Ketika situasi untuk berdakwah di Makah tidak
memungkinkan lagi, Rasulullah
pergi ke Thaif untuk berdakwah pada khabilah Tsaqif, agar mereka
beriman dan membantu Rasulullah menyampaikan
dakwahnya, sehingga sempurnalah segala perintah Allah
itu.
Rasulullah
berangkat ke Thaif bersama sahabatnya, Zaid bin Haritsah. Pemuka-pemuka di Thaif
pada mulanya menyambut kedatangan Rasulullah, tetapi mereka tidak mau beriman.
Mereka juga menolak kerja sama dengan cara yang sangat tidak bersahabat, tidak hormat, dan
tidak manusiawi.
Ketika
Rasulullah minta agar kehadirannya di Thaif tidak
diberitahukan kepada kaum Quraisy, mereka justru
menyerang Rasulullah. Para pemuda diperintahkan untuk menganiaya beliau dengan lemparan batu
dan pasir.
Pada
kejadian itu Rasulullah
luka parah pada tumitnya, Zaid bin
Haritsah berupaya melindungi dan memapah beliau. Hingga akhirnya mereka
berhenti dan berteduh di bawah sebuah
pohon.
Kejadian
yang menyedihkan dan tak terduga itu
tidak membuat Rasulullah bersedih. Beliau juga tidak mengadukan kesedihannya itu kecuali
kepada Allah. Bahkan Rasulullah tidak
minta diringankan beban pahitnya itu,
beliau berdoa :
“Ya
Allah, kepada-Mu kuadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku berhadapan
dengan manusia. Engkaulah MahaPengasih dan Maha
Penyayang. Engkaulah pelindung bagi si lemah dan Engkau juga pelindungku.
Kepada siapakah
hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah muram kepadaku atau kepada
musuh yang akan
menguasai diriku? Jika sekiranya
Engkau tidak murka terha- dapku, semua itu aku acuhkan. Karena sungguh besar
nikmat- Mu telah Kau kuruniakan kepadaku.
Aku berlindung kepada
sinar wajah-Mu yang menerangi
kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan akhirat, dari murka-Mu yang hendak
Engkau timpakan kepadaku. Hanya Engkaulah yang berhak menyalahkan diriku, dan Engkau pulalah yang hendak meridhaiku. Sungguh tidak ada daya
dan kekuatan apapun selain atas kekuatan yang Engkau anugerahkan kepadaku.
Saat itu Rasulullah berdoa kepada Allah sambil duduk di dekat pagar kebun kepunyaan Uthabah dan Syaibah, anak Rabi’ah. Kedua orang
itu ketika melihat
keadaan Rasulullah merasa kasihan. Mereka kemudian memanggil pembantunya, seorang
pemuda beragama Nasrani yang bernama Adas.
“Ambilkan buah anggur dan berikan kepada mereka.” kata Uthabah.
Rasulullah menerima buah anggur dari tangan Adas, lalu
memakannya bersama dengan Zaid. Beliau kemudian mengucapkan/ membaca :
“Dengan nama Allah.“
“Kata-kata itu sering diucapkan oleh orang-orang di negeri ini,” kata Adas ketika
mendengar ucapan Rasulullah.
“Dari negeri manakah Anda?, dan apa agama Anda?” tanya Rasulullah.
“Agamaku Nasrani dari negeri Ninuwi, negeri orang shaleh
yang bernama Yunus,”jawab Adas.
“Apa yang kau ketahui tentang Yunus?” tanya Rasulullah lagi.
Kemudian beliau membaca Al-Qur’an yang menerangkan kisah tentang Yunus.
Setelah mendengar
keterangan Rasulullah, Adas menyatakan masuk Islam. Kemudian pemuda itu kembali
kepada kedua anak Rabrah sambil berkata :
“Tidak ada yang lebih baik di atas bumi dibanding berita yang kudengar ini. Dia
(Rasulullah) telah menceritakan sesuatu yang tak mungkin dapat diketahui,
kecuali oleh seorang Nabi.”
Emoticon