia .
Ini adalah gambaran Agus
Mustofa, mengapa manusia tidak dapat melihat jin, karena jin berada
pada dimensi ke empat yaitu langit kedua. “Bagi Dunia manusia, alam jin
adalah alam ghaib. Jin bisa melihat manusia, sebaliknya manusia tidak
bisa melihat jin. Namun jin bukanlah tahu-segala-galanya. Sebab, ia
hanya tahu tentang langit kedua yang memang dihuninya, ditambah dunianya
manusia yang dimensinya lebih rendah. Langit ketiga adalah alam ghaib
bagi jin.“
Bangsa Jin di langit
kedua, terkadang mencuri informasi dari langit yang lebih tinggi. Hal
ini yang memungkinkan manusia ‘mengagungkan’ bangsa jin dengan
keparanormalnya. Tahukah anda, bahwa ketika jin mencuri informasi,
mereka dikejar oleh semburan api seperti disebutkan dalam Alqur’an
QS:15;18 “Ketika Setan mencuri-curi berita yang dapat didengar dari
malaikat lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.“
Secara lengkap, langit
dan dimensi dapat dipaparkan demikian: Langit pertama berdimensi tiga,
langit kedua berdimensi empat, langit ketiga berdimensi lima, langit
keempat berdimensi enam, langit kelima berdimensi tujuh, langit keenam
berdimensi delapan dan langit ketujuh berdimensi sembilan.
Agus Mustofa bertutur,
Langit ketiga (dimensi lima) sampai dengan langit ketujuh (dimensi
sembilan) dihuni oleh para arwah. Hal ini terbukit ketika Rasulullah SAW
melakukan mi’raj ke langit ketujuh, beliau sempat bertemu dengan
Nabi/rasul di masing-masing tingkatan langit sesuai dengan maqamnya
(kesuciannya). Arwah orang-orang yang mencintai dunia berada pada
tingkatan yang rendah, karena cintanya pada hal-hal duniawi membuatnya
sulit mencapai tingkatan langit yang lebih tinggi.
Dengan demikian,
perjalanan Rasulullah bersama Malaikat Jibril ke langit ke tujuh sangat
mungkin merupakan perjalanan lintas dimensi. Dari dimensi tiga,
berpindah bersama Jibril sampai dimensi ke 9, dari langit pertama sampai
langit ketujuh. Rasulullah akhirnya mencapai dimensi ke 9, langit ke
tujuh yang disebut dengan “SIDRATUL MUNTAHA”.
Luasnya akhirat,
digambarkan oleh Rasulullah sbb: “Perbandingan antara Dunia dan Akhirat
adalah seperti air samudera, celupkan jarimu ke samudera, maka, setetes
air yang ada dijarimu itu adalah dunia, sedangkan air samudera yang
sangat luas adalah akhirat.“
Subhanallah..!
Emoticon