SINGA ALLAH GUGUR SEBAGAI SYAHID MULIA

Menjelang perang Uhud, orang-orang kafir Quraisy berbondong-bondong menyiapkan diri bersama sekutu mereka dari berbagai kabilah Arab lainnya. Mereka dipimpin oleh Abu Sufyan.
Dalam peperangan ini, rencana pemuka-pemuka kafir Quraisy mengutamakan sasaran mereka adalah dua orang yaitu Rasulullah dan Hamzah bin Abdul Muthalib.
Sebelum berangkat, mereka memilih seseorang yang diberi tugas untuk menyelesaikan rencana mereka terhadap Hamzah. Orang itu adalah Wasyi, seorang budak Habsy memiliki kemahiran istimewa dalam melemparkan tombak.
Dalam peperangan nanti, Wasyi diperintahkan untuk memusatkan perhatiannya hanya kepada Hamzah. Budak Habsy itu harus dapat membunuh Hamzah, paman Rasulullah.
Sebagai imbalan mereka berjanji akan membalas jasanya dengan hadiah besar, yaitu kebebasan dirinya. Wasyi adalah budak milik Jubair bin Muth’am. Ketika terjadi perang Badar, paman Jubair  bin Muth’am tewas. Maka sekarang ia akan menuntut balas.
“Berangkatlah bersama orang-orrang itu. Dan jika kamu berhasil membunuh Hamzah, maka kamu bebas!”kata Jubair kepada Wasyi.
Hindun binti ‘Utbah, istri Abu Sufyan, adalah seorang wanita yang paling gigih dalam menghasut orang-orang Quraisy untuk melakukan peperangan. Tujuannya hanya untuk mendapatkan kepala Hamzah.
Hindun telah kehilangan ayah, paman, saudara dan putranya ketika terjadi perang Badar. Oleh sebab itu, betapapun mahal harga yang harus dibayarnya ia tidak merasa keberatan, asalkan kematian Hamzah sebagai imbalannya.
Sebelum peperangan dimulai, sehari-harinya pekerjaan Hindun hanya menggembleng dan memberi petunjuk Wasyi untuk melampiaskan dendam dan kebenciannya kepada Hamzah.
Hindun menjanjikan kepada Wasyi harta kekayaan dan perhiasan paling berharga yang ia miliki, jika budak itu berhasil menunaikan tugasnya.
“Wasyi, jika kamu dapat membunuh Hamzah, maka semua ini akan menjadi milikmu,”kata Hindun dengan kedua matanya yang memancarkan api dendam. Sementara jari-jarinya yang penuh kebencian memegang anting-anting permata mahal serta kalung emas yang melilit pada lehernya.
Mendengar itu, angan-angan-Wasyi terbang melayang dipenuhi rasa rindu kebebasan dan ingin cepat-cepat menghadapi peperangan itu, agar tak lagi ia menjadi budak belian. Dan juga ingin segera memiliki barang-barang perhiasan yang selama ini menghias istri pemimpin dan putri tokoh kaum Quraisy itu.
Dan pertempuran itu tibalah. Kedua pasukan telah berhadapan muka, sementara Hamzah berada ditengah-tengah pasukan Muslimin. Ia memakai pakaian perang, sedang didadanya terdapat bulu burung Unta yang biasa diambilnya sebagai penghias dadanya dalam peperangan.
Peperanganpun berkecamuk, kaum Muslimin maju dan menyerbu ke depan hingga kemenangan telah hampir diraihnya. Sisa-sisa pasukan kaum kafir Quraisy terpukul mundur dan lari porak-poranda.
Melihat pasukan musuh kocar-kacir, pasukan panah kaum Muslimin yang berada di puncak bukit meninggalkan tempatnya, turun kebawah untuk mengambil barang-barang yang ditinggalkan musuh.
Disaat lengah dan tidak waspada karena pasukan panah yang meninggalkan kedudukannya, membuat garis pertahanan panjang menjadi terbuka dan masuklah pasukan berkuda kaum kafir Quraisy dari belakang menyerang kaum Muslimin. Sehingga mereka menjadi sasaran dan bulan-bulanan pedang kaum kafir Quraisy yang menari-nari berkelebatan.
Terpaksa kaum Muslimin mengatur barisan kembali dan mengambil senjata yang telah ditinggalkan oleh sebagian mereka yang lari karena serbuan yang mendadak itu.
Hamzah melihat apa yang terjadi, menjadi sedikit panik. Ian menerjang ke kiri dan ke kanan secara membabi buta, sehingga orang yang terkena sasaran pedangnya pasti menemui ajalnya. Sementara itu Wasyi sedang mengintainya, ia menunggu kesempatan untuk melemparkan tombaknya pada Hamzah.
Ketika Hasyimengintai sasarannya, tiba-tiba ia melihat Siba’ bin Abdul ‘Uzza datang menghadang Hamzah.
“Hai kemarilah kau anak tukang sunat wanita!”teriak Hamzah.
Mendengar ejekan Hamzah, Siba’ bin Abdul ‘Uzza menjadi naik pitam, ia menerjang ke depan. Namun sekali tebas, pedang Hamzah telah menewaskannya.
