Siapakah Penulis Hadits?


Dalam sejarahnya, penulisan hadits dimulai pada awal masa kenabian. Awalnya Rasulullah melarang para sahabatnya menulis hadist, seperti riwayat dari Abu Said Al Khudry, yang artinya “Janganlah kalian menulis dari ku, dan barangsiapa yang telah menulis dari ku selain al Quran maka hapuslah”. (HR. Muslim).
Namun di akhir hayatnya Rasulullah mengizinkan penulisan hadits seperti yang diriwayatkan, dari Abdulllah bin Amr bin Ash, Rasulullah mengatakan; “Dahulu aku menulis semua yang aku dengar dari Rasulullah karena aku ingin menghafalnya. Kemudian orang orang Quraisy melarangku, mereka berkata, “Engkau menulis semua yang kau dengar dari Rasulullah? Dan Rasulullah adalah seorang manusia, kadang berbicara karena marah, kadang berbicara dalam keadaan lapang”. Mulai dari sejak itu akupun tidak menulis lagi, sampai aku bertemu dengan Rasulullah dan mengadukan masalah ini, kemudian beliau bersabda sambil menunjukkan jarinya ke mulutnya, “tulislah! Demi yang jiwaku ada di tanganNya, tidak lah keluar dari mulutku ini kecuali kebenaran”. (HR. Adu Dawud, Ahmad, Al Hakim)."
Lantas, siapakah penulis hadits?
Yakni ahli-ahli hadits yang mengumpulkan, mendaftar, menyeleksi dan menuliskan hadits-hadits dalam suatu kitab hadits. Dikenal sebagai mudawwin atau mukharrij.

Daftar Ulama Penulis Hadits Periwayat Umat Muslim

  1. Shahih Bukhari, disusun oleh Bukhari (194-256 H).
    Ia terlahir di Bukhara pada 13 Syawal 194 H bertepatan dengan 21 Juli 810 M. Beliau adalah ahli hadis termasyhur. Imam Bukhari dijuluki amirul mukminin fil hadits atau pemimpin kaum mukmin dalam hal ilmu hadis. Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari.

    Tak lama setelah lahir, Imam Bukhari kehilangan penglihatannya. Bersama gurunya Syekh Ishaq, ia menghimpun hadits-hadis shahih dalam satu kitab, dari satu juta hadis yang diriwayatkan 80 ribu perawi disaringnya menjadi 7.275 hadis. Ia menghabiskan waktunya untuk menyeleksi hadits shahih selama 16 tahun. Shahih Bukhari adalah salah satu karyanya yang paling fenomenal.
  2. Shahih Muslim, disusun oleh Muslim (204-262 H).
    Imam Muslim lahir pada 204 H atau 819 M. Ada pula yang berpendapat beliau lahir pada tahun 202 H atau 206 H. Seorang ahli hadis kontemporer asal India, Muhammad Mustafa Azami, lebih menyetujui kelahiran Imam Muslim pada 204 H. Azami dalam Studies In Hadith Methodology and Literature, mengatakan, sejarah tidak dapat melacak garis keturunan dan keluarga sang imam.

    Sejarah hanya mencatat aktivitas Imam Muslim dalam proses pembelajaran dan periwayatan hadis. Pada masa beliau, rihlah (pengembaraan) untuk mencari hadis merupakan aktivitas yang sangat penting. Imam Muslim pun tak ketinggalan mengunjungi hampir seluruh pusat-pusat pengajaran hadis. Adz-Dzahabi dalam karyanya Tadzkirat al-Hufazh menyebutkan bahwa Imam Muslim mulai mempelajari hadis pada 218 H. Ia menulis kitab Al-Musnad ash-Shahih atau yang lebih dikenal dengan Shahih Muslim. Kitab yang satu ini menempati kedudukan istimewa dalam tradisi periwayatan hadis. Dan, dipercaya sebagai kitab hadis terbaik kedua setelah kitab Shahih Bukhari karya Imam Bukhari.
  3. Sunan Abu Dawud, disusun oleh Abu Dawud (202-275 H).
    Ia bernama lengkap Sulaiman bin al-Asy'ats bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amru bin Amir al-Azdi al-Sijistani. Dunia Islam menyebutnya Abu Dawud. Beliau adalah seorang imam ahli hadis yang sangat teliti dan merupakan tokoh terkemuka para periwayat hadis. Ia dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan.

    Menurut Syekh Muhammad Said Mursi, dalam Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Imam Abu Dawud, dikenal sebagai penghafal hadis yang sangat kuat. Ia menguasai sekitar 500 ribu hadis. Sejak kecil, Abu Dawud sudah mencintai ilmu pengetahuan.
  4. Sunan at-Tirmidzi, disusun oleh At-Tirmidzi (209-279 H).
    Imam At-Tirmidzi adalah orang pertama yang mengelompokkan hadis dalam kategori hasan, di antara sahih dan dhaif. Imam At-Tirmidzi adalah satu dari enam ulama hadis terkemuka. Nama besarnya mengacu kepada tempat kelahirannya, yaitu Turmudz, sebuah kota kecil di bagian utara Iran.

    Nama lengkapnya Muhammad bin Isa bin Saurah bin Adh-Dhahak As-Salami Al-Bughi. Ia sering dipanggil Abu Isa. Lahir pada bulan Zulhijjah tahun 209 Hijrah. Yusuf bin Ahmad al-Baghdadi, menuturkan, Abu Isa mengalami kebutaan pada masa menjelang akhir usianya.

    Semenjak kecil, At-Tirmidzi sudah gemar mempelajari berbagai disiplin ilmu keislaman, termasuk ilmu hadis. Ia mulai mempelajari ilmu hadis ketika berumur 20 tahun di sejumlah kota-kota besar di wilayah kekuasaan Islam saat itu, di antaranya adalah Kota Khurasan, Bashrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Makkah, Madinah, Ray, Mesir, dan Syam.
  5. Sunan an-Nasa'i, disusun oleh an-Nasa'i (215-303 H).
    Imam Nasa`i dengan nama lengkapnya Ahmad bin Syu'aib Al Khurasany, terkenal dengan nama An Nasa`i karena dinisbahkan dengan kota Nasa'i salah satu kota di Khurasan. Ia dilahirkan pada tahun 215 Hijriah demikian menurut Adz Dzahabi dan meninggal dunia pada hari Senin tanggal 13 Shafar 303 Hijriah di Palestina lalu dikuburkan di Baitul Maqdis.

    Dia menerima Hadits dari Sa'id, Ishaq bin Rawahih dan ulama-ulama lainnya selain itu dari kalangan tokoh ulama ahli hadits yang berada di Khurasanb, Hijaz, Irak, Mesir, Syam, dan Jazirah Arab. Ia termasuk di antara ulama yang ahli di bidang ini dan karena ketinggian sanad hadtsnya. Ia lebih kuat hafalannya menurut para ulama ahli hadits dari Imam Muslim dan kitab Sunan An Nasa`i lebih sedikit hadits dhaifnya (lemah) setelah Hadits Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Ia pernah menetap di Mesir
  6. Sunan Ibnu Majah, disusun oleh Ibnu Majah (209-273).
    Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al Quzwaini. Ia dilahirkan pada tahun 207 Hijriah dan meninggal pada hari selasa, delapan hari sebelum berakhirnya bulan Ramadan tahun 275. Ia menuntut ilmu hadis dari berbagai negara hingga beliau mendengar hadis dari madzhab Maliki dan Al Laits. Sebaliknya banyak ulama yang menerima hadits dari beliau. Ibnu Majah menyusun kitab Sunan Ibnu Majah, salah satu kitab yang masuk dalam Kutub As-Sittah.
  7. Musnad Ahmad, disusun oleh Imam Ahmad bin Hambal (164-241 H).
    Ahmad bin Hanbal (780 - 855 M, 164 - 241 AH) adalah seorang ahli hadits dan teologi Islam. Ia lahir di Marw (saat ini bernama Mary di Turkmenistan, utara Afganistan dan utara Iran) di kota Baghdad, Irak. Kunyahnya Abu Abdillah lengkapnya: Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi/ Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dikenal juga sebagai Imam Hambali.
  8. Muwatta Malik, disusun oleh Imam Malik (93-179 H).
    Mālik ibn Anas bin Malik bin 'Āmr al-Asbahi atau Malik bin Anas (lengkapnya: Malik bin Anas bin Malik bin `Amr, al-Imam, Abu `Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani), lahir di (Madinah pada tahun 714M / 93H), dan meninggal pada tahun 800M / 179H). Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadits, serta pendiri Mazhab Maliki.
  9. Sunan Darimi, disusun oleh Ad-Darimi (181-255 H).
    Ad-Darimi ialah salah satu Imam Ahli Hadits Sunni, Nama lengkapnya Abdullah bin Abdurrahman bin al Fadhl bin Bahram bin Abdush Shamad. Ad Darimi adalah nisbah kepada Darim bin Malik dari kalangan at-Tamimi. Dan dengan nisbah ini dia terkenal. Ia di lahirkan pada taun 181 H dan wafat pada tahun 255 H, dalam usia 75 tahun.

Periwayat umat Syi'ah

Umat Syi'ah hanya memercayai hadits yang diriwayatkan oleh keturunan Muhammad S.A.W, melalui Fatimah az-Zahra, atau oleh pemeluk Islam awal yang memihak Ali bin Abi Thalib. Syi'ah tidak menggunakan hadits yang berasal atau diriwayatkan oleh mereka yang menurut kaum Syi'ah diklaim memusuhi Ali, seperti Aisyah, yang melawan Ali pada Perang Jamal.
Ada beberapa sekte dalam Syi'ah, tetapi sebagian besar menggunakan:
  1. Ushul al-Kafi
  2. Al-Istibshar
  3. Al-Tahdzib
  4. Man La Yahduruhu al-Faqih
Itulah sedikit penjelasan mengenai penulis hadits yang dapat kami share pada halaman ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amien (Sumber: id.wikipedia.org, haditsiana)