Melihat keadaan itu, dan dianggapnya inilah kesempatan yang ditunggunya. Wasyi mengambil ancang-ancang dan melempakan tombaknya, dan…craaab!
Tombak Wasyi mengenai pinggang Hamzah bagian bawah hingga tembus kebagian muka diantara kedua pahanya. Hamzah terjungkal, ia berusaha bangkit, tetapi tak mampu dan akhirnya rubuh dan menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Sesuai dengan pesan Hindun binti ‘Uthbah, agar Wasyi mengambil hati Hamzah untuk diberikan kepadanya, orang Habsy itu pun melaksanakan perintah istri Abu Sufyan itu. Dengan merobek perut Hamzah, Wasyi mengorek dada lalu mengambil hatinya dengan kejam.
Demikianlah Singa Allah itu gugur dengan mengenaskan sebagai syahid mulia. Hidupnya telah menggemparkan, demikian pula kewafatannya. Orang-orang kafir Quraisy telah mencurahkan harta benda mereka dalam suatu peperangan besar yang tujuannya hanya untuk mendapatkan Rasulullah dan pamannya, Hamzah.
Peperangan pun usai, kaum kafir Quraisy menaiki unta dan kudanya kembali ke Makah. Sesampainya di Makah, Wasyi lalu menemui Hindun dan memberikan hati Hamzah dengan tangan kanannya, dan ia pun menerima kalung dan anting-anting dari wanita itu dengan tangan kirinya, sebagai balas jasa dalam memenuhi tugasnya disamping kebebasannya sebagai budak.
Bagaikan orang kesurupan Hindun mengunyah daging mentah itu dengan beringas untuk melampiaskan dendamnya karena kematian keluarganya. Dengan berbuat demikian ia berharap sakit hatinya akan dapat terobati.
Tetapi, rupanya daging hati itu telah mengeras hingga tak dapat dikunyah oleh gigi-giginya, maka dilemparkan benda itu sambil berteriak :
“Kekalahan di Badar terbalas sudah oleh kami! Aku tak tahan mengenangkan ‘Utbah, ayahku. Begitu pula saudaraku, pamanku, serta putra sulungku. Sekarang puas hatiku, nadzar telah terpenuhi. Sakit di dada ini telah diobati oleh Wasyi.”
Sementara itu, Rasulullah bersama  para sahabat turun kebekas medan pertempuran untuk meninjau para syuhada.
Ketika beliau memeriksa wajah para sahabatnya yang telah menjual diri mereka kepada Allah Yang Maha Besar, Rasulullah berhenti sejenak, menyaksikan dan membisu, air mata beliau membasahi pelupuk matanya.
Tidak terlintas dalam angan-angan Rasulullah sedikitpun bahwa moral bangsa Arab sedemikian rendahnya, hingga memiliki kebiadaban yang sangat keji. Mereka sampai hati merusak mayat seperti yang disaksikan beliau terhadap pamannya yang syahid, Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah dan tokoh utama syuhada.
Rasulullah membuka kedua matanya yang airnya berkilat-kilat bagaikan kaca, yang tertuju kepada jasad pamannya itu.
“Tidak pernah aku menderita musibah seperti yang kurasakan dengan kejadian bersama Anda seperti ini…..Dan tak satu pun suasana yang lebih menyakitkan hatiku seperti suasana sekarang ini,”sabdanya.
Kemudian Rasulullah mengalihkan pandangannya kearah para sahabat, sabdanya :
“Sekiranya Shafiah, saudara perempuan Hamzah, tak akan berduka dan tidak akan menjadi sunnah sepeninggalku nanti, akan kubiarkan ia mengisi perut binatang buas dan tembolok burung nazar! Tetapi sekiranya aku diberi kemenangan oleh Allah di salah satu medan pertempuran dengan orang Quraisy, akan kulakukan sebagaimana yang mereka perbuat, terhadap tiga puluh orang laik-laki diantara mereka.”
Para sahabat pun berkata “Demi Allah sekiranya pada suatu waktu nanti kita diberi kemenangan oleh Allah terhadap mereka, akan kita cincang mayat-mayat mereka seperti yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab!”
Tetapi, belum selesai Rasulullah mengucapkan ancamannya itu, dan masih belum beranjak dari tempatnya, turunlah wahyu berupa ayat-ayat mulia :
Serukanlah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasehat yang baik, dan berbicaralah bersama mereka dengan cara yang utama. Sesungguhnya Tuhan kalian lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan ia lebih mengetahui siapa-siapa yang memperoleh petunjuk.
Jika kalian hendak membalas, balaslah seperti yang telah dilakukan mereka terhadap kalian dan jika kalian bersabar, maka itu memang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
Dan bersabarlah kamu, dan kesadaranmu itu takkan tercapai kecuali dengan pertolongan Allah. Serta jangan kamu berduka cita atas mereka, serta janganlah sesak nafas kerena tipu daya yang mereka lakukan.
Seungguhnya Allah bersama orang-orang yang takwa serta orang-orang yang berbuat baik….!” (QS an-Nahl : 125 – 128)
Maka turunnya ayat-ayat tersebut merupakan penghormatan sebaik-baiknya terhadap Hamzah. Allah telah memberikan kemuliaan kepadanya sebagai seorang syahid